Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1. Kondisi Masyarakat
Desa Singosari merupakan sebuah desa yang berlokasi di
Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah.
Masyarakat di desa Singosari sebagian besar berprofesi sebagai ternak
sapi. Banyak masyarakat yang memelihara ternak sapinya di sekitar
pekarangan rumah. Sapi tersebut tidak diternakkan dengan cara lepas liar,
melainkan diternakkan di sebuah kandang. Lepas liar tidak digunakan
karena lahan yang terdapat
di desa tersebut terbatas.
Beternak sapi bagi
masyarakat Desa Singosari
sudah dianggap sebagai
tradisi turun-temurun.
Di Boyolali, beternak
sapi sudah mulai ada sejak
abad 17. Pada awalnya,
beternak sapi dilakukan oleh
orang-orang Belanda karena mereka menyukai susu dan sering
meminumnya. Sapi-sapi tersebut dipelihara, dirawat, dan diternakkan
dengan baik, kemudian menghasilkan susu segar dan dikonsumsi oleh
orang-orang Belanda tersebut. Akhirnya, beternak sapi hingga sekarang
menjadi kebiasaan orang-orang Boyolali, termasuk masyarakat Desa
Singosari.

2. Kondisi Ekonomi Masyarakat


Mata pencaharian yang menjadi penopang hidup masyarakat desa
Singosari adalah beternak sapi. Hasil yang didapatkan dari beternak sapi
tersebut adalah susu. Satu sapi dapat menghasilkan susu sekitar 12-20 liter
susu sehari tergantung
kondisi dan usia sapinya.
Dalam sehari, sapi dapat
diperas susunya sebanyak
2 kali, yaitu pada saat
pukul 05.00 WIB dan
pukul 15.00 WIB. Waktu
tersebut ditentukan dari
kebiasaan memerah susu
yang sudah dilakukan pada awalnya, jika waktu sudah ditentukan pada
pukul 05.00 WIB dan pukul 15.00 WIB, maka di hari-hari selanjutnya
waktu dalam memerah susu harus sesuai dengan waktu yang sudah
ditentukan tersebut.
Asupan makanan yang diberikan kepada sapi tidak hanya rumput-
rumputan saja, melainkan harus ada kandungan protein didalamnya supaya
susu yang dihasilkan bagus kualitasnya.
Susu yang sudah diperoleh tidak dapat dibiarkan lama-lama karena
dapat terserang kuman dan bakteri. Susu tersebut hanya bisa bertahan 4
jam di lingkungan luar. Susu sapi yang dihasilkan tersebut dijual seharga
Rp.4500 per liternya. Harga tersebut tidak tetap, terkadang naik atau turun
tergantung dari harga yang ada di pasar. Para peternak sapi menjual susu
yang dihasilkannya kepada loper susu (pembeli susu). Cara penjualannya
ada 2, yang pertama peternak mengantarkan susu yang dihasilkannya
kepada loper susu, yang kedua loper susu yang mengambil susunya dari
para peternak sapi.
BAB II
PROSES PEMBANGUNAN YANG TERJADI

1. Pembangunan Bidang Teknologi


Ada 2 macam cara yang digunakan oleh masyarakat Desa
Singosari dalam pengambilan susu sapi. Cara yang pertama adalah
memerah susu dengan menggunakan tangan sebagai media perah,
sedangkan cara yang kedua adalah memerah susu dengan menggunakan
alat pemerah.
Para peternak sapi di
Desa Singosari pada awalnya
menggunakan tangan sebagai
media dalam pengambilan susu
sapi. Penggunaan tangan sebagai
media pengambilan susu dirasa
terlalu lama oleh masyarakat,
selain itu susu yang sudah
diperah tidak bisa terlalu lama
dibiarkan. Jika susu dibiarkan
terlalu lama, kuman dan bakteri bisa tumbuh cepat di dalam susu sehingga
membuat susu yang dihasilkan menjadi rusak dan tidak berkualitas.
Penggunaan tangan sebagai media pengambilan susu masih diterapkan
oleh beberapa masyarakat yang hanya memiliki beberapa ekor sapi saja
karena tidak memerlukan waktu lama dalam pengambilan susunya.
Kini masyarakat selain menggunakan tangan, juga menggunakan
alat teknologi sebagai media perah susu sapi. Alat tersebut yaitu alat
pemerah. Alat pemerah digunakan sebagai media dalam pengambilan susu
sapi karena lebih cepat dan mudah penggunaannya. Fungsi utama yang
terdapat pada alat pemerah yaitu lebih cepat dalam pengambilan susu
sehingga dapat menghemat waktu. Selain itu, susu yang sudah diperah bisa
segera dipindahtempatkan agar tidak ditumbuhi kuman dan bakteri yang
menyebabkan susu menjadi rusak.
Alat pemerah selain menghemat
waktu, juga dapat menghemat
tenaga. Menggunakan tangan
sebagai media perah akan sangat
menghabiskan banyak tenaga,
apalagi jika memerah banyak ekor
sapi, tenaga kerja yang banyak
pun pasti akan dibutuhkan.
Dengan menggunakan alat
pemerah, tenaga peternak sapi tidak akan banyak dikeluarkan, selain itu
tenaga kerja juga tidak banyak diperlukan. Alat pemerah tersebut
digunakan oleh peternak yang memiliki banyak ekor sapi yang
diternakkannya.
Dari kedua macam cara yang ada, penggunaan alat pemerah
sebagai media perah susu sapi sangat efisien digunakan bagi para peternak
sapi karena dapat menghemat waktu dan juga menghemat tenaga.
BAB III
PEMBAHASAN

1. Proses Pembangunan yang Terjadi Termasuk Perubahan Kecil


Proses pembangunan yang terjadi di Desa Singosari merupakan
perubahan kecil. Perubahan di desa tersebut hanya terjadi pada
pembangunan bidang teknologinya saja. Perubahan kecil tersebut terjadi
pada cara memerah susu sapi yang menggunakan alat pemerah sebagai
medianya, tidak hanya menggunakan tangan saja. Alat pemerah tersebut
bermanfaat bagi peternak sapi karena fungsinya untuk menghemat waktu
dan menghemat tenaga disaat memerah susu dilakukan.

2. Proses Pembangunan yang Terjadi Tidak Merubah Struktur atau


Kultur atau Interaksi
Proses pembangunan yang terjadi di Desa Singosari tidak merubah
struktur, kultur maupun interaksi masyarakat satu sama lain. Tidak ada
tingkatan derajat yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur. Selain
itu, kultur yang berada di Desa Singosari juga tidak berubah, yaitu kultur
dalam beternak sapi hingga turun temurun. Interaksi yang dilakukan antar
masyarakat juga tidak berubah. Ketiga unsur (struktur, kultur, interaksi)
tersebut tidak ada yang berubah karena perubahan yang terjadi yaitu
pembangunan pada bidang teknologinya dengan penggunaan alat pemerah
sebagai alat untuk menghasilkan susu.

3. Proses Pembangunan yang Terjadi Tidak Membuat Masyarakat


Mengalami Culture Lag
Cultural Lag sering disebut dengan ketertinggalan budaya, yaitu
suatu kondisi di mana terjadi perbedaan taraf kemajuan antara berbagai
bagian dalam suatu kebudayaan karena ada yang tumbuh cepat dan ada
yang tumbuhnya lambat. Contoh dari culture lag tersebut yaitu :
 Banyak orang yang memiliki handphone yang canggih,
yang dilengkapi dengan banyak fitur untuk memudahkan
kehidupan. Akan tetapi, mereka tidak tahu atau tidak bisa
untuk menggunakan fitur-fitur yang telah tersedia.
Masyarakat Desa Singosari tidak mengalami hal tersebut karena
mereka menggunakan teknologinya (alat pemerah) sesuai dengan
kegunaannya, yaitu untuk menghasilkan susu. Selain itu masyarakat
menggunakan alat pemerah karena mengetahui fungsinya, yaitu tidak
membutuhkan banyak waktu dan tenaga saat memerah susu dilakukan.
BAB IV
KESIMPULAN

Proses perubahan yang terjadi pada Desa Singosari adalah pembangunan.


Pembangunan tersebut terjadi pada bidang teknologinya, yaitu penggunaan alat
pemerah agar tidak menghabiskan banyak waktu dan tenaga saat memerah susu
sapi. Sebelumnya masyarakat menggunakan tangan sebagai media untuk
memerah, namun kini masyarakat sudah menggunakan alat teknologi berupa alat
pemerah yang sangat bermanfaat bagi para peternak sapi. Alat pemerah tersebut
berfungsi untuk mempercepat waktu ketika proses memerah susu berlangsung
dibandingkan dengan menggunakan tangan. Selain itu penggunaan alat tersebut
juga tidak membutuhkan banyak tenaga.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Kisah Kebanggaan dari Desa Singosari, Boyolali, Jawa Tengah.
https://www.youtube.com/. Diakses pada tanggal 3 Desember 2015
pukul 21.30 WIB

Anonim. 2015. Cultural Lag. http://www.temukanpengertian.com/. Diakses pada


tanggal 16 Desember 2015 pukul 22.00 WIB.

Anda mungkin juga menyukai