Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS MORFOLOGI SUNGAI PADA POLA DISTRIBUSI SEDIMENTASI

Oleh :
Kamiran
Danang Bagiono

Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya
2010
ddbagioo@gmail.com

ABSTRAK

Dalam Tugas Akhir ini model sedimentasi dikembangkan secara matematik dengan
menggunakan pendekatan metode volume hingga. Model sedimentasi yang dibangun terdiri dari
dua bagian, yaitu hidrodinamika aliran sungai dan morfologi sungai. Dalam hidrodinamika aliran
sungai digambarkan tentang variabel-variabel yang dilibatkan pada persamaan aliran sungai,
sedangkan pada morfologi sungai digambarkan tentang proses sedimentasi yang terjadi didasar
saluran sebagai akibat dari perilaku aliran. Dalam implementasinya hasil output dari
hidrodinamika aliran sungai yang berupa kadalaman dan kecepatan aliran menjadi input pada
bagian morfologi sungai.
Pada penelitian ini dibahas mengenai pola distribusi sedimen pada morfologi sungai yang
sangat menikung berbentuk setengah lingkaran, menggunakan metode Meshless Local Petrov-
Galerkin (MLPG) dengan pendekatan Moving Least Square (MLS) sebagai fungsi shape dan fungsi
pembobot spline orde-4 serta fungsi Heavyside sebagai fungsi test. Dengan variasi kedalaman
awal h=0.1 sampai h=0.5 untuk kecepatan awal v yang sama v=0.1, ketinggian sedimen pada
aliran lurus mengalami kenaikan rata-rata sekitar 0.001972, sedangkan untuk aliran menikung
terjadi kenaikan rata-rata sekitar 0.00013. Demikian juga ketika diberikan variasi kecepatan awal
v=0.1 sampai v=0.5, dengan kedalaman h yang sama h=0.3, ketinggian sedimen pada aliran lurus
mengalami penurunan rata-rata sekitar 0.02156, sedangkan aliran menikung mengalami
penurunan sekitar 0.01657. Dari hasil simulasi yang dilakukan, pola distribusi sedimen di
sepanjang aliran dipengaruhi oleh kedalaman sungai, kecepatan sungai, serta bentuk morfologi
sungai tersebut.

Kata kunci : Meshless local Petrov-Galerkin (MLPG), Moving Least Square (MLS), fungsi
Heavyside.

1
PENDAHULUAN
Sungai merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia. Salah satu manfaat
sungai yang cukup penting adalah untuk menampung air pada saat musim penghujan.
Pendangkalan sungai akibat adanya pengendapan sedimen menyebabkan air tidak dapat tertampung
atau tidak teralirkan secara maksimal sehingga dapat meyebabkan banjir. Proses terjadinya
sedimentasi ini dapat dimodelkan dan disimulasikan secara matematis sehingga proses perubahan
morfologi sungai akibat adanya sedimentasi. Pemodelan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam pengambilan suatu kebijakan, sehingga dampak yang akan ditimbulkan akibat
adanya sedimentasi tersebut dapat dicegah sedini mungkin atau dikurangi. Model sedimentasi ini
dibangun dengan menggunakan pendekatan metode volume hingga dan diselesaikan dengan
metode Meshless Local Petrov-Galerkin (MLPG). Salah satu keunggulan dari metode ini adalah
dalam proses diskritisasi daerah penyelesaian.
Pada metode-metode numerik yang telah ada, dalam melakukan interpolasi atau
penghitungan integral, dibutuhkan pias pada domain yang akan diselesaikan. Sehingga untuk
domain yang diskontinu atau mempunyai batas yang bergerak merupakan permasalahan yang sulit
diselesaikan. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk menghilangkan pias, mengurangi
kesulitan dalam membuat pias dengan menggunakan titik sebagai penggatinya (Atlury dan Lin,
2001).

MATERI DAN METODE


Sedimentasi
Sedimentasi terjadi karena adanya partikel-partikel padat yang ikut terbawa oleh aliran air.
Mekanisme pengangkutan sedimen ini dikategorikan menjadi dua, yaitu bed load dan suspended
load. Proses pergerakkan sedimen jenis bed load bergerak pada dasar sungai dengan cara
menggelinding, meluncur dan melompat-lompat. Sedangkan pada suspended load terdiri dari
butiran-butiran halus yang melayang-layang di dalam air. Ottevanger (2005) mengemukakan
bahwa proses terjadinya terdiri dari dua bagian, yaitu hidrodinamika dan morfologi. Hidrodinamika
menjelaskan tentang aliran sungai, sedangkan morfologi menjelaskan tentang proses pengangkutan
sedimen. Hubungan antara kedua bagian ini adalah arah dan besanya kecepatan aliran pada
hidrodinamika menjadi input pada proses pembentukan sedimen pada morfologi.
Zou Liu (2001) mengusulkan tiga macam transportasi sedimen, yaitu wesh load, bed-load,
dan suspended load. Wash load adalah partikel atau sedimen yang terbawa oleh air, akan tetapi
partikel ini tidak mengendap pada dasar aliran, sehingga perilaku atau komposisi dari jenis
angkutan ini tidak dapat diprediksi. Salah satu rumus yang popular untuk menghitung banyaknya
sedimen pada transpormasi sedimen adalah rumus Mayer-Pater dan Muller (Yang, 1996).

2
Rumus Mayer-Puter&Muller (Liu, 2001):

v = kecepatan aliran sungai, h = kedalaman


Perubahan morfologi sungai diasumsikan hanya terjadi pada dasar sungai yang diakibatkan adanya
proses gerusan dan pengendapan. Perubahan dasar ini dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan kekekalan massa untuk transportasi sedimen yaitu :

Dengan
Metode Volume Hingga
Banyak permasalahan di bidang mekanika fluida yang harus dianalisis dengan mengamati
suatu daerah berhingga dari suatu domain yang besar. Dasar dasar yang digunakan oleh metode ini
untuk dapat diterapkan adalah hukum-hukum dasar fisika, yaitu hukum kekekalan massa,
momentum dan hukum pertama dan kedua termodinamika (Munson, 2003). Hukum kekekalan
massa untuk suatu volume kendali:

Dengan , ,

Sedangkan untuk hukum kekekalan momentum dapat dinyatakan dengan:

Metode Meshless Local Petrov-Galerkin (MLPG)


Tujuan utama dari metode meshless ini adalah menghindari penggunaan pias, metode ini
sangat bermanfaat pada masalah dengan batas domain yang tidak koninu atau bergerak. Penelitian
tentang metode MLPG dan penerapannya telah banyak dilakukan dan masih terus dikembangkan.
Atluri dan Lin (2000) menerapkan metode MLPG untuk menyelesaikan masalah konveksi-divusi.
Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa MLPG memberikan hasil yang sangat akurat pada
kasus tersebut.

3
Penjelasan dari subdomain tersebut dapat dilihat dari gambar berikut:

MLS merupakan salah satu metode interpolasi yang mempunyai tingkat keakuratan yang tinggi
(Atlury dan Lin, 2000). Misalkan sebuah fungsi taksiran pada domain dengan titik
sebaran , . Penaksir MLS dari , dapat didefinisikan sebagai :
dengan
adalah basis monomial lengkap order m. sebagai contoh untuk 2 dimensi, bentuk linier:

adalah vector yang memuat koefisien-koefisien fungsi merupakan fungsi


fungsi dari variabel x. Matrik P dam W didefinisikan sebagai berikut:

,dan

Dan , nilai fiktif dan bukan nilai yang sebenarnya dari fungsi uh(x)
secara umum. Dengan A dan B adalah matrik yang didefinisikan sebagai berikut :

Dengan menyelesaikan Persamaan terhadap a(x), maka diperoleh :

Pemilihan fungsi bobot w yang akan digunakan adalah bebas selama fungsi tersebut positif dan
kontinu (Basuki W, 2009). Fungsi bobot yang sering digunakan adalah fungsi bobot spline. Fungsi
bobot spline adalah:

Salah satu fungsi tes yang dikemukakan oleh Atlury da Shen (2002) adalah fungsi heavyside.
Fungsi tes ini merupakan fungsi tes yang paling sederhana, karena menggunakan fungsi konstan.
Untuk mendiskretisasi bentuk local weak seperti telah dibahas sebelumnya, persamaan aproksimasi
MLS disubstitusikan ke persamaan bentuk local weak tersebut. Hasil substitusi tersebut kemudian
dibentuk menjadi sistem persamaan linear berikut :

4
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Simulasi dilakukan dengan memberikan beberapa masukan sebagai kondisi awal yang
berupa kedalaman, kecepatan, dan ketinggian sedimen. Hal ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh kecepatan, kedalaman serta bentuk morfologi sungai tersebut terhadap distribusi sedimen
pada dasar sungai. Governing equation untuk aliran menikung diperoleh dengan mentranspormasi
Persamaan aliran lurus ke dalam bentuk koordinat polar adalah sebagai berikut:
, , ,

Kekekalan massa:

Kekekalan momentum:

Sedangkan untuk kondisi batas diasumsikan sebagai berikut:

Rumus yang digunakan untuk menghitung perubahan dasar sungai akibat adanya transportasi
sedimen dan untuk menghitung banyaknya transportasi sedimen adalah sebagai berikut:
Kekekalan massa sedimen:

Penerapan Metode MLPG


Governing equation disusun dalam bentuk matriks diperoleh sistem persamaan:

5
Dimisalkan:

Maka sistem Persamaan di atas dapat ditulis menjadi:

Untuk menyelesaikan model sedimentasi di atas didekati dengan pendekatan MLS sebagai berikut:

Dengan adalah indeks terkecil dan adalah indeks terbesar dari titik-titik diskrit yang berada
dalam sub-domain [ ], dengan

Dengan mengimplementasikan MLS pada model sedimentasi yang ada, maka diperoleh:

Dalam bentuk matrik Persamaan dapat ditulis menjadi:

Diskretisasi Persamaan Terhadap Waktu.


Persamaan di diskritisasi dengan menggunakan Deret Taylor, diperoleh:

Stabilitas Numerik
Dikarenakan skema numerik untuk metode MLPG yang digunakan adalah skema eksplisit,
maka perhitungan dilakukan dengan setiap waktu tertentu ( ). Diketahui bahwa ,
dengan kata lain agar dapat konsisten haruslah . Perhitungan ini dibuat untuk setiap waktu
tertentu dengan menggunakan kriteria dibawah ini:

dimana dr(i,j) adalah jarak antara stiap titik tengah dari masing-masing subdomain.

6
Simulasi
 Aliran Lurus
Dengan beberapa inputan sebagai kondisi awal h = 0.3, v = 0.1, zb = 0.3, T= 10, =0.5
Kedalaman sungai sepanjang y saat waktu t=0 sampai t=T
0.3

0.2995
0.302

0.299
kedalaman(h)

0.3
0.2985

0.298
0.298

0.296 0.2975
0
2 0.297
4 25
20 0.2965
6 15
8 10
5
0
10
posisi titik(y) waktu(t)

Gambar a. Plot kedalaman sungai.


Kecepatan sungai sepanjang y saat waktu t=0 sampai t=T

0.1

0.3

0.2
kecepatan(v)

0.05
0.1

-0.1
0
0
2
4 25
6 20
15
8 10
5 -0.05
posisi titik(y) 10
0 waktu(t)

Gambar b. Plot kecepatan sungai.


Ketinggian sedimen sepanjang y saat waktu t=0 sampai t=T

0.3035

0.305 0.303

0.304 0.3025
ketinggian(zb)

0.303
0.302
0.302
0.3015
0.301

0.301
0.3
0 30
0.3005
20
5
10
0.3
0
10
posisi titik(y) waktu(t)

Gambar c. Plot kedalaman sungai.


Dari hasil plot Gambar (a - c) terlihat bahwa pada posisi titik y tertentu terjadi perubahan
yang berbeda-beda, baik perubahan kedalaman, kecepatan, maupun ketinggian sedimen setelah
selang waktu T. Perubahan yang paling besar terjadi pada daerah atau titik 7-10. Kedalaman sungai
mengalami penurunan kurang lebih sekitar 0.0038. Dengan kata lain terjadi kenaikan ketinggian
sedimen sebesar penurunan kedalamannya dititik tersebut. Demikian juga untuk kecepatan sungai,
setelah selang waktu T kecepatan sungai mengalami penurunan kurang lebih sekitar 0.05.

7
 Aliran menikung
Dengan beberapa inputan sebagai kondisi awal h = 0.3, v = 0.1, zb = 0.3, T= 10, =0.5
Kedalaman sungai pada sudut(teta) tertentu saat waktu t=0 sampai t=T
0.3

0.3

0.3 0.3

Kedalaman(h) 0.3 0.3

0.2999 0.2999

0.2999
0.2999
0.2998
0.2999
0.2998
30
0.2999

20 0.2999
10
8
10 6 0.2998
4
2
0
Waktu(t) sudut(teta)

Gambar d. Plot kedalaman sungai.


Kecepatan sungai pada sudut(teta) tertentu saat waktu t=0 sampai t=T

0.105

0.108
0.104

0.106
Kecepatan(v)

0.103
0.104

0.102
0.102

0.1

0.101
0.098
30
10
20 8 0.1
6
10 4
2
Waktu(t) 0 0
sudut(teta)

Gambar e. Plot kecepatan sungai.


Ketinggian sedimen pada sudut(teta) tertentu saat waktu t=0 sampai t=T

0.3002

0.3001
0.3002
0.3001
0.3001
Ketinggian(zb)

0.3001
0.3001
0.3001
0.3
0.3001
0.3
0.3
0.2999
30
0.3
20 10 0.3
8
10 6
4 0.3
2
0
Waktu(t) sudut (teta)

Gambar f. Plot ketinggian sedimen.


Dari hasil plot Gambar (d – f) terlihat bahwa pada sudut (teta) tertentu terjadi perubahan
yang berbeda-beda, baik perubahan kedalaman, kecepatan, maupun ketinggian sedimen setelah
selang waktu T. Perubahan yang paling besar terjadi pada daerah atau titik 4-5. Kedalaman sungai
mengalami penurunan kurang lebih sekitar 0.0002. Dengan kata lain terjadi kenaikan ketinggian
sedimen sebesar penurunan kedalamannya di titik atau daerah tertsebut. Sementara kecepatan
sungai mengalami kenaikan kurang lebih sekitar 0.0053.

8
Pengaruh Kedalaman Terhadap Ketinggian Sedimen, saat T=10, , v=0.1
 Aliran Lurus

Grafik ketinggian sedimen setelah waktu T.

 Aliran Menikung

Grafik ketinggian sedimen setelah waktu T


Grafik di atas merupakan grafik perubahan ketinggian sedimen dari masing-masing posisi
titik di dasar sungai setelah selang waktu T. Dengan variasi kedalaman awal yang diberikan
ketinggian sedimen pada aliran lurus yaitu titik 6-7 mengalami penurunan, namun kenaikan rata-
rata yang terjadi sekitar 0,001972. Sedangkan pada aliran menikung untuk sudut (teta) tertentu
terjadi penurunan ketinggian sedimen, sedangkan pada sudut (teta) yang lain mengalami kenaikan.
Pada kedalaman h tertentu terjadi kenaikan ketinggian pada titik 3-4, serta penurunan pada titik 9-
10. Dan sebaliknya terjadi penurunan ketinggian titik 3-4, kenaikan pada titik 9-10. Dengan variasi
kedalaman awal yang diberikan ketinggian sedimen mengalami kenaikan rata-rata sekitar 0,00013.
Pengaruh Kecepatan Terhadap Ketinggian Sedimen T=10, , h=0.1
 Aliran Lurus

Grafik ketinggian sedimen setelah waktu T.

9
Dari grafik di atas terlihat bahwa pada titik-titik tertentu terjadi penurunan ketinggian
sedimen. Ketika kecepatan v diperbesar penurunan rata-rata ketinggian semakin besar, dengan kata
lain semakin besar kecepatan aliran maka semakin banyak pula sedimen yang dipindahkan dan
sebaliknya, semakin kecil kecepatan aliran maka semakin banyak pula sedimen yang mengendap.
Dengan variasi kecepatan awal yang diberikan ketinggian sedimen mengalami penurunan rata-rata
sekitar 0,02156.
 Aliran Menikung

Grafik ketinggian sedimen setelah waktu T


Grafik di atas merupakan grafik perubahan ketinggian sedimen dari masing-masing sudut
(teta) di dasar sungai setelah selang waktu T. Dari grafik di atas terlihat bahwa pada titik 3-4 terjadi
penurunan ketinggian sedimen, sedangkan pada titik-titik yang lain yaitu titik 9-10 mengalami
kenaikan. Dengan variasi kecepatan awal yang diberikan ketinggian sedimen mengalami
penurunan rata-rata sekitar 0,01657.

KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa :
a) Model sedimentasi dapat dibangun dalam dua bagian yaitu: hidrodinamika aliran sungai yang
membahas tentang aliran sungai. Dan morfologi sungai yang membahas tentang masalah
sedimentasi. serta dapat diselesaikan dengan menggunakan metode MLPG dengan mengubah
terlebih dahulu bentuk model tersebut kedalam bentuk local weak.
b) Aliran lurus: Dari hasil simulasi yang dilakukan terlihat bahwa, ketika diberikan variasi
kedalaman awal yaitu h=0.1 sampai h=0.5 dengan kecepatan awal aliran v yang sama v=0.1,
ketinggian sedimen pada masing-masing posisi titik mengalami penurunan rata-rata yang
berbeda-beda. Untuk masing-masing kedalaman awal h yang diberikan ketinggian sedimen
mengalami kenaikan rata-rata sekitar 0.001972. Demikian juga ketika diberikan variasi
keceptan awal v=0.1 sampai v=0.5 dengan kedalaman awal h yang sama h=0.3, ketinggian
sedimen mengalamai penurunan rata-rata sekitar 0.02156.
c) Aliran menikung: Dari hasil simulasi yang dilakukan terlihat bahwa, ketika diberikan variasi
kedalaman awal yaitu h=0.1 sampai h=0.5 dengan kecepatan awal aliran v yang sama v=0.1,
ketinggian sedimen pada masing-masing posisi titik mengalami penurunan rata-rata yang

10
berbeda-beda. Untuk masing-masing kedalaman awal h yang diberikan ketinggian sedimen
mengalami kenaikan rata-rata sekitar 0.00013. Demikian juga ketika diberikan variasi keceptan
awal v=0.1 sampai v=0.5 dengan kedalaman awal h yang sama h=0.3, ketinggian sedimen
mengalamai penurunan rata-rata sekitar 0.01657.
d) Pola distribusi sedimen di sepanjang aliran dipengaruhi oleh kedalaman, kecepatan, serta bentuk
morfologinya. Aliran sungai yang lurus maupun yang menikung mengalami perbedaan
perubahan disetiap posisi titik, baik perubahan kedalaman, kecepatan, serta perubahan
ketinggian sedimen setelah selang waktu T tertentu, namun perubahannya cukup kecil.

DAFTAR PUSTAKA
Apsley, D. (2005). “Computational Fluid Dynamic”. Springer. New York.
Atlury dan Lin. (2000). ”The Meshless Local Petrov-Galerkin (MLPG) Method for Solving
Incompressible Navier-Stokes Equation”. MnES vol.1.no.2,pp.42-60.
Atlury dan Lin. (2001). “Meshless Local Petrov-Galerkin (MLPG)Method for Convection-
Diffusion Problems”. CMES, vol.1, no.2, pp.45-60, 2000.
Atlury dan Shen. (2001). ”The Meshless Lokal Petrov-Galerkin Method for solving
incompressible Navier-stoke equation”. CMES vol.2.no.1,pp.117-142.
Atlury dan Shen. (2002). ”The Meshless Lokal Petrov-Galerkin Method”. CMES
vol.3.no.1,pp.11-51.
Liu, Z. (2001). ”Sedimen Transport”. Laboratoriet for hydrolic og Havnebygning Instituet for Van
manual.
Munson. (2003). ”Mekanika Fluida”. Erlangga. Jakarta.
Ottevanger, W. (2005). ”Diacontinues Finite Elemen Modeling of River Hydroolics and
Morphology With Application”. Univercity of Twente.
Sosrodarsono dan Tominaga. (1984). ”Perbaikan dan pengaturan sungai”. Pradnya Paramita.
Jakarta.
Sukadi, Alcrudo dan Garcia-Navaro. (1993). “Analisis jurnal model hidrodinamik dari kolam
irigasi”. FPTK/JUR.PEND.TEKNIK.
Widodo, Basuki. (2009). ”The Application of Meshless Local Petrov-Galerkin (MLPG) Method
on The Model of Sedimentation in A Junction of Two River”.Mathematic ITS Surabaya.
Yang, C.T. (1996). ”Sediment transport, Theory and Practice”. Mc Graw Hill.New York.

11

Anda mungkin juga menyukai