OLEH :
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan
umumnya di karenakan rudapaksa (Mansjoer, 2008). Dikehidupan sehari hari yang
semakin padat dengan aktifitas masingmasing manusia dan untuk mengejar
perkembangan zaman, manusia tidak akan lepas dari fungsi normal musculoskeletal
terutama tulang yang menjadi alat gerak utama bagi manusia, tulang membentuk
rangka penujang dan pelindung bagian tubuh dan tempat untuk melekatnya otototot
yang menggerakan kerangka tubuh,. namun dari ulah manusia itu sendiri, fungsi tulang
dapat terganggu karena mengalami fraktur. Fraktur biasanya disebabkan oleh trauma
atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan
jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu
lengkap atau tidak lengkap (Mansjoer, 2008). Fraktur Cruris merupakan suatu istilah
untuk patah tulang tibia dan fibula yang biasanya terjadi pada bagian proksimal,
diafisis, atau persendian pergelangan kaki. Pada beberapa rumah sakit kejadien fraktur
cruris biasanya banyak terjadi oleh karena itu peran perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan trauma musculoskeletal pada fraktur cruris akan semakin besar
sehingga di perlukan pengetahuan mengenai anatomi, fisiologi, dan patofisiologi
tulang normal dan kelainan yang terjadi pada pasien dengan fraktur cruris (Depkes RI,
2005).
Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari 5,6 juta
orang meninggal dikarenakan insiden kecelakaan dan sekitar 1.3 juta orang mengalami
kecacatan fisik. Salah satu insiden kecelakaan yang memiliki prevalensi cukup tinggi
yaitu insiden fraktur ekstrimitas bawah sekitar 40% dari insiden kecelakaan yang
terjadi. 2 Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi diintegritas pada tulang.
Penyebab terbanyaknya adalah insiden kecelakaan, tetapi factor lain seperti proses
degeneratif dan osteoporosis juga dapat berpengaruh terhadap terjadinya fraktur
(Depkes RI, 2011). Kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja merupakan suatu
keadaan yang tidak di inginkan yang terjadi pada semua usia dan secara mendadak.
Angka kejadian kecelakaan lalu lintas di kota Semarang sepanjang tahun 2011
mencapai 217 kasus, dengan korban meninggal 28 orang, luka berat 40 orang, dan luka
ringan sejumlah 480 orang ( Polda Jateng, 2011).
2. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Analisa Jurnal ini adalah untuk mengetahui Efektifitas Kompres Dingin
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien Fraktur di RSUD Ungaran
BAB II
ANALISA JURNAL
A. JURNAL UTAMA
Populasi Responden
B. JURNAL PENDUKUNG
2. KONSEP PENYAKIT
Insulin adalah hormon yang dibentuk sel beta langerhans yang berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan karbohidrat bagi sel dalam bentuk insulin yang berfungsi terhadap
transparan glukosa, asam amino, asam lemak, di samping itu insulin juga berperan
mengaktifkan enzim sehingga meningkatkan metabolisme intra sel. Bermacam-macam
penyebab Diabetes Melitus yang berbeda akhirnya akan mengarah ke insufisiensi
insulin. Metabolisme karbohidrat yang terganggu akan menyebabkan kelaparan dalam
sel hormone counter regulator seperti flukagon, epineprin, non epineprin growth hormon
dan kortisel akan dikeluarkan oleh tubuh. Menurunnya proses glikogenesis
menyebabkan produksi glukosa dari glikogen meningkat dan glikogenesis akan
menurun yaitu pembentukan glukosa dari non karbohidrat seperti asam amino, hal ini
akan menyebabkan penurunan pemecahan lemak menjadi keton untuk memberi
alternatif sumber energi. Kekurangan insulin akan menyebabkan glukosa tidak dapat
masuk ke dalam sel. Menyebabkan sel mengalami kelaparan. Sel sebagai keadaan krisis
dengan mengeluarkan hormon counter regulator untuk tetap memenuhi kebutuhan
energi dengan menggunakan sumber energi lain seperti lemak. Akibat tingginya kadar
glukosa darah menimbulkan tiga gejala utama poliuria, polidipsi, polifagia. Karena
glukosa yang masuk ke tubulus tinggi maka glukosa melampaui ambang ginjal dan
glukosa akan dibuang bersama urin dan menyebabkan dehidrasi ruang ekstra sel dan
cairan intra sel akan keluar dan menimbulkan mekanisme haus. Polifagia terjadi karena
glikogen tidak sampai sel akan mengalami starvasi atau kelaparan dan muncul tanda
lapar (Brunner and Suddart).
E. Klasifikasi
Diabetes Tipe I
1. Hiperglikemia puasa
Diabetes Tipe II
2. Gejala – gejala seringkali ringan dan dapat mencakup keletihan, mudah tersinggung,
poliuria, polidipsi, poliphagia, luka pada kulit yang sembuhnya lambat, infeksi vaginal, atau
penglihatan kabur ( jika kadar glukosa sangat tinggi ), ( Brunner and Suddart, 2000).
3. KONSEP INTERVENSI
Intervensi Diabetes Melitus dengan menggunakan terapi farmakologi dan non farmakologi
(Smeltzer et al, 2007).
Terapi farmakologi sebagai terapi standar dari diabetes melitus, berdasarkan American
Association Of Clinical Endocrinologists and American College Of Endocrinology-clincal
Practice Guidelines For Developing a Diabetes Mellitus Comprehensive Care Plan
(2015) sebagai evidence based guidline untuk diabetes melitus. Terapi ini terdiri dari
pemberian obat Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue) misalnya sulfonilurea dan
glinid, penambah sensitivitas terhadap insulin misalnya metformin dan tiazolidindion,
penghambat glukoneogenesis misalnya metformin, dan penghambat absorpsi glukosa
misalnya penghambat glukosidase alfa dan Insulin. Terapi komplementer yaitu intervensi
dengan terapi akupresur.
BAB IV
O Bisa dilakukan terapi akupresur dengan menekan pada satu titik menggunakan
satu jari
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan dari utaian diatas bahwa dapat disimpulkan bahwa terapi akupresur
berpengaruh dalam menurunkan kadar gula darah pasien DM
B. SARAN
Bagi tenaga kesehatan sebagai masukan dalam tindakan keperawatan mandiri dalam
menangani kadar gula darah pasien sehingga dapat mengurangi komplikasi lebih
lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzi, I., Rusmariana, A., & Mustikawati, N.(2013). Pengaruh Kompres Dingin terhadap
Tingkat Nyeri pada Prosedur Invasif Pemasangan Infus Anak Usia Sekolah di RSUD Bendan
Kota Pekalongan. http://www.e-skripsi.stikesmuh-pkj.ac.id/e-
Ni Made Dewi Ratnasari. (2012).Pengaruh pemberian Guided Imagery terhadap nyeri pada