Lapres Reaktor Ideal Aliran Kontinyu 10 Selasa
Lapres Reaktor Ideal Aliran Kontinyu 10 Selasa
Lapres Reaktor Ideal Aliran Kontinyu 10 Selasa
Materi :
Reaktor Ideal Aliran Kontinyu
Disusun oleh :
Kelompok 10 Selasa
Ahmad Dzulfikar Fauzi 21030114120030
Nayunda Bella M 21030114120022
Wahyu Satyo Triadi 21030114130126
HALAMAN PENGESAHAN
RINGKASAN
SUMMARY
Stirrer tank reactor is reactor that mostly used in chemical industry. In big-scale-
industry, this reactor mostly used because of ability to control the reactor capasity. This
reactor need to be studied to know the characteristic of fluida flow, reaction, and reactor
operation.
Continuous stirred tank reactor operation divided to three steps, that are filling
reactor until overflow, continuous flow but not steady state condition, and continuous flow
steady state. Some factors that influence reaction is frequency or pre-exponensial factor,
activation energy, temperature, reactant consentration, and catalyst.
In this experiment, there were 2 process that used, that were batch and continuou.
The variable is NaOH concentrarion. Experiment started with batch process then
continuou. In batch process, put etil acetat 0.15 N, 0.20 N, and 0.25 N into the reactor until
9cm height. Turned on stirrer, took 5 ml for sample on t=3 minutes then 3 drops of MO
indicator were added to sample, and titrated with HCl until the colour was change to red-
orange. Titration was stoped after get three times titran volume is constant. At continuou
process, NaOH and etil acetat were flown into reactor by pump with similar flowrate
during process.
Results of experiments with graphical methods obtained reaction order is the order
2 with R2 = 0.8544. From the calculation equation of order 2, k for variable 1 = 0.6589 L
/ mol.s, k for variable 2 = 0.7792 L / mol.s and k for the variable 3 = 1.2484 L / mol.s. As
the increase in the concentration of reactant accompanied by increases in the value k as a
result of increased contacts between the molecules. From the mathematical calculation ,
value of k1, k2, k3, k4 and ΔCa are negative, Ca models smaller than Ca experiment.
To reduce errors in next experiments, keep in mind the following suggestions : The
reactor used preferably reactors that are closed to avoid external interference, NaOH and
ethyl acetate should be supplied using a pump where the flow rate of the pump can be
regulated, to obtain accurate results used reagents with high purity and avoid interference
by impurity, and stirring tank should have a definite time rotation to facilitate the
calculation.
PRAKATA
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
…(2)
…(3)
dt = …(4)
t = NAo …(5)
A. Tahap Pertama
Tahap pertama dimulai saat t = 0 sampai terjadi overflow
Dari hukum kekekalan massa
Akumulasi = input-output
ρ = ρ Fo – 0 …(8)
dV = Fo.dt , pada t = 0 → V = 0
karena densiti laju alir dianggap konstan maka volumenya hanya merupakan
fungsi dari waktu.
V = Fo. T …(9)
Sedangkan dari neraca komponen :
Akumulasi = input – output – laju konsumsi karena reaksi
= Fo. Co – 0 – V (-rA) …(10)
…(14)
Dengan menggunakan boundary condition pada t=0 , C = Co dan substitusi
U = exp [k maka pers.14 menjadi :
t - k.U. Co. t = 0 …(15)
=1r=0p=
C=
C= …(22)
B. Tahap Kedua
Pada tahap ini proses berjalan kontinyu, namun belum tercapai
kondisi steady state. Dapat dinyatakan dengan :
C = f(t) dan V= konstan =0
Dari neraca massa komponen diperoleh :
= F.Co – F.C – k.V.C2 …(23)
C1 adalah konsentrasi awal tiap tahap kedua yaitu pada saat t = Ť yang
diperoleh dengan pengukuran konsentrasi contoh.
C. Tahap Ketiga
Pada tahap ini proses berjalan dalam keadaan steady state dan
akumulasi = 0 Dari neraca komponen , diperoleh :
F – Co = F.C + Vr …(27)
F – Co = F.C + V.k.Cs2 …(28)
Co = Cs + k. Cs 2 …(29)
k. Ť. Cs 2 + Cs – Co = 0 …(30)
Apabila k diketahui maka Cs dapat diprediksikan. Sebaliknya apabila Cs
diukur maka nilai k dapat dihitung. Pers. (30) merupakan persamaan aljabar
biasa dan dapat diselesaikan dengan mudah.
= -92196 J/mol
∆G = RT ln K
Titik didih = 85 °C
Persamaan Arhenius
1. Frekuensi tumbukan
Pengadukan akan meningkatkan kontak antar partikel semakin tinggi
menyebabkan kenaikan harga k.
2. Energi aktivasi
Energi aktivasi merupakan energi minimum yang diperlukan bagi reaksi
untuk berlangsung. Semakin rendah energi aktivasi, maka reaksi akan
berjaan semakin cepat.
3. Suhu
Semakin tinggi suhu, maka reaksi akan berjalan semakin cepat.
4. Katalis
Katalis dapat mempercepat reaksi karena kemammpuannya mengadakan
reaksi dengan paling sedikit satu molekul reaktan untuk menghasilkan
senyawa yang lebih aktif. Interaksi ini akan meningkatkan laju reaksi .
Gambar 2.2 Grafik Trial Reaksi Orde 1 Gambar 2.3 Grafik Trial Reaksi
Orde 2 (Ca = Cb)
Gambar 2.4. Grafik Trial Reaksi Gambar 2.5. Grafik Trial Orde n
Orde 2 (Ca ≠ Cb)
(Levenspiel. O., 1999. Chemical Reaction Engineering 3rd, hal 41-63)
y = mx + c
Harga k didapat dari least square. Dimana harga k merupakan nilai dari m.
(Levenspiel. O., 1999, Chemical Reaction Engineering)
BAB III
METODE PERCOBAAN
Konsentrasi NaOH sisa yang dapat diamati dengan konsentrasi titran HCl
sampai TAT.
b. Proses kontinyu
b. Percobaan Kontinyu
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,15 N, HCl 0,1 N, dan NaOH
0,15 N.
2. Masukkan etil asetat dan NaOH ke dalam tangki umpan masing-masing.
3. Pompa masing-masing reaktan ke dalam CSTR yang kosong dan menjaga
konstan laju alirnya serta mereaksikannya.
4. Ambil sampel 5 ml tiap .. menit, kemudian tambahkan indikator MO 3
tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl sampai warna merah orange.
Titrasi dihentikan sampai volume titran yang digunakan 3 kali konstan.
5. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH sisa).
6. Lakukan langkah 1 sampai 5 dengan variabel NaOH 0,20N dan
0,25 N.
BAB IV
PEMBAHASAN
Mekanisme Reaksi
NaOH + C2H5CH3COO- CH3COONa + C2H5OH
A + B C + D
Persamaan Reaksi Orde 2 jika Ca = Cb
𝑑𝐶𝑎
-rA = - = k. Ca. Cb dimana Ca = Cb
𝑑𝑡
-𝑑𝐶𝑎 = 𝑘. 𝐶𝑎2
𝑑𝑡
-𝑑𝐶𝑎 = 𝑘. 𝑑𝑡
𝐶𝑎2
𝐶𝑎 𝑑𝐶𝑎 𝑡
∫ = ∫ 𝑘. 𝑑𝑡
𝐶𝑎𝑜 𝐶𝑎2 0
1 1
− = 𝑘. 𝑡
𝐶𝑎 𝐶𝑎𝑜
1 1
= 𝑘. 𝑡 + ……..(1)
𝐶𝑎 𝐶𝑎𝑜
y = mx + c (Lavenspiel, 1999)
Persamaan Reaksi Orde 2 jika Ca ≠ Cb
𝑑𝐶𝑎 𝑑𝐶𝑏
-rA = - = = k. Ca. Cb dimana Ca ≠ Cb
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑋𝑎
-rA = −𝐶𝑎𝑜 = 𝑘 (𝐶𝑎𝑜 − 𝐶𝑎𝑜 𝑋𝑎)(𝐶𝑏𝑜 − 𝐶𝑎𝑜 𝑋𝑎)
𝑑𝑡
𝑋𝑎 𝑑𝑋𝑎 𝑡
∫0 = 𝐶𝑎𝑜 . 𝑘. ∫0 𝑑 , dimana M = Cbo/Cao
(1−Xa)(𝑀−𝑋𝑎)
𝑋𝑎 𝑋𝑎
1 𝑑𝑋𝑎 𝑑𝑋𝑎
∫ −∫ = 𝑘. 𝑡
𝐶𝑎𝑜 (𝑀 − 1) (1 − 𝑋𝑎) (𝑀 − 𝑋𝑎)
0 0
𝑀−𝑋𝑎 𝑀−𝑋𝑎
ln = 𝐶𝑎𝑜 (𝑀 − 1). 𝑡 atau ln = (𝐶𝑎𝑜 − 𝐶𝑏𝑜)𝑘. 𝑡
(1−𝑋𝑎) (1−𝑋𝑎)
𝑀 − 𝑋𝑎 𝐶𝑏𝑜 − 𝐶𝑎𝑜 𝑋𝑎
ln = ln
(1 − 𝑋𝑎) 𝐶𝑏𝑜 (1 − 𝑋𝑎)
𝐶𝑏 𝐶𝑎𝑜
= ln
𝐶𝑏𝑜 (1−𝑋𝑎) 𝐶𝑎𝑜
𝐶𝑏 𝐶𝑎𝑜 𝐶𝑏
= ln = ln
𝐶𝑏𝑜 𝐶𝑎 𝑀 𝐶𝑎
𝐶𝑏
ln = (𝐶𝑏𝑜 − 𝐶𝑎𝑜)𝑘. 𝑡
𝑀 𝐶𝑎
𝐶𝑏
ln = (𝐶𝑏𝑜 − 𝐶𝑎𝑜)𝑘. 𝑡 + ln 𝑀................................. (2)
𝐶𝑎
y = mx + c (lavenspiel,1999)
Dengan mensubtitusikan nilai Ca0 dan Cb0 pada variabel 1 NaOH 0,15 N pada
persamaan 1 dan Variabel 2 NaOH 0,2 N, Variabel 3 NaOH 0,25 N pada persamaan
2. Maka akan didapat harga nilai k sebagai berikut :
1.4
1.2
1.2484
1
0.8
K
0.7792
0.6 0.6585
0.4
0.2
0
NaOH 0.076 NaOH 0.086 NaOH 0.096
NN N N
Gambar 4.1 Grafik Harga K pada berbagai Variabel Konsentrasi
Sehingga didapat hasil k untuk variabel 1 = 0,6589 L/mol.s, k untuk
variabel 2 = 0.7792 L/mol.s dan k untuk variabel 3 = 1.2484 L/mol.s. Hal ini
menunjukkan dimana setiap penambahan konsentrasi disertai dengan kenaikan
nilai k.
4.3. Pegaruh Konsentrasi Terhadap Harga k
1.4
1.2
1.2484
1
0.8
k
0.7792
0.6 0.6585
0.4
0.2
0
NaOH 0,076 N
NaOH 0.076 NaOH
NaOH 0,086
0N N NaOH
NaOH0,096
0.25 NN
N
Konsentrasi
Dari grafik 4.2. dapat dilihat bahwa nilai k untuk variabel 1 = 0,6589
L/mol.s, k untuk variabel 2 = 0.7792 L/mol.s dan k untuk variabel 3 = 1.2484
L/mol. Reaksi ini mempunya persamaan reaksi :
NaOH + C2H5CH3COO- CH3COONa + C2H5OH
A + B C + D
Sedangkan pada pembahasan sebelumnya didapatka bahwa orde reaksi
untuk reaksi tersebut berdasarkan hasil percobaan adalah orde 2 dan bersifat
erlementer. Untuk reaksi orde 2 dan bersifat erlementer laju reaksi dapat
dinaikkan dengan menambah salah satu atau kedua reaktan, hal ini bertujuan
untuk menggeser reaksi kearah produk(Lavenspiel,1999).
Pertambahan konsentrasi akan meningkatkan jumlah partikel dalam
larutan, akibatnya kontak antar partikel akan lebih mudah terjadi menyebabkan
reaksi lebih cepat menghasilkan produk dan menaikkan laju
reaksi(Chang,2007). Sehingga dapat disimpulkan bahwa seiring penambahan
konsentrasi NaOH akan terjadi kenaikkan laju reaksi.
0.11
0.105
Ca sisa
0.1 Ca Percobaan
Ca Model
0.095
0.09
0 1 2 3 4 5
t (menit)
0.15
0.145
0.14
Ca sisa
0.135
Ca Percobaan
0.13
Ca Model
0.125
0.12
0 1 2 3 4 5
t (menit)
0.17
0.165
Ca
0.16 Ca Percobaan
Ca Model
0.155
0.15
0 1 2 3 4 5
t (menit)
(Butcher,2008)
Sehingga didapat nilai k1, k2, k3, k4 dan ∆Ca yang bernilai negative, sehingga
pada hasil akhir menyebabkan hasil perhitungan matematis atau nilai Ca
sisa hasil pemodelan lebih kecil daripada hasil percobaan.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Dari hasil metode grafis orde reaksi yang didapat adalah orde 2 dengan R2
= 0,8544
2. Dari hasil perhitungan persamaan reaksi orde 2 didapat hasil k untuk
variabel 1 = 0,6589 L/mol.s, k untuk variabel 2 = 0.7792 L/mol.s dan k
untuk variabel 3 = 1.2484 L/mol.s.
3. Karena reaksi orde 2 seiring kenaikan salah satu atau dua konsentrasi zat
pereaktan akan disertai dengan kenaikan nilai k akibat meningkatnya kontak
antar molekul partikel.
4. Dari hasil perhitungan matematis nilai k1, k2, k3, k4 dan ∆Ca yang bernilai
negative Ca model lebih kecil daripada Ca percobaan.
5.2. Saran
1. Reaktor yang digunakan sebaiknya reaktor yang sifatnya tertutup untuk
menghindari gangguan eksternal
2. NaOH dan etil asetat sebaiknya dialirkan menggunakan pompa dimana laju
alir pompanya bisa diatur
3. Untuk mendapatkan hasil yang akurat gunakan reagen dengan kemurnian
tinggi dan menghindari gangguan oleh impuritas.
4. Pengadukan tangki harusnya mempunyai skala rotasi yang pasti untuk
mempermudah perhitungan.
DAFTAR PUSTAKA
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM PROSES KIMIA
Materi :
Reaktor Ideal Aliran Kontinyu
Disusun oleh :
Kelompok 10 Selasa
Ahmad Dzulfikar Fauzi 21030114120030
Nayunda Bella M 21030114120022
Wahyu Satyo Triadi 21030114130126
I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH.
2. Menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan
NaOH.
3. Mengetahui pengaruh konsentrasi NaOHterhadap konstanta reaksi (k)
penyabunan etil asetat dengan NaOH.
4. Membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan model matematis
reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu.
II. Percobaan
2.1 Bahan yang Digunakan
1. NaOH Teknis 98%
0,15 N 3000 ml (18,375 gram)
0,20 N 3000 ml (24,495 gram)
0,25 N 3000 ml (30,615 gram)
2. Etil asetat 0,15 N 9000ml (141,165 ml @ 99%)
3. HCl 0,1 N 500 ml
4. Indikator MO 3 tetes tiap sampel
5. Aquadest 18,5 liter
b. Reaktor Kontinyu
Tabel 6.2 Hasil Percobaan Pada Reaktor Kontinyu
MENGETAHUI
PRAKTIKAN ASISTEN
V = 31,37 ml
2. HCl (0,1 N)
W picnometer kosong = 22,502 gram
W picno + etil asetat = 49,60 gram
𝑊2−𝑊1 49,60−22,502
ρ= = = 1,08 𝑔𝑟/𝑚𝑙
𝑉 25
1000
N = 𝑀 . . 𝑒𝑞 . %
𝑏𝑚 𝑉
V = 6,76 ml
3. NaOH
a. Variable 1 ( NaOH 0,15 N)
1000
N=𝑀 . . 𝑒𝑞 . %
𝑏𝑚 𝑉
1000
0,15 = 𝑚 . . 1 . 0,98
40 2000
0,15. 40 . 2000
m=
1000 .0,98
m = 12,25 gram
1000
N=𝑀 . . 𝑒𝑞 . %
𝑏𝑚 𝑉
1000
0,2 = 𝑚 . . 1 . 0,98
40 2000
0,2. 40 . 2000
m=
1000 .0,98
m = 16,33 gram
1000
N=𝑀 . . 𝑒𝑞 . %
𝑏𝑚 𝑉
1000
0,25 = 𝑚 . . 1 . 0,98
40 2000
0,25. 40 . 2000
m=
1000 .0,98
m = 20,41 gram
LEMBAR PERHITUNGAN
Mekanisme Reaksi
NaOH + C2H5CH3COO- CH3COONa + C2H5OH
A + B C + D
Persamaan Reaksi Orde 1 :
𝑑𝐶𝑎
-rA = - = k Ca
𝑑𝑡
𝐶𝑎 𝑑𝐶𝑎 𝑡
∫ = -k ∫ 𝑑𝑡
𝐶𝑎 𝑎 0
𝐶𝑎
-ln
𝐶𝑎𝑜
= kt
y = mx
𝑑𝐶𝑎
-rA = - = k. Ca. Cb dimana Ca = Cb
𝑑𝑡
-𝑑𝐶𝑎 = 𝑘. 𝐶𝑎2
𝑑𝑡
-𝑑𝐶𝑎 = 𝑘. 𝑑𝑡
𝐶𝑎2
𝐶𝑎 𝑑𝐶𝑎 𝑡
∫ = ∫ 𝑘. 𝑑𝑡
𝐶𝑎𝑜 𝐶𝑎2 0
1 1
− = 𝑘. 𝑡
𝐶𝑎 𝐶𝑎𝑜
1 1
= 𝑘. 𝑡 +
𝐶𝑎 𝐶𝑎𝑜
y = mx + c
𝑑𝐶𝑎 𝑑𝐶𝑏
-rA = - = = k. Ca. Cb dimana Ca ≠ Cb
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑋𝑎
-rA = −𝐶𝑎𝑜 = 𝑘 (𝐶𝑎𝑜 − 𝐶𝑎𝑜 𝑋𝑎)(𝐶𝑏𝑜 − 𝐶𝑎𝑜 𝑋𝑎)
𝑑𝑡
𝑋𝑎 𝑑𝑋𝑎 𝑡
∫0 = 𝐶𝑎𝑜 . 𝑘. ∫0 𝑑 , dimana M = Cbo/Cao
(1−Xa)(𝑀−𝑋𝑎)
𝑋𝑎 𝑋𝑎
1 𝑑𝑋𝑎 𝑑𝑋𝑎
∫ −∫ = 𝑘. 𝑡
𝐶𝑎𝑜 (𝑀 − 1) (1 − 𝑋𝑎) (𝑀 − 𝑋𝑎)
0 0
𝑀−𝑋𝑎 𝑀−𝑋𝑎
ln = 𝐶𝑎𝑜 (𝑀 − 1). 𝑡 atau ln = (𝐶𝑎𝑜 − 𝐶𝑏𝑜)𝑘. 𝑡
(1−𝑋𝑎) (1−𝑋𝑎)
𝑀 − 𝑋𝑎 𝐶𝑏𝑜 − 𝐶𝑎𝑜 𝑋𝑎
ln = ln
(1 − 𝑋𝑎) 𝐶𝑏𝑜 (1 − 𝑋𝑎)
𝐶𝑏 𝐶𝑎𝑜
= ln
𝐶𝑏𝑜 (1−𝑋𝑎) 𝐶𝑎𝑜
𝐶𝑏 𝐶𝑎𝑜 𝐶𝑏
= ln = ln
𝐶𝑏𝑜 𝐶𝑎 𝑀 𝐶𝑎
𝐶𝑏
ln = (𝐶𝑏𝑜 − 𝐶𝑎𝑜)𝑘. 𝑡
𝑀 𝐶𝑎
𝐶𝑏
ln = (𝐶𝑏𝑜 − 𝐶𝑎𝑜)𝑘. 𝑡 + ln 𝑀
𝐶𝑎
y = mx + c
1. orde 1
variabel 1 (NaOH 0.15 N)
y = 0.0595x + 0.0475
R² = 0.6995
m = 0.0595
c = 0.0475
Y = 0.0462x + 0.038
R² = 0.6878
M = 0.0462
C = 0.038
y = 0.1334x + 0.0208
R² = 0.9319
m = 0.1334
c = 0.020
2. Orde 2
Variabel 1, 0.15 N (Ca = Cb)
y = 0.6585x + 10.513
R² = 0.8184
m = 0.6585
c = 10.513
y = 0.3896x + 0.2263
R² = 0.7534
m = 0.3896
c = 0.226
y = 1.2484x - 0.0668
R² = 0.9915
m = 1.2484
c = - 0.0668
3. Orde n
Variabel 1 (0.15 N)
y = 16.146x - 2.8151
R² = 0.8668
Variabel 2 (0.2 N)
y = 19.759x - 41.418
R² = 0.6108
y = 5.4837x - 10.551
R² = 0.8668
Perhitungan nilai k
1. Variabel 1 Orde 1
k = m = 0.0595 L/mol.s
2. Variabel 1 Orde 2
k = m = 0.6585 L/mol.s
3. Variabel 2 orde 1
k = m = 0.0462 L/mol.s
4. Variabel 2 orde 2
𝐶𝑏 𝐶𝑏0
𝑙𝑛 = (𝐶𝑏0 − 𝐶𝑎0). 𝑡 + 𝑙𝑛
𝐶𝑎 𝐶𝑎0
𝑦 = 𝑚. 𝑥 + 𝐶
(𝐶𝑎0 − 𝐶𝑏0)𝑘 = 𝑚
k = 0.7792 L/mol.s
5. Variabel 3 orde 1
k = m = 0.1334 L/mol.s
6. Variabel 3 orde 2
𝐶𝑏 𝐶𝑏0
𝑙𝑛 = (𝐶𝑏0 − 𝐶𝑎0). 𝑡 + 𝑙𝑛
𝐶𝑎 𝐶𝑎0
𝑦 = 𝑚. 𝑥 + 𝐶
(𝐶𝑎0 − 𝐶𝑏0)𝑘 = 𝑚
k = 1.2484 L/mol.s
dV = F0 . dt
V = F0 . t ................................ (1)
𝑑 (𝑉.𝐶𝑎)
= k0 . CA0 – 0 – V . k . CA2
𝑑𝑡
𝑑 (𝑉.𝐶𝑎)
= k0 . CA0 – V . k . CA2
𝑑𝑡
𝑑 (𝑉.𝐶𝑎) 𝑑𝐶𝑎
= . V = FA0 . CA0 = V . k . CA2
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝐶𝑎
F0 . CA + (F0 . t) = F0 . CA0 – (F0 . t) k. CA2
𝑑𝑡
𝑑𝐶𝑎
CA + . t = CA0 – t . k . CA2 ......................................... (2)
𝑑𝑡
Dari persamaan (1) dan (2) di selesaikan dengan Runge Kutta orde 4
(CA0−CA)
k1 = [ - k . CA2] Δ𝑡
𝑡
(CA0−(CA+k1/2)
k2 = [ - k . (CA + k1/2)2]Δ𝑡
t+h/2
(CA0−(CA+k2/2)
k3 = [ - k . (CA + k2/2)2]Δ𝑡
t+h/2
(CA0−(CA+k3/2)
k4 = [ - k . (CA + k3)2] Δ𝑡
t+h/2
k1+2k2 +2k3+k4
ΔCA =
6
CA model = CA + Δ CA
Grafik Orde 1
0.25
0.2 y = 0.0595x + 0.0475
R² = 0.6995
- ln ca/cao
0.15
0.1
0.05
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
t (menit)
0.2
y = 0.0462x + 0.038
0.15 R² = 0.6878
- ln Ca/Cao
0.1
0.05
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
t (menit)
0.35
0.3 y = 0.1334x + 0.0208
0.25 R² = 0.9319
- ln ca/cao
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
t (menit)
Grafik Orde 2
14
12
10
8 y = 0.6585x + 10.513
1/ca
6 R² = 0.8184
4
2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
t (menit)
1.4
1.2 y = 0.3896x + 0.2263
ln CaCbo/CbCao
R² = 0.7534
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
t (menit)
3
2.5 y = 1.2484x - 0.0668
ln CaCbo/CbCao
R² = 0.9915
2
1.5
1
0.5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
t (menit)
n = R2 + 1
0.6
0.5
0.4 y = 16.146x - 2.8151
R² = 0.8668
log t
0.3
0.2
0.1
0
0.17 0.175 0.18 0.185 0.19 0.195 0.2 0.205
- ln ca
0.6
0.5 y = 19.759x - 41.418
R² = 0.6108
0.4
log t
0.3
0.2
0.1
0
2.1 2.105 2.11 2.115 2.12 2.125
- ln Ca
0.6
0.5
0.4 y = 5.4837x - 10.551
R² = 0.8668
log t
0.3
0.2
0.1
0
1.92 1.93 1.94 1.95 1.96 1.97 1.98 1.99 2 2.01
- ln ca
REFERENSI
Pada saat membahas metode Euler untuk penyelesaian persamaan diferensial, kita
telah sampai pada kesimpulan bahwa truncation error metode Euler terus
membesar seiring dengan bertambahnya iterasi. Dikaitkan dengan hal tersebut,
metode Runge-Kutta Orde Empat berupaya memperkecil laju pertumbuhan
truncation error.
Contoh
Diketahui persamaan diferensial
dan
ti = a + ih = 0+ i(0,2) → ti = 0,2i
1
serta
w0 = 0,5
The most widely known member of the Runge–Kutta family is generally referred
to as "RK4", "classical Runge–Kutta method" or simply as "the Runge–Kutta
method".
Let an initial value problem be specified as follows.
for n = 0, 1, 2, 3, . . . , using
[1]
Persamaan Arhenius
1. Frekuensi
kontak
Pengadukan akan kontak antar partikel semakin tinggi menyebabkan
kenaikan harga k
2. Energi aktivasi
Energi aktivasi merupakan energi minimum yang diperlukan bagi
reaksi untuk berlangsung. Semakin rendah energi aktivasi, maka
reaksi akan berjaan semakin cepat.
3. Suhu
Semakin tinggi suhu, maka reaksi akan berjalan semakin cepat.
4. Katalis
Katalis dapat mempercepat reaksi karena kemammpuannya mengadakan
reaksi dengan paling sedikit satu molekul reaktan untuk menghasilkan
senyawa yang lebih aktif. Interaksi ini akan meningkatkan laju reaksi
PROSEDUR ANALISA
Kalibrasi Picnometer
LEMBAR ASISTENSI
DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL
Halaman pertama tidak ada
no halaman
Tidak ada slot tanda tangan
1 19 Mei 2016 dosen pada lembar
pengesahan
Perhatikan format laporan
praktikum proses kimia
Ringkaan 1 paragraf
mewakili 1 bab
2 20 Mei 2016
Perbaiki summary dengan
memperhatikan grammar
3 21 Mei 2016 ACC