Draft Jadi Ekoper
Draft Jadi Ekoper
EKONOMI PERTANIAN
DESA : NGEMPLAK
KECAMATAN : KARANGPANDAN
KABUPATEN : KARANGANYAR
Disusun oleh:
DUSUN : SAPITAN
DESA : NGEMPLAK
KECAMATAN : KARANGPANDAN
KABUPATEN : KARANGANYAR
Disusun oleh:
1. Sarah Nisa’urrahmah H0817092
2. Savia Putri Aryan Salsabill H0817093
3. Savirw2a Salsabila Nurmalasari H0817094
4. Sekar Cahya Ningrum H0817095
5. Shera Maya Nugraheni H0817096
Telah dinyatakan memenuhi syarat dan disahkan
pada tanggal: Desember 2017
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Co-Assisten
Mengetahui,
Kepala Program Studi Agribisnis
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Ekonomi Pertanian
ini dengan baik. Laporan ini disusun guna melengkapi nilai mata kuliah Ekonomi
Pertanian. Adanya laporan ini, penulis mengharapkan dapat menambah pengetahuan
tentang Ekonomi Pertanian.
Dalam penyusunan laporan ini penulis dibantu oleh beberapa pihak yang telah
membimbing dan memberi masukan guna terselesainya buku laporan ini. Untuk itu
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta yang
telah memberikan izin terselenggaranya praktikum ini.
2. Dosen Pengampu mata kuliah Ekonomi Pertanian yang telah membimbing
penulis.
3. Kepala Desa Ngemplak, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar
yang telah memberikan banyak bantuan selama praktikan berada di Desa
Ngemplak.
4. Co-Assisten Ekonomi Pertanian yang telah membimbing dan membantu dalam
penyusunan laporan ini.
5. Orang tua penulis dan teman-teman yang telah banyak memberikan semangat
dan doa.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna sempurnanya laporan
ini. Akhir kata penulis mengharap laporan ini berguna bagi pembaca pada umumnya
dan penulis sendiri pada khususnya.
Surakarta, Desember 2017
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
3. Keadaan Pertanian
a. Tata Guna Lahan Pertanian...................................................... 23
b. Luas Panen dan Produksi Komoditi Pertanian ........................ 24
c. Tanaman Keras ........................................................................ 25
d. Peternakan ................................................................................ 26
4. Kegiatan Sosial Ekonomi Pedesaan
a. Sarana Perekonomian .............................................................. 27
b. Sarana Perhubungan ................................................................ 28
c. Sarana Pendidikan dan Kesehatan ........................................... 29
d. Sarana Peribadatan dan Sosial Kemasyarakatan ..................... 31
e. Penyediaan Sarana dan Produksi Pertanian ............................ 33
B. Karakteristik Rumah Tangga Petani di Desa
1. Identitas Responden
a. Status Rumah Tangga Petani, Jumlah Anggota Rumah
Tangga Petani ............................................................................... 33
b. Umur Suami (KK) dan Umur Istri ........................................... 35
c. Pendidikan Suami (KK) dan Istri............................................. 37
d. Jenis Pekerjaan yang Menghasilkan ........................................ 39
2. Penguasaan Aset Rumah Tangga
a. Luas Pekarangan dan Luas Bangunan ..................................... 41
b. Keadaan Bangunan Rumah ...................................................... 43
c. Pemilikan Radio, TV, VCD, Kulkas, Handphone, Ruang Tamu,
Kamar Tidur, Kursi Tamu, dan Lemari .................................. 45
d. Bahan Bakar Masak dan Penerangan Rumah .......................... 47
e. Pemilikan Kamar Mandi dan WC ............................................ 49
f. Pemilikan Alat Transportasi atau Kendaraan .......................... 51
g. Pemilikan dan Asal Aset Rumah Tangga ................................ 53
3. Akses Terhadap Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan ............... 54
4. Pola Pangan Pokok dan Frekuensi Makan Keluarga .................... 57
C. Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga Petani
1. Penerimaan, Biaya, dan Pendapatan dari Usahatani Sendiri
a. Penerimaan dari Usahatani Sendiri ......................................... 59
b. Biaya dari Usahatani Sendiri .................................................. 60
c. Pendapatan dari Usahatani Sendiri ......................................... 62
2. Pendapatan dari Bekerja pada Usahatani Lain ............................. 64
3. Pendapatan dari Luar Pertanian .................................................... 65
4. Total Pendapatan Rumah Tangga Responden .............................. 67
5. Konsumsi Rumah Tangga Responden .......................................... 68
6. Pendapatan, Konsumsi, Tabungan, dan Investasi ........................ 71
7. Strategi Bertahan hidup Rumah Tangga....................................... 72
v
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 75
B. Saran .................................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
Tabel 17. Pendidikan Suami (KK) dan Istri di Desa Ngemplak,
Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar Tahun 2017 ..... 38
Tabel 18. Jenis Pekerjaan yang Menghasilkan di Desa Ngemplak,
Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar Tahun 2017 … 40
Tabel 19. Luas Sawah, Tegal, Pekarangan, Luas Tanah, dan Luas
Bangunan Responden di Desa Ngemplak, Kecamatan
Karangpandan, Kabupaten Karanganyar Tahun 2017 ……………… 42
Tabel 20. Keadaan Bangunan Rumah Responden di Desa Ngemplak,
Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar Tahun 2017 …. 44
Tabel 21. Pemilikan Radio, TV, VCD, Kulkas, Handphone, Ruang
Tamu, Kamar Tidur, Kursi Tamu, dan Lemari di Desa Ngemplak,
Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar Tahun 2017 …. 46
Tabel 22. Bahan Bakar Masak dan Penerangan Rumah Responden di
Desa Ngemplak, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten
Karanganyar Tahun 2017....................................................................... 48
Tabel 23. Kepemilikan Kamar Mandi, WC, dan Kondisinya di Desa
Ngemplak, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar
Tahun 2017 ........................................................................................... 50
Tabel 24. Kepemilikan Alat Transportasi atau Kendaraan
Responden di Desa Ngemplak, Kecamatan Karangpandan,
Kabupaten Karanganyar Tahun 2017 ................................................... 52
Tabel 25. Kepemilikan dan Asal Aset Rumah Tangga Responden Petani
Pemilik Penggarap di Desa Ngemplak, Kecamatan
Karangpandan, Kabupaten Karanganyar Tahun 2017 ……………… 54
Tabel 26. Akses terhadap Pendidikan Rumah Tangga Responden di Desa
Ngemplak, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar
Tahun 2017 ............................................................................................ 55
Tabel 27. Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan Rumah Tangga
Responden di Desa Ngemplak, Kecamatan Karangpandan,
Kabupaten Karanganyar Tahun 2017 .................................................... 56
Tabel 28. Pola Pangan Pokok Rumah Tangga Responden di Desa
Ngemplak, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar
Tahun 2017 ........................................................................................... 58
Tabel 29. Penerimaan dari Usahatani Sendiri di Desa Ngemplak,
Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar Tahun 2017 …. 59
Tabel 30. Biaya dari Usahatani Sendiri di Desa Ngemplak,
Kecamatan Karangpandan , Kabupaten Karanganyar Tahun 2017 … 61
Tabel 31. Pendapatan dari Usahatani Sendiri di Desa Ngemplak,
Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar Tahun 2017 ...... 63
Tabel 32. Pendapatan dari Bekerja pada Usahatani Lain di Desa
Ngemplak, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar
Tahun 2017 ............................................................................................ 64
viii
Tabel 33. Pendapatan dari Luar Pertanian di Desa Ngemplak,
Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar Tahun 2017 ..... 66
Tabel 34. Total Pendapatan Rumah Tangga Responden di Desa
Ngemplak, Kecamatan Karangpandan , Kabupaten Karanganyar
Tahun 2017 …………………………………………………………. 67
Tabel 35. Konsumsi Rumah Tangga Responden di Desa Ngemplak,
Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar Tahun 2017 …. 69
Tabel 36. Pendapatan, Konsumsi, Tabungan, dan Investasi Responden di
Desa Ngemplak, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten
Karanganyar Tahun 2017 ...................................................................... 71
Tabel 37. Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga Responden di Desa Ngemplak,
Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar Tahun 2017 …. 73
ix
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
B. Perumusan Masalah
A. Karakteristik Pedesaan
5
6
Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi
kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan, maupun
tahunan. Kegiatan usaha pada akhirnya akan memperoleh pendapatan berupa nilai
uang yang diterima dari penjualan produk yang dikurangi biaya yang telah
dikeluarkan (M. Fatmawati, 2013).
Pendapatan suatu daerah merupakan kontribusi dari penghasilan beberapa
sektor dan subsektor lapangan usaha. Fraksi (%) pendapatan petani dari luar
pertanian adalah perbandingan pendapatan pertanian dengan sektor lainnya
termasuk kehutanan, peternakan, dan perikanan. Besar-kecilnya subsektor tanaman
pangan sangat dipengaruhi oleh luas lahan penanaman padi ladang, produksinya,
serta nilai ekonomi hasil tanaman pangan tersebut (Sudarmadji et al, 2013).
Cara kerja usahatani yang lebih baik, pasar yang mudah dicapai, serta
tersedianya sarana dan alat produksi memberi kesempatan kepada petani untuk
meningkatkan produksinya. Taraf awal komersialisasi pertanian yang diutamakan
petani adalah cukup makan bagi keluarganya dan jaminan akan mampu
menghasilkan sendiri. Kebutuhan lain yang tidak dapat dihasilkan, dibeli dengan
menjual sebagian kecil dari produksi yang dihasilkannya. Kebutuhan lain semakin
banyak dan semakin banyak pula yang diinginkan, maka untuk mencapai tujuan
tersebut diusahakan melalui perusahaan pertanian. Petani harus benar-benar
memperhitungkan pengeluaran dan penerimaan. Selisih antara pengeluaran dan
penerimaan atau pendapatan bersih usahatani harus terus naik agar petani dapat
meningkatkan taraf hidup keluarganya (Hanafie, 2010).
A. Penentuan Sampel
1. Sampel Desa
Lokasi praktikum atau sampel desa ditentukan secara purposive (sengaja),
yaitu di Dusun Ngemplak, Desa Ngemplak, Kecamatan Karangpandan,
Kabupaten Karanganyar. Penentuan desa dan kebayanan dilakukan dengan
metode sensus, yaitu semua desa atau kebayanan yang ada di Kecamatan
Karangpandan. Pada praktikum kali ini dipilih Dusun Ngemplak, Desa
Ngemplak, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar karena
mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani.
2. Sampel Responden
Penentuan responden dilakukan dengan cara cluster sampling, yaitu
melakukan wawancara terhadap rumah tangga petani untuk setiap desa.
Wawancara dilakukan dengan menggunakan lembar kuisioner yang telah
dipersiapkan. Rumah tangga petani yang dijadikan responden terdiri dari rumah
tangga petani pemilik penggarap, penyewa, panyakap, dan buruh tani. Jumlah
petani yang dijadikan responden dalam praktikum ini adalah 25 orang.
1. Data Primer
Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung tanpa
adanya media perantara atau data yang diperoleh di lapang. Data primer
diperoleh dari hasil wawancara secara langsung dengan sampel responden atau
petani sehingga dapat berupa opini subjek (orang) secara individual atau
kelompok. Data primer dapat pula berupa hasil observasi terhadap suatu benda
(fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang biasa
digunakan untuk memperoleh data primer adalah metode survei dan metode
13
14
observasi. Data primer dalam pratikum ini meliputi hal-hal yang berkaitan
dengan ekonomi pertanian di daerah penelitian atau di daerah sampel desa.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data pendukung penelitian yang
diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat
oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan, atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan
dan yang tidak dipublikasikan. Data sekunder dapat diperoleh dari suatu
instansi terkait, misalnya kelurahan, Dinas Pertanian, kantor statistik,
kecamatan, dan lain-lain, dengan melakukan pencatatan, yang meliputi keadaan
alam, kependudukan, keadaan pertanian, serta sarana dan prasarana sosial
ekonomi yang ada. Contoh data sekunder berupa monografi desa.
1. Tabulasi Silang
Tabulasi silang adalah metode pengelompokan data berdasarkan kriteria
tertentu serta perluasan dari analisis distribusi relatif dengan menyajikan
hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya. Tabulasi silang
merupakan sebuah teknik statistik yang menjelaskan dua atau lebih variabel
secara bersamaan dan hasil disajikan dalam tabel yang mencerminkan distribusi
gabungan dari dua atau lebih variabel yang mempunyai kategori terbatas atau
nilai yang berbeda. Tabulasi silang digunakan secara luas dalam riset
pemasaran komersial karena analisis dan hasil dari tabulasi silang mudah
diinterpretasikan dan mudah dipahami oleh para manajer yang tidak
mempunyai orientasi statistik.
Penafsiran yang jelas memberikan kaitan yang lebih erat antara hasil riset
dengan tindakan manajerial, suatu seri tabulasi silang bisa memberikan
gambaran lebih besar mengenai sebuah fenomena rumit dibandingkan dengan
suatu analisis multivariat tunggal. Tabulasi silang dapat mengurangi masalah
15
yang ditimbulkan oleh angka yang jarang dalam setiap sel (sparse cell), yang
dapat menjadi masalah serius dalam analisis multivariat untuk variabel diskrit.
Analisis tabulasi silang mudah untuk dilakukan dan menarik bagi para peneliti
tidak terlalu yang canggih.
2. Angka Rata-rata
Angka rata-rata adalah angka untuk mengetahui taksiran secara kasar.
Angka rata-rata berguna untuk melihat gambaran dalam garis besar dari suatu
karakteristik yang ada. Angka rata-rata didapat dari awal penjumlahan semua
data. Penjumlahan data tersebut kemudian dihitung rata-rata setiap kolomnya.
3. Angka Persentase
Analisis persentase adalah analisis mengenai data yang dibagi dalam
beberapa kelompok. Analisis persentase dinyatakan dan diukur dalam persen.
Cara ini dapat mengetahui kelompok yang paling banyak jumlahnya, yaitu
ditunjukkan dengan persentase yang paling tinggi.
4. Analisis Usahatani
Biaya usahatani merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan
usahatani. Biaya usahatani dalam praktikum ini meliputi biaya saprodi, alat-alat
luar, biaya tenaga kerja, dan lainnya. Secara umum biaya usahatani terdiri dari
biaya tetap dan biaya tidak tetap, sedangkan pendapatan usahatani (Y) adalah
total yang diterima (TR) dikurangi total biaya yang dikeluarkan untuk proses
usahatani (TC). Rumus penghitungan pendapatan usahatani adalah Y = TR –
TC.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Desa
1. Karakteristik Wilayah
2. Penduduk
16
17
1495
ABT x 100% 57,1%
2618
Angka Beban Tanggungan (ABT) menunjukkan hasil bahwa setiap
tahunnya suatu keluarga harus menanggung beban tanggungan untuk
mencukupi kebutuhan para penduduk usia nonproduktif sebesar 57,1%.
Angka Beban Tanggungan (ABT) yang tinggi menunjukkan
kesejahteraan masyarakat menurun. Kematian, pergi ke tempat rantauan,
20
3. Keadaan Pertanian
c. Tanaman Keras
d. Peternakan
a. Sarana Perekonomian
Tabel 10. Pasar, Kios, Toko, Warung atau Bakul Keliling Desa
Ngemplak, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten
Karanganyar Tahun 2017
No. Jenis Sarana Perekonomian Jumlah
1. Pasar -
2. Kios -
3. Warung -
4. Toko -
Jumlah -
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan data Tabel 10 dapat diketahui bahwa sarana
perekonomian di Desa Ngemplak cukup lengkap, tetapi data jumlahnya
tidak tercantum dalam data monografi desa. Kios atau warung meskipun
pada data monografi tidak diketahui jumlahnya, namun dari hasil
pengamatan di lapang diketahui bahwa pada setiap Rukun Tangga paling
tidak terdapat satu kios atau warung. Sarana dan prasarana perekonomian
membantu masyarakat Desa Ngemplak dalam memenuhi kebutuhan
sehari-harinya dan dapat meningkatkan kesejahteraan perekonomian
masyarakat Desa Ngemplak. Pengamatan di lapangan menunjukkan
bahwa warung atau kios yang ada biasanya menyediakan sembako dan
sayur-sayuran sebagai kebutuhan pokok sehari-hari untuk rumah tangga.
Ada pula warung yang hanya menjual makanan ringan kecil-kecilan.
b. Sarana Perhubungan
1. Identitas Responden
3. Penyakap
4 0.5
a. Suami
4 0.5
b. Istri
0 0
c. Anak
8 1
Jumlah
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 15. dapat dilihat bahwa berdasarkan sampel
yang diwawancarai, sebagian besar keluarga petani berprofesi sebagai
petani pemilik penggarap. Petani pemilik penggarap yang berkedudukan
sebagai seorang suami sebanyak 13 orang. Jumlah petani pemilik
penggarap yang berkedudukan sebagai istri sebanyak 15 orang dan
jumlah petani pemilik penggarap yang berkedudukan sebagai anak
sebanyak 0 orang. Hal ini menyatakan bahwa minat anak petani untuk
35
Penyewa
a. <20 0 0 0 0 4 57.1
b. 21–30 0 0 1 16.7 3 42.9
c. 31–40 2 33,3 1 16.7 0 0
2.
d. 41–50 2 33.3 2 33.3 0 0
e. 51–60 2 33,3 2 33,3 0 0
f. >60 0 0 0 0 0 0
Jumlah 6 100 6 100 7 100
Penyakap
a. <20 0 0 0 0 3 60
b. 21–30 0 0 0 0 1 20
c. 31–40 0 0 0 0 1 20
3
d. 41–50 0 0 1 25 0 0
e. 51–60 4 100 3 75 0 0
f. >60 0 0 0 0 0 0
Jumlah 4 100 4 100 5 100
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 16. dapat dilihat bahwa umur suami sebagai
petani pemilik penggarap tidak ada yang berada di bawah 20 tahun.
Umur suami pada interval 21–30 terdapat satu orang dengan persentase
7.7%. Umur suami pada interval 31–40 sebanyak satu orang dengan
persentase 7.7%. Umur suami pada interval 41–50 sebanyak tiga orang
dengan persentase 23%. Umur suami yang dominan, yaitu pada interval
umur 51–60 tahun dan terdapat sebanyak empat orang dengan persentase
sebesar 30.8%. Umur suami yang lebih dari 60 tahun sebanyak empat
orang dengan persentase 30.8%. Umur istri yang lebih dominan terdapat
pada interval 41–50 tahun sebanyak lima orang dengan persentase
37
sebesar 33.3%. Umur anak yang mendominasi adalah umur kurang dari
20 tahun, terdapat sebanyak 15 orang dengan persentase sebesar 44.1%.
Berdasarkan Tabel 16. dapat dilihat bahwa umur suami sebagai
petani penyewa tidak ada yang berada di bawah 20 tahun melainkan
diatas 20 tahun dengan tidak ada dominasi. Tidak ada petani penyewa
yang berumur lebih dari 60 tahun. Petani penyewa dengan umur 51–60
tahun sebanyak dua orang dengan perserntase sebesar 33,3%. Petani
penyewa dengan umur 31–40 tahun terdapat sebanyak dua orang dengan
persentase sebesar 33,3%. Umur istri yang lebih dominan terdapat pada
interval 41–60 tahun sebanyak dua orang dengan persentase sebesar
33.3%. Umur anak yang mendominasi adalah kurang dari 20 tahun, yaitu
sebanyak tiga orang dengan persentase 60%. Rata-rata usia untuk
responden petani penyewa, yaitu pada usia produktif (usia 51–60 tahun).
Rata-rata usia anak dari responden petani penyewa, yaitu dominan pada
interval usia kurang dari 20 tahun.
Penyewa
a. Tidak 2 33.3 1 16.7 2 28.6
Sekolah
b. SD 2 33.3 4 66.7 2 28.6
2.
c. SMP 1 16.7 - 0 1 14.3
d. SMA 1 16.7 1 16.7 3 42.9
e. D3 - 0 - 0 - 0
f. S1 - 0 - 0 - 0
Jumlah 6 100 6 100 7 100
Penyakap
a. Tidak - 0 - 0 1 20
Sekolah
b. SD 4 100 4 100 1 20
3.
c. SMP - 0 - 0 1 20
d. SMA - 0 - 0 2 40
e. D3 - 0 - 0 - 0
f. S1 - 0 - 0 - 0
Jumlah 4 100 4 100 5 100
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 17. dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan
suami sebagai petani penggarap pada Desa Ngemplak di dominasi oleh
tingkat pendidikan SD, yaitu sebanyak delapan orang dengan persentase
sebesar 61.5%. Petani yang tidak bersekolah sebanyak dua orang dengan
persentase 15.4%. Petani dengan pendidikan SMP sebanyak satu orang
39
Keterangan:
S : Suami
I : Istri
A : Anak
Tabel 19. Luas Sawah, Tegal, Pekarangan, Luas Tanah, dan Luas
Bangunan Responden di Desa Ngemplak, Kecamatan
Karangpandan, Kabupaten Karanganyar Tahun 2017
Aset Rumah Jumlah
No. Luas Rata-rata (m²)
Tangga (m2)
Pemilik
Penggarap
1. Sawah 46000 3000
Tegal 0 0
Pekarangan 965 64.33
Bangunan 5573 371.53
Jumlah 52538 3435.86
Penyewa
Sawah 15500 2500
2. Tegal 30000 5000
Pekarangan 378 63
Bangunan 2351 391.83
Jumlah 21229 7954.83
Penyakap
Sawah 14500 3600
3. Tegal 0 0
Pekarangan 321 80.25
Bangunan 3850 962.5
Jumlah 18671 4642.75
Sumber: Analisis Data Primer
Tabel 19. menunjukkan bahwa jumlah luas sawah pemilik
penggarap adalah 52.538 m2, sedangkan petani penyewa adalah 21.229
m2 dan penyakap 18.671 m2. Hal itu menunjukan bahwa lahan pertanian
yang digarap petani pemilik penggarap lebih luas dibanding dengan
petani penyewa dan penyakap. Jumlah luas tegal yang dimiliki oleh
petani pemilik penggarap dan petani penyakap masing-masing adalah 0
m2, sedangkan luas tegal yang dimiliki oleh petani penyewa adalah
30.000 m2. Luas bangunan yang dimiliki oleh responden dari keluarga
petani pemilik penggarap yang ada di Desa Ngemplak adalah 5.573 m2,
sedangkan petani penyakap 3.850 m2 dan petani penyewa adalah 2.351
m2. Luas pekarangan petani pemilik penggarap adalah 965 m2, sedangkan
luas pekarangan petani penyakap adalah 321 m2 dan luas pekarangan
43
2. Penyewa
Radio 1 5 0.16
TV 6 0 1
VCD 3 3 0.5
Kulkas 3 3 0.5
Handphone 3 3 0.5
Ruang Tamu 5 1 0.8
Kamar Tidur 6 0 1
Kamar Mandi 6 0 1
Lemari 6 0 1
Jumlah 39 15 0.7
3. Penyakap
Radio 0 4 0
TV 4 0 1
VCD 2 2 0.5
Kulkas 2 2 0.5
Handphone 4 0 1
Ruang Tamu 4 0 1
Kamar Tidur 4 0 1
Kamar Mandi 4 0 1
Lemari 4 0 1
Jumlah 28 8 0.7
dan hanya dua responden yang tidak memiliki televisi. Televisi tersebut
mereka gunakan sebagai media untuk mendapatkan ilmu dan berita dari
dunia luar, serta sarana hiburan dari rasa kelelahan. Menonton acara dari
televisi yang biasanya digunakan sebagai waktu untuk berkumpul
bersama keluarga setelah seharian sibuk melakukan aktivitas bekerja dan
sekolah. Responden di Desa Ngemplak juga memiliki VCD yang biasa
mereka gunakan sebagai media hiburan. Responden rata-rata sudah
memiliki kamar utama, lemari, serta kamar mandi walaupun masih
sederhana. Mempertimbangkan keadaan tersebut warga Desa Ngemplak
bisa dikatakan termasuk dalam kategori makmur sehingga kesejahteraan
petani beserta keluarganya meningkat karena bisa terlihat dari
kepemilikan alat-alat elektonik seperti televisi, radio, dan VCD yang
rata-rata setiap keluarga sudah mempunyai meskipun hanya satu buah
dan masih sederhana.
2. Penyewa
Listrik 6 100 0 0
Kayu bakar 0 0 1 14.3
Minyak Tanah 0 0 0 0
Gas 0 0 6 85.7
Jumlah 6 100 7 100
3. Penyakap
Listrik 4 100 0 0
Kayu bakar 0 0 1 20
Minyak Tanah 0 0 0 0
Gas 0 0 4 80
Jumlah 4 100 5 100
Sumber: Analisis Data Primer
Menurut Tabel 22. dapat diketahui bahwa responden di Desa
Ngemplak mayoritas sudah menggunakan bahan bakar gas sebagai bahan
bakar utama. Sebagian kecil juga masih menggunakan bahan bakar kayu,
hanya saja bahan bakar kayu digunakan sebagai bahan bakar sampingan.
Hal ini disebabkan karena bahan bakar gas lebih mudah digunakan
dibandingkan bahan bakar kayu karena tidak perlu mengeringkan kayu
terlebih dahulu. Kepemilikan listrik yang ada sudah baik karena sudah
ada program listrik masuk desa dari Pemerintah Daerah. Hal ini
menjadikan semua responden telah dapat memanfaatkan aliran listrik
yang mudah digunakan untuk penerangan rumah dan jalan-jalan desa
sehingga mempermudah dalam kegiatan mobilitas warga Desa Ngemplak
dengan warga desa lain. Pemakaian bahan bakar gas pada sebagian besar
warga sebagai bahan bakar yang utama dan sudah hampir merata
49
2. Penyewa
Kamar Mandi 6 0
WC 0 6
Jumlah 6 6
3. Penyakap
Kamar Mandi 4 0
WC 0 4
Jumlah 4 0
Sumber: Analisis Data Primer
Menurut Tabel 23. dapat diketahui bahwa semua keluarga petani di
Desa Ngemplak mempunyai kamar mandi sendiri meskipun masih
sederhana. Satu rumah tangga petani ada yang mempunyai kamar mandi
lebih dari satu sehingga sudah tidak ada anggota keluarga petani yang
melakukan kegiatan MCK di sungai. Mereka sudah sadar akan
pentingnya membangun sarana MCK. Hal ini menunjukkan sudah ada
perkembangan yang lebih baik dalam kebersihan maupun kesehatan.
Petani pemilik penggarap, penyewa, dan penyakap telah memenuhi
standar kehidupan di mana di setiap rumah memiliki kamar mandi dan
WC sendiri. Kondisi pada umumnya masih sederhana, tetapi warga yang
mempunyai kelas ekonomi atas biasanya memiliki kualitas tempat MCK
yang lebih baik sehingga kesehatan masyarakat Desa Ngemplak pun
lebih terjamin. Kemungkinan besar jauh dari gangguan kuman-kuman
penyebab penyakit.
51
2. Penyewa
Sepeda 1
Sepeda motor 6
Mobil 0
Jumlah 7
3. Penyakap
Sepeda 2
Sepeda motor 3
Mobil 0
Jumlah 5
Sumber : Analisis Data Primer
Dari Tabel 24. menunjukan bahwa para petani di Desa Ngemplak
cukup mampu dalam hal kepemilikan alat transportasi. Banyak yang
memiliki sepeda motor dibandingkan sepeda karena lebih efektif dan irit
tenaga jika dibawa bepergian jauh. Dari 25 responden ada yang tidak
memiliki sepeda motor, tetapi ada juga yang dalam satu rumah memiliki
sepeda motor lebih dari satu. Kepemilikan mobil dari 25 responden tidak
ada responden yang mempunyai mobil karena kemampuan ekonomi
masyarakatnya masih kurang. Adanya sarana transportasi memudahkan
responden untuk dapat menjalankan aktifitas mereka dan mampu
memudahkan mengefisiensikan waktu serta tenaga untuk menempuh
perjalanan menuju tempat yang dituju. Kemakmuran dan kesejahteraan
petani beserta keluarganya cukup baik karena persentase kepemilikan
sarana transportasi berupa sepeda motor cukup besar dan lebih dari
separuh keluarga yang diambil sebagai sampel.
2. Penyewa
Belum sekolah 5 23.81
SD 8 38,1
SMP 2 9.52
SMA 6 28.57
PT 0 0
Jumlah 21 100
3. Penyakap
Belum sekolah 0 0
SD 9 81.82
SMP 0 0
SMA 2 18.18
PT 0 0
Jumlah 11 100
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 26. dapat diketahui bahwa pada keluarga pemilik
penggarap kebanyakan mereka mengenyam pendidikan hingga tingkat
SMA yaitu ada 23 orang. Hanya sedikit yang mengenyam pendidikan
hingga tingkat PT, yaitu hanya dua orang. Pada tingkat SMP ada delapan
orang dan ada delapan orang yang tidak mengenyam pendidikan. Petani
penyewa ada lima orang yang belum atau tidak bersekolah, delapan orang
pada tingkat SD, dua orang pada tingkat SMP, dan ada enam orang pada
tingkat SMA. Petani penyakap ada sembilan orang yang bersekolah hingga
sampai tingkat SD dam hanya ada dua orang yang bersekolah sampai
56
2. Penyewa
Puskesmas
Rumah Sakit 1 16.67
Bidan/ Klinik 2 33.33
Dokter 3 50
Jumlah 6 100
3. Penyakap
Puskesmas 1 25
Rumah Sakit 0 0
Bidan/ Klinik 3 75
Dokter 0 0
Jumlah 4 100
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 27. dapat diketahui bahwa sebagian besar
masyarakat di Desa Ngemplak memilih berobat ke bidan atau klinik, yaitu
sebanyak 48% dari respoonden. Mereka beralasan pelayanan yang diberikan
oleh klinik lebih baik dengan harga obat yang relatif lebih terjangkau.
Responden juga beralasan apabila ke klinik biaya akan ditanggung BPJS.
Kebanyakan masyarakat berobat ke klinik hanya untuk mengobati penyakit-
penyakit ringan saja. Masyarakat ketika merasa berobat ke klinik atau bidan
57
Pola konsumsi pangan adalah susunan jenis dan jumlah pangan yang
dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu. Pola
konsumsi pangan berfungsi untuk mengarahkan agar pola pemanfaatan
pangan secara nasional dapat memenuhi kaidah mutu, keanekaragaman,
kandungan gizi, keamanan dan kehalalan, di samping juga untuk efisiensi
makan dalam mencegah pemborosan. Pola konsumsi pangan juga
mengarahkan agar pemanfaatan pangan dalam tubuh (utility food) dapat
optimal, dengan peningkatan atas kesadaran pentingnya pola konsumsi yang
beragam, dengan gizi seimbang mencakup energi, protein, vitamin dan
mineral serta aman. Pola makan yang baik mengandung makanan pokok,
lauk-pauk, buah-buahan, dan sayur-sayuran, serta dimakan dalam jumlah
cukup sesuai dengan kebutuhan. Pola makan yang baik dan jenis hidangan
yang beraneka ragam dapat menjamin terpenuhinya kecukupan sumber
tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur bagi kebutuhan gizi seseorang
sehingga status gizi seseorang akan lebih baik dan memperkuat daya tahan
tubuh terhadap serangan penyakit.
58
Tabel 28. Pola Pangan Pokok Rumah Tangga Responden di Desa Ngemplak,
Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar Tahun 2017
No. Keterangan Frekuensi Makan
Pola Pangan Pokok
Keluarga
Nasi Berganti
Sepanjang dengan yang 1X 2X 3X
tahun lain
1. Pemilik
- -
penggarap 15 0 15
2. Penyewa 6 - - - 6
3. Penyakap 4 0 - - 4
Jumlah 25 0 - - 25
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 28. dapat diketahui bahwa masyarakat di Desa
Ngemplak seluruhnya mengkonsumsi nasi. Masyarakat Desa Ngemplak
mengonsumsi nasi sebagai makanan pokok sepanjang tahun. Nasi yang
dikonsumsi rata-rata adalah hasil dari ladang sendiri jadi tidak perlu
mengeluarkan biaya untuk membeli makanan pokok. Hasil wawancara
menunjukkan pola makan masyarkat Desa Ngemplak rata-rata memiliki
frekuensi makan tiga kali dalam sehari dalam bentuk nasi dengan jumlah
yang cukup serta komposisi yang baik. Umumnya mereka makan pada pagi
hari, siang hari, dan malam hari. Hal tersebut sudah memenuhi standar pola
makan yang baik dalam pemenuhan gizi masyarakat.
59
2. Penyewa
a. Sawah Rp267.090.000,00 Rp44.515.000,00
b. Tegal 0 0
c. Pekarangan 0 0
d. Ternak Rp32.000.000,00 Rp 5.333.333,00
Jumlah Rp299.090.000,00 Rp49.848.333,00
3. Penyakap
a. Sawah Rp151.530.000,00 Rp37.882.500,00
b. Tegal 0 0
c. Pekarangan 0 0
d. Ternak 0 0
Jumlah Rp151.530.000,00 Rp37.882.500,00
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 29. dapat diketahui bahwa jumlah penerimaan
dari usahatani masyarakat di Desa Ngemplak, Kecamatan Karangpandan,
60
2. Penyewa
a. Sawah Rp32.457.750,00 Rp5.409.625,00
b. Tegal 0 0
c. Pekarangan 0 0
d. Ternak Rp175.000,00 Rp29.166,00
Jumlah Rp32.632.750,00 Rp5.438.791,00
3. Penyakap
a. Sawah Rp15.362.750,00 Rp3.840.687,00
b. Tegal 0 0
c. Pekarangan 0 0
d. Ternak 0 0
Jumlah Rp15.362.750,00 Rp3.840.687,00
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 30. dapat diketahui bahwa jumlah biaya dari
usahatani masyarakat di Desa Ngemplak, Kecamatan Karangpandan,
Kabupaten Karanganyar tahun 2017 untuk petani pemilik penggarap di
sawah sekitar Rp66.461.575,00 dengan rata-rata Rp4.430.771.00. Biaya
untuk usahatani ternak sekitar Rp101.500,00 dengan rata-rata Rp6.766,00.
Jumlah total adalah Rp66.563.075,00 dengan rata-rata total adalah
Rp4.498.437,00.
Berdasarkan Tabel 30. dapat diketahui bahwa jumlah biaya dari
usaha tani masyarakat di Desa Ngemplak, Kecamatan Karangpandan,
Kabupaten Karanganyar tahun 2017 untuk petani penyewa di sawah
sekitar Rp32.457.750,00 dengan rata-rata Rp5.409.625,00, dan ternak
sekitar Rp175.000,00 dengan rata-rata Rp29.166,00. Jumlah total adalah
Rp32.632.750,00 dengan rata-rata total adalah Rp5.438.791,00. Jumlah
62
2. Penyewa
a. Sawah Rp234.632.250,00 Rp39.105.375,00
b. Tegal 0 0
c. Pekarangan 0 0
d. Ternak Rp31.825.000,00 Rp5.304.166,00
Jumlah Rp266.457.250,00 Rp44.409.541,00
3. Penyakap
a. Sawah Rp136.167.250,00 Rp 34.041.812,00
b. Tegal 0 0
c. Pekarangan 0 0
d. Ternak 0 0
Jumlah Rp136.167.250,00 Rp 34.041.812,00
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 31. dapat diketahui bahwa jumlah pendapatan
dari usahatani masyarakat di Desa Ngemplak, Kecamatan Karangpandan,
Kabupaten Karanganyar tahun 2017 untuk petani pemilik penggarap di
sawah sekitar Rp471.210.800,00 dengan rata-rata Rp31.414.053,00.
Pendapatan untuk usahatani ternak sekitar Rp98.500,00 dengan rata-rata
Rp2.666,00. Jumlah total adalah Rp471.309.300,00 dengan rata-rata total
adalah Rp31.416.719,00.
Berdasarkan Tabel 31. dapat diketahui bahwa jumlah pendapatan
dari usahatani masyarakat di Desa Ngemplak, Kecamatan Karangpandan,
Kabupaten Karanganyar tahun 2017 untuk petani penyewa di sawah
sekitar Rp234.632.250,00 dengan rata-rata Rp39.105.375,00, dan ternak
sekitar Rp31.825.000,00 dengan rata-rata Rp5.304.166,00. Jumlah total
adalah Rp266.457.250,00 dengan rata-rata total adalah Rp44.409.541,00.
64
2. Penyewa
a. Buruh tani 0 0
b. Kolam Ikan 0 0
Jumlah 0 0
3. Penyakap
a. Buruh tani 0 0
b. Kolam Ikan 0 0
Jumlah 0 0
Sumber : Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 32. dapat diketahui bahwa dari 25 responden yang
terdiri dari petani pemilik penggarap, penyewa, dan penyakap di Desa
Ngemplak, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar hanya ada
satu orang yang menjadi buruh tani walau beliau telah memiliki lahan
sendiri. Tidak ada responden yang memiliki usaha kolam ikan. Hampir
semua petani tidak memiliki pendapatan selain dari usahatani miliknya
sendiri.
65
2. Penyewa
a. Suami 0 0
b. Istri 0 0
c. Anak 0 0
Jumlah 0 0
3. Penyakap
a. Suami 0 0
b. Istri 0 0
c. Anak 0 0
Jumlah 0 0
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 33. dapat diketahui bahwa pendapatan petani
pemilik penggarap dari luar usahatani yang didapatkan lebih didominasi
oleh pendapatan dari anak. Pendapatan dari keluarga petani pemilik
penggarap dari luar usahatani adalah mencapai Rp109.200.000,00 per tahun.
Suami dan istri dari keluarga petani pemilik penggarap tidak memiliki
penghasilan atau pendapatan dari luar usahatani karena pekerjaan mereka
biasanya terfokus ke sawah yang mereka garap. Keluarga petani penyewa
yang ada di Desa Ngemplak, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten
Karanganyar tidak ada yang memiliki pendapatan dari luar usahatani.
Keluarga petani penyakap yang ada di Desa Ngemplak, Kecamatan
Karangpandan, Kabupaten Karanganyar juga tidak ada yang memiliki
pendapatan dari luar usahatani
67
2. Penyewa
a. Usahatani Sendiri Rp471.309.300,00 100%
b. Usahatani Lain 0
c. Dari Luar Usahatani 0
Jumlah Rp471.309.300,00 100%
3. Penyakap
a. Usahatani Sendiri Rp136.167.250,00 100%
b. Usahatani Lain 0
c. Dari Luar Usahatani 0
Jumlah Rp136.167.250,00 100%
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 34. dapat diketahui total pendapatan yang
diperoleh petani pemilik penggarap di Desa Ngemplak adalah sebesar
Rp388.257.250,00. Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani
sendiri adalah sebesar Rp266.457.250,00. Pendapatan yang diperoleh dari
usahatani lainnya adalah sebesar Rp12.600.000,00. Pendapatan dari luar
usahatani sebesar Rp109.200.000,00. Kesimpulan yang dapat diambil dari
data adalah pendapatan petani pemilik penggarap paling besar diperoleh dari
68
2. Penyewa
a. Bahan Makanan Rp39.945.600.00 49,70%
b. Bukan Makanan Rp27.218.400,00 33,86%
c. Papan, pakaian, dll Rp13.204.000.00 16,42%
Jumlah Rp80.371.000,00 100%
3. Penyakap
a. Bahan Makanan Rp27.981.200.00 45,5%
b. Bukan Makanan Rp16.399.000.00 26,66%
c. Papan, pakaian, dll Rp17.160.000.00 27,9%
Jumlah Rp61.489.400.00 100%
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 35. dapat diketahui bahwa dapat diketahui bahwa
konsumsi total yang dikeluarkan untuk konsumsi makanan dari keluarga
petani pemilik penggarap, yaitu sebesar Rp102.332.566.00. Konsumsi
bukan makanan Rp65.204.200.00. Rata-rata konsumsi pakaian, perumahan,
dan lain-lain sebesar Rp65.1220,00. Konsumsi total sebesar
Rp209.824.866.00. Pengeluaran paling besar dialokasikan untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi bahan makanan.
Konsumsi yang dikeluarkan untuk konsumsi makanan dari keluarga
petani penyewa, yaitu sebesar Rp39.945.600.00. Konsumsi bukan makanan
Rp27.218.400.00. Rata-rata konsumsi pakaian, perumahan, dan lain-lain
sebesar Rp13.204.000,00. Konsumsi total sebesar Rp80.371.000.00.
Pengeluaran paling besar dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi bahan makanan.
Konsumsi yang dikeluarkan untuk konsumsi makanan dari keluarga
petani penyakap yaitu sebesar Rp27.981.200,00. Konsumsi bukan makanan
Rp16.399.000,00. Rata-rata konsumsi pakaian, perumahan, dan lain-lain
70
2. Penyewa
Total Penghasilan Rp471.309.300,00 100%
a. Konsumsi
1) Bahan Makanan Rp39.945.600,00 8,47%
2) Bukan Makanan Rp27.218.400.00 5,77%
3) Pakaian, papan, dll Rp13.204.000,00 0,28%
b. Tabungan Rp186.631.050,00 39,59%
c. Investasi Rp22.500.000.00 4,77%
3. Penyakap
Total Penghasilan Rp136.167.250.00 100%
a. Konsumsi
1) Bahan Makanan Rp27.981.200,00 20,5%
2) Bukan Makanan Rp16.399.000.00 12%
3) Pakaian, papan, dll Rp17.160.000.00 12,6%
b. Tabungan Rp74.784.450.00 54,92%
c. Investasi Rp10.000.000.00 7,3%
Sumber: Analisis Data Primer
Berdasarkan Tabel 36. dapat diketahui bahwa total penghasilan yang
didapatkan oleh rumah tangga petani pemilik pengarap sebesar
Rp388.257.250.00 per tahun. Pengeluaran dari bahan makanan sebesar
Rp102.332.566,00 per tahun. Pengeluaran konsumsi yang bukan makanan
sebesar Rp65.204.200.00 per tahun. Pengeluaran konsumsi berupa papan,
pakaian, dan lain-lain sebesar Rp65.122.000.00 per tahun. Memiliki
tabungan sebesar Rp336.397.559,00 dan investasi sebesar
Rp105.000.000,00.
72
A. Kesimpulan
75
76
B. Saran
Anwar, Khoirul, Hardiansyah. 2014. Konsumsi Pangan dan Gizi serta Skor Pola
Pangan Harapan pada Dewasa Usia 19–49 Tahun di Indonesia. Jurnal Gizi
dan Pangan. Vol. 9 No. 1 Hal. 58.
Faris, Muhammad A’fif, Nugroho SBM. 2013. Dampak Investasi Swasta yang
Tercatat di Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Jawa Tengah (Analisis
Input-Output). Diponegoro Journal of Economics. Vol. 2 No. 3 Hal. 8.
Elizabeth, Roosganda. 2007. Fenomena Sosiologis Metamorphosis Petani ke
Arah Keberpihakan pada Masyarakat Petani di Pedesaan yang
Terpinggirkan Terkait Konsep Ekonomi Kerakyatan. Jurnal Sosial
Ekonomi Pertanian. Vol. 25 No. 1 Hal. 30.
Faiziah, Anita, Sofyan. 2014. Pengaruh Jumlah Tenaga Kerja, Ekspor, Investasi
dan Kredit Perbankan Sektor Pertanian Terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian Provinsi Aceh. Jurnal Agrisep.
Vol. 15 No. 2 Hal. 38.
Farida, Umrotul. 2013. Pengaruh Aksesibilitas Terhadap Karakteristik Sosial
Ekonomi Masyarakat Pedesaan Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal.
Jurnal Wilayah dan Lingkungan. Vol. 1 No. 1 Hal. 49–66.
Gilarso, T. 2008. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Yogyakarta: Kanisius.
Hanafie, Rita. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Iyan, Ritayani, Rosyetti, Susie Lenggogeni. 2010. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Tabungan Masyarakat pada Bank Umum di Pekanbaru.
Jurnal Ekonomi. Vol. 18 No. 4 Hal. 3.
Kurniawan, Paulus, Made Kembar Sri Budhi. 2015. Pengantar Ekonomi Mikro
dan Makro. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Kusnadi, Nunung, Netti Tinaprillia, Sri Hery Susilowati, Adreng Purwoto. 2011.
Analisis Efisiensi Usahatani Padi di Beberapa Sentra Produksi Padi di
Indonesia. Jurnal Agro Ekonomi. Vol. 29 No. 1 Hal. 26.
M., Fatmawati Lumintang. 2013. Analisis Pendapatan Petani di Desa Teep
Kecamatan Langowan Timur. Jurnal EMBA. Vol. 1 No. 3 Hal. 992.
Ningsih, Efrida, Syamsul Amar, Idris. 2013. Analisis Pertumbuhan Ekonomi,
Konsumsi dan Tabungan di Sumatera Barat. Jurnal Kajian Ekonomi. Vol. 1
No. 2 Hal. 261–262.
Prayoga, Adi. 2010. Produktivitas dan Efisiensi Usahatani Padi Organik Lahan
Sawah. Jurnal Agro Ekonomi. Vol. 28 No. 1 Hal. 4.
Rahardjo. 2014. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Budi, Apik Santoso. 2007. Peluang Kerja Non-Farm di Pedesaan. Jurnal Geografi.
Vol. 4 No. 1 Hal. 26–27.
Siringo, Headhi Berlina, Murni Daulay. 2014. Analisis Keterkaitan Produktivitas
Pertanian dan Impor Beras di Indonesia. Jurnal Ekonomi Keuangan. Vol. 2
No. 8 Hal. 488.
Soeroso, Andreas. 2008. Sosiologi 2. Bogor: Quadra.
Sriningsih. 2009. Problem Kesehatan Mental Masyarakat Pedesaan. Jurnal
Pendidikan Ilmu-ilmu Sosial. Vol. 6 No. 1 Hal. 1–7.
Sudarmadji, Eko Haryono. Tjahyo Nugroho Adji. M. Widyastuti. Rika Harini.
Emilya Nurjani. Ahmad Cahyadi. Henky Nugraha. 2013. Ekologi
Lingkungan Kawasan Karst Indonesia. Yogyakarta: Deepublish.
Tri, Mei Sundari. 2011. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Tani Wortel di
Kabupaten Karanganyar. Jurnal SEPA. Vol. 7 No. 2 Hal. 125.
Suratiyah, Ken. 2015. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.
Yudono, Prapto, Azwar Maas, Masyuhri, Christanti Sumardhiyono, Triwibowo
Yuwono. 2014. Pengantar Ilmu Pertanian. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
LAMPIRAN
DATA MONOGRAFI
PETA DESA
KUISIONER 1
KUISIONER 2
KUISIONER 3
KUISIONER 4
KUISIONER 5
BUKTI TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik Pedesaan
B. Pertanian dan Produktivitas Usahatani
C. Pendapatan Petani Pedesaan
D. Konsumsi, Tabungan, dan Investasi Pertanian
DOKUMENTASI