A. Kebijakan Umum
B. Kebijakan Khusus
1. Pasien yang dirawat di ruang isolasi bertekanan negatif adalah :
a. Pasien dengan dugaan H1N1, H5N1, Pandemic Influenza dan SARS (corona virus)
b. Bila tidak ada pasien pada poin a, ruang isolasi bertekanan negatif dapat digunakan
untuk pasien tuberkulosis BTA positif terutama yang diduga poliresisten TB,
MDR/TB (Rifampicin dan INH), XDR TB (Rifampicin, INH, Streptomycin/
Kanamycin), atau total resisten TB, pasien yang terbukti MDR TB, XDR TB atau
total resisten TB dirujuk ke RSUD Raden Matthaher Jambi.
c. Yang dimaksud dengan suspek MDR/TB adalah sebagai berikut:
1) Gagal pengobatan pada OAT kategori 1(Kasus baru)
2) Gagal pengobatan pada OAT kategori 2 ( Residif)
3) Tidak konversi pengobatan pada OAT katagori 1
4) Tidak konversi pengobatan pada OAT katagori 2
5) Kasus kambuh
6) Kasus gagal (BTA pada bulan ke-5 masih (+))
7) Riwayat pengobatan dengan flurokuinolon atau injeksi kanamisin
8) Kontak dengan MDR/TB
9) Kasus HIV.
Kriteria ini di tentukan oleh dokter spesialis penyakit paru
2. Pasien pada poin 1a harus dipindahkan ke ruang rawat biasa bila hasil Rapid test
influenza negatif dan/atau ELISA (dari Litbang Kemkes RI) negatif.
3. Pasien TB paru BTA Positif walaupun masih memerlukan perawatan dapat dipindahkan
ke ruang rawat biasa dengan perlakuan khusus bila terjadi KLB pada poin 1a.
4. Pasien TB paru BTA positif dipindahkan ke ruang rawat biasa/rawat jalan, setelah
terbukti BTA negatif (pemeriksaan BTA ulang setelah pemberian OAT selama 2
minggu) dan/atau ditentukan oleh DPJP.
5. Ruang isolasi berada dilantai 1 perawatan paru (ruang H5N1) Bila kapasitas ruang
isolasi tekanan negatif telah penuh, sementara masih ada pasien yang sesuai indikasi
masuk perawatan ruang isolasi maka pasien tersebut di tempatkan diruang isolasi
tambahan di ruang perawatan lantai 4 paru.
6. Dalam melaksanakan tugasnya, petugas ruang perawatan isolasi bertekanan negatif
harus memberikan laporan tentang pasien dan kondisi ruangan kepada Komite PPI RSU
Nurdin Hamzah.
7. Ruang perawatan isolasi bertekanan negatif harus dilakukan monitoring, checklist
terhadap ruangan tersebut secara berkala terhadap suhu, tekanan dan kelembaban
ruangan. Pelaksana harus membubuhkan nama jelas, tanggal, waktu dan tanda tangan.
8. Setiap petugas ruang perawatan isolasi bertekanan negatif harus menggunakan APD :
a. Kasus pada poin 1a menggunakan APD lengkap (topi, google,masker N95, masker
bedah, apron, sarung tangan, sepatu boot)
b. Kasus pada poin 1b menggunakan, gown dan masker bedah.
9. Pasien yang dirawat di ruang perawatan isolasi bertekanan negatif tanpa ventilator
menggunakan masker bedah.
10. Untuk membatasi kontak antara petugas dengan pasien dan efisiensi APD dilakukan
inventarisasi tindakan yang akan dilakukan pada pasien sebelum petugas masuk ke
ruang rawat isolasi .
11. Keluarga pasien poin 1a dapat melihat pasien melalui jendela visit area.
12. Keluarga pasien poin 1b dapat melihat pasien melalui jendela visit area dan masuk ke
ruang perawatan pada jam berkunjung dengan memperhatikan kewaspadaan standar
(masker bedah, cuci tangan sebelum dan sesudah kontak)
13. Jumlah pengunjung pasien yang masuk pada poin 1b dibatasi maksimal dua orang.
14. Pintu ruang perawatan isolasi bertekanan negatif harus selalu tertutup.