Anda di halaman 1dari 7

DAMPAK PSIKOLOGIS PERCERAIAN TERHADAP ANAK

Abdi Rahman

BK (A) 18151001

Pendahuluan

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita
sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga/rumah tangga bahagia dan
kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan bukan hanya sementara,
teapi terus menerus antara suami dan istri dalam suatu keluarga atau rumah tangga
yang bahagia. Dalam penjelasan pasal 1 Undang-undang No.1 tahun 1974 dikatakan
bahwa ikatan lahir batin merupakan hal yang penting dari suatu perkawinan karena
tujuan perkawinan bukanlah semata-mata untuk memenuhi hajat hawa nafsu saja,
melainkan untuk mewujudkan keluarga bahagia dan dilandasi oleh ketuhanan Yang
Maha Esa.

Perkawinan bertujuan membina kehidupan manusia secara rukun,tentram dan


bahagia supaya hidup saling mencintai dan kasih mengasihi antara suami istri dan
anak-anak serta keluarga lain agar terciptanya keluarga yang sejahtera. Kerukunan
dan keharmonisan dalam rumah tangga sangat dibutuhkan oleh anak-anak, karena
merupakan satu-satunya tempat dan lingkungan alami yang dapat dijadikan mendidik
anak dengan baik dan benar, baik pendidikan jasmanai atau pendidikan rohani serta
dapat menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang dalam jiwa mereka sendiri. Orang
tua mempunyai Tanggung jawab yang besar terhadap perkembangan dan pendidikan
anak, rumah tangga yang sehat bersih dan teratur serta diliputi rasa damai aman dan
tentram serta rukun antara satu dengan lainnya akan mewujudkan keluarga yang
bahagia yang hidup dalam masyarakat dengan melahirkan anak-anak yang terdidik
dan mempunyai harapan yang cerrah dimasa yang akan datang.

1
Hubungan yang hermonis antara orang tua dan anak sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan pendidikan si anak, hubungan
yang serasi penuh pengertian dan kasih sayang akan membawa kepada pribadi si
anak. Mengingat rumah tangga adalah tempat pendidikan yang pertama dikenal oleh
anak, maka orang tua harus dapat mengetahui tentang tujuan pendidikan untuk anak-
anaknya.(Yusuf, 2014)

Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama bagi anak, yaitu tempat
bersosialisasi yang memegang peranan penting bagi perkembangan kepribadian,
dalam keluarga untuk pertama kali anak mengenal arti hidup, cinta kasih, simpati,
mendapatkan bimbingan dan pendidikan serta terciptanya suasana yang aman,
sehingga dapat dikatakan keluarga memegang peranan penting untuk membentuk
kepribadian. Pada kenyataanya, tidak semua keluarga dapat menjalankan fungsinya
dengan baik. Banyak persoalan-persoalan yang dihadapi oleh para anggota keluarga
seringkali keseimbangan akan terganggu dan membahayakan kehidupan keluarga
yang mengakibatkan keluarga tidak akan merasakan kebahagiaan. Istilah perceraian
sering terdengar dalam kehidupan saat ini, di Indonesia banyak perkawinan berakhir
dengan perceraian, banyak berita yang memaparkan tentang perceraian selebriti
Indonesia baik di televisi, di koran-koran dan majalah-majalah yang membahas
public figure seperti para artis.(Lestari, 2014)

Perceraian tidak hanya berdampak bagi yang bersangkutan (suami-isteri),


namun juga melibatkan anak khususnya yang memasuki usia remaja. Perceraian
merupakan beban tersendiri bagi anak sehingga berdampak pada psikis. Seperti
perasaan malu, sensitif, dan rendah diri hingga menarik diri dari lingkungan. Hal-hal
yang biasanya ditemukan pada anak ketika orang- tuanya bercerai adalah rasa tidak
aman, tidak diinginkan atau ditolak oleh orangtuanya yang pergi, sedih dan kesepian,
marah, kehilangan, merasa bersalah, menyalahkan diri sendiri sebagai penyebab
orang tua bercerai. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Aminah,
Andayani, dan Karyanta (2014) dampak psikologis terbagi menjadi dampak kognisi,

2
dampak emosi dan dampak konasi/psikomotor yang kesemuanya mempengaruhi
penyesuaian diri subjek yang berimbas pada dunia sosial. Anak yang belum siap
menghadapi rasa kehilangan akan terpukul, dan kemungkinan besar mengalami
perubahan tingkah laku seperti menjadi pemarah, pembangkang, suka melamun,
mudah tersinggung, suka menyendiri, dandan sebagainya. Jika ini terjadi, anak bisa
kehilangan kontrol, dan tidak mampu lagi berpikir sehat. Bagaimana anak bereaksi
terhadap perceraian orangtuanya, sangat dipengaruhi oleh cara orang tua berperilaku
sebelum, selama dan sesudah perceraian. Anak akan membutuhkan dukungan,
kepekaan, dan kasih sayang yang lebih besar untuk membantunya mengatasi
kehilangan yang dialami selama masa sulit setelah orang tuanya bercerai (Untari,
Putri, & Hafiduddin, 2018)

Perceraian Orang Tua

Menurut Dariyo (2007), perceraian merupakan titik puncak dari pengumpulan


berbagai permasalahan yang menumpuk beberapa waktu sebelumnya dan jalan
terakhir yang harus ditempuh ketika hubungan perkawinan itu sudah tidak dapat
dipertahankan lagi.(Lestari, 2014) Perceraian Orang Tua Bercerai adalah terputusnya
ikatan keluarga yang disebabkan oleh salah satu atau kedua pihak (suami dan istri)
untuk saling meninggalkan sehingga mereka berhenti untuk melakukan kewajibannya
sebagai suami dan istri (Warnadi, 2012). Hal ini juga mengarah kepada perpisahan
atau perceraian anak terhadap orangtua, sehingga anak akan tinggal dengan salah satu
orangtua biologisnya. Asal mula terjadinya perceraian yaitu ketika didalam keluarga
ada seseorang yang bermasalah dan mempengaruhi pribadinya, kemudian seluruh
interaksi akan terpengaruh dan kebahagiaan dalam keluarga akan terhambat
(Gunarsa, 2008). Jika di dalam hubungan suami-istri terjadi penghambatan
kebahagiaan, maka hal tersebut dapat memicu terjadinya perceraian.(P & Suprapti,
2014)

3
Akibat Hukum Perceraian

Dalam Peraturan Pemerintah No 9/1975 sebagai Peraturan Pelaksanaan


Undang-undang Perkawinan (Undang-undang No 1/1974) tidak disebutkan atau tidak
diatur tentang akibat perceraian ini. Hanya dalam Undang-undang No 1 Tahun 1974
pasal 41 disebutkan bahwa akibat putusnya perkawinan karena perceraian ialah :

1. baik ibu atau Bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik


anakanaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada perselisihan
mengenai penguasaan anak-anak, pengadilan memberikan keputusannya;

2. bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan


pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat
memberikan kewajiban tersebut, pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut
memikul biaya tersebut;

3. pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya


penghidupan dan atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas istri-istri

Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Psikologi Anak

Setiap terjadinya perceraian orang tua sudah barang tentu berdampak negatif
terhadap proses pendikan dan perkembangan jiwa anak, di karenakan anak usia
sekolah dasar pada umumnya masih membutuhkan kasih sayang dan perhatian penuh
dari kedua orang tua. Hal ini akan dibuktikan nantinya dalam pembahasan berkutnya,
hal-hal yang berkaitan dengan dampak yang dirasakan anak akibat terjadinya
perceraian kedua orang tuanya. Perceraian orang tua merupakan problema yang
cukup besar bagi anak- anaknya terutama bagi anak-anak yang masih sekolah dasar,
sebab anak-anak pada usia ini masih sangat membutuhkan kasih sayang kedua orang
tuanya. Suasana rumah tangga memberi pengaruh terhadap perkembangan dan
pendidikan anak usia Sekolah Dasar. Suasana keluarga yang berantakan dapat
menyebabkan anak tidak dapat belajar dengan baik bahkan membawa pengaruh yang

4
negatif terhadap perkembangan jiwa anak dalam masa pertumbuhannya, karena
pribadi si anak umumnya terjadi melalui pengalaman yang didapat diwaktu kecil.
Pengalaman yang diperoleh anak di waktu kecil baik pengalaman pahit maupun
menyenangkan semuanya memberi pengaruh dalam kehidupan anak nantinya. Maka
dapat disimpulkan dampak psikologis perceraian orang tua terhadap anak, sebagai
berikut :

a. Perceraian mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan


Jiwa dan pendidikan anak, terutama anak usia Sekolah Dasar dan remaja.
Diantaranya dapat menyebabkan anak bersikap pendiam dan rendah diri, nakal yang
berlebihan, prestasi belajar rendah dan merasa kehilangan. Walaupun tidak pada
semua kasus demikian tapi sebagian besar menimbulkan dampak yang negatif
terhadap perkembangan jiwa anak dan juga berpengaruh terhadap proses pendidikan
anak itu sendiri sebagaimana tersebut diatas.

b. Pada umumnya anak-anak yang keluarganya bercerai ikut bersama ibunya,


dan semua biaya hidupnya yang seharusnya menjadi tanggung jawab bapak tetapi
menjadi tanggung jawab si ibu.

c. Anak-anak dari keluarga sempuma memiliki prestasi lebih baik diban


dingkan dengan anak-anak dari keluarga tidak sempuma yang orang tua nya bercerai.
Dampak perceraian orang tua juga terlihat secara nyata bagi anak-anak usia sekolah
Dasar seperti pendiam, pemalu, tidak lagi ceria dan prestasi belajarnya
menurun.(Yusuf, 2014)

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Untari bahwa
Dampak positif yang muncul berupa menjadi lebih mandiri 80% responden menjadi
lebih mandiri. Hal ini anak tidak tergantung dari orang tua karena mereka dituntut
untuk bisa berbuat tanpa pendampingan dari orang tua. Dampak menjadi terlatih juga
muncul pada responden sebesar 66% dimana pada observasi remaja dalam melakukan
sesuatu salah satu contoh berupa mengerjakan pekerjaan rumah menjadi terlatih.

5
Dampak menjadi cepat bangkit jika mengalami keterpurukan, responden lebih banyak
mengalami hal tersebut sebesar 60%.

Dampak negative yang muncul meliputi merasa malu dengan perceraian


orang tua, Merasa mudah marah jika orang lain tidak sesuai dengan keinginan saya,
Merasa sulit fokus terhadap sesuatu, merasa kehilangan rasa hormat terhadap orang
tua dan mudah menyalahkan orang tua, melakukan sesuatu yang salah, sering tidak
peka terhadap lingkungan, tidak memiliki etika dalam bermasyarakat, tidak memiliki
tujuan hidup, ingin menang sendiri, merasa tidak aman dengan lingkungan sekitar
karena tidak ada orang tua yang melindungi secara utuh. Dampak negatif
mendapatkan angka yang bervariasi sehingga hal ini menunjukkan, perceraian
dipastikan memuncul- kan dampak prikologis negatif pada anak.(Untari et al., 2018)

Kesimpulan

Perceraian mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan


Jiwa dan pendidikan anak, terutama anak usia Sekolah Dasar dan remaja.
Diantaranya dapat menyebabkan anak bersikap pendiam dan rendah diri, nakal yang
berlebihan, prestasi belajar rendah dan merasa kehilangan. Walaupun tidak pada
semua kasus demikian tapi sebagian besar menimbulkan dampak yang negatif
terhadap perkembangan jiwa anak dan juga berpengaruh terhadap proses pendidikan
anak itu sendiri sebagaimana tersebut diatas. Pada umumnya anak-anak yang
keluarganya bercerai ikut bersama ibunya, dan semua biaya hidupnya yang
seharusnya menjadi tanggung jawab bapak tetapi menjadi tanggung jawab si ibu.
Anak-anak dari keluarga sempuma memiliki prestasi lebih baik diban dingkan dengan
anak-anak dari keluarga tidak sempuma yang orang tua nya bercerai.
Dampak perceraian orang tua juga terlihat secara nyata bagi anak-anak usia
sekolah Dasar seperti pendiam, pemalu, tidak lagi ceria dan prestasi belajarnya
menurun. dampak perceraian orang tua menimbulkan dampak psikologis negatif
maupun positif. Dampak negatif lebih banyak timbul seperti malu dengan perceraian

6
orang tua, mudah marah jika orang lain tidak sesuai dengan keinginan saya, sulit
fokus terhadap sesuatu, kehilangan rasa hormat terhadap orang tua dan mudah
menyalahkan orang tua, melakukan sesuatu yang salah, sering tidak peka terhadap
lingkungan, tidak memiliki etika dalam bermasyarakat, tidak memiliki tujuan hidup,
ingin menang sendiri, merasa tidak aman dengan lingkungan sekitar karena tidak ada
orang tua yang melindungi secara utuh dan semua data bervaraisi dibandingkan
dengan dampak positif berupa menjadi lebih mandiri, terlatih dalam kegiatan
keseharian, cepat bangkit jika mengalami keterpurukan.

Daftar pustaka

Lestari, D. W. (2014). PENERIMAAN DIRI DAN STRATEGI COPING PADA,


2(1), 1–13.

P, A. D., & Suprapti, V. (2014). Resiliensi Remaja Putri terhadap Problematika Pasca
Orang Tua Bercerai, 3(3), 164–171.

Untari, I., Putri, K. P. D., & Hafiduddin, M. (2018). Dampak Perceraian Orang Tua
terhadap Kesehatan Psikologis Remaja. Profesi (Profesional Islam) : Media
Publikasi Penelitian, 15(2). Retrieved from
https://www.ejournal.stikespku.ac.id/index.php/mpp/article/view/272/193

Yusuf, M. (2014). Dampak perceraian orang tua terhadap anak. Jurnal Al-Bayan, Vol.
20 No, 33–44.

Anda mungkin juga menyukai