Adoc - Tips - Bab 2 Tinjauan Pustaka Pengertian Gigi Tiruan Seba PDF
Adoc - Tips - Bab 2 Tinjauan Pustaka Pengertian Gigi Tiruan Seba PDF
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
GTSL adalah setiap prostesis yang menggantikan beberapa gigi dalam satu
lengkung geligi sebagian. Restorasi prostetik ini sering disebut juga removable
Tujuan dari GTSL antara lain adalah (Osborne and Lammie, 1986 cit
Eliades, 2003):
Selain itu, telah terbukti bahwa kerusakan jaringan dapat terjadi pada orang yang
kehilangan gigi aslinya dan tidak memakai gigi tiruan. Di antaranya adalah
Hal ini disebabkan, kehilangan kontinuitas deretan lengkung gigi dan juga
kehilangan posisi ideal gigi asli dalam menerima tekanan gigitan sewaktu
menderita gangguan. Secara tidak langsung akibat miringnya letak gigi asli
b. Over Eruption
Bila geligi asli tidak mempunyai antagonis maka gigi akan menjadi bebas
bergerak ke arah oklusal. Hal ini dapat diikuti ataupun tidak oleh
Fungsi mekanis gigi asli menurun, atau hilang sama sekali. Kejadian ini dapat
d. Persendian Temporomandibular
hilangnya beberapa gigi asli. Hal ini menyebabkan rasa sakit pada persendian
Jika tekanan pengunyahan dan oklusi dibebankan oleh beberapa gigi yang
paling nyata adalah bila gigi yang hilang adalah gigi anterior atas, maka
wajah.
Selain drifting dan tilting gigi-gigi, maka hilangnya gigi antagonis akan
mencegah abrasi dari gigi-gigi yang masih ada. Dengan demikian sisa
makanan akan mudah menutup permukaan gigi dan resiko terjadinya karies
akan bertambah.
i. Atrisi
Bila gigi-gigi hilang, maka ruang dalam lengkung gigi akan ditempati oleh
jaringan lunak dari pipi dan lidah. Jika keadaan ini berlanjut untuk beberapa
tiruan sebagian, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dari gigi tiruan sebagian
- Mengembalikan estetika
- Memperbaiki oklusi
bergigi yang telah diusulkan dan digunakan hingga saat ini. Menurut Henderson
(1976), diperkirakan bahwa dalam suatu lengkung tunggal terdapat lebih dari
65.000 kombinasi gigi dan dan daerah tidak bergigi. Maka diperlukan sebuah
rahang tidak bergigi yang paling banyak diterima saat ini. Maka memacu pada
dr. Edward Kennedy pada akhir tahun 1925. Klasifikasi ini bertujuan untuk
sebagian menjadi empat golongan besar berdasarkan sadel dan free end. Selain itu
daerah tidak bergigi juga dibedakan dalam tipe yang terbentuk sebagai daerah
modifikasi.
Klas I : Daerah tidak bergigi bilateral yang letaknya pada bagian posterior dari
gigi asli yang masih tinggal pada bagian anterior (Bilateral free end)
Klas II : Daerah tidak bergigi unilateral pada bagian posterior dari gigi asli yang
Klas III.:.Daerah tidak bergigi unilateral dengan gigi asli yang tinggal pada bagian
Klas IV : Tunggal (single). Tetapi bilateral (memotong garis tengah), letak daerah
tidak bergigi pada daerah anterior saja, tetapi masih ada gigi pada
daerah posterior.
a b
c d
e f
g h
tertentu yang harus diperhatikan. Tanpa aturan yang pokok untuk setiap keadaan,
akan sulit untuk menerapkan klasifikasi Kennedy. Untuk itu digunakan aturan
sebelumnya
b. Jika molar ketiga tidak ada, maka molar ketiga tersebut tidak diperhitungkan
dalam klasifikasi
c. Jika molar ketiga ada dan dapat digunakan sebagai penyangga, maka harus
d. Jika molar kedua tidak ada dan tidak diganti, maka tidak dipertimbangkan
dalam klasifikasi
dalam klasifikasi
menentukan
GTSL adalah suatu gigi tiruan sebagian lepasan yang terdiri dari akrilik
serta elemen gigi tiruan. Bagian dari GTSL adalah (Gunadi, 1982):
a. Retainer/penahan
Yaitu bagian dari gigi tiruan yang berkontak langsung dengan permukaan
Yaitu bagian dari gigi tiruan yang memberikan retensi untuk melawan gaya
yang cenderung melepas protesa ke arah oklusal dan bekerja pada basis.
Retensi tak langsung ini diperoleh dengan cara memberikan retensi pada sisi
berlawanan dari garis fulkrum dimana gaya tadi bekerja. Retensi tidak langsung
Basis biasanya terbuat dari bahan metal, resin, atau kombinasi metal-resin
Merupakan bagian dari gigi tiruan yang menggantikan gigi asli yang hilang.
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan sebuah gigi
tiruan. Dalam pembuatan desain gigi tiruan dikenal empat tahap yaitu (Soelarko, 1980):
a. Tahap pertama : menentukan kelas dari masing-masing daerah tak bergigi (sadel)
yang diterima dari jaringan mulut untuk melawan atau menahan atau
menyangga daya oklusal yang diterima protesa. Bentuk daerah tak bergigi ada dua
macam, yaitu sadel tertutup (paradental) dan daerah berujung bebas (free end). Ada
tiga pilihan untuk dukungan sadel paradental, yaitu dukungan dari gigi, dari mukosa,atau
dari gigi dan mukosa (kombinasi). Untuk sadel berujung bebas, dukungan bisa
jaringan penyangga, panjang sadel, jumlah sadel, dan keadaan rahang yang
klamer:
- Akarnya panjang
digunakan
3. Kedudukan gigi tersebut hendaknya tegak lurus dengan prosesus alveolaris, gigi yang
5. Bila memerlukan dua klamer atau lebih maka hendaknya dipilihkan gigi yang
letaknya sejajar
Ada dua macam retainer untuk gigi tiruan, yaitu direct retainer dan
indirect retainer. Untuk menentukan jenis retainer yang akan dipilih, maka
perlu diperhatikan faktor dari dukungan sadel, stabilisasi gigi tiruan, dan estetika.
d. Tahap keempat: menentukan jenis konektor. Konektor pada tiap rahang terbagi
menjadi:
bagian protesa yang terletak pada salah satu sisi rahang dengan yang ada pada sisi
lainnya. Untuk protesa resin, konektor yang dipakai biasanya berbentuk plat
Merupakan bagian gigi tiruan sebagian lepasan yang mengubungkan konektor utama
a. Retensi
cenderung memindah protesa ke arah oklusal. Yang dapat memberikan retensi adalah:
lengan retentive, klamer, occlusal rest, kontur dan landasan gigi, oklusi, adhesi,
b. Stabilisasi
Adalah kemampuan gigi tiruan untuk melawan daya pemindah alam arah
horizontal. Dalam hal ini semua bagian cengkeram berfungsi kecuali bagian
c. Estetika
2. Gigi tiruan harus pantas dan tampak asli bagi pasien, meliputi warna gigi
perpindahan gigi dalam jarak pendek untuk waktu yang lama (MacEntee, 1993).
besarnya daya yang mengenai gigi tersebut, tetapi perlu pula mengetahui lamanya
atau waktu daya berlangsung dan variasi daya yang diberikan. Maka dapat
disamakan bahwa jarak yang ditempuh berbanding lurus dengan (Noyes and Solt,
1972):
Jika daya yang diterima oleh gigi besar dan berlangsung secara terus-
menerus, lama kelamaan jaringan penyangga yang ada akan mengalami kerusakan
sangat ringan. Kegoyangan gigi yang normal pada gigi incisivus lebih besar
dibandingkan dengan gigi molar dan premolar. Pemeriksaan klinik akan dapat
normal mempunyai variasi gerakan antara 0,2 mm arah horizontal dan 0,02 mm
ke arah vertikal. Pada keadaan pathologi maka gerakan tersebut dapat bertambah
Derajat kegoyangan 3 : Gerakan gigi sudah lebih dari 1 mm atau gigi sudah dapat
Tingkat atau derajat kegoyangan gigi adalah penting untuk menentukan prognosa
disebabkan oleh satu atau beberapa faktor, yaitu (Manson and Eley, 1989):
a. Trauma oklusi
perubahan patologis atau adaptif pada jaringan periodontal yang disebabkan oleh
misalnya cleanching, bruxism dan clamping. Berat ringannya lesi pada trauma
Jika trauma berlangsung cukup lama, sering dan konstan, kemudian proses
dan trauma oklusal sekunder. Trauma oklusal primer dihasilkan dari kekuatan
oklusal berlebihan yang diterima oleh gigi dengan jaringan penyangga yang
normal dan sehat, sedangkan trauma oklusal sekunder merupakan perubahan yang
terjadi saat kekuatan oklusal normal maupun abnormal dikenakan pada gigi
Kegoyangan gigi merupakan salah satu gejala yang mungkin dapat terjadi
penyangga gigi dapat menyebabkan kegoyangan gigi (Manson and Eley, 1989).
a. Mikroorganisme
b. Mekanis
c. Chemical
d. Thermal
sudah sampai terjadi pada tulang alveolus. Perubahan pathologi yang terjadi pada
bertanggung jawab atas adanya gigi yang lepas. Pada keadaan normal maka secara
dan resorbsi tulang. Keseimbangan ini akan diatur oleh kombinasi pengaruh lokal
dan pengaruh sistemik. Apabila pengaruh resorbsi tulang lebih besar dari
pembentukannya maka akan terjadi reduksi tulang alveolus. Reduksi ini bisa
Pada kerusakan tulang yang kronis maka keseimbangan ini akan terganggu
karena adanya resorbsi tulang yang lebih besar, hal ini jika lebih parah akan
kompresibilitas sekitar 0,1 mm. Geligi tiruan dapat melakukan gerakan vertikal,
horizontal dan torsi, di mana daya kunyah horizontal dan torsi tersebut dapat
merusak gigi penyangga. Daya kunyah ini akan diteruskan kepada jaringan
penyangga gigi dan landasan dari gigi tiruan tersebut. Batas kemampuan dari
jaringan penyangga gigi terhadap daya tergantung dari kekuatan jaringan tersebut
Gigi tiruan sebagian didukung oleh gigi penyangga dan jaringan lunak
serta jaringan tulang yang berada di bawah landasan gigi tiruan. Maka dengan
sendirinya daya kunyah yang diterima oleh geligi tiruan akan disalurkan pada
berjalan cepat ini dapat mengakibatkan gigi tiruan menjadi goyang atau longgar.
(Mizuuchi, 2002).
lunak maupun ke gigi penyangga, dan beban itu disalurkan baik ke arah vertikal
maupun lateral. Beban vertikal merupakan beban yang tidak mempengaruhi gigi
membawa efek yang dapat mengakibatkan kegoyangan bagi gigi penyangga sebab
menyebabkan rasa nyeri pada jaringan lunak mulut apabila beban tersebut
kehilangan gigi dan sisa tulang ini disebut dengan residual ridge. Tetapi resorbsi
akan dipercepat dengan adanya beban yang berlebihan (overload). Maka beban
resorbsi, maka gigi tiruan semakin longgar dan tidak stabil. Semakin tidak stabil
gigi tiruan, semakin hebat goncangan yang didapat oleh processus alveolaris
Semakin luas basis gigi tiruan, semakin luas pula jaringan penyangga beban
yang disebabkan oleh daya kunyah. Beban tidak hanya disangga oleh gigi
namun juga oleh mukosa sehingga gaya yang diterima tidak terlalu berat.
Namun basis juga tidak boleh terlalu luas karena fungsi lidah maupun bibir
Dengan menghubungkan lebih dari satu gigi, maka daya kunyah akan dipikul
oleh lebih dari satu gigi, sedikitnya dua gigi. Hal ini dapat dilihat pada sebuah
2. Mencegah masuknya makanan ke dalam ruang pulpa antara sadel dan gigi
penyangga
3. Mencegah tekanan yang berlebihan pada jaringan lunak yang ada di bawah