Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Ejaan Yang Disempurnakan”
dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan
pengetahuan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, serta menumbuh kembangkan rasa
cinta tanah air serta menjunjung tinggi bahasa persatuan kita Bahasa Indonesia. Saya juga
menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
dibuat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun dapat berguna dan menjadikan inspirasi bagi orang yang
membacanya.

Penulis

PNIEL SOZAWATO ZENDRATO

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................……. i


DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………. 1
1.1 Identitas Buku ..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
2.1 Mengenal Huruf, Penulisan, dan Pemaikan Huruf............................................... 3
2.2 Mengenal Huruf Kapital ...................................................................................... 3
2.3 Mengenal Huruf Miring ....................................................................................... 5
2.4 Penulisan Kata ..................................................................................................... 5
2.5 Pemakaian Tanda Baca ..................................................................…………….. 8
2.6 Macam-macam Tanda Baca ................................................................................8
2.7 Fungsi Tanda Baca ............................................................................................... 9
2.7.1 Tanda Titik (.) ................................................................................................ 9
2.7.2 Tanda Koma (,) ......................................................................……………… 10
2.7.3 Tanda Titik Koma (;) ..................................................................................... 12
2.7.4. Tanda Titik Dua (:) ....................................................................................... 13
2.7.5. Tanda Hubung (-) ......................................................................................... 13
2.7.6 Tanda Tanya ...................................................................................................14
2.7.7 Tanda Seru (!) .................................................................................................14
2.7.8 Tanda Kurung ((...)) ....................................................................................... 14
2.7.9 Tanda Kurung Siku ([...]) ............................................................................... 15
2.7.10 Tanda Petik (“...”) ................................................................……………… 15
2.7.11 Tanda Petik Tunggal (‘...’) ........................................................................... 16
2.7.12 Tanda Garis Miring (/) ................................................................................. 16
2.7.13 Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘) ............................................................ 16
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 18
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................... 18
3.2 Manfaat ................................................................................................................ 18
3.3 SARAN ................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 19

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 IDENTITAS BUKU

Judul : Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)


Pengarang : Agus Dwi Cahyo
Penerbit : TERBIT TERANG
Kota Terbit : Surabaya
Tebal Buku : 96 Halaman
Jumlah Halaman : 1-96
Judul-Judul Besar :

1. Mengenal Huruf
a. Huruf Abjad
b. Huruf Vokal
c. Huruf Konsonan
d. Huruf Diftong
e. Gabungan Huruf Konsonan
2. Penulisan Huruf Kapital
3. Mengenal Huruf Miring
4. Penulisan Kata
a. Kata Dasar
b. Kata Turunan
c. Kata Ulang
d. Kata Majemuk
e. Kata Ganti
f. Kata Depan
g. Kata Sandang
h. Penulisan Partikel
i. Singkatan dan Akronim
j. Angka dan Lambang Bilangan
k. Penulisan Uang
l. Penulisan Gelar Akademik
m. Penulisan Jabatan atau Pangkat
n. Penulisan Alamat
5. Pemakaian Tanda Baca
6. Macam-Macam Tanda Baca
7. Fungsi Tanda Baca :
a. Tanda Titik
b. Tanda Koma
c. Tanda Titik Koma
d. Tanda Titik Dua
e. Tanda Titik Hubung
f. Tanda Tanya
g. Tanda Seru

1
h. Tanda Kurung
i. Tanda Kurung Siku
j. Tanda Petik
k. Tanda Petik Tunggal
l. Tanda Garis Miring
m. Tanda Penyingkat atau Apostrof

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemakaian Huruf dan Penulisan Huruf yang terdapat di dalam pedoman EYD
Mengenal Huruf
1. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf berikut A, B, C, D, E,
F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y, dan Z.
2. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i,o, u
Contoh: Enak, Bumi, Radio.
3. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf b, c, d, f, g, h,
j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, z.
Contoh: Bahasa, kaca, kafan
4. Huruf Diftong
Didalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, oi.
Contoh: aula, boikot, pandai.
5. Gabungan Huruf Konsonan
Didalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan
yaitu kh, ng, ny, sy.
Contoh: khusus, isyarat, senang.

2.2 Penulisan Huruf Kapital


Kaidah penulisan huruf kapital dapat digunakan dalam beberapa hal :
1. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
Contoh:- Dia mengantuk.
2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh : Ayah bertanya, “Apakah mahasiswa sudah libur?”
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan
nama Tuhan, kata ganti Tuhan dan kitab suci.
Contoh : – Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan
yang diikuti nama orang.
3
Contoh : Raja Gowa adalah Sultan Hasanudin.
5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti
nama orang, pengganti nama orang tertentu, nama instansi, dan nama tempat.
Contoh : Bapak Gubernur Sulawesi Utara menerima laporan korups
6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang.
Contoh : Suci Sukmawati
7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan nama bahasa.
Contoh : bangsa Indonesia
8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf portama, nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah
Contoh : Lebaran
9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi unsur nama diri.
Contoh : Laut Jawa
10. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah,
ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat pada kata penghubung.
Contoh : Republik Indonesia
11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan
pengacuan.
Contoh : Surat Saudara sudah saya terima
12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Contoh : Surat Anda telah saya balas
13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
Contoh : Dr. doktor
14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Contoh : Perserikatan Bangsa Bangsa
15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata didalam judul, majalah, surat kabar,
dan karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung.
Contoh : Bacalah majalah Bahasa dan Sastra

4
2.3 Mengenal Huruf Miring

1. Penulisan Huruf Miring


Huruf miring digunakan untuk:
a. Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Contoh: Buku Kamus Umum Bahasa Indonesia karya Badudu-Zein diminati pembaca.
b. Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, kelompok kata.
Contoh: Dia bukan seorang pembunuh saja, melainkan seorang perampok.
c. Menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing.
Contoh: Politik Dumping senjata ampuh ekonomi Jepang.

2.4 Penulisan kata dalam Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD )


1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata adalah yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis sebagai
suatu kesatuan.
Contoh : Ibu percaya bahwa engkau tahu.
2. Kata Turunan (kata berimbuhan)
Kaidah yang harus diikuti dalam kata turunan yaitu :
a. Imbuhan ( awalan, sisipan, akhiran ) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh : Membaca, dikelola , terdengar , bermain, makanan , dan penetapan.
b. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, Awalan dan Akhiran ditulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh : Bertepuk tangan, Garis bawahi , Menganak Sungai, sebar luaskan.
c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur
gabungan kata itu diulis serangkai.
Contoh: Menggaris bawahi, Menyebar luaskan, Dilipat gandakan, Penghancur leburan.

d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis
serangkai.
Contoh : Adipati, Erodinamika, Antar kota dan lain sebagainya.
3. Penulisan Kata Ulang
Kata Ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-). Jenis – jenis kata ulang
yaitu:

5
a. Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal.
Contoh: laki ditulis lelaki
b. Dwilinggga yaitu pengulangan utuh atau secara keseluruhan.
Contoh: rumah ditulis rumah-rumah
c. Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem.
Contoh: sayur ditulis sayur – mayur
d. Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat imbuhan.
Contoh: main ditulis bermain – main.
4. Penulisan gabungan kata
a. Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus. Bagian – bagianya pada
umumnya ditulis terpisah.
Contoh: Mata kuliah, orang tua
b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang menimbulkan kemungkinan salah baca saat
diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian diantara unsur bersangkutan.
Contoh: Ibu – Bapak, Pandang – dengar
c. Gabungan kata yang sudah dianggap sebagai satu kata ditulis serangkai.
Contoh : daripada, sekaligus, bagaimana, barangkali.
5. Penulisan kata ganti (ku,mu,nya,kau)
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya sedangkan kata ganti
ku,mu,nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: kubaca, tasmu,
sepatunya.
6. Penulisan kata depan ( di,ke,dari)
kata depan di, ke dan dari ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya kecuali pada
gabungan kata yang dianggap padu sebagai satu kata. Seperti kepada dan daripada.
Contoh : Jangan bermain di jalan.
7. Penulisan Kata sandang ( Si dan Sang )
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh: Nama si pengirim surat tidak jelas.
8. Penulisan Partikel ( lah,kah,tah,pun dan per )
Partikel merupakan kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus, yaitu sangat ringkas
atau kecil dengan mempunyai fungsi – fungsi tertentu. Kaidah penulisan partikel sebagai
berikut:
a. Partikel – lah, -kah, dan – tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh : Bacalah buku itu baik – baik!
6
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya kecuali yang dianggap sudah
menyatu seperti bagaimanapun, biarpun, walaupun.
Contoh : walaupun hujan deras, sania tetap berangkat ke sekolah
c. Partikel per yang berarti memulai, dari dan setiap. Partikel per ditulis terpisah dengan bagian
– bagian kalimat yang mendampinginya.
Contoh : rapor siswa dilihat per semester.
9. Penulisan Singkatan dan Akronim
a. Singkatan adalah nama bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu kata atau lebih.
Setelah singkatan diikuti tanda titik.
Contoh: dII.: dan lain – lain
b. Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Contoh: SIM : Surat Izin Mengemudi
10. Penulisan Angka dan Lambang Bilangan
Dalam bahasa Indonesia ada dua macam angka yang lazim digunakan, yaitu : (1) Angka Arab
: 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9,10. Dan (2) Angka Romawi : I,II,III,IV,V,VI,VII,VIII,IX,X.

11. Penulisan Uang


Penulisan Uang masih banyak kesalahan , diantaranya dengan menggunakan titik dibelakang
Rp dan menggunakan (,-) garis dibelakang koma, namun penulisan sesuai kaidah EYD adalah
tanpa memberikan tanda titik setelah Rp dan memberikan angka (,00) setelah koma.
Contoh : – Harga buku itu Rp. 10.000,-(salah)
12. Penulisan Gelar Akademik
Penulisan gelar akademik yang masih salah adalah tidak adanya tanda koma setelah nama
orang dan titik diantara huruf-huruf lambang gelar . jika setelah nama tidak diikuti tanda
koma, maka itu bukan gelar akademik.
Contoh: – Ahmad BA (BA disini mungkin nama kelanjutannya)
 Ahmad, B. A. (BA disini merupakan gelar akademik)
Penulisan gelar akademik tidak boleh digabungkan dengan gelar kemasyarakatan.
Contoh: – Bapak Dr. H. Muhammad Saifullah, M. Ag. Menerima penghargaan tadi
pagi.(salah).
 Bapak Muhammad Saifullah menerima penghargaan tadi pagi. (betul) atau
 H. Muhammad Sifullah, M.Ag menerima penghargaan tadi pagi. (betul)
13. Penulisan Jabatan dan Pangkat
7
Penulisan Jabatan dan Pangkat menggunakan huruf kapital jika diikuti nama orang. Tetapi
jika tidak ada nama orang maka tetap menggunakan huruf kecil.
Contoh : – Serah terima jabatan dihadiri oleh jenderal, sersan, dan kolonel
14. Penulisan Alamat
Penulisan Alamat yang benar adalah Penulisan nama kota tanpa diberi jarak satu ketikan
diantara setiap huruf pada nama kota. Selain itu, untuk penulisan singkatan juga tidak
menggunakan tanda titik.
Contoh : Yth.
Sdr. Habibi
Jalan Majapahit 211
Semarang

2.5 Pemakaian Tanda Baca


Dalam hal pembuatan karangan ilmiah, kesalahan huruf dan tanda baca sering
muncul. Dan di dalam penulisan tanda baca sering sekali kita lalai dan melakukan kesalahan
dalam penulisanya. Sehingga menjadikan karangan atau karya ilmiah kita menjadi sebuah
karya yang kurang baik karena ada kesalahan dalam penulisanya. Dari berbagai kesalahan itu,
sebenarnya para penulis karya ilmiah mampu untuk membuat tulaisanya, akan tetapi mereka
sering lalai dan ceroboh dalam penggunaan tanda baca. Karena apa, tanda baca selalu di
anggap sepele dalam penggunaanya sehingga kadang menjadikan kalimat itu menjadi rancu
dan berbeda arti. Suatu contoh kita ambil kalimat “kucing makan tikus mati”. Dalam konteks
kalimat ini jika tidak kita beri pemisah tanda baca maka akan menjadikanya sulit untuk
dipahamai. Dari kalimat “kucing makan tikus mati” siapakah yang mati dalam konteks
kalimat ini?, akan tetapi apabila kita ganti konteks kalimat ini dengan pemberian tanda baca
seperti ini ”kucing makan, tikus mati”, siapakah yang mati dalam konteks kalimat ini?,
kemudian apabila kita gunakan konteks kalimat ini ”kucing makan tikus, mati”, siapakah
yang mati dalam konteks kalimat ini?. Kucing makan tikus mati adalah salah satu contoh
kalimat yang banyak persepsi apabila kita salah menggunakan tanda bacanya. Oleh karena
itu, pemakaian tanda baca dalam penyusunan kalimat sangat perlu untuk diperhatikan.

2.6 Macam-macam tanda baca


Tanda tanda baca yang dipakai dalam penuisan yaitu:
1) Tanda titik(.)
2) Tanda koma(,)

8
3) Tanda titik koma(;)
4) Tanda titik dua (:)
5) Tanda hubung(-)
6) Tanda pisah (_)
7) Tanda elipis(…)
8) Tanda Tanya(?)
9) Tanda seru(!)
10) Tanda kurung((…))
11) Tanda kurung siku([…])
12) Tanda petik ganda(“…”)
13) Tanda petik tunggal(‘…’)
14) Tanda garis miring(/)
15) Tanda penyingkat(‘)

2.7 Fungsi tanda baca


Dari macam-macam tanda baca yang telah disebutkan tadi, masing masing tanda baca
memiliki fungsi dan kegunaanya masing-masing.

2.7.1 Tanda Titik (.)

1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
- Saya tinggal bersama orang tuaku.
- Pamanku berenang di kali.
- Marilah kita mengheningkan cipta.

2. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a. III. Departemen Dalam Negeri
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika
angka atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan waktu.
Misalnya:
9
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
4. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka
waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
5. Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda
tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Poestaka.
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.231 jiwa.
7. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak
menunjukan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
8. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala
ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara kunjungan Adam Malik
9. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan
alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)

2.7.2 Tanda Koma (,)


1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.

10
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat serata
berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
4. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia tahu bahwa soal itu penting.
5. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat
pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,meskipun begitu,
akan tetapi.
Misalnya:
... Oleh karena itu, kita harus hati-hati.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan
dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
7. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dari kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, “ Saya gembira sekali.”
8. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan
tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
(i) Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Pakuan, Bogor.
(ii) Sdr. Anwar, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
11
9. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sultan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2.
Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
10.Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
11.Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, berkunjung ke Manado.
Semua siswa, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
12.Tanda koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan
dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
13 Tanda koma dapat dipakai––untuk menghindari salah baca––di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-
sungguh.
14.Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau
tanda seru.
Misalnya:
“ Di mana Saudara tinggal?” tanya Karim.

2.7.3 Tanda Titik Koma (;)


1. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara.
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
12
2. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk memasak di dapur; Adik menghapal
nama-nama pahlawan nasional.

2.7.4. Tanda Titik Dua (:)


1. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Moch. Achyar
Sekretaris : Tati Suryati

2. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara surah dan
ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota
dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
(v) Tempo, I (34), 1971:7
(vi) Surah Yasin:9
3. Titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
Misalnya:
Ayah : “Karyo, sini kamu!” 4. Titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap
jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Pak Adi mempunyai tiga orang anak: Ardi, Aldi, dan Asdi.

2.7.5. Tanda Hubung (-)


1. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar atau kata berimbuhan yang terpisah oleh
pergantian baris.
Misalnya:
Walaupun demikian, masih banyak yang ti-dak mematuhi peraturan tersebut.
2. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
13
Anak-anak, kupu-kupu, berulang-ulang, kemerah-merahan, mondar-mandir, sayur-mayur
3. Tanda hubung menyambung huruf dari kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan kata dengan kata berikutnya atau sebelumnya
yang dimulai dengan huruf kapital, kata/huruf dengan angka, angka dengan kata/huruf.
Misalnya:
se-Indonesia, se-Jabodetabek, mem-PHK-kan, sinar-X, peringkat ke-2, S-1, tahun 50-an
5. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an

2.7.6 Tanda Tanya


1. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
2. Tanda tanya dipakai di dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan
kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).

2.7.7 Tanda Seru (!)


1. Tanda seru dipakai pada akhir kalimat printah.
Misalnya:
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
2. Tanda seru dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, ketakjuban, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!

2.7.8 Tanda Kurung ((...))


1. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
14
Komisi A telah selesai menyusun GBPK (Garis-Garis Besar Program Kerja) dalam sidang
pleno tersebut.
2. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Misalnya:
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan perkembangan per-ekonomian Indonesia lima
tahun terakhir.
3. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
4. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).

2.7.9 Tanda Kurung Siku ([...])


1. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai korekssi atau tambahan
pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa
kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Puteri men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35––
38]) perlu dibentangkan di sini.

2.7.10 Tanda Petik (“...”)


1. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau
bahan tertulis lainnya.
Misalnya:
“Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
2. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak “Berdiri Aku” terdaapat pada halaman 5 buku itu.

15
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA”
diterbitkan dalam harian Tempo.
3. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus.
Misalnya:
Saat ini ia sedang tidak mempunyai pacar yang di kalangan remaja dikenal dengan “jomblo”.
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.

2.7.11 Tanda Petik Tunggal (‘...’)


1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’, dan rasa letihku
lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Misalnya:
Feed-back berarti ‘balikan’.

2.7.12 Tanda Garis Miring (/)


1. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 12/PK/2005
Jalan Kramat III/10
2. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
Laki-laki/Perempuan
120 km/jam

2.7.13 Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)


Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Gunung pun ‘kan kudaki. (‘kan = akan)
17 agustus ’45 (’45 = 1945)
16
Komentar :
Buku EYD penerbit “TERBIT TERANG” Surabaya karangan Agus Dwi Cahyo berjumlah
96 halaman memiliki isi yang mudah dipahami dan dimengerti. Sub Bab yang menjadi topik
pembahasan diuraikan dengan sangat baik disertai dengan contoh sehingga lebih mudah
untuk dicerna oleh pembaca. Buku ini dilengkapi dengan lampiran pedoman umum dan
pembentukan istilah. Selain itu, ada tata cara penyesuaian imbuhan asing, istilah singakatan
dan ejaan dalam peristilahan yang disertai dengan contoh. Kekurangan dari buku ini adalah
adanya sub bab yang di bahas dua kali dengan topik yang sama. Hal ini dapat membuat para
pembaca menjadi bosan. Isi buku ini masih belum sepenuhnya baik dibandingkan dengan
buku EYD karangan Drs. Budiono “BINTANG INDONESIA” penebit Jakarta. Dalam buku
tersebut terdapat bentuk dan jenis-jenis kata, jenis awalan, dan disertai dengan daftar kata
majemuk di bagian akhir buku yang tidak terdapat dalam buku karangan Agus Dwi Cahyo.
Selain itu, buku ini juga dilengkapi dengan tata cara penggunaan angka dan lambang
bilangan. Materi yang disampaikan disusun dengan sangat baik disertai dengan contoh yang
sedikit lebih banyak dibandingkan dengan EYD karangan Agus Dwi Cahyo.

17
BAB
PENUTUP
3.1 KESIMULAN

Bahasa indonesia merupakan bahasa kesatuan bangsa Indonesia sebagai identitas


nasional. Adanya ketidaktahuan dan kurangnya pemahaman masyarakat Indonesia terhadap
kaidah-kaidah yang terdapat dalam bahasa Indonesia sehingga mengakibatkan kesalahan
dalam penggunaan bahasa baik lisan maupun tulisan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
terdapat pedoman tentang penulisan huruf, pemakaian huruf, penulisan kata, pembentukan
istilah, dan sebagainya. Sudah sepatutnya sebagai warga negara Indonesia kita mempelajari,
memahami, serta melestarikan budaya dan bahasa Indonesia.

Ejaan yang diesmpurnakan adalah kaidah cara menggambarkan datau melambungkan


kaidah-kaidah ujaran (kata, kalimat, dan sebagainya) dan bagaimana hubungan antara
lambang-lambang itu ( pemisahan dan gabungannya dalam satu bahasa).

Pembenukan kata itu adalah proses mengolah leksem atau huruf yang menjadi kata
dan ragam pembentukan kata dalam Bahasa Indonesia sebagian besar kata dibentuk dengan
cara menggabungkan komponen yang berbeda.

3.2 MANFAAT
Manfaat belajar Ejaan Yang Disempurnakan adalah sebagai berikut.
1. Melestarikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Negara Kesatuan Republik
Indinesia (NKRI).
2. Menghargai sebuah bangsa itu sendiri.
3. Meningkatkan rasa nasionalisme kita untuk Indonesia.
4. Mempermudah dalam berkomunikasi antar suku, ras, dan daerah di seluruh Indonesia.
5. Membuat pribadi menjadi lebih baik, sopan, dan satun terutama saat berkomunikasi.
6. Menumbuhkan rasa percaya diri saat berbicara di depan orang banyak atau umum.

3.3 SARAN

Berdasarkan makalah di atas, perlu adanya peningkatan pemahaman pemahaman


penulisan yang sesuai dengan EYD agar tercipta ragam kebahasaan yang efektif, mudah
dipahami dan benar, tidak dicampuri dengan bahasa asing ataupun bahasa daerah masing-
masing yang dapat dilihat dari struktur serta ejaannya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Cahyo, Agus Dwi. . Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)- Kunci Sukses Berbahasa
Indonesia Dengan Baik Dan Benar. Surabaya: Terbit Terang.
Budiono. . Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Untuk Pelajar, Mahasiswa, Dan
Umum. Jakarta: Bintang Indonesia.

19

Anda mungkin juga menyukai