Anda di halaman 1dari 5

Tugas Dan Wewenang Hukum

Mahkamah Agung

Nama Kelompok :
1. Juan Arie Andreas
2. Muhammad Fadly Himawan
3. Muhammad Hardyansyah
4. Rizky M Anwar
5. Shafi Sabira
6. Ully Amalia
A. Tugas Mahkamah Agung
1. Mengadili pada Tingkat Kasasi
Tugas Mahkamah Agung yang utama adalah mengadili pada tingkat kasasi.
Mahkamah Agung bertugas untuk memutus permohonan kasasi terhadap
putusan pengadilan tingkat banding maupun tingkat akhir dari semua
lingkungan peradilan.
2. Menguji Peraturan Perundang-Undangan di Bawah Undang-Undang
terhadap Undang-Undang
Mahkamah Agung juga berwenang menguji peraturan perundang-undangan.
Maksudnya bahwa lembaga MA memiliki tugas untuk menguji peraturan secara
materil terhadap perundang-undangan di bawah undang-undang terhadap
undang-undang.
3. Menjadi Pengawas Tertinggi Penyelenggaraan Peradilan
Tugas MA lainnya adalah berwenang menjadi pengawas tertinggi terhadap
penyelenggaraan peradilan di semua lingkungan peradilan. Hal ini berkaitan
dengn fungsi Mahkamah Agung itu sendiri sebagai lembaga penyelenggara
kekuasaan kehakiman.
4. Mengawasi Hakim di Semua Lingkungan Peradilan
Mahkamah Agung juga berwenang untuk mengawasi tingkah laku dan
perbuatan para hakim di dalam menjalankan tugasnya. MA harus mengawasi
dengan cermat semua perbuatan para hakim di semua lingkungan peradilan
dalam sistem kehakiman di Indonesia.
5. Memberi Pertimbangan Hukum pada Presiden
Mahkamah Agung juga memiliki wewenang terkait dengan posisi presiden.
Tugas Mahkamah Agung yakni memiliki wewenang untuk memberikan
pertimbangan hukum kepada presiden dalam hal permohonan grasi, rehabilitasi
atau keputusan lainnya.
6. Mempunyai Wewenang Lainnya yang Diberikan oleh Undang-Undang
Dalam UUD 1945 pasal 24C, dijelaskan juga bahwa Mahkamah Agung
memiliki tugas dan wewenang lainnya yang diberikan dalam undang-undang.
Untuk kepentingan negara dan keadilan, Mahkamah Agung memberi
peringatan, teguran dan petunjuk yang dipandang perlu baik dengan surat
tersendiri, maupun dengan surat edaran.
B.Wewenang Hukum Mahkamah Agung
1.Mahkamah Agung memutus permohonan kasasi terhadap putusan pengadilan
tingkat banding atau tingkat terakhir dari semua lingkungan peradilan
2.Mahkamah Agung menguji peraturan secara materiil terhadap peraturan
perundang-undangan di bawah Undang-undang
3.Melakukan pengawasan tertinggi terhadap penyelenggaraan peradilan di
semua lingkungan peradilan dalam penyelenggaraan kekuasaan kehakiman
C.Ketentuan Hukum Mahkamah Agung
1. Undang-Undang Dasar 1945
2. Undang-Undang No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, yang
kemudian diubah dengan Undang-Undang No. 5 Tahun 2004, dan perubahan
kedua dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 2009.
3. Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.
D. Contoh Kasus 1.
CIBINONG,(PR).- Mahkamah Agung menjatuhkan hukuman penjara 11 tahun
dan denda Rp 60 juta subsider tiga bulan kepada Hendra Iskandar Bin
Kartawijaya (41), terdakwa kasus kejahatan seksual terhadap anak yang
sebelumnya divonis bebas oleh Pengadilan Negeri Cibinong.
Juru bicara Mahkamah Agung Abdullah kepada "PR" Minggu 14 Juli 2019
mengatakan, MA sudah mengeluarkan putusan atas terdakwa Hendra Iskandar.
"Terdakwa pemerkosa yang divonis bebas PN Cibinong di tingkat kasasi
dijatuhi Pidana 11 tahun, denda Rp 60 juta subsider tiga bulan kurungan,"
ujarnya.
Perkara pemerkosaan yang disidangkan di PN Cibinong menjadi perhatian
publik setelah majelis hakim menjatuhkan vonis bebas terhadap terdakwa
Hendra Iskandar dalam kasus kejahatan seksual terhadap dua anak berusia 14
tahun dan 7 tahun.
Akibat vonis bebas tersebut, MA menjatuhkan sanksi terhadap majelis hakim
yang menyidangkan perkara tersebut yakni hakim MAA, CG, dan RAR dengan
pembinaan oleh Pengadilan Tinggi Jawa Barat. Bahkan Ketua PN LJ
diberhentikan dari jabatannya karena dianggap lalai dalam melakukan
pengawasan.
Kata Abdullah, perkara tersebut diajukan kasasi oleh Jaksa Penuntut Umum
Kejaksaan Negeri Cibinong pada 13 Mei 2019. "Perkara kasasi tersebut
ditangani oleh hakim MA yakni Margono, Suhadi dan Desnayeti," ujarnya.
Perkara dengan nomor register 1949 K/PID.SUS/2019 dengan hasil keputusan
majelis hakim yakni Hendra Iskandar dijatuhi hukuman pidana 11 tahun dan
denda Rp 60 juta subsider tiga bulan kurungan.
Menanggapi putusan MA tersebut, humas PN Cibinong Ben Ronal ketika
diminta tanggapannya oleh "PR" mengatakan, pihak PN Cibinong tidak dalam
posisi menanggapi putusan MA. "PN Cibinong tidak bisa beri tanggapan atas
putusan MA tersebut," katanya.
Menurut dia, meski sudah ada putusan kasasi dari MA, namun sampai kemarin
pihaknya belum menerima berkas atas putusan tersebut. " Senin besok akan
saya cek," jelas Ben Ronal.
Sebagaimana diberitakan, terdakwa Hendra Iskandar oleh Jaksa Penuntut
Umum di tingkat pengadilan negeri Cibinong menuntut hukuman 14 tahun
penjara atas kasus kejahatan seksual terhadap kakak beradik berusia 14 tahun
dan 7 tahun.
Namun, majelis hakim pada 25 April 2019 menjatuhi vonis bebas. Putusan
tersebut diambil dengan alasan tidak ada saksi yang melihat langsung kejadian
tersebut
E. Contoh Kasus 2
Permohonan Uji Pendapat Keputusan DPRD tentang Pemberhentian Kepala
Daerah

Mahkamah Agung berdasarkan ketentuan Pasal 80 ayat (1) Undang-Undang


Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah diberi kewenangan untuk
memeriksa, mengadili, memutus perkara uji pendapat DPRD atas keputusannya
memberhentikan kepala daerah karena keadaan sebagaimana ketentuan Pasal
78 ayat (2) huruf c, d, e, dan f UU No 23 Tahun 2014. Mahkamah Agung
menyebut perkara ini dengan permohonan uji pendapat.
Perkara permohonan uji pendapat diadili oleh Kamar Tata Usaha Negara dan
secara administratif diregister oleh Kepaniteraan Muda Tata Usaha Negara
Mahkamah Agung dengan kode registrasi XX P/KHS/TAHUN (misalnya: 03
P/KHS/2017).

Mahkamah Agung memeriksa, mengadili, dan memutus perkara uji pendapat


tersebut paling lambat 30 (tiga puluh) Hari setelah permintaan DPRD diterima
Mahkamah Agung. Putusan Mahkamah Agung dalam perkara tersebut bersifat
final
Apabila Mahkamah Agung memutuskan bahwa kepala daerah dan/atau wakil
kepala daerah terbukti melakukan perbuatan yang dapat menjadi alasan
pemberhentian sebagaimana ketentuan Pasal 78 ayat (2) huruf c, d, e, dan f
UU No 23 Tahun 2014, pimpinan DPRD menyampaikan usul kepada Presiden
untuk pemberhentian gubernur dan/atau wakil gubernur dan kepada Menteri
untuk pemberhentian bupati dan/atau wakil bupati atau wali kota dan/atau
wakil wali kota

Anda mungkin juga menyukai