Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
Kelompok 2
Kami selaku penyusun berharap semoga makalah yang telah kami susun
ini bisa memberikan banyak manfaat serta menambah pengetahuan terutama
dalam hal mengetahui gejala Glomerulonefritis
2.1 Definisi
Glomerulonefritis merupakan peradangan dan kerusakan pada alat
penyaring darah sekaligus kapiler ginjal (Glamerulus), (Japaries, Willie,
1993). Glomerulonefritis merupakan sindrom yang ditandai oleh peradangan
dari glumerulus diikuti pembentukan beberapa antigen (Engran, Barbara,
1999).
2.2 Etiologi
Glomerulonefritis disebabkan karena peradangan oleh reaksi sistem imun
yang menyerang jaringan tubuh sehat. Hal ini terjadi karena adanya antigen
yang memicu terjadinya kompleks antigen- antibodi maupun endapan
imunoglobulin di glomerulus. Ada dua etiologi terjadinya glomenuronefritis,
yaitu :
1. Glomerulonefritis
Karena deposisi kompleks imun dari sistem sirkulsi di glomerulus.
Dalam darah kita, terdapat antigen yang bersirkulasi lalu terjebak di
glomerulus. Akibatnya antigen ini memicu terjadinya reaksi imun di
glomerulus yang pada akhirnya menyebabkan peradangan pada
glomerulus (glomerulonefritis).
Jenis antigen seperti ini ada yang bersifat endogen dan eksogen.
Contoh antigen yang bersifat endogen adalah antigen yang berasosiasi
dengan SLU (Systemic Lupus Erythematosus) yang dapat menimbulkan
hipersensitivits tipe 3 di glomerulus dan menyebabkan glomerulonefritis.
Jenis antigen yang bersifat eksogen adalah antigen yang berasal
dari infeksi dari infeksi bakteri Streptococcus β hemolyticus, antigen dari
virus hepatitis B, antigendari parasit, sebagai contoh
Plasmodium falciparum, dan antigen dariinfeksi spirocheta, sebagai
contoh Treponema pallidum.
Peradangan ini dapat berlangsung sementara (akut) maupun
menetap(kronik) karena adanya paparan antigen berulang, sehingga
menimbulkan siklus reaksi imun berulang dan persisten. Kondisi
glomerulonefritis akut sering ditemukan pada infeksi eksogen dan hanya
berlangsung singkat dan merupakan self limited disease namun dapat
menyebabkan sindromanefritik baik pada anak maupun dewasa muda
yang ditandai dengan gejalahematuria, edema, azotemia (penurunan
fungsi ginjal), dan hipertensi.
Sedangkan glomerulonefritis kronis sering ditemukan pada
kondisiterinfeksi virus hepatitis B dan penyakit autoimun seperti SLU
(Systemic Lupus Erythematosus) yang merupakan antigen bersifat
endogen.
b. Nephron Loss
c. Glomerular Disease
2.3 Patogenesis
Mekanisme dari pathogenesis terjadinya jejas glomerulus pada
GNAPS sampai sekarang belum diketahui, meskipun telah diduga
terdapat sejumlah faktor host dan faktor kuman streptokokus yang
berhubungan dalam terjadinya GNAPS.
1. Faktor host
Penderita yang terserang infeksi kuman streptokokus grup A
strain nefritogenik, hanya 10-15% yang berkembang menjadi GNAPS,
mengapa hal ini demikian masih belum dapat diterangkan, tetapi diduga
beberapa faktor ikut berperan. GNAPS menyerang semua kelompok
umur dimana kelompok umur 5-15 tahun (di Indonesia antara umur 2.5 –
15 tahun, dengan puncak umur 8.4 tahun) merupakan kelompok umur
tersering dan paling jarang pada bayi. Anak laki-laki menderita 2 kali lebih
sering dibandingkan anak wanita. Rasio anak laki-laki dibanding anak
wanita adalah 76.4%:58.2% atau 1.3:1. GNAPS lebih sering dijumpai di
daerah tropis dan biasanya menyerang anak-anak dari golongan
ekonomi rendah. Di Indonesia 68.9% berasal dari keluaga sosial ekonomi
rendah dan 82% dari keluarga berpendidikan rendah. Keadaan
lingkungan yang padat, higiene sanitasi yang jelek, malnutrisi, anemia,
dan infestasi parasit, merupakan faktor risiko untuk GNAPS, meskipun
kadang-kadang outbreaks juga terjadi dinegara maju. Faktor genetik juga
berperan, misalnya alleles HLA-DRW4, HLA-DPA1 dan HLA-DPB1 paling
sering terserang GNAPS
2. Faktor kuman streptokokus
Proses GNAPS dimulai ketika kuman streptokokus sebagai
antigen masuk kedalam tubuh penderita,yang rentan, kemudian tubuh
memberikan respon dengan membentuk antibodi. Bagian mana dari
kuman streptokokus yang bersifat antigen masih belum diketahui.
Beberapa penelitian pada model binatang dan penderita GNAPS
menduga yang bersifat antigenik adalah: M protein, endostreptosin,
cationic protein, Exo-toxin B, nephritis plasmin-binding protein dan
streptokinase. Kemungkinan besar lebih dari satu antigen yang terlibat
dalam proses ini, barangkali pada stadium jejas ginjal yang berbeda
dimungkinkan akibat antigen M protein dan streptokinase.
Protein M adalah suatu alpha-helical coiled-coil dimer yang terlihat
sebagai rambut-rambut pada permukaan kuman. Protein M menentukan
apakah strain kuman tersebut bersifat rematogenik atau nefritogenik.
Strain nefritogenik dibagi menjadi serotype yang berkaitan dengan
faringitis (M 1, 4, 12, 25) dan serotipe infeksi kulit (M 2, 42, 49, 56, 57,
60). Streptokinase adalah protein yang disekresikan oleh kuman
streptokokus, terlibat dalam penyebaran kuman dalam jaringan karena
mempunyai kemampuan memecah plasminogen menjadi plasmin.
Streptokinase merupakan prasarat terjadinya nefritis pada GNAPS.
Saat ini penelitian lebih menitikberatkan terhadap protein M yang
terdapat pada streptokokus sebagai tipe nefritogenik yang dapat
menyebabkan kerusakan glomerulus. Selain itu penelitian-penelitian
terahir menemukan adanya dua fraksi antigen, yaitu nephritis associated
plasmin receptor (NAPlr) yang diidentifikasi sebagal glyceraldehide 3-
phosphate dehydrogenase (GAPDH) dan streptococcal pyrogenic
exotoxin B (SPEB) sebagai fraksi yang menyebabkan infeksi nefritogenik.
NAPlr dan SPEB didapatkan pada biopsi ginjal dini dan menyebabkan
terjadinya respon antibodi di glomerulus. Penelitian terbaru pada pasien
GNAPS memperlihatkan deposit SPEB di glomerulus lebih sering terjadi
daripada deposit NAPlr.
Urin berwarna merah muda atau seperti cola karena sel-sel darah merah
terbawa ke dalam urin Anda
Urin berbusa karena kelebihan protein
Tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi
Retensi cairan yang ditandai dengan pembengkakan di wajah, tangan,
kaki, dan perut
Kelelahan akibat anemia atau gagal ginjal
Obesitas
Cacat lahir pada ginjal
2.5 Penatalaksanaan
Pencegahan
2. Merokok
Pengobatan Glomerulonefritis
Edukasi
3.2 Saran
Dengan penulisan makalah ini, penulis berharap agar dapat
menambah ilmu pengetahuan kepada pembaca. Oleh karena itu, harapan
penulis kepada pembaca semua agar sudi kiranya memberikan kritik dan
saran yang bersifat membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Baradero, Marry dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Ginjal. Jakarta : EGC
Sekarwana HN. 2001. Rekomendasi mutahir tatalaksana glomerulonefritis akut
pasca streptokokus. Dalam: Aditiawati, Bahrun D, Herman E, Prambudi
R, penyunting. Buku naskah lengkap simposium nefrologi VIII dan
simposium kardiologi V. Ikatan Dokter Anak Indonesia Palembang, 2001.
h. 141-62.
Ilmu Kesehatan Nelson, 2000, vol 3, ed Wahab, A. Samik, Ed 15,
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus,1813-1814, EGC, Jakarta.
Glomerulonefritis Akut. 2005. [online],
http://www.scribd.com/mobile/doc/48862772 (diakses pada 28 Februari
2019)
Tania savitri. 2016. Halo sehat. https://hellosehat.com/penyakit/glomerulonefritis/.
Online. 28 febuari 2019
Tjin Willy. 2017. Alodokter. https://www.alodokter.com/glomerulonefritis. Online .
2019
Achmad Rizki Yono.2016.Etiologi dan Epidemiologi Glomerulonefritis. Jakarta:
Universitas Indonesia
Dedi Rachmadi. 2017. DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN
GLOMERULONEFRITIS AKUT. Bandung : FK Unpad RS. Hasan Sadikin
Bandung