Lapres Reaktor Ideal Aliran Kontinyu 10 Selasa

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM PROSES KIMIA

Materi :
Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

Disusun oleh :
Kelompok 10 Selasa
Ahmad Dzulfikar Fauzi 21030114120030
Nayunda Bella M 21030114120022
Wahyu Satyo Triadi 21030114130126

LABORATORIUM PROSES KIMIA


TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016
REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Praktikum : Reaktor Ideal Aliran Kontinyu


2. Kelompok : 1. Nayunda Bella Mahardini (21030114120022)
2. Ahmad Dzulfikar Fauzi (21030114120030)
3. Wahyu Satyo Triadi (21030114130126)

Telah disahkan pada :


Hari :
Tanggal :

Semarang, 23 Mei 2016


Dosen Pembimbing Asisten

Dr. Ir. Didi Dwi Anggoro, M.Eng.,Ph.D Yudy Wiraatmadja


NIP. 19671114 199303 1 001 NIM. 21030113120025

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016 ii


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU

RINGKASAN

Reaktor tangki berpengaduk merupakan reaktor yang paling sering dijumpai


dalam industri kimia. Pada industri berskala besar, reaktor alir tangki berpengaduk lebih
sering diaplikasikan karena kemampuan operasinya yang dapat diatur kapasitasnya.
Unjuk kerja reaktor alir berpengaduk perlu dipelajari untuk mengetahui karakteristik
aliran fluida, reaksi yang terjadi secara optimasi pengoperasian reaktor.
Pengoperasian reaktor alir tangki berpengaduk meliputi tiga tahap, yaitu
pengisian reaktor tinggi overflow, kondisi kontinyu belum steady state, dan kondisi
kontinyu steady state. Faktor factor yang mempengaruhi yaitu Frekuensi tumbukan,
Energi aktivasi, Suhu, Konsentrasi pereaksi dan Katalis.
Pada percobaan ini dilakukan 2 proses, yaitu batch dan kontinyu. Variabel
berubahnya yaitu konsentrasi NaOH Tahapan percobaanya dimulai dengan proses batch
dan dilanjutkan kontinyu. Pada proses batch dengan memasukkan etil asetat 0,15N dan
NaOH 0,15N;0,20 N;0,25N sampai ketinggian 9 cm, menyalakan pengadukan,
mengambil sampel 5 ml pada t= 3 menit, kemudian menambahkan indicator MO 3 tetes
ke dalam sampel dan menitrasi dengan HCl sampai warna merah orange. Titrasi
dihentikan sampai volume titran yang digunakan 3 kali konstan. Sedangkan pada reactor
kontinyu, NaOH dan etil asetat dimasukkan dengan cara dipompa dengan laju alir
konstan selama proses berlangsung.
Hasil percobaan dengan metode grafis orde reaksi yang didapat adalah orde 2
dengan R2 = 0,8544. Dari hasil perhitungan persamaan reaksi orde 2 didapat hasil k
untuk variabel 1 = 0,6589 L/mol.s, k untuk variabel 2 = 0.7792 L/mol.s dan k untuk
variabel 3 = 1.2484 L/mol.s. Seiring kenaikan konsentrasi zat pereaktan disertai dengan
kenaikan nilai k akibat meningkatnya kontak antar molekul. Dari hasil perhitungan
matematis nilai k1, k2, k3, k4 dan ∆Ca yang bernilai negative Ca model lebih kecil
daripada Ca percobaan.
Untuk mengurangi kesalahan pada percobaan selanjutnya, perlu diperhatikan
beberapa saran berikut : Reaktor yang digunakan sebaiknya reaktor yang sifatnya
tertutup untuk menghindari gangguan eksternal, NaOH dan etil asetat sebaiknya
dialirkan menggunakan pompa dimana laju alir pompanya bisa diatur, untuk
mendapatkan hasil yang akurat gunakan reagen dengan kemurnian tinggi dan
menghindari gangguan oleh impuritas, dan pengadukan tangki harusnya mempunyai
skala rotasi yang pasti untuk mempermudah perhitungan.

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016 iii


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU

SUMMARY

Stirrer tank reactor is reactor that mostly used in chemical industry. In big-scale-
industry, this reactor mostly used because of ability to control the reactor capasity. This
reactor need to be studied to know the characteristic of fluida flow, reaction, and reactor
operation.
Continuous stirred tank reactor operation divided to three steps, that are filling
reactor until overflow, continuous flow but not steady state condition, and continuous flow
steady state. Some factors that influence reaction is frequency or pre-exponensial factor,
activation energy, temperature, reactant consentration, and catalyst.
In this experiment, there were 2 process that used, that were batch and continuou.
The variable is NaOH concentrarion. Experiment started with batch process then
continuou. In batch process, put etil acetat 0.15 N, 0.20 N, and 0.25 N into the reactor until
9cm height. Turned on stirrer, took 5 ml for sample on t=3 minutes then 3 drops of MO
indicator were added to sample, and titrated with HCl until the colour was change to red-
orange. Titration was stoped after get three times titran volume is constant. At continuou
process, NaOH and etil acetat were flown into reactor by pump with similar flowrate
during process.
Results of experiments with graphical methods obtained reaction order is the order
2 with R2 = 0.8544. From the calculation equation of order 2, k for variable 1 = 0.6589 L
/ mol.s, k for variable 2 = 0.7792 L / mol.s and k for the variable 3 = 1.2484 L / mol.s. As
the increase in the concentration of reactant accompanied by increases in the value k as a
result of increased contacts between the molecules. From the mathematical calculation ,
value of k1, k2, k3, k4 and ΔCa are negative, Ca models smaller than Ca experiment.
To reduce errors in next experiments, keep in mind the following suggestions : The
reactor used preferably reactors that are closed to avoid external interference, NaOH and
ethyl acetate should be supplied using a pump where the flow rate of the pump can be
regulated, to obtain accurate results used reagents with high purity and avoid interference
by impurity, and stirring tank should have a definite time rotation to facilitate the
calculation.

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016 iv


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU

PRAKATA

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat, taufik dan kurnia-Nya, sehingga pada akhirnya penyusun
dapat menyelesaikan tugas laporan resmi ini, yang ditujukan sebagai tugas dari
mata kuliah Praktikum Proses Kimia. Laporan resmi ini dibuat berdasarkan hasil
percobaan serta laporan percobaan dari penyusun, yakni percobaan Reaktor Ideal
Aliran Kontinyu kelompok 10 Selasa.
Selain bertujuan sebagai tugas mata kuliah praktikum, penyusunan laporan
resmi ini dibuat untuk menambah referensi pembaca untuk melakukan percobaan
Reaktor Ideal Aliran Kontinyu. Penyusun menyadari bahwa bimbingan dari
semua pihak, membuat penyusunan laporan resmi ini berjalan lancar. Oleh karena
itu pada kesempatan ini, penyusun menyampaikan ucapan terimakasih kepada ;
1. Dr. Ir. Didi Dwi Anggoro, M.Eng. selaku dosen pengampu materi
Reaktor Ideal Aliran Kontinyu dalam Praktikum Proses Kimia
2. Yudy Wiraatmaja selaku asisten pengampu materi Reaktor Ideal Aliran
Kontinyu dan segenap asisten Labotaratorium Proses Kimia
3. Segenap Laboran Laboratorium Proses kimia
4. Segenap orang tua dari anggota kelompok 10 Selasa
5. Teman-teman angkatan 2014 Jurusan Teknik Kimia Universitas
Diponegoro
Penyusun menyadari bahwa penyusunan laporan resmi ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penyusun dengan lapang dada menerima kritik, saran dan
masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan yang lebih
baik dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga laporan resmi ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat.

Semarang, 23 Mei 2016

Penyusun

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016 v


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU

DAFTAR ISI

HALAMAN COVER ..............................................................................................i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
RINGKASAN ....................................................................................................... iii
SUMMARY ...........................................................................................................iv
PRAKATA .............................................................................................................. v
DAFTAR ISI ..........................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1
1.2 Tujuan Percobaan ......................................................................................... 1
1.3 Manfaat Percobaan ....................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Reaktor Batch ............................................................................................... 3
2.2 Reaktor Ideal Aliran Kontinyu ..................................................................... 3
2.3 Tinjauan Thermodinamika ........................................................................... 7
2.4 Tinjauan Kinetika ......................................................................................... 7
2.5 Sifat Fisis dan Kimia Reagen ....................................................................... 8
2.6 Faktor Mempengaruhi Harga K .................................................................... 9
2.7 Menentukan Harga Orde Reaksi ................................................................. 10
2.8 Menentukan Harga K.................................................................................. 11
BAB III METODE PERCOBAAN
3.1 Rancangan Percobaan ................................................................................. 12
3.1.1 Skema Rancangan Percobaan ........................................................ 12
3.1.2 Variabel Operasi............................................................................. 13
3.2 Alat dan Bahan yang Digunakan ................................................................ 13
3.3 Gambar Rangkaian Alat ............................................................................. 14
3.5 Prosedur Percobaan .................................................................................... 15

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016 vi


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan Orde Reaksi ............................................................................... 16
4.2 Perhitungan Harga K .................................................................................. 16
4.3 Pengaruh Konsentrasi terhadap Harga k..................................................... 18
4.4 Perbandingan Hasil Percobaan dan Perhitungan Matematis ...................... 19
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 22
5.2 Saran ........................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 23
LAMPIRAN
A. LAPORAN SEMENTARA ........................................................................A-1
B. LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN ...................................................A-4
C. LEMBAR PERHITUNGAN ......................................................................A-6
D. REFERENSI................................................................................................ A-18
E. PROSEDUR ANALISA............................................................................ A-22
F. LEMBAR ASISTENSI ............................................................................. A-23

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016 vii


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Neraca Massa suatu system 3


Gambar 2.2 Grafik Trial orde 1 10
Gambar 2.3 Grafik Trial orde 2 (Ca = Cb) 10
Gambar 2.4 Grafik Trial Orde 2 (Ca ≠ Cb) 10
Gambar 2.5 Grafik Trial Orde 10
Gambar 3.1 Skema Alur Percobaan Reaktor Batch 12
Gambar 3.2 Skema Alur Percobaan Reaktor Kontinyu 12
Gambar 3.3 Susunan Alat Utama Proses Batch 14
Gambar 3.4 Susunan Alat Utama Proses Kontinyu 14
Gambar 4.1 Grafik Harga K pada Berbagai Variabel Konsentrasi 18
Gambar 4.2 Grafik Hubungan konsentrasi NaOH dengan Harga k 18
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Ca sisa model dengan Ca sisa
Percobaan Variabel 1 NaOH 0,15 N 19
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Ca sisa model dengan Ca sisa
Percobaan Variabel 1 NaOH 0,20 N 20
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Ca sisa model dengan Ca sisa
Percobaan Variabel 1 NaOH 0,25 N 20

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016 viii


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Nilai R2 terhadap konsentrasi 16

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016 ix


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU

DAFTAR LAMPIRAN

LAPORAN SEMENTARA .............................................................................. A-1


LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN ................................................................A-4
LEMBAR PERHITUNGAN ...................................................................................A-6
REFERENSI............................................................................................................. A-18
PROSEDUR ANALISA......................................................................................... A-22
LEMBAR ASISTENSI........................................................................................... A-23

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016 x


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang


Reaktor tangki berpengaduk merupakan reaktor yang paling sering
dijumpai dalam industri kimia. Pada industri berskala besar, reaktor alir
tangki berpengaduk lebih sering diaplikasikan karena kemampuan
operasinya yang dapat diatur kapasitasnya. Unjuk kerja reaktor alir
berpengaduk perlu dipelajari untuk mengetahui karakteristik aliran fluida,
reaksi yang terjadi secara optimasi pengoperasian reactor (Khalaf,1994).
Pengoperasian reaktor alir tangki berpengaduk meliputi tiga tahap
yaitu pengisian reaktor tinggi overflow, kondisi kontinyu dan kontinyu
steady state. cEvaluasi variabel-variabel operasi sangat mudah dilakukan
pada kondisi steady state
Pemodelan matematik diperlukan untuk mempermudah analisa
permasalahan yang timbul dalam pengoperasian reaktor alir tangki
berpengaduk. Model matematika yang diusulkan diuji keakuratannya
dengan membandingkan dengan data-data percobaan. Model matematika
yang diusulkan diselesaikan dengan cara analisis jika persamaan itu mudah
diselesaikan. Namun untuk reaksi yang kompleks akan diperoleh model
matematika yang kompleks juga. Penyelesaian numerik sangat dianjurkan
untuk memperoleh nilai k, tetapan transfer massa, dan orde reaksi yang
merupakan adjustable parameter.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat
dengan NaOH.

2. Bagaimana menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan etil


asetat dengan NaOH.

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 2

3. Bagaimana pengaruh konsentrasi NaOHterhadap konstanta reaksi (k)


penyabunan etil asetat dengan NaOH.

4. Membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan model matematis


reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu.

1.2. Tujuan Percobaan


5. Menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH.

6. Menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan


NaOH.

7. Mengetahui pengaruh konsentrasi NaOHterhadap konstanta reaksi (k)


penyabunan etil asetat dengan NaOH.

8. Membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan model matematis


reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu.

1.3 Manfaat Percobaan


1. Mahasiswa dapat menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat
dengan NaOH.

2. Mahasiswa dapat menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan


etil asetat dengan NaOH.

3. Mahasiswa mampu mengetahui pengaruh Konsentrasi NaOH terhadap


konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan NaOH.

4. Mahasiswa mampu membandingkan hasil percobaan dengan


perhitungan model matematis reaksi penyabunan pada reaktor ideal
aliran kontinyu.

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Reaktor Batch


Neraca bahan pada reaktor secara simultan
output
Reaktor
input reaktan bereaksi
akumulasi

Gambar 2. 1. Bagan Neraca Massa Suatu Sistem


Input = 0 output = 0
Reaktan yang bereaksi = (-rA)
Input = output + reaktan yang bereaksi + akumulasi
0 = 0 + v (-rA) …(1)

…(2)

…(3)
dt = …(4)

t = NAo …(5)

Pada volume konstan


CA = CAo (1-XA)
dCA = -CAo.dXA …(6)
Persamaan (6) disubstitusi ke persamaan (5) diperoleh
t = CAo …(7)

2.2 Reaktor Ideal Aliran Kontinyu / Reaktor Alir Tangki Berpengaduk


(Cstr)
Tahapan yang terjadi pada reactor CSTR ini terbagi dalam 3 tahap proses,
yaitu :

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 4

A. Tahap Pertama
Tahap pertama dimulai saat t = 0 sampai terjadi overflow
Dari hukum kekekalan massa
Akumulasi = input-output
ρ = ρ Fo – 0 …(8)

dV = Fo.dt , pada t = 0 → V = 0
karena densiti laju alir dianggap konstan maka volumenya hanya merupakan
fungsi dari waktu.
V = Fo. T …(9)
Sedangkan dari neraca komponen :
Akumulasi = input – output – laju konsumsi karena reaksi
= Fo. Co – 0 – V (-rA) …(10)

Dalam hal ini :


V = volume bahan dalam reaktor (l)
C = kondentrasi molar reaktan dalam reaktor (mol/l)
Fo = laju alir reaktan masuk (l/ menit)
Co = konsentrasi molar reaktan dalam feed (mol/l)
t =waktu reaksi (menit)
-rA = kecepatan reaksi (mol/menit)

Reaksi yang terjadi :


A+B→C+D
- r A = k C A CB , karena CA = CB maka
- rA = k CA2 = k C2 …(11)
Persamaan (11) disubstitusi ke persamaan (10)
= Fo. Co – V.k.C2

V = Fo. Co – V.k.C2 …(12)

Persamaan (9) disubstitusi ke persamaan (12)


Fo.t. + C.Fo = Fo.Co – F.t.k.C2 …(13)

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 5

…(14)
Dengan menggunakan boundary condition pada t=0 , C = Co dan substitusi
U = exp [k maka pers.14 menjadi :
t - k.U. Co. t = 0 …(15)

Persamaan (15) diubah menjadi fungsi Bessel dengan substitusi


z = t0,5 , menjadi :
z2 . 4.k.Co.z2.u = 0 …(16)

Persamaan (16) merupakan modifikasi persamaan Bessel yang mempunyai


bentuk umum sebagai berikut:
x + x (a + 2bxr) + [c + dx2s – b(1-a-r) x.r + b2.x2.r].y = 0 ...(17)
Dari persamaan (5) didapatkan :

=1r=0p=

=0 s=0 p=0 c=0 d = -4.k.Co = imajiner


Sehingga penyelesaian persamaan (16) adalah :
U = C1. zp. ( ) + Cz. zp.( …(18)
Pada t = 0, z = 0 → zp = ~ Sehingga Cz = 0
U=C
Karena p = 0 dan = imaginer
Maka = U = C
…(19)

Dari Sherwood halaman 178 persamaan (5.83) didapatkan


…(20)
Dari substitusi semula, diperoleh :
= 2.k. Cz. C1. I …(21)
Maka persamaan (14) dan (15) diperoleh :
C ) = k. C. C1. I

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 6

C=

C= …(22)

B. Tahap Kedua
Pada tahap ini proses berjalan kontinyu, namun belum tercapai
kondisi steady state. Dapat dinyatakan dengan :
C = f(t) dan V= konstan =0
Dari neraca massa komponen diperoleh :
= F.Co – F.C – k.V.C2 …(23)

V = F.Co – F.C - k.V.C2 …(24)

Apabila T = t – Ť waktu, menit


Ť= konstanta waktu

Persamaan (24) menjadi :


k. C 2 …(25)

Pada keadaan steady state C = Co


Penyelesaian partikular pers. (25) adalah C – Cs, dimana Cs adalah
konsentrasi pada keadaan steady. Substitusikan C = Cs +
Persamaan (25) berubah menjadi persamaan differential orde 1 yang mana
dapat diselesaikan dengan metode factor integrasi
C – Co …(26)

C1 adalah konsentrasi awal tiap tahap kedua yaitu pada saat t = Ť yang
diperoleh dengan pengukuran konsentrasi contoh.

C. Tahap Ketiga
Pada tahap ini proses berjalan dalam keadaan steady state dan
akumulasi = 0 Dari neraca komponen , diperoleh :
F – Co = F.C + Vr …(27)
F – Co = F.C + V.k.Cs2 …(28)
Co = Cs + k. Cs 2 …(29)

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 7

k. Ť. Cs 2 + Cs – Co = 0 …(30)
Apabila k diketahui maka Cs dapat diprediksikan. Sebaliknya apabila Cs
diukur maka nilai k dapat dihitung. Pers. (30) merupakan persamaan aljabar
biasa dan dapat diselesaikan dengan mudah.

2.3 Tinjauan Thermodinamika


Reaksi : CH3COOC2H5 + NaOH → CH3COONa + C2H5OH
Untuk menetukan sifat reaksi apakah berjalan eksotermis /
endotermis maka perlu membuktikan dengan menggunakan panas
permbentukan standart (∆Hf) pada 1 atm dan 298 K dari reaktan dan produk
∆H298 = ∆Hreaktan - ∆Hproduk
Diketahui data sebagai berikut :
∆H CH3COOC2H5 = -444.500 J/mol

∆H NaOH = -425.609 J/mol

∆H CH3COONa = -726.100 J/mol

∆H C2H5OH = -235 J/mol

∆Hreaksi = (∆H CH3COONa + ∆H C2H5OH) – (∆H CH3COOC2H5 + ∆H


NaOH)
= (-726.100 + -235.609) – (-444.500 - 425.609)
= -91600 J/mol (Hill,1977)
Karena ∆H bernilai negatif maka reaksi yang berlangsung adalah reaksi
eksotermis yang menghasilkan panas.

2.4 Tinjauan Kinetika


Reaksi : CH3COOC2H5 + NaOH → CH3COONa + C2H5OH
Untuk menentukan sifat reaksi apakah berjalan searah atau bolak
balik dapat diketahui dari nilai konstanta keseimbangan reaksi. Pada suhu
kamar diperoleh data :
∆G CH3COOC2H5 = -328 000 J/mol

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 8

∆G NaOH = -379 494 J/mol


∆G CH3COONa = -631 200 J/mol
∆G C2H5OH = -168 490 J/mol
Sehingga,
∆G reaksi = ∆G produk - ∆G reaktan
= [∆G CH3COONa + ∆G C2H5OH] – [∆G CH3COOC2H5 + ∆G
NaOH]
= [-631 200 - 168 490] J/mol – [-328 000 -379 494] J/mol

= -92196 J/mol

∆G = RT ln K

K pada standar 298 ° K =


(Hill,1977)
Dari data di atas diperoleh nilai konstanta keseimbangan pada
temperature 298 K adalah 4,179 x 1067. Karena harga konstanta
keseimbangan besar, maka reaksi berlangsung searah (irreversible).

2.5 Sifat Fisis Dan Kimia Reagen


1. NaOH
Sifat fisis :
Berat Molekul = 40 gr/mol
Titik didih = 134 °C
Titik lebur = 318, 4 °C
Berat jenis = 2, 130 gr/mol
Kelarutan dalam 100 bagian air dingin 10 °C = 42
Kelarutan dalam 100 bagian air panas 100°C = 32
Sifat kimia :
Dengan Pb(NO3)2 membentuk endapan Pb(OH)2 yang larut dalam
reagen excess, merupakan basa kuat, mudah larut dalam air. 2. Etil Asetat

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 9

Sifat fisis : Berat jenis = 1, 356 gr/mol

Titik didih = 85 °C

Berat molekul = 88 gr/mol

Titik lebur = -111 °C


Sifat kimia:
Bereaksi dengan Hg+ membentuk endapan Hg2Cl2 putih yang tidak
larut dalam air panas dan asam encer tetapi larut dalam ammonia encer dan
KCN tiosulfat, beraksi dengan Pb2+ membentuk PbCl2 putih, mudah
menguap apabila dipanaskan.

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga K

Menurut Chang(2007), untuk mengetahui faktor-faktor yang


berpengaryh pada harga k dapat dilihat dari :

Persamaan Arhenius

1. Frekuensi tumbukan
Pengadukan akan meningkatkan kontak antar partikel semakin tinggi
menyebabkan kenaikan harga k.
2. Energi aktivasi
Energi aktivasi merupakan energi minimum yang diperlukan bagi reaksi
untuk berlangsung. Semakin rendah energi aktivasi, maka reaksi akan
berjaan semakin cepat.
3. Suhu
Semakin tinggi suhu, maka reaksi akan berjalan semakin cepat.
4. Katalis
Katalis dapat mempercepat reaksi karena kemammpuannya mengadakan
reaksi dengan paling sedikit satu molekul reaktan untuk menghasilkan
senyawa yang lebih aktif. Interaksi ini akan meningkatkan laju reaksi .

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 10

2.7 Menentukan Orde Reaksi

Trial orde reaksi pada reaktor batch menurut Charles (1987) :


1. Diberikan data waktu (t) dan Ca, Cao adalah Ca pada t=0
2. Membuat data -ln(Ca/Cao) dan 1/Ca
3. Pertama menebak “orde reaksi pertama” dengan membuat grafik -
ln(Ca/Cao) vs t, hasil grafik harus lurus
4. Jika hasil grafik tidak lurus, maka menebak “orde reaksi kedua” dari grafik
antara 1/Ca vs t, hasil grafik harus lurus. (Apabila Cao = Cbo)
5. Jika hasil grafik tidak lurus, maka menebak “orde reaksi kedua” dari grafik
antara ln Cb/Ca vs t, hasil grafik harus lurus. (Apabila Cao = Cbo)
6. Membentuk persamaan y = a + bx , a = intercept dan b = slope dari grafik
log t vs ln
Cao

Gambar 2.2 Grafik Trial Reaksi Orde 1 Gambar 2.3 Grafik Trial Reaksi
Orde 2 (Ca = Cb)

Gambar 2.4. Grafik Trial Reaksi Gambar 2.5. Grafik Trial Orde n
Orde 2 (Ca ≠ Cb)
(Levenspiel. O., 1999. Chemical Reaction Engineering 3rd, hal 41-63)

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 11

2.8 Menghitung Harga Konstanta Kecepatan Reaksi Penyabunan (K) Etil


Asetat Dengan Naoh
Reaksi : NaOH + CH3COOC2H5 CH3COONa + C2H5OH
A + B C + D
Persamaan kecepatan reaksi:
dimana Ca = Cb

y = mx + c
Harga k didapat dari least square. Dimana harga k merupakan nilai dari m.
(Levenspiel. O., 1999, Chemical Reaction Engineering)

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 12

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Rangkaian percobaan


3.1.1. Skema Rancangan Pecobaan

Mencatat Hasil Menitrasi sampel


Mengambil
dan perhitungan dengan HCl
kesimpulan
hasil

Tahap persiapan Mengisi Mengambil


alat dan bahan reaktor dengan sampel 5 ml
(reagen dan larutan NaOH tiap t = 1
sampel) dan etil asetat menit

Gambar 3.1. Skema Alur percobaan untuk reaktor Batch

Membuka keran Menunggu


out put dan Mengalirkan etil
menunggu
reaktor sampai asetat dan NaOH
keadaan hingga tinggi fluida = 9 kedalam reaktor
steady state cm

Tahap persiapan mengukur laju


alat dan bahan alir atau debit menyesuaika
(reagen dan pompa etil n debit NaOH
sampel) asetat

Mengambil 5 ml sampel Mencatat


Pengambila
tiap t = 1 menit Melakukan dan
m
titrasi pada sampel sampai Perhitungan
kesimpulan
didapat hasil konstan hasil

Gambar 3.2. Skema alur percobaan reaktor kontinyu

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 13

3.1.2. Variabel operasi


 Variabel Percobaan
Variabel Berubah : Konsentrasi NaOH
Variabel Tetap : Konsentrasi etil asetat, laju alir, suhu, pengadukan
 Respon Uji Hasil :

Konsentrasi NaOH sisa yang dapat diamati dengan konsentrasi titran HCl
sampai TAT.

3.2. Bahan Dan Alat Yang Digunakan


3.2.1 Bahan Yang Digunakan
1. NaOH Teknis 98%
 0,15 N 3000 ml (18,375 gram)
 0,20 N 3000 ml (24,495 gram)
 0,25 N 3000 ml (30,615 gram)
2. Etil asetat 0,15 N 9000ml (141,165 ml @ 99%)
3. HCl 0,1 N 500 ml
4. Indikator MO 3 tetes tiap sampel
5. Aquadest 18,5 liter

3.2.2 Alat Yang Dipakai


1. Pipet
2. Thermometer
3. Magnetic stirer
4. Reaktor Batch
5. Gelas Ukur
6. Buret
7. Statif dan Klem
8. Erlenmeyer
9. Rangkaian alat reaktor aliran kontinyu

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 14

3.3. Gambar Rangkaian Alat Percobaan


a. Proses Batch
Keterangan :
1. Reaktor Batch
2. Stirer
3. Statif

Gambar 3.3. Susunan Alat Utama Proses Batch

b. Proses kontinyu

Gambar 3.4. Susunan Alat Utama Proses Kontinyu


Keterangan :
1. Reaktor Kontinyu
2. Stirrer
3. Statif
4. Tangki umpan NaOH
5. Tangki umpan etil asetat
6. Pompa

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 15

4.4. Prosedur Percobaan


a. Percobaan Batch
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,15 N, HCl 0,1 N, dan NaOH
0,15N.
2. Masukkan etil asetat 0,15 N dan NaOH 0,15 N sampai ketinggian 9 cm
ke dalam reaktor batch.
3. Ambil sampel 5 ml tiap 1 menit, kemudian tambahkan indikator MO 3
tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl sampai warna merah orange.
Titrasi dihentikan sampai volume titran yang digunakan 3 kali konstan.
4. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH sisa).
5. Lakukan langkah 1 sampai 4 dengan variable NaOH 0,20 N dan 0,25 N.

b. Percobaan Kontinyu
1. Siapkan reagen yang dibutuhkan: etil asetat 0,15 N, HCl 0,1 N, dan NaOH
0,15 N.
2. Masukkan etil asetat dan NaOH ke dalam tangki umpan masing-masing.
3. Pompa masing-masing reaktan ke dalam CSTR yang kosong dan menjaga
konstan laju alirnya serta mereaksikannya.
4. Ambil sampel 5 ml tiap .. menit, kemudian tambahkan indikator MO 3
tetes ke dalam sampel dan titrasi dengan HCl sampai warna merah orange.
Titrasi dihentikan sampai volume titran yang digunakan 3 kali konstan.
5. Dengan perhitungan dapat diperoleh nilai Ca (konsentrasi NaOH sisa).
6. Lakukan langkah 1 sampai 5 dengan variabel NaOH 0,20N dan
0,25 N.

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 16

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Orde Reaksi


Tabel 4.1. Nilai R2 terhadap konsentrasi
Variabel R2 Orde 1 R2 Orde 2

NaOH 0,15 N 0,6995 0,8184


NaOH 0,20 N 0,6878 0,7534
NaOH 0,25 N 0,9319 0,9915

R2 Avg = 0,7731 R2 Avg = 0,8544

Untuk menentukan orde reaksi dengan menggunakan metode grafis


yaitu dengan memplotkan hasil percobaan dengan grafik. Pada hasil percobaan
didapat didapat R2 Avg = 0,7731 untuk reaksi orde 1 dan R2 Avg = 0,8544 untuk
reaksi orde 2. Karena pada orde 2 nilai R2 lebih mendekati 1 maka dapat
disimpulkan bahwa reaksi berorde 2
Secara teori mekanisme reaksi :
NaOH + C2H5CH3COO-  CH3COONa + C2H5OH
A + B C + D
𝑑𝐶𝑎
Dengan -rA = - = k. Ca. Cb , Dari hasil metode grafis didapat orde reaksi = 2,
𝑑𝑡

artinya reaksi bersifat elementer karena di pengaruhi oleh stokiometri reaksi.

4.2 Perhitungan Harga k


Pada pembahasan sebelumnya didapat bahwa orde reaksi untuk reaksi
penyabunan NaOH dengan etil asetat adalah orde 2 berdasarkan metode grafis.
Untuk penentuan harga k pada reaksi orde 2 dikenal 2 persamaan yaitu apabila
Ca = Cb dan Ca ≠ Cb. Persamaan tersebut didapat sesui penjabaran berikut ini.

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 17

Mekanisme Reaksi
NaOH + C2H5CH3COO-  CH3COONa + C2H5OH
A + B C + D
Persamaan Reaksi Orde 2 jika Ca = Cb
𝑑𝐶𝑎
-rA = - = k. Ca. Cb dimana Ca = Cb
𝑑𝑡

-𝑑𝐶𝑎 = 𝑘. 𝐶𝑎2
𝑑𝑡

-𝑑𝐶𝑎 = 𝑘. 𝑑𝑡
𝐶𝑎2
𝐶𝑎 𝑑𝐶𝑎 𝑡
∫ = ∫ 𝑘. 𝑑𝑡
𝐶𝑎𝑜 𝐶𝑎2 0
1 1
− = 𝑘. 𝑡
𝐶𝑎 𝐶𝑎𝑜
1 1
= 𝑘. 𝑡 + ……..(1)
𝐶𝑎 𝐶𝑎𝑜

y = mx + c (Lavenspiel, 1999)
Persamaan Reaksi Orde 2 jika Ca ≠ Cb
𝑑𝐶𝑎 𝑑𝐶𝑏
-rA = - = = k. Ca. Cb dimana Ca ≠ Cb
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑋𝑎
-rA = −𝐶𝑎𝑜 = 𝑘 (𝐶𝑎𝑜 − 𝐶𝑎𝑜 𝑋𝑎)(𝐶𝑏𝑜 − 𝐶𝑎𝑜 𝑋𝑎)
𝑑𝑡
𝑋𝑎 𝑑𝑋𝑎 𝑡
∫0 = 𝐶𝑎𝑜 . 𝑘. ∫0 𝑑 , dimana M = Cbo/Cao
(1−Xa)(𝑀−𝑋𝑎)
𝑋𝑎 𝑋𝑎
1 𝑑𝑋𝑎 𝑑𝑋𝑎
∫ −∫ = 𝑘. 𝑡
𝐶𝑎𝑜 (𝑀 − 1) (1 − 𝑋𝑎) (𝑀 − 𝑋𝑎)
0 0
𝑀−𝑋𝑎 𝑀−𝑋𝑎
ln = 𝐶𝑎𝑜 (𝑀 − 1). 𝑡 atau ln = (𝐶𝑎𝑜 − 𝐶𝑏𝑜)𝑘. 𝑡
(1−𝑋𝑎) (1−𝑋𝑎)
𝑀 − 𝑋𝑎 𝐶𝑏𝑜 − 𝐶𝑎𝑜 𝑋𝑎
ln = ln
(1 − 𝑋𝑎) 𝐶𝑏𝑜 (1 − 𝑋𝑎)
𝐶𝑏 𝐶𝑎𝑜
= ln
𝐶𝑏𝑜 (1−𝑋𝑎) 𝐶𝑎𝑜
𝐶𝑏 𝐶𝑎𝑜 𝐶𝑏
= ln = ln
𝐶𝑏𝑜 𝐶𝑎 𝑀 𝐶𝑎
𝐶𝑏
ln = (𝐶𝑏𝑜 − 𝐶𝑎𝑜)𝑘. 𝑡
𝑀 𝐶𝑎
𝐶𝑏
ln = (𝐶𝑏𝑜 − 𝐶𝑎𝑜)𝑘. 𝑡 + ln 𝑀................................. (2)
𝐶𝑎

y = mx + c (lavenspiel,1999)

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 18

Dengan mensubtitusikan nilai Ca0 dan Cb0 pada variabel 1 NaOH 0,15 N pada
persamaan 1 dan Variabel 2 NaOH 0,2 N, Variabel 3 NaOH 0,25 N pada persamaan
2. Maka akan didapat harga nilai k sebagai berikut :

1.4

1.2
1.2484
1

0.8
K

0.7792
0.6 0.6585

0.4

0.2

0
NaOH 0.076 NaOH 0.086 NaOH 0.096
NN N N
Gambar 4.1 Grafik Harga K pada berbagai Variabel Konsentrasi
Sehingga didapat hasil k untuk variabel 1 = 0,6589 L/mol.s, k untuk
variabel 2 = 0.7792 L/mol.s dan k untuk variabel 3 = 1.2484 L/mol.s. Hal ini
menunjukkan dimana setiap penambahan konsentrasi disertai dengan kenaikan
nilai k.
4.3. Pegaruh Konsentrasi Terhadap Harga k
1.4

1.2
1.2484
1

0.8
k

0.7792
0.6 0.6585
0.4

0.2

0
NaOH 0,076 N
NaOH 0.076 NaOH
NaOH 0,086
0N N NaOH
NaOH0,096
0.25 NN
N
Konsentrasi

Gambar 4.2 Grafik Hubungan konsentrasi NaOH dengan Harga K

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 19

Dari grafik 4.2. dapat dilihat bahwa nilai k untuk variabel 1 = 0,6589
L/mol.s, k untuk variabel 2 = 0.7792 L/mol.s dan k untuk variabel 3 = 1.2484
L/mol. Reaksi ini mempunya persamaan reaksi :
NaOH + C2H5CH3COO-  CH3COONa + C2H5OH
A + B C + D
Sedangkan pada pembahasan sebelumnya didapatka bahwa orde reaksi
untuk reaksi tersebut berdasarkan hasil percobaan adalah orde 2 dan bersifat
erlementer. Untuk reaksi orde 2 dan bersifat erlementer laju reaksi dapat
dinaikkan dengan menambah salah satu atau kedua reaktan, hal ini bertujuan
untuk menggeser reaksi kearah produk(Lavenspiel,1999).
Pertambahan konsentrasi akan meningkatkan jumlah partikel dalam
larutan, akibatnya kontak antar partikel akan lebih mudah terjadi menyebabkan
reaksi lebih cepat menghasilkan produk dan menaikkan laju
reaksi(Chang,2007). Sehingga dapat disimpulkan bahwa seiring penambahan
konsentrasi NaOH akan terjadi kenaikkan laju reaksi.

4.4. Perbandingan Hasil Percobaan Dan Perhitungan Matematis


0.115

0.11

0.105
Ca sisa

0.1 Ca Percobaan
Ca Model
0.095

0.09
0 1 2 3 4 5
t (menit)

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Ca Sisa Model dengan Ca Sisa Percobaan


Variabel 1 NaOH 0,15 N

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 20

0.15
0.145
0.14
Ca sisa

0.135
Ca Percobaan
0.13
Ca Model
0.125
0.12
0 1 2 3 4 5
t (menit)

Gambar 4.4 Grafik Perbandingan Ca Sisa Model dengan Ca Sisa Percobaan


Variabel 2 NaOH 0,20 N
0.175

0.17

0.165
Ca

0.16 Ca Percobaan
Ca Model
0.155

0.15
0 1 2 3 4 5
t (menit)

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Ca Sisa Model dengan Ca Sisa Percobaan


Variabel 1 NaOH 0,25 N
Berdasarkan grafik 4.3 variabel 1 NaOH 0,15 N, grafik 4.4. variabel NaOH
0,20 N dan grafik 4.5. variabel NaOH 0,25 N, dapat dilihat bahwa hasil Ca
percobaan lebih tinggi dibanding dengan Ca model. Hal ini dikarenakan Ca model
yang diperoleh dari perhitungan matematis menggunakan metode Runge Kutta orde
empat. metode Runge-Kutta Orde Empat berupaya memperkecil laju pertumbuhan
truncation error. Dipilih metode ini karena Runge Kutta dianggap metode yang
memberikan keakuratan tinggi. Perhitungan model matematis ini tidak dipengaruhi
oleh variabel-variabel percobaan seperti suhu, pengadukan dan konsentrasi
pereaktanya(Supriyanto,2006). Sehingga diperoleh Ca model yang merupakan Ca
ideal. Pada praktikum variable percobaan dipengaruhi oleh konsentrasi perektan
kemudian hasil percobaan dimasukkan kedalam persamaan berikut :

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 21

(Butcher,2008)
Sehingga didapat nilai k1, k2, k3, k4 dan ∆Ca yang bernilai negative, sehingga
pada hasil akhir menyebabkan hasil perhitungan matematis atau nilai Ca
sisa hasil pemodelan lebih kecil daripada hasil percobaan.

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 22

BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
1. Dari hasil metode grafis orde reaksi yang didapat adalah orde 2 dengan R2
= 0,8544
2. Dari hasil perhitungan persamaan reaksi orde 2 didapat hasil k untuk
variabel 1 = 0,6589 L/mol.s, k untuk variabel 2 = 0.7792 L/mol.s dan k
untuk variabel 3 = 1.2484 L/mol.s.
3. Karena reaksi orde 2 seiring kenaikan salah satu atau dua konsentrasi zat
pereaktan akan disertai dengan kenaikan nilai k akibat meningkatnya kontak
antar molekul partikel.
4. Dari hasil perhitungan matematis nilai k1, k2, k3, k4 dan ∆Ca yang bernilai
negative Ca model lebih kecil daripada Ca percobaan.
5.2. Saran
1. Reaktor yang digunakan sebaiknya reaktor yang sifatnya tertutup untuk
menghindari gangguan eksternal
2. NaOH dan etil asetat sebaiknya dialirkan menggunakan pompa dimana laju
alir pompanya bisa diatur
3. Untuk mendapatkan hasil yang akurat gunakan reagen dengan kemurnian
tinggi dan menghindari gangguan oleh impuritas.
4. Pengadukan tangki harusnya mempunyai skala rotasi yang pasti untuk
mempermudah perhitungan.

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU 23

DAFTAR PUSTAKA

Butcher, John C. (2008), “Numerical Methods for Ordinary Differential


Equations”, New York: John Wiley & Sons, ISBN 978-0-470-72335-7
Chang, Raymond. 2007. Chemistry Ninth Edition. New York: Mc Graw Hill.
Engineering 2 ed., Mc. Graw Hill Book Ltd., New York. st
Hill, G.C., 1977, An Introduction to Chemical Engineering Kinetika and
Reactor Design 1 ed, John Willey, New York, N.Y. rd
Khalaf,Abu A.M., 1994, Chemical Engineering Education. Mc. Graw Hill Book
Ltd., New York.
Levenspiel. O., 1999, Chemical Reaction Engineering 3 ed, Mc. Graw
Hill Book Kogakusha Ltd, Tokyo.
Supriyanto, 2006“Runge-Kutta Orde Empat” Lab. Komputer, Departemen Fisika,
Universitas Indonesia ,November 22, 2006

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-1

LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM PROSES KIMIA

Materi :
Reaktor Ideal Aliran Kontinyu

Disusun oleh :
Kelompok 10 Selasa
Ahmad Dzulfikar Fauzi 21030114120030
Nayunda Bella M 21030114120022
Wahyu Satyo Triadi 21030114130126

LABORATORIUM PROSES KIMIA


TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-2

I. Tujuan Percobaan
1. Menentukan harga orde reaksi penyabunan etil asetat dengan NaOH.
2. Menghitung harga konstanta reaksi (k) penyabunan etil asetat dengan
NaOH.
3. Mengetahui pengaruh konsentrasi NaOHterhadap konstanta reaksi (k)
penyabunan etil asetat dengan NaOH.
4. Membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan model matematis
reaksi penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu.

II. Percobaan
2.1 Bahan yang Digunakan
1. NaOH Teknis 98%
 0,15 N 3000 ml (18,375 gram)
 0,20 N 3000 ml (24,495 gram)
 0,25 N 3000 ml (30,615 gram)
2. Etil asetat 0,15 N 9000ml (141,165 ml @ 99%)
3. HCl 0,1 N 500 ml
4. Indikator MO 3 tetes tiap sampel
5. Aquadest 18,5 liter

2.2 Alat yang Digunakan


1. Pipet
2. Thermometer
3. Magnetic stirer
4. Reaktor Batch
5. Gelas Ukur
6. Buret
7. Statif dan Klem
8. Erlenmeyer
9. Rangkaian alat reaktor aliran kontinyu

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-3

III. Hasil Percobaan


a. Reaktot Batch
Tabel 6.1. Hasil Percobaan Pada Reaktor Batch

b. Reaktor Kontinyu
Tabel 6.2 Hasil Percobaan Pada Reaktor Kontinyu

MENGETAHUI
PRAKTIKAN ASISTEN

Dzulfikar, Nayunda, Wahyu Yudy Wiraatmadja


NIM. 21030113120025

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-4

LEMBAR PERHITUNGAN REAGEN

1. Etil Asetat (0,15 N)


W picnometer kosong = 22,502 gram
W picno + etil asetat = 43,785 gram
𝑊2−𝑊1 43,785−22,502
ρ= = = 0,85 𝑔𝑟/𝑚𝑙
𝑉 25
1000
N = 𝑀 . . 𝑒𝑞 . %
𝑏𝑚 𝑉

0,15 = 0,85 𝑉 . 1000 . 1 . 0,99


88 2000
0,15 . 88 . 2000
V =
0,99

V = 31,37 ml

2. HCl (0,1 N)
W picnometer kosong = 22,502 gram
W picno + etil asetat = 49,60 gram
𝑊2−𝑊1 49,60−22,502
ρ= = = 1,08 𝑔𝑟/𝑚𝑙
𝑉 25
1000
N = 𝑀 . . 𝑒𝑞 . %
𝑏𝑚 𝑉

0,15 = 1,08 𝑉 . 1000 . 1 . 0,25


36,5 500
0,1 . 36,5 . 500
V =
1,08 .1000 .0,25

V = 6,76 ml

3. NaOH
a. Variable 1 ( NaOH 0,15 N)

1000
N=𝑀 . . 𝑒𝑞 . %
𝑏𝑚 𝑉

1000
0,15 = 𝑚 . . 1 . 0,98
40 2000

0,15. 40 . 2000
m=
1000 .0,98

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-5

m = 12,25 gram

b. Variable 2 ( NaOH 0,2 N)

1000
N=𝑀 . . 𝑒𝑞 . %
𝑏𝑚 𝑉

1000
0,2 = 𝑚 . . 1 . 0,98
40 2000

0,2. 40 . 2000
m=
1000 .0,98

m = 16,33 gram

c. Variable 3 ( NaOH 0,25 N)

1000
N=𝑀 . . 𝑒𝑞 . %
𝑏𝑚 𝑉

1000
0,25 = 𝑚 . . 1 . 0,98
40 2000

0,25. 40 . 2000
m=
1000 .0,98

m = 20,41 gram

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-6

LEMBAR PERHITUNGAN

A. Perhitungan Reaktor Batch


Volume yang dititrasi = 5 mL
N NaOH = CAO = 0,15N
N HCl = 0,1 N
(𝑉.𝑁)𝐶𝑙
Konsentrasi NaOH sisa = Ca = = 0,02 V HCl
𝑉 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖

Mekanisme Reaksi
NaOH + C2H5CH3COO-  CH3COONa + C2H5OH
A + B C + D
Persamaan Reaksi Orde 1 :
𝑑𝐶𝑎
-rA = - = k Ca
𝑑𝑡
𝐶𝑎 𝑑𝐶𝑎 𝑡
∫ = -k ∫ 𝑑𝑡
𝐶𝑎 𝑎 0
𝐶𝑎
-ln
𝐶𝑎𝑜
= kt

y = mx

Persamaan Reaksi Orde 2

𝑑𝐶𝑎
-rA = - = k. Ca. Cb dimana Ca = Cb
𝑑𝑡

-𝑑𝐶𝑎 = 𝑘. 𝐶𝑎2
𝑑𝑡

-𝑑𝐶𝑎 = 𝑘. 𝑑𝑡
𝐶𝑎2
𝐶𝑎 𝑑𝐶𝑎 𝑡
∫ = ∫ 𝑘. 𝑑𝑡
𝐶𝑎𝑜 𝐶𝑎2 0
1 1
− = 𝑘. 𝑡
𝐶𝑎 𝐶𝑎𝑜
1 1
= 𝑘. 𝑡 +
𝐶𝑎 𝐶𝑎𝑜

y = mx + c

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-7

Persamaan Reaksi Orde 2

𝑑𝐶𝑎 𝑑𝐶𝑏
-rA = - = = k. Ca. Cb dimana Ca ≠ Cb
𝑑𝑡 𝑑𝑡
𝑑𝑋𝑎
-rA = −𝐶𝑎𝑜 = 𝑘 (𝐶𝑎𝑜 − 𝐶𝑎𝑜 𝑋𝑎)(𝐶𝑏𝑜 − 𝐶𝑎𝑜 𝑋𝑎)
𝑑𝑡
𝑋𝑎 𝑑𝑋𝑎 𝑡
∫0 = 𝐶𝑎𝑜 . 𝑘. ∫0 𝑑 , dimana M = Cbo/Cao
(1−Xa)(𝑀−𝑋𝑎)
𝑋𝑎 𝑋𝑎
1 𝑑𝑋𝑎 𝑑𝑋𝑎
∫ −∫ = 𝑘. 𝑡
𝐶𝑎𝑜 (𝑀 − 1) (1 − 𝑋𝑎) (𝑀 − 𝑋𝑎)
0 0
𝑀−𝑋𝑎 𝑀−𝑋𝑎
ln = 𝐶𝑎𝑜 (𝑀 − 1). 𝑡 atau ln = (𝐶𝑎𝑜 − 𝐶𝑏𝑜)𝑘. 𝑡
(1−𝑋𝑎) (1−𝑋𝑎)
𝑀 − 𝑋𝑎 𝐶𝑏𝑜 − 𝐶𝑎𝑜 𝑋𝑎
ln = ln
(1 − 𝑋𝑎) 𝐶𝑏𝑜 (1 − 𝑋𝑎)
𝐶𝑏 𝐶𝑎𝑜
= ln
𝐶𝑏𝑜 (1−𝑋𝑎) 𝐶𝑎𝑜
𝐶𝑏 𝐶𝑎𝑜 𝐶𝑏
= ln = ln
𝐶𝑏𝑜 𝐶𝑎 𝑀 𝐶𝑎
𝐶𝑏
ln = (𝐶𝑏𝑜 − 𝐶𝑎𝑜)𝑘. 𝑡
𝑀 𝐶𝑎
𝐶𝑏
ln = (𝐶𝑏𝑜 − 𝐶𝑎𝑜)𝑘. 𝑡 + ln 𝑀
𝐶𝑎
y = mx + c

1. orde 1
 variabel 1 (NaOH 0.15 N)

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-8

y = 0.0595x + 0.0475
R² = 0.6995
m = 0.0595
c = 0.0475

 variabel 2 (NaOH 0.2 N)

Y = 0.0462x + 0.038
R² = 0.6878
M = 0.0462
C = 0.038

 variabel 3 (NaOH 0.25 N)

y = 0.1334x + 0.0208
R² = 0.9319
m = 0.1334
c = 0.020

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-9

2. Orde 2
 Variabel 1, 0.15 N (Ca = Cb)

y = 0.6585x + 10.513
R² = 0.8184
m = 0.6585
c = 10.513

 Variabel 2, 0.2 N (Ca≠Cb)

y = 0.3896x + 0.2263
R² = 0.7534
m = 0.3896
c = 0.226

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-10

 Variabel 3, 0.25 N (Ca≠Cb)

y = 1.2484x - 0.0668
R² = 0.9915
m = 1.2484
c = - 0.0668

3. Orde n
 Variabel 1 (0.15 N)

y = 16.146x - 2.8151
R² = 0.8668

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-11

 Variabel 2 (0.2 N)

y = 19.759x - 41.418
R² = 0.6108

 Variabel 3 (NaOH 0.25 N)

y = 5.4837x - 10.551
R² = 0.8668

Perhitungan nilai k
1. Variabel 1 Orde 1
k = m = 0.0595 L/mol.s
2. Variabel 1 Orde 2
k = m = 0.6585 L/mol.s
3. Variabel 2 orde 1
k = m = 0.0462 L/mol.s

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-12

4. Variabel 2 orde 2
𝐶𝑏 𝐶𝑏0
𝑙𝑛 = (𝐶𝑏0 − 𝐶𝑎0). 𝑡 + 𝑙𝑛
𝐶𝑎 𝐶𝑎0

𝑦 = 𝑚. 𝑥 + 𝐶

(𝐶𝑎0 − 𝐶𝑏0)𝑘 = 𝑚

(0.2 – 0.15) k = 0.3896

k = 0.7792 L/mol.s

5. Variabel 3 orde 1
k = m = 0.1334 L/mol.s
6. Variabel 3 orde 2
𝐶𝑏 𝐶𝑏0
𝑙𝑛 = (𝐶𝑏0 − 𝐶𝑎0). 𝑡 + 𝑙𝑛
𝐶𝑎 𝐶𝑎0
𝑦 = 𝑚. 𝑥 + 𝐶
(𝐶𝑎0 − 𝐶𝑏0)𝑘 = 𝑚
k = 1.2484 L/mol.s

B. Perhitungan Reaktor Aliran Kontinyu

Neraca massa total


Input – output = Akumulasi
𝑑𝑣
l F0 – 0 = l
𝑑𝑡

dV = F0 . dt

V = F0 . t ................................ (1)

𝑑 (𝑉.𝐶𝑎)
= k0 . CA0 – 0 – V . k . CA2
𝑑𝑡

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-13

𝑑 (𝑉.𝐶𝑎)
= k0 . CA0 – V . k . CA2
𝑑𝑡

𝑑 (𝑉.𝐶𝑎) 𝑑𝐶𝑎
= . V = FA0 . CA0 = V . k . CA2
𝑑𝑡 𝑑𝑡

𝑑𝐶𝑎
F0 . CA + (F0 . t) = F0 . CA0 – (F0 . t) k. CA2
𝑑𝑡

𝑑𝐶𝑎
CA + . t = CA0 – t . k . CA2 ......................................... (2)
𝑑𝑡

Dari persamaan (1) dan (2) di selesaikan dengan Runge Kutta orde 4

(CA0−CA)
k1 = [ - k . CA2] Δ𝑡
𝑡
(CA0−(CA+k1/2)
k2 = [ - k . (CA + k1/2)2]Δ𝑡
t+h/2
(CA0−(CA+k2/2)
k3 = [ - k . (CA + k2/2)2]Δ𝑡
t+h/2
(CA0−(CA+k3/2)
k4 = [ - k . (CA + k3)2] Δ𝑡
t+h/2
k1+2k2 +2k3+k4
ΔCA =
6

CA model = CA + Δ CA

 Variabel 1 (NaOH 0.15 N)

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-14

 Variabel 2 (NaOH 0.2 N)

 Variabel 3 (NaOH 0.25)

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-15

Grafik Orde 1

0.25
0.2 y = 0.0595x + 0.0475
R² = 0.6995
- ln ca/cao

0.15
0.1

0.05

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
t (menit)

Grafik 6.1. Trial orde 1 untuk variable 1 (NaOH 0.15 N)

0.2
y = 0.0462x + 0.038
0.15 R² = 0.6878
- ln Ca/Cao

0.1

0.05

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
t (menit)

Grafik 6.2. Trial orde 1 untuk variable 2 (NaOH 0.2 N)

0.35
0.3 y = 0.1334x + 0.0208
0.25 R² = 0.9319
- ln ca/cao

0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
t (menit)

Grafik 6.3. Trial orde 1 untuk variable 3 (NaOH 0.25 N)

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-16

Grafik Orde 2

14
12
10
8 y = 0.6585x + 10.513
1/ca

6 R² = 0.8184
4
2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
t (menit)

Grafik 6.4. Trial orde 2 untuk variable 1 (NaOH 0.15 N)

1.4
1.2 y = 0.3896x + 0.2263
ln CaCbo/CbCao

R² = 0.7534
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5

t (menit)

Grafik 6.5. Trial orde 2 untuk variable 2 (NaOH 0.2 N)

3
2.5 y = 1.2484x - 0.0668
ln CaCbo/CbCao

R² = 0.9915
2
1.5
1
0.5
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5
t (menit)

Grafik 6.6. Trial orde 2 untuk variable 3 (NaOH 0.25 N)

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-17

Orde n Jika Reaksi Non Erlementer

n = R2 + 1

0.6
0.5
0.4 y = 16.146x - 2.8151
R² = 0.8668
log t

0.3
0.2
0.1
0
0.17 0.175 0.18 0.185 0.19 0.195 0.2 0.205
- ln ca

Grafik 6.7. Trial orde n untuk variable 1 (NaOH 0.15 N)

0.6
0.5 y = 19.759x - 41.418
R² = 0.6108
0.4
log t

0.3
0.2
0.1
0
2.1 2.105 2.11 2.115 2.12 2.125
- ln Ca

Grafik 6.8. Trial orde n untuk variable 2 (NaOH 0.2 N)

0.6
0.5
0.4 y = 5.4837x - 10.551
R² = 0.8668
log t

0.3
0.2
0.1
0
1.92 1.93 1.94 1.95 1.96 1.97 1.98 1.99 2 2.01
- ln ca

Grafik 6.9. Trial orde n untuk variable 2 (NaOH 0.25 N

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-18

REFERENSI

Pada saat membahas metode Euler untuk penyelesaian persamaan diferensial, kita
telah sampai pada kesimpulan bahwa truncation error metode Euler terus
membesar seiring dengan bertambahnya iterasi. Dikaitkan dengan hal tersebut,
metode Runge-Kutta Orde Empat berupaya memperkecil laju pertumbuhan
truncation error.

Persamaan-persamaan yang menyusun metode Runge-Kutta Orde Empat adalah

Contoh
Diketahui persamaan diferensial

y0 = y − t2 +1, 0 ≤ t ≤ 2, y(0) = 0,5

dimana N = 10. Sehingga

dan
ti = a + ih = 0+ i(0,2) → ti = 0,2i

1
serta
w0 = 0,5

Tabel berikut menunjukkan hasil perhitungan numerik metode Runge-Kutta Orde


Empat dan tingkat pertumbuhan truncation error yang lebih rendah dibandingkan
metode Euler.

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-19

Tingkat pertumbuhan truncation error yang sangat rendah membuat


metode Runge-Kutta Orde Empat menjadi sangat populer untuk
menyelesaikan persamaan-diferensial-biasa. Runge Kutta dianggap
metode yang memberikan keakuratan tinggi. Perhitungan model
matematis ini tidak dipengaruhi oleh variabel-variabel percobaan
seperti suhu, pengadukan dan konsentrasi pereaktanya

Dr. Eng. Supriyanto, M.Sc. “Runge-Kutta Orde Empat” Lab.


Komputer, Departemen Fisika, Universitas Indonesia email:
supri@fisika.ui.ac.id atau supri92@gmail.com . November 22, 2006

In numerical analysis, the Runge–Kutta methods are a family


of implicit and explicit iterative methods used in temporal
discretization for the approximate solutions of ordinary differential
equations. These methods were developed around 1900 by the German
mathematicians C. Runge and M. W. Kutta.

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-20

The most widely known member of the Runge–Kutta family is generally referred
to as "RK4", "classical Runge–Kutta method" or simply as "the Runge–Kutta
method".
Let an initial value problem be specified as follows.

Here, y is an unknown function (scalar or vector) of time t which we would


like to approximate; we are told that , the rate at which y changes, is a
function of t and of y itself. At the initial time the corresponding y-value
is . The function f and the data , are given.
Now pick a step-size h>0 and define

for n = 0, 1, 2, 3, . . . , using

[1]

(Note: the above equations have different but equivalent definitions in


different texts).[2]

Here is the RK4 approximation of , and the next


value ( ) is determined by the present value ( ) plus
the weighted average of four increments, where each increment is
the product of the size of the interval, h, and an estimated slope
specified by function f on the right-hand side of the differential
equation.

 is the increment based on the slope at the beginning of the


interval, using , (Euler's method) ;
 is the increment based on the slope at the midpoint of the
interval, using ;
 is again the increment based on the slope at the midpoint,
but now using

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-21

 is the increment based on the slope at the end of the


interval, using .
In averaging the four increments, greater weight is given to the
increments at the midpoint. If is independent of , so that the
differential equation is equivalent to a simple integral, then RK4
is Simpson's rule.[3]
The RK4 method is a fourth-order method, meaning that the local
truncation error is on the order of , while the total
accumulated error is order .
Butcher, John C. (2008), “Numerical Methods for Ordinary Differential
Equations”, New York: John Wiley & Sons, ISBN 978-0-470-72335-7.

Persamaan Arhenius

1. Frekuensi
kontak
Pengadukan akan kontak antar partikel semakin tinggi menyebabkan
kenaikan harga k
2. Energi aktivasi
Energi aktivasi merupakan energi minimum yang diperlukan bagi
reaksi untuk berlangsung. Semakin rendah energi aktivasi, maka
reaksi akan berjaan semakin cepat.
3. Suhu
Semakin tinggi suhu, maka reaksi akan berjalan semakin cepat.
4. Katalis
Katalis dapat mempercepat reaksi karena kemammpuannya mengadakan
reaksi dengan paling sedikit satu molekul reaktan untuk menghasilkan
senyawa yang lebih aktif. Interaksi ini akan meningkatkan laju reaksi

Chang, Raymond. 2007. Chemistry Ninth Edition. New York: Mc


Graw Hill

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-22

PROSEDUR ANALISA

Kalibrasi Picnometer

1. Timbang picnometer kosong, catat beratnya (m1)


2. Isi picnometer dengan aquadest, lalu timbang, catat beratnya
3. Ganti aquadest dengan cairan yang akan dicari densitasnya
4. Timbang picnometer dan catat beratnya (m2)
5. Hitung densitas larutan/cairan
𝑚2 − 𝑚1
𝜌=
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016


REAKTOR IDEAL ALIRAN KONTINYU A-23

LEMBAR ASISTENSI

DIPERIKSA
KETERANGAN TANDA TANGAN
NO TANGGAL
 Halaman pertama tidak ada
no halaman
 Tidak ada slot tanda tangan
1 19 Mei 2016 dosen pada lembar
pengesahan
 Perhatikan format laporan
praktikum proses kimia
 Ringkaan 1 paragraf
mewakili 1 bab
2 20 Mei 2016
 Perbaiki summary dengan
memperhatikan grammar
3 21 Mei 2016  ACC

LABORATORIUM PROSES KIMIA 2016

Anda mungkin juga menyukai