Musik
Musik
Rumpun Alang-alang
WS Rendra SERATUS JUTA
Taufik Ismail
Engkaulah perempuan terkasih, yang sejenak kulupakan, sayang
Kerna dalam sepi yang jahat tumbuh alang-alang di hatiku yang malang Umat miskin dan penganggur berdiri hari ini
Di hatiku alang-alang menancapkan akar-akarnya yang gatal Seratus juta banyaknya
Serumpun alang-alang gelap, lembut dan nakal Di tengah mereka tak tahu akan berbuat apa
Kini kutundukkan kepala, karena
Gelap dan bergoyang ia Ada sesuatu besar luar biasa
dan ia pun berbunga dosa Hilang terasa dari rongga dada
Engkau tetap yang punya Saudaraku yang sirna nafkah, tanpa kerja
tapi alang-alang tumbuh di dada berdiri hari ini
Seratus juta banyaknya
Kita mesti berbuat sesuatu, betapun sukarnya.
HUH RAMBUT HUJAN
Zainuddin Tamir Koto Beno Siang Pamungkas
Hujan beratus warna Penyair kecil itu sangat sibuk merangkai-rangkai kata
tumpah di hamparan kanvas senja. dan dengan berbagai cara menyusunnya menjadi
sebuah rumah yang akan dipersembahkan kepada ibunya.
Pohon-pohon bersorak gembira “Kita belum punya rumah kan, Bu. Nah, Ibu tidur saja
sebab dari ranting-rantingnya yang sakit di dalam rumah buatanku. Aku akan berjaga di teras
kuncup jua daun-daun beratus warna. semalaman dan semuanya akan aman-aman saja.”
Burung-burung bernyanyi riang, Ketika kau bangun di subuh yang hening itu, kau tertawa
terbang riuh dari dahan ke dahan melihat penyair-kecilmu tertidur kedinginan
dengan sayap beratus warna. di teras rumahnya, ditunggui Donald dan Bobo,
pengawal-pengawalnya yang setia.
Dua malaikat kecil menganyam cahaya, (2002)
membentangkan bianglala
di bawah langit beratus warna.
Setelah berjalan lima kilometer jauhnya, mereka pun sampai di mataair Tidak, jawab waktu, akulah yang justru memperdayamu sejak hari pertama Qabi
yang tak pernah mati itu. Mereka ramai-ramai menuai air membuncah- kusuruh membujukmu
buncah, memberi umpan lezat yang tak pernah menge-nyangkan hingga kau pun tergiur
menuai airmata yang mereka tanam di ladang-ladang karang. ingin lagi dan
ingin lagi sampai gelisah dari zaman ke zaman mencari-cari nyawa Habil yang
Bulan sering turun ke sendang itu, menemani gadis kecil kau kira fana
yang suka mandi sendirian di situ. Langit sangat bahagia mengembara ke pelosok-pelosok dunia bagaikan Don Kisot yang malang
tapi belum ingin meneteskan airmata. Nanti, jika musim hujan tiba,
langit akan memandikan gadis kecil itu dengan airmatanya.
(2002) 1974
RAMA-RAMA
Karya: Abdul Hadi WM
rama-rama, aku ingin rasamu yang hangat
meraba cahaya
terbanglah jangan ke bunga, tapi ke laut
menjelmalah kembang di karang
1974
EPISODE BAHKAN
Karya: Abdul Hadi WM Karya: Abdul Hadi WM
Ombak-ombak ini tidak perih, tidak enggan Bahkan jarum jam pun hanya mengulang
merendam ketam-ketam, sinar keong andai detiknya bukan kejemuan, kau tangkap
Pun tidak percuma menungging awam keluh bumi seperti anak yang tak habis berharap
yang kadang kala murung dekat pencakar dan mata kecilnya yang gelisah
memandang laut hanya dunia garam dan ikan-ikan
Lentera-lentera kapal yang merah keabuan
kadang seperti mata kanak-kanak Bayang-bayangmu juga
yang melahirkan dongengan (malam yang susut karena lampu di pelupukmu padam
menyebrangi selat dan) melemparkan Lebih menjemukan dari rembang petang
biji-biji anggrek di sana Tapi berangkatlah!
Di seberang gelombang mungkin udara terang
Dan kadang: antara kelam, tidur aku!
Perahu-perahu yang dulu membawamu itu 1976
dalam pelayaran panjang dan telah balik lagi
dengan layar-layar dari dukaku yang pulang ANAK
enggan Karya: Abdul Hadi WM
1975
BELAJARLAH PADA ALAM
Belajarlah pada embun, tak pernah mengutuk matahari Kebanyakan puisi dikopi dari laman http://www.jendelasastra.com
Yang menjadikannya tiada, walau denyut masih panjang.
Sementara dinding-dindingku terbatas oleh hari
Melulu umpatan ketidakpastian yang lengang.
Belajarlah pada ikan, yang mengabdi pada nelayan
Yang membuatnya bermakna, walau terbelenggu
Kemiskinan.
Sementara kitab-kitab dan kisah nabi lelah kita baca
Menjadikan Alif bata terbentur ke dunia kaca.
Belajarlah pada katak, tak capek memanggili hujan
Walau diburu dan berujung di meja-meja restoran.
Sementara aku darah daging Illahi, belajar pada
Rahasia alam
Menjadikanku ada, tak lepas dari sujud malam.