KELOMPOK 3 BD
PENDAHULUAN
1.1 TUJUAN
Memperlihatkan bahwa hanya urin wanita hamil yang mengandung hCG (human chorionic
gonadotropine) dan tidak terdapat pada wanita tidak hamil.
Selama siklus ovarium, korpus luteum berdegenerasi dan lapisan dalam uterus yang
sudah dipersiapkan dan bergantung pada lutein akan terlepas jika tidak terjadi pembuahan
dan implantasi. Jika terjadi fertilisasi, blastokista yang tertanam menyelamatkan dirinya dan
tidak tersapu keluar bersama darah haid dengan membuat hCG. Hormon ini, yang secara
fungsional serupa dengan LH, merangsang dan mempertahankan korpus luteum agar tidak
berdegenerasi.
Hanya sedikit informasi yang baru bisa didapatkan mengenai pengaturan hormon steroid
dalam fase nidasi. Embrio awal dan sel kumus oophorus menghasilkan estradiol dan
progesteron sebelum implantasi. Pengambilan secara mekanis sel-sel ini menyebakan
terhentinya sekresi hormon steroid, sementara pengembalian sel melalui co-culture
menghasilkan sekresi steroid seperti semula Berdasarkan penemuan ini, produksi steroid
oleh konseptus diduga tidak berarti pada saat mencapai rongga endometrium, yang pada
akhirnya sel kumulus akan makin berkurang pada saat melintasi tuba fallopii.
Pada fase implantasi salah satu contoh hormon plasenta, gonadotropin korionik manusia
(human chorionic gonadotropine, hCG) merupakan protein dimer yang strukturnya sangat
berhubungan dengan LH (luteinizing hormone). Hormon ini merupakan salah satu produk
pertama sel trofoblas embrio yang penting dalam menginformasikan kepada ibu bahwa telah
terjadi konsepsi. mRNA β-hCG dapat dideteksi saat embrio 8-sel telah terbentuk, walaupun
hCG belum dapat dideteksi dalam aliran darah atau urin ibu sampai 6 hari setelah fertilisasi.
Sekresi hCG berhubungan secara kuantitatif terhadap massa sel sitotrofoblas total di dalam
plasenta. Konsentrasinya dalam serum ibu bertambah dua kali lipat setiap 2-3 hari pada awal
kehamilan ini dapat digunakan sebagai skrining untuk membedakan kehamilan normal
dengan abnormal. Kegagalan peningkatan yang sesuai pada konsentrasi hCG merupakan
indikasi adanya implantasi abnormal seperti kehamilan ektopik (tuba) atau kehamilan
Peran biologis utama hCG adalah untuk ‘menyelamatkan’ korpus luteum ovarium dari
kematian yang telah diprogram saat 12-14 hari setelah ovulasi. Karena adanya hubungan
struktural yang dekat anatara hCG dan LH, maka hCG dapat berikatan dengan reseptor LH
pada sel luteal. hCG kemudian dapat menggantikan LH, menunjang korpus luteum saat
terjadi kehamilan. Pemeliharaan korpus luteum memungkinkan sekresi progesteron ovarium
yang terus-menerus setelah hari ke-14 pasca ovulasi dan pemeliharaan kehamilan awal.
Pada kehamilan minggu ke-9 (7 minggu sete;ah konsepsi), plasenta telah memiliki massa sel
yang cukup untuk memasok sejumlah besar progesteron yang penting untuk pemeliharaan
kehamilan. Produksi progesteron diambil alih oleh plasenta dan korpus luteum dapat
dihilangkan tanpa efek samping pada pemeliharaan kehamilan. Pada akhir trimester
pertama, hCG juga mentimulasi gonad janin untuk membuat hormon-hormon steroid yang
bertanggung jawab untuk diferensiasi genitalia interna dan eksterna.
Berbagai hormon yang diproduksi oleh plasenta berasal dari sistem dua sel yang
menyerupai interaksi antara neuroendokrin hipotalamus dan kelenjar hipofisis. Misalnya,
GnRH dapat disintesis dan disekresi oleh sel sitotrofoblas plasenta. GnRH dari sitotrofoblas
C. Kompartemen Plasenta
Fungsi plasenta adalah memastikan komunikasi efektif antara ibu dengan janin yang
tengah berkembang sementara tetap memelihara keutuhan imun dan genetik dari kedua
individu. Pada awalnya plasenta berfungsi secara otonom. Namun pada akhir kehamilan,
sistem endokrin janin telah cukup berkembang untuk mempengaruhi fungsi plasenta dan
menyediakan prekursor-prekursor hormon untuk plasenta.
Tingkat sekresi hCG meningkat dengan cepat selama kehamilan awal untuk
menyelamatkan korpus luteum dari kematian. Sekresi puncak hCG berlangsung sekitar
60 hari setelah periode haid terakhir. Pada minggu kesepuluh kehamilan, pengeluaran
hCG menurun sehingga tingkat sekresinya rendah yang kemudian dipertahankan selama
kehamilan. Turunnya hCG terjadi pada saat korpus luteum tidak lagi diperlukan untuk
menghasilkan hormon-hormon steroid karena plasenta sudah mulai mengeluarkan
Pada kehamilan dengan janin lebih dari satu, kadang-kadang dijumpai kadar hCG
plasma yang meningkat secara bermakna, demikian juga pada janin eritroblastik tunggal
yang terjadi akibat isoimunisasi antigen – D ibu. Kadar hCG dalam plasma dan urin
mungkin sangat meningkat pada wanita dengan hamil mola dan sindrom Down.
Strategi uji kehamilan tergantung pada seberapa cepat setelah konsepsi diperlukan
diagnosis. Semakin dini konfirmasi itu dilakukan, semakin sensitif dan spesifik uji kehamilan
yang harus digunakan. Tabel 8-7 menunjukkan sensitivitas uji-uji yang tersedia untuk
kehamilan. Ciri penting dari cara RIA baru (beta-subunit hCG) pada kehamilan yang sangat
dini adalah spesifitasnya yang tinggi terhadap sebunit-beta hCG dalam membedakan hCG
dari LH.
Untuk mengkonfirmasi kehamilan, spesimen urin pertama pagi hari dianjurkan karena
urin ini konsentrasinya paling tinggi dan ada kemungkinan mengandung kadar hCG yang
tinggi. Darah atau protein dalam urin dan obat-obatan (khususnya metadon dan fenothiazin)
dapat mengganggu uji-uji kehamilan cara imunologis pada urin.
Imunoassay pada urin berbeda dari assay RIA dan RRA dalam hal sensitivitasnya
terhadap hCG, jenis sampel, waktu yang diperlukan untuk pengujian, waktu pengujian yang
memberikan harapan sensitivitasnya terbesar, dan biayanya. Keuntungan dan kerugian
imunoassay cara cepat menggunakan lateks pada lempeng kaca dan imunoassay hCG
menggunakan tabung yang lazim, diperlihatkan dalam tabel 8-8 dan 8-9. Imunoassay pada
urin dapat dikerjakan dengan uji hambatan hemaglutinasi atau aglutinasi lateks.
Uji imunologik untuk kehamilan dapat dilakukan dengan beberapa metode, seperti Rapid
Latex Slide Test, Tube Test Haemaglutinasi (tipe inhibisi) atau Immunochromatographic
assay. Uji-uji tersebut pada dasarnya menggunakan prinsip antigen-antibody yaitu anti-hCG
terhadap kadar hCG (human Chorionic Gonadotropine), hormon yang dihasilkan oleh
Penggunaan strip hCG urin tes merupakan suatu metode imunoassay untuk memastikan
secara kualitatif adanya human chorionic gonadotropine (hCG) didalam urin sebagai deteksi
dini adanya kehamilan. Human chorionic gonadotropine merupakan sebuah hormon
glikopeptida yang dihasilkan oleh plasenta selama kehamilan. Adanya hCG dan peningkatan
konsentrasinya secara cepat didalam urin ibu membuatnya sebagai penanda untuk
memastikan kehamilan.
Sampel yang dapat digunakan dalam tes kehamilan untuk mendeteksi hCG pada
seseorang dapat berupa serum maupun urin. Jika menggunakan serum, tes kehamilan
dilakukan tidak lebih cepat dari 5 hari setelah pertama kali terlambat menstruasi, sedangkan
jika sampel yang digunakan adalah urin bisaanya dapat diuji saat 3 hari setelah dinyatakan
terlambat menstruasi.
Selain menentukan seorang wanita hamil atau tidak, penggunaan uji anti-hCG ini juga
dapat mendeteksi aborsi yang mengancam atau kematian janin. Kadar hCG juga dapat diukur
pada pria untuk penentuan tumor terstikular.
F. Metode Imunokromatografi
Metode tes kehamilan yang dilakukan adalah metode imunokromatografi dengan
menggunakan sampel berupa air seni (urin). Alat yang digunakan untuk pemeriksaan
merupakan alat yang dijual secara bebas dan dapat dipergunakan kapanpun dan oleh
siapapun. Keuntungan strip uji kehamilan adalah bisa dilakukan sendiri di rumah, prosedur
pengujian yang mudah dilakukan, harga strip yang relatif murah, jenis alat tes bervariasi,
akurasi hasil uji yang tinggi (97 – 99%), serta dapat mendeteksi kehamilan lebih dini.
Mekanisme kerja tes kehamilan melalui air seni ini adalah dengan menggunakan prinsip
adanya ikatan antibodi antigen. Sebagai antigennya adalah adanya protein hormon beta hCG
(hormon yang dihasilkan trofoblas/bagian plasenta) dan sebagai antibodi adalah antibodi
yang dihasilkan binatang kuda yang disuntik hormon beta hCG.
METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Judul Praktikum
Uji Kehamilan (Direct Latex Agglutination ) dan Test Pack.
2. Tempat Praktikum
Laboratorium Biokimia dan Patologi Lantai 2 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bahan
Urine ibu hamil usia kandungan 4 bulan
Urine ibu hamil usia kandungan 8 bulan
Kontrol positif
Kontrol negatif
Lateks polistiren
2.3 PEMBAHASAN
Pada praktikum ini akan dilakukan uji kehamilan. Uji kehamilan pada praktikum ini
dilakukan dengan dua cara yaitu direct latex agglutination dan uji menggunakan test pack. Pada
uji ini sampel yang digunakan adalah urin wanita hamil empat bulan dan urin wanita hamil
delapan bulan. Urin yang diambil pada pagi hari pada sekresi urin yang pertama karena pada
waktu tersebut kadar hCG banyak. Pengujian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada atau
tidaknya kandungan hCG pada ibu hamil.
Human Chorionic Gonadotropine (hCG) adalah sejenis glikoprotein yang dihasilkan oleh
plasenta dalam kehamilan. Namun selama plasenta belum terbentuk, hormon ini dihasilkan sel-
sel fungsi tropoblas. Setelah umur kehamilan memasuki 12-13 minggu, hormon hCG ini
dihasilkan oleh plasenta. Hormon hCG mempunyai dua rangkaian rantai peptide yaitu α yang
mengandung 92 asam amino dan β mengandung 145 asam amin. Hormon Chorionic
Gonadotropine (hCG) mempertahankan korpus luteum yang terbentuk ketika sel telur dibuahi
yang dilanjutkan dengan terjadinya ovulasi. Hormon hCG berdampak pada meningkatnya
produksi progesteron oleh indung telur sehingga menekan menstruasi dan menjaga kehamilan.
Produksi hormon hCG akan meningkat hingga hari ke 70 dan akan menurun selama sisa
kehamilan. Hormon ini di ekskresikan melalui urin juga terdapat dalam serum.
Keberadaan hormon protein ini sudah dapat dideteksi dalam darah sejak hari pertama
keterlambatan haid, yang kira-kira merupakah hari keenam sejak pelekatan janin pada dinding
rahim. Kadar hormon ini terus bertambah hingga minggu ke 14-16 kehamilan, terhitung sejak
hari terakhir menstruasi. Sebagian besar ibu hamil mengalami penambahan kadar hormon hCG
sebanyak dua kali lipat setiap 3 hari. Peningkatan kadar hormon ini biasanya ditandai dengan
mual dan pusing yang sering dirasakan para ibu hamil. Setelah itu kadarnya menurun terus
secara perlahan, dan hampir mencapai kadar normal beberapa saat setelah persalinan.
Prinsip dari pengujian ini adalah proses imunologi dimana terjadi ikatan antara antibodi
dan antigen. Dengan adanya ikatan tersebut maka kondisi menjadi berat sehingga terjadilah
aglutinasi. Menimbang dengan jumlah kadar hCG yang seharusnya meningkat setiap tiga harinya
dan akan terus meningkat beberapa bulan dimulai dengan produksi awal pada hari ke-10 setelah
fertilisasi. Sehingga pada usia kehamilan empat bulan seharusnya kadar hormone hCG ini adalah
yang tinggi dan memungkinkan untuk dapat dideteksi dengan baik. Kemungkinan yang terjadi
yang menyebabkan hasilnya negatif adalah urin yang diperiksa bukan urin wanita hamil. Fungsi
dari hormon ini adalah untuk mempertahankan korpus luteum. Kadar hCG ini akan menurun
pada sisa kehamilan.
Pengujian yang kedua dilakukan dengan test pack. Test pack yang digunakan memiliki
kepekaan hingga 10 mIU/ml urin. Pengujiannya yaitu dengan menampung urin wanita hamil 8
bulan dan 4 bulan ke dalam wadah, celupkan strip sampai tanda batas selama ½ menit. Baca
hasil tes dalam 3 menit. Hasil positif bisa dilihat dengan adanya 2 garis merah pada strip,
sedangkan hasil negatif hanya menghasilkan satu garis merah pada strip. Pengujian pada urin
wanita hamil 8 bulan adalah positif dan pada urin wanita hamil 4 bulan adalah negative.
Antibodi-antibodi yang terdapat pada media tes, yang mempunyai dua strip (garis)
indicator. Hormon hCG yang terdapat pada urine wanita hamil, berperan sebagai antigen.
Antibodi yang digunakan pada media tes ini ada tiga tipe antibodi. Sebagian terdapat enzim yang
dapat menampilkan warna saat menangkap antibodi lainnya. Antibodi tipe 1 bertugas menangkap
antigen, antibodi tipe 2 berjaga-jaga di salah satu strip untuk menambatkan antibodi tipe 1
(berikut antigen yang ditangkapnya) di strip A. Sedangkan antibodi tipe 3 menangkap antibodi
tipe 1 yang tak mendapat pasangan, lalu menambatkannya di strip B. Jika hanya strip B yang
Untuk urin wanita hamil yang 8 bulan dihasilkan 2 garis pada strip yang menandakan
adanya hormon hCG, sedangkan untuk urin hamil yang 4 bulan hanya dihasilkan 1 garis saja, hal
ini menandakan bahwa tidak adanya hCG pada urin tersebut. HCG pada bulan ke-4 harusnya
masih bisa dideteksi karena kadar hormon hCG ini adalah yang tinggi dan memungkinkan untuk
dapat dideteksi dengan baik. Kadar hormon hCG ini akan menurun pada sisa kehamilan.
Kemungkinan hasil ini negatif adalah urin yang diperiksa bukan urin wanita hamil, atau urin
yang dideteksi terlalu encer sehingga hormone hCG tidak terdeteksi.
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1. Praktikum uji kehamilan ini menggunakan direct latex agglutination dan uji test pack
dengan tujuan mengetahui ada atau tidaknya hormon hCG pada ibu hamil.
2. Prinsip dari pengujian urin wanita hamil ini adalah proses imunologi dimana terjadi
ikatan antara antibodi dan antigen.
3. Hasil uji direct latex agglutination yang didapatkan pada urin wanita hamil 4 bulan
tidak terjadi aglutinasi ( negatif ) dan pada urin wanita hamil 8 bulan terjadi aglutinasi
(positif) ditandai dengan adanya butiran-butiran kecil putih
4. Hasil uji test pack dengan kepekaan 10 ml U/ml urin maka didapatkan hasil negatif
ditandai dengan adanya satu garis merah dalam strip pada urin wanita hamil 4 bulan
dan hasil positif pada urin wanita hamil 8 bulan ditandai dengan adanya dua garis
merah pada strip.
5. Hasil yang didapat dari kedua metoda tidak sesuai dengan literatur yakni pada wanita
hamil 4 bulan dinyatakan kadar hCG tinggi namun pada praktek di lapangan bernilai
negatif. Hal ini diduga bahwa urin tesebut bukanlah urin wanita hamil atau urin yang
akan diuji terlalu encer sehingga hormon hCG tidak terdeteksi.
3.2 SARAN
Sebaiknya, semua praktikan mendapatkan proporsi kerja dalam praktikum agar praktikan
dapat mengerti dengan jelas dan mengamati perubahan yang terjadi sehingga tujuan dari
praktikum ini dapat tercapai.
George Adriaans. Asuhan Antenatal, Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi,
hal: 1-2, 2008.
Hanifa,W dan Saifuddin, A.B. 2005. Ilmu Kebidanan Edisi 3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Anwar, Ruswana. Endokrinologi Kehamilan dan Persalinan. Bandung, Mei 2005, hal: 2-10.
Cunningham, Gary, et. All. Williams Obstetrics, 23ed, Mc-Graw Hill, inc. Health Profession
Division, Toronto, International edition, 2010, 117-120.
Marie Tsampalas, Virginie Gridelet, Sarah Berndt, Jean-Michel Foidart, Vincent Geenen, Sophie
Perrier d’Hauteriv. Human Chorionic Gonadotropin: A Hormon With Immunological and
Angiogenic Properties, November 2009, no: 6, 3-6.
G. K. Sabine Lijesen, Iris Theeuwen, Willem J. J. Assendelft & Gerrit Van Der Wal. The Effect
Of Human Chorionic Gonadotropin (Hcg) In The Treatment Of Obesity By Means Of The
Simeons Therapy: A Criteria-Based Meta-Analysis, 1995; 40: 237-243.
Cole L. A. Immunoassay of human chorionic gonadotropin, its free subunits, and metabolites.
Clinical Chemical, 1997;43(12):22, 33-43.
Sacher, Ronald A. dan Richard A. McPherson. 2002. Tinjauan Klinis Hail Pemeriksaan
Laboratorium. Jakarta : EGC.
Kee, Joyce LeFever. 1995. Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik dengan
Implikasi Keperawatan. Jakarta: EGC.
Heffner, Linda J. dan Danny J. Schust. At a Glance Sistem Reproduksi Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga Medical Series.
Speicher, Carl E. dan Jack W. Smith. 1994. Pemilihan Uji Laboratorium yang Efektif. Jakarta
EGC.
Anonim. 2010. Pengertian hCG (human chorionic gonadotropine) atau karya ilmiah. UNJA
Jambi.
Kayisli U, Selam B, Guzeloglu-Kayisli O, Demir R, Arici satu (2003). "Manusia gonadotropin
korionik memberikan kepada keibuan immunotolerance dan endometrial apoptosis
dengan mengatur sistem ligan Fas-Fas". J. Immunol. 171 (5): 2305–13. PMID
12928375.
Hasil :