Tic Kelompok 4
Tic Kelompok 4
Tic Kelompok 4
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktik Profesi Ners stase Kebutuhan
Dasar Profesi
Nama Kelompok :
Riska Oktaviani
Rosa Dwi Apriyani
Sandi Lusiana Widi
Sofyan Iskandar
Sumaryana
Wildania Sity Maulani
Yuni Rizki Amalia
Semoga makalah ini berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang
dirasakan mengganggu dan menyakitkan, sebagai akibat adanya
kerusakan jaringan aktual dan potensial yang menyebabkan
seseorang mencari perawatan kesehatan ( Smeltzer & Bare, 2012).
Pengkajian dan pemahaman yang menyeluruh tentang nyeri sangat
penting bagi pemberi perawatan kesehatan dalam penanganan nyeri
yang efektif karena nyeri tidak bisa diobservasi secara langsung,
pengukuran nyeri hanya berdasar pada laporan pasien akan adanya
nyeri beserta kondisi fisiologis yang menyertainya (Potter & Perry,
2005).
Berbagai stimulasi penyebab nyeri diolah oleh otak yang
kemudian menyampaikan pesan adanya nyeri, untuk itu jika persepsi
nyeri diubah oleh adanya penatalaksanaan nyeri dengan atau tanpa
obat, maka tidak ada lagi nyeri yang dirasakan pasien, dengan kata
lain kenyamanan sebagai kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi (Potter
& Perry, 2005). Salah satu stimulasi penyebab nyeri adalah karena
adanya pembedahan. Pembedahan atau operasi adalah semua tindak
pengobatan yang menggunakan cara invasive dengan membuka atau
menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani, pembukaan bagian
tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan (
Sjamsuhidayat & Jong, 2004).
Pembedahan merupakan suatu kekerasan atau trauma bagi
penderita, dan salah satu keluhan yang sering dikemukakan setelah
pembedahan adalah adanya nyeri. Nyeri tersebut disebabkan karena
rusaknya jaringan akibat sayatan operasi sebagai stimulus sehingga
menyebabkan pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikinin,
asetilkolin, dan substansi P.Postaglandin yang bergabung dengan
lokasi nosiseptor untuk memulai transmisi neural yang berawal dari
serabut perifer memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari
beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam massa berwarna abu-
3
abu di medula spinalis. Pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel
saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak
atau bisa juga ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral yang
akan diinterpretasikan otak sebagai nyeri (Potter & Perry, 2005).
Menurut studi yang dilakukan oleh asosiasi penelitian untuk nyeri
(IASP), nyeri hebat / severe pain setelah pembedahan mayor dialami
oleh 10 % pasien, nyeri sedang / moderate pain dialami sekitar 30
% pasien (Boni, 2010). Studi yang dilakukan di Indonesia oleh
Megawati di tahun 2010, menyatakan bahwa pasien post laparotomy
yang mengeluhkan nyeri berat sebanyak 15,38%, nyeri sedang 57,7%
dan nyeri ringan sebanyak 26,92%. Studi lain yang dilakukan oleh
Chanif, Petpichetchian & Chongchaeron (2013) mengatakan bahwa
pasien setelah menjalani bedah abdomen mengalami nyeri sedang
dengan nilai rata-rata (mean) 5,3 pada skala nyeri.
Nyeri setelah operasi merupakan nyeri akut yang secara
serius mengancam proses penyembuhan klien, harus menjadi prioritas
perawatan. Nyeri yang dialami pasien setelah pembedahan
menghambat kemampuan pasien untuk terlibat aktif dan meningkatkan
risiko komplikasi akibat imobilisasi. Rehabilitasi dapat tertunda dan
hospitalisasi menjadi lama jika nyeri akut tidak dikontrol. Kemajuan
fisik atau psikologis tidak dapat terjadi selama nyeri akut masih
dirasakan karena pasien memfokuskan semua perhatiannya pada
upaya untuk mengatasi nyeri. Penatalaksanaan nyeri yang efektif
tidak hanya mengurangi ketidaknyamanan fisik tetapi juga
meningkatkan mobilisasi lebih awal dan membantu pasien kembali
bekerja lebih dini, megurangi kunjungan klinik, memperpendek masa
hospitalisasi dan mengurangi biaya kesehatan (Potter & Perry , 2005).
Salah satu tehnik pembedahan atau oprasi yang dapat
menyebabkan nyeri adalah laparotomi. Laparotomi merupakan salah satu
prosedur pembedahan mayor dengan cara melakukan penyayatan pada
lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan organ dalam abdomen
yang mengalami masalah, misalnya kanker, pendarahan, obstruksi, dan
perforasi (Sjamsuhidajat, et al, 2010). Laparotomi merupakan salah
satu tindakan bedah abdomen yang berisiko 4,46 kali terjadinya
4
komplikasi infeksi pasca operasi dibanding tindakan bedah lainnya
(Haryanti, et al, 2013).
B. Rumusan masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada tn.a dengan gangguan kebutuhan
dasar manusia : gangguan rasa nyaman nyeri di ruang zumar RSUD Al
Ihsan.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui adanya gangguan rasa nyaman
nyeri pada pasien Tn. A dengan post laparatomy di ruang Zumar di
RSUD Al-Ihsan Provinsi Jawa Barat.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mengetahui konsep dasar tentang gangguan rasa
nyaman nyeri.
b. Mehasiswa mampu melakuakn asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan rasa nyaman nyeri.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
1. Pengertian nyeri
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan
bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap
orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang
dialaminya (Aziz Alimul, 2006).
Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional
yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau
menggambarkan adanya kerusakan. Serangan mendadak atau pelan
intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan
akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6
bulan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional); awitan yang tiba-tiba atau
lambat dari intensitas ringan hingga berat hingga akhir yang dapat
diantisipasi atau di prediksi. (NANDA, 2015). Nyeri kronisserangan
yang tiba-tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung > 3 bulan
(NANDA, 2012).
2. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri
akut dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara
mendadak dan cepat menghilang, yang tidak melebihi 6 bulan dan di
tandai adanya peningkatan tegangan otot.
Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,
biasanya berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6
bulan. Termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal,
sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.
6
B. Etiologi nyeri
1. Faktor resiko
a. Nyeri akut
1) Melaporkan nyeri secara verbal dan non verbal
2) Menunjukkan kerusakan
3) Posisi untuk mengurangi nyeri
4) Muka dengan ekspresi nyeri
5) Gangguan tidur
6) Respon otonom (penurunan tekanan darah, suhu, nadi)
7) Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang,
mengeluh)
b. Nyeri kronis
1) Perubahan berat badan
2) Melaporkan secara verbal dan non verbal
3) Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus
pada diri sendiri
4) Kelelahan
5) Perubahan pola tidur
6) Takut cedera
7) Interaksi dengan orang lain menurun
2. Factor predisposisi
a. Trauma
b. Peradangan
c. Trauma psikologis
3. Factor presipitasi
a. Lingkungan
b. Suhu ekstrim
c. Kegiatan
d. Emosi
7
C. Patofisiologi
8
h. Depresi
2. Factor-faktor yang mempengaruhi nyeri
Pengalaman nyeri pada seseorang dapat di pengaruhi oleh
beberapa hal, di antaranya adalah:
a. Arti Nyeri. Nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan
hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti
membahayakan,merusak, dan lain-lain. Keadaan ini di pengaruhi
lingkungan dan pengalaman.
b. Persepsi Nyeri. Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat
subjektifdari seseorang yang merasakan nyeri. Dikarenakan
perawat tidak mampu merasakan nyeri yang dialami oleh pasien.
c. Toleransi Nyeri. Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas
nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang menahan
nyeri. Faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan toleransi
nyeri antara lain alcohol, obat-obatan, hipnotis, gerakan atau
garakan, pengalihan perhatian,kepercayaan yang kuat dan
sebagainya. Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara
lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas,nyeri yang kunjung tidak
hilang, sakit, dan lain-lain.
d. Reaksi terhadap Nyeri. Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk
responseseorang terhadap nyeri, seperti
ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini
merupakan bentuk respon nyeri yang dapat di pengaruhi oleh
beberapa faktor, seperi arti nyeri, tingkat perspepsi
nyeri,pengalaman masa lalu, nilai budaya, harapan
sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut, cemas, usia, dan
lain-lain.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan USG untuk data penunjang apa bila ada nyeri tekan di
abdomen.
2. Rontgen untuk mengetahui tulang atau organ dalam yang abnormal.
3. Pemeriksaan LAB sebagai data penunjang pemefriksaan lainnya.
9
4. Ct Scan (cidera kepala) untuk mengetahui adanya pembuluh darah
yang pecah di otak.
F. Komplikasi
1. Edema Pulmonal
2. Kejang
3. Masalah Mobilisasi
4. Hipertensi
5. Hipertermi
6. Gangguan pola istirahat dan tidur
G. Penatalaksanaan Klinik
1. Penatalaksanaan keperawatan
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Kaji adanya infeksi atau peradangan nyeri
c. Distraksi (mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri
ringan sampai sedang)
d. Kompres hangat
e. Mengajarkan teknik relaksasi
2. Penatalaksanaan medis
a. Pemberian analgesic
Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan
nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri.
b. Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat
analgesik seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air.
Terapi ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor
persepsi kepercayaan pasien.
H. Pengkajian focus
1. Perilaku non verbal
Beberapa perilaku non verbal yang dapat kita amati antara lain
ekspresi wajah, gemeretak gigi, menggigit bibir bawah, dll.
10
2. Kualitas
Deskripsi menolong orang mengkomunikasikan kualitas dan nyeri.
Anjurkan pasien menggunakan bahasa yang dia ketahui.
3. Factor presipitasi
Beberapa factor presipitasi yang meningkatkan nyeri antara lain
lingkungan, suhu ekstrim, kegiatan yang tiba-tiba.
4. Intensitas
Nyeri dapat berupa ringan, sedang, berat atau tak tertahankan, atau
dapat menggunakan skala dari 0-10.
5. Waktu dan lama
Perawat perlu mengetahui, mencatat kapan nyeri mulai, berapa lama,
bagaimana timbulnya, juga interval tanpa nyeri, kapan nyeri terakhir
timbul.
6. Hal yang perlu dikaji lainnya adalah karakteristik nyeri (PQRST)
P (provokatif) : factor yang mempengaruhi gawat dan ringannya nyeri
Q (quality) : seperti apa nyeri tersebut (tajam, tumpul, atau tersayat)
R (region) : daerah perjalanan nyeri
S (Skala nyeri) : keparahan/ intensitas nyeri
T (time) : lama/waktu serangan/ frekuensi nyeri.
I. Analisa Data
11
trauma bekas insisi
↓
Pembentukan mediator
kimia(Bradikinin,histamine,pr
ostaglandin)
↓
Merangsang saraf eferen
↓
Hipothalamus
↓
Kortek serebri
↓
Nyeri
12
J. Diagnose Keperawatan
1. Diagnose : nyeri akut
Batasan karakteristik :
a. Mengkomunikasikan descriptor nyer (misalnya rasa tidak aman
nyaman, mual, kram otot)
b. Menyeringai
c. Rentang perhatian terbatas
d. Pucat
e. Menarik diri
Factor yang berhubungan :
a. Biologis
b. Kimia
c. Fisik
d. Psikologis
2. Diagnose : nyeri kronis
Batasan karakteristik :
Subyektif
a. Depresi
b. Keletihan
c. Takut kembali cidera
Obyektif
a. Perubahan kemampuan untuk meneruskan aktivitas sebelumnya
b. Anoreksia
c. Perubahan pola tidur
d. Wajah topeng
e. Perilaku melindungi
f. Iritabilitas
g. Perilaku protektif yang dapat diamati
h. Penurunan interaksi dengan orang lain
i. Gelisah
j. Berfokus pada diri sendiri
k. Respon yang dimediasi oleh saraf simpatis (suhu, dingin,
perubahan posisi tubuh)
l. Perubahan berat badan
13
Factor yang berhubungan
a. Kanker metastasis
b. Cedera
c. Neurologi
d. Arthritis
K. Intervensi
1. Diagnose: nyeri akut
NOC:
- Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap kemudahan
fisik dan psikologis
- Pengendalian nyeri : tindakan individu untuk mengendalikan nyeri
- Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang dapat diamati atau dilaporkan
NIC:
- Pemberian analgesic : menggunakan agens-agens farmakologi
untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri
- Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat atau resep
atau obat bebas secara aman dan efektif
- Manajemen nyeri : meringankan atau mengurangi rasa nyeri sampai
pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien
2. Diagnose: nyeri kronis
NOC:
- Tingkat kenyamanan : tingkat persepsi positif terhadap
kemudahan fisik dan psikologis
- Tingkat depresi : keparahan alam perasaan melankolis dan
kehilangan minat dengan peristiwa hidup
- Pengendalian diri terhadap depresi : tindakan individu untuk
meminimalkan melankolia dan mempertahankan minat dengan
peristiwa hidup
- Nyeri : respon seimbang psikologis, keparahan respon seimbang
kognitif dan emosi yang dapat diamati atau dilaporkan terhadap
nyeri fisik
- Pengendalian nyeri : tindakan pribadi untuk mengendalikan nyeri
14
- Tingkat nyeri : keparahan nyeri yang tampak atau dilaporkan.
NIC:
- Pemberian analgesic : penggunan agen farmakologis untuk
meredakan atau menghilangkan nyeri
- Mobilitas perilaku : meningkatkan perubahan perilaku
- Restrukturisasi kognitif : mendorong pasien untuk mengubah
distrorsi pola pikir dan memandang diri sendiri serta dunia secara
lebih realistis
- Peningkatan koping : membantu pasien untuk beradaptasi dengan
presepsi stressor, perubahan, atau ancaman yang menghambat
pemenuhan tuntutan peran hidup.
- Manajemen medikasi : memfasilitasi penggunaan obat resep atau
obat bebas secara aman dan efektif
- Manajemen alam perasaan : memberikan keamanan, stabilisasi,
pemulihan, dan pemeliharaan pada pasien yang mengalami
disfungsi alam perasaan baik depresi maupun peningkatan alam
perasaan
- Manajemen nyeri : menghilangkan nyeri atau menurunkan nyeri
ketingkat yang lebih nyaman yang dapat ditoleransi oleh pasien
- Kontrak pasien : menegoisasi persetujuan dengan individu yang
menekankan perubahan perilaku bersama
- Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien : memfasilitasi
pengendalian pemberian dan pengaturan analgesic oleh pasien
- Fasilitasi tanggung jawab diri : mendorong pasien untuk lebih
bertanggung jawab terhadap perilakunya sendiri
15
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. DATA DASAR
A. Identitas Pasien
1. Nama (Inisial Klien) : Tn.A
2. Usia : 27 Tahun
3. Status Perkawinan : Kawin
4. Pekerjaan : Wiraswasta
5. Agama : Islam
6. Pendidikan : SMA
7. Suku : Sunda
8. Bahasa yang digunakan : Bahasa Sunda, Bahasa
Indonesia
9. Alamat Rumah : Ciparay
10. Sumber Biaya : BPJS
11. Tanggal Masuk RS : 9 September 2019
12. Diagnosa Medis : Post Op LE Indikasi App POD 2
13. Tanggal Pengkajian : 11 September 2019
14. No RM : 00703215
16
II. RIWAYAT KESEHATAN
A. Keluhan Utama
Nyeri
B. Riwayat Kesehatan Saat Pengkajian
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 11 September
2019, klien mengatakan perut bagian kanan bawah mengalami
nyeri dikarenakan adanya luka jahitan post operasi kurang lebih
5 cm, nyeri yang dirasakan semakin berat bila klien bergerak
atau menjalankan aktivitas, dan nyeri berkurang bila klien
beristirahat. Nyeri terasa panas seperti ditusuk-tusuk dan hilang
timbul dengan skala nyeri 6 dari 0 - 10
C. Riwayat Kesehatan Saat Masuk RS:
Klien mengatakan pada tanggal 9 September 2019, klien
datang ke RSUD al ihsan dengan keluhan perut bagian kanan
bawah terasa nyeri dan panas, nyeri yang dirasakan terjadi
secara tiba-tiba dengan skala nyeri 8 dari 0 – 10.
D. Riwayat Kesehatan Lalu:
Klien mengatakan bahwa sebelumnya belum pernah
mengalami penyakit yang sama, belum pernah dirawat dirumah
sakit sebelumnya, belum pernah mengalamii riwayat
kecelakaan.
E. Riwayat Kesehatan Keluarga: (Genogram/Penyakit yang
Permah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi faktor
resiko, 3 generasi)
Klien mengatakan bahwa salah satu anggota keluarganya
(Ayah) pernah mengalami riwayat operasi dengan penyakit
yang sama.
F. Riwayat Psikososial – Spiritual
1. Riwayat psikososial
a. Pola konsep diri
1) Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepaat sembuh dan
berkumpul dengan keluarga
2) Identitas diri
Klien merupakan seorang anak yang berperan
menjadi tulang punggung dalam keluarga
3) Harga diri
Klien merasa pasrah dengan penyakit yang diderita
4) Gambaran diri
17
Klien mengatakan penyakit yang dideritanya adalah
cobaan dari Tuhan Yang Maha Esa
b. Pola koping
Klien tampak lemas
c. Pola kognitip
Klien memahami penyakitnya
d. Pola interaksI
Klien menunjukkan sikap kooperatif dan perilaku
bersahabat dengan perawat
2. Riwayat spiritual
Klien mengatakan rajin mengikuti kegiatan ibadah
dilingkungannya
Enteral
TPN 3x/ hari 3x/ hari
Frekuensi
Makan:....x/hari Baik Sedang
Nafsu makan: Adanya mual
( ) Baik ketika makan
( ) sedang
(jelaskan alasannya)
( ) Kurang Tidak diit Tidak diit
(Jelaskan alasannya)
Diit: ........................... Tidak ada Tidak ada
Makanan tambahan
----------------------------- Alergi Pantangan
-- makanan makanan
Makanan yang tidak seafood pedas
disukai/alergi/pantan Pagi, siang, Sedikit tapi
gan :........................ sore sering
Kebiasaan makan: Tetap Tetap
60 Kg 60 Kg
Perubahan berat
badan 3 bulan
terakhir
( ) bertambah....Kg
18
( ) tetap ......Kg Oral
( ) Berkurang Oral
.....Kg
b. Pola Cairan: Air putih
Asupan cairan Air putih 4-5 gelas/
( ) Oral 7-8 gelas/ hari
( ) Parenteral hari Kurang lebih
Jenis : ------------------- Kurang lebih 1500 ml/hari
--- 2000 ml/hari
Frekuensi :
.........x/hari
Volume total: -------
x/hari
19
IWL (Insensible Water
Loss) : ............. cc/hari
20
....... melakukan
pekerjaan
Waktu bekerja: 5-6 jam Tidak ada
.........................
Kegiatan waktu luang: Kumpul Tirah baring
.............. keluarga
Keluhan dalam beraktivitas Nyeri
...... Tidak ada
Olahraga: Tidak ada
................................ Bermain bola
Keterbatasan dalam hal: Mandi,
( ) Mandi Tidak ada menggunaka
( ) Menggunakan n pakaian,
Pakaian berhias
( ) Berhias
6 Pola kebiasaan yang
mempengaruhi kesehatan Ya Tidak
a. Merokok 7 – 10x/ hari
( ) ya 7-10 batang
( ) tidak Kurang lebih
Frekuensi : 10 tahun
.......................
Jumlah :
.......................
Lama pemakaian
:........................
b. Minuman keras
( ) ya Tidak Tidak
( ) tidak
Frekuensi :
..........................
Jumlah :
..........................
Lama Pemakaian :
..........................
c. Ketergantungan Obat
( ) Ya Tidak Tidak
( ) Tidak
Jika Ya , Jelaskan jenis, lama
pemakaian, frekuensi dan
alasan
21
H. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
f. Telinga
Posisi : Simetris
Pendengaran : Jelas
22
Nyeri : Tidak
Serumen : Tidak
Pinna, tulang rawan : Ya
elastis
Tanda radang : Tidak ada
Pemakaian alat bantu : Tidak memakai alat bantu
Kelainan
: Tidak ada
g. Mulut
Bibir : Warna merah muda, simetris
Kelembaban : Basah
Gigi : Caries tidak, jumlah gigi 28 buah
h.Leher
- Bentuk : utuh, simetris
- JPV : tidak ada distensi vena jugularis
- Kelenjar getah bening : tidak ada pembengkakan
- Kelenjar tyroid : tidak ada pembengkakan
- Nyeri menelan : tidak ada
- Kelainan : tidak ada
i. Thorax
1. Dada
2. Paru
- Jenis napas : bernapas menggunakan
hidung
- Keluhan : tidak ada sesak dan tidak
ada nyeri
- Frekwensi : 22 X/mnt
23
- Irama : teratur
- Kedalaman : dalam
- Suara nafas : vesikular
- Batuk : tidak ada
- Penggunaan otot bantu nafas : tidak ada
- Pengunaan alat bantu nafas : tidak ada
j. Sirkulasi Jantung
- Irama : teratur
k. Abdomen
Bentuk : Datar
Kulit : Terdapat lesi
Benjolan : Tidak ada
Nyeri : Ada, dikarenakan ada luka post operasi laparatomi
tekan
Bising : Ada, 4 – 12x/menit
usus
Kelainan : Adanya luka jahitan post operasi 5 cm, luka tampak basah
kemerahan
Bentuk simetris : Ya
Bercak-bercak : tidak
merah
Mamae simetris : Ya
Puting susu : Keluar
Ekskresi mamae : Tidak ada
Benjolan : Tidak ada
Lesi : Tidak ada
24
l. Kulit dan kuku
a. Kulit
Warna : Sawo matang
Turgor : lembab
Pucat : Adanya lesi di perut kanan bagian bawah
Edema : Tidak ada
Tekstur : Licin
Kelainan : Tidak ada
b. Kuku
Bentuk : Tidak ada
Warna : Merah muda
CRT : < 3 detik
Kebersihan :
Bentuk simetris : Ya
Sensasi halus : Ada
Sensasi tajam : Ada
Sensasi panas : Ad
Sensasi dingin : Ada
Gerakan ROM : Dapat
Pembengkakan : Tidak ada
Kelembaban : Lembab
Temperatur : Hangat
Kekuatan otot : Nilai 4 (mampu melawan gravitasi dan menahan
sedikit tahanan)
Kelainan : Tidak ada
Ekstremitas bawah
Bentuk simetris : Ya
Sensasi halus : Ada
Sensasi tajam : Ada
Sensasi panas : Ada
Sensasi dingin : Ada
Gerakan ROM : Dapat
Pembengkakan lipat paha : Tidak
Varises : Tidak
Nyeri dorong/ : Tidak
trombophlebitis
25
Kelembaban : Lembab
Temperatur : Hangat
Kekuatan otot : Nilai 4 (mampu melawan gravitasi dan
menahan sedikit tahanan)
Kelainan : Tidak ada
m. Genitalia
Bentuk utuh : Ya
Radang : Tidak
Sekret : Tidak
Pembengkakan : Tidak ada
Rektum : Tidak ada benjolan, tidak ada lesi
Kelainan : Tidak ada
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan EKG
Hasil pemeriksaan EKG dinyatakan normal dikarenakan irama
sinus terdapat gelombang P diikuti QRS kompleks T
Pemeriksaan Laboratorium
Nama test Hasil Plug Unit Nilai rujukan
Hematologi
Darah rutin
Hemoglobin 16,3 g/dl 13.0 – 18.0
Lekosit 29500 * sel/uL 3600 – 10600
Eritrosit 5.33 Juta/uL 4.5 – 6.5
Hematokrit 47.5 % 40 – 52
Trombosit 263000 Sel/uL 150000 - 440000
Urine
Urine rutin
Warna urine Kuning Kuning
pH urine 6.0 4.5 – 7.5
Berat jenis urine 1.204 1.002 – 1.030
Albumin urine 50/1 + /uL < 10
Urobilinogen urine 1+ Mg/dl <1
Mikropis urine
Lekosit 17 * /uL < 5.8
Eritrosit 13 * /uL < 5.4
Epitel 12 * /uL < 3.5
Sitinder 114 * /uL < 0.47
Bakteri 2 /uL < 23
26
III. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. DS : Pembedahan Nyeri Akut
- Klien mengatakan
apendiktomi
nyeri pada luka
jahitan post operasi ↓
seperti ditusuk-tusuk
Luka insisi
dengan skala nyeri 6
dari 0-10 ↓
Inkontinuitas
DO :
- Klien tampak jaringan
meringis kesakitan
terputus
menahan nyeri
- Terdapat luka ↓
operasi dibagian
Aktivasi
kanan bawah
dengan ukuran reseptor nyeri
kurang lebih 5 cm
↓
- TTV
TD : 110/70 Meransang
N : 76x/ menit
hipotalamus
R : 22x/ menit
S : 370C dan korteks
serebri
↓
Nyeri Akut
2 DS : Pembedahan Gangguan
- Klien mengatakan
apendiktomi Mobilisasi
untuk beraktivitas
sulit sehingga ↓ Fisik
aktivitas dibantu
Luka insisi
oleh keluarga
DO : ↓
- Klien tampak lemas
Inkontinuitas
- Kekuatan otot
4 4 jaringan
terputus
4 4
- Terpasang infus ↓
pada tangan
Aktivasi
sebelah kiri
- Terpasang selang reseptor nyeri
kateter pada luka
27
jahitan dibagian peut ↓
kanan bawah
Meransang
hipotalamus
dan korteks
serebri
↓
Nyeri
dipersepsikan
↓
Keterbatasan
bergerak
↓
Gangguan
Mobilisasi
Fisik
3 DS : Pembedahan Gangguan
- Klien mengatakan
apendiktomi pola tidur
kebiasaan sebelum
tidur selalu ↓
mengatur posisi
Luka insisi
yang nyaman agar
tidak merasakan ↓
nyeri
Inkontinuitas
- Klien mengatakan
menjelang tidur jaringan
akan mengalami
terputus
kesulitan
dikarenakan ↓
merasakan nyeri
Aktivasi
apabila bergerak
DO : reseptor nyeri
- Konjungtiva klien
↓
tampak pucat
- Teradapat lingkaran Meransang
hitam pada kantung
hipotalamus
bawah mata klien
dan korteks
serebri
28
↓
Nyeri
dipersepsikan
↓
Gangguan
pola tidur
4 DS : Pembedahan Konstipasi
- Klien mengatakan
apendiktomi
selama dirawat
selama 2 hari belum ↓
pernah BAB
Penurunan
DO :
- Perut klien tampak pengeluaran
kembung
cairan didalam
- Bising usus :
6x/menit usus
↓
Penaikan
penyerapan air
dari tinja
didalam usus
↓
Tinja kering
dan keras
↓
Tinja tertahan
didalam usus
↓
Tinja sulit
dikeluarkan
↓
Konstipasi
29
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS
1. Nyeri Akut berhubungan dengan insisi bedah
2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan adanya luka
insisi bedah
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Aktivasi reseptor
nyeri
4. Gangguan pola eliminasi : konstipasi berhubungan dengan
penurunan pengeluaran cairan didalam usus.
30
31
RENCANA ASUHAN TINDAKAN
33
berguna untuk
mengurangi
nyeri
2 11/09/2019 Gangguan TUPEN : - Kaji - Menentukan
mobilisasi fisik Setelah dilakukan keterbatasan batas gerakan
berhubungan ashuan gerak yang akan
dengan adanya keperawatan
dilakukan
luka insisi bedah, selama 1x24 jam
ditandai dengan : diharapkan klien - Monitor lokasi - Agar dapat
DS : dapat ketidaknyamana memberikan
- Klien mendemonstrasikan n atau nyeri intervensi secara
mengatakan ROM aktif secara selama aktivitas tepat
untuk mandiri - Cidera yang
beraktivitas TUPAN : - Lindungi pasien timbul dapat
sulit sehingga Setelah dilakukan dari cedera memperburuk
aktivitas asuhan
selama latihan kondisi klien
dibantu oleh keperawatan
keluarga selama 3x24 jam - ROM dapat
DO : diharapkan klien - Anjurkan klien mempertahanka
- Klien tampak dapat untuk n pergerakan
lemas mempertahankan melakukan sendi
- Kekuatan otot pergerakan yang latihan range of
4 4 konstan dan dapat motion (ROM)
melakukan aktivitas secara aktif bila
4 4 ringan/ berat secara
memungkinkan
mandiri
37
CATATAN IMPLEMENTASI
Dx Medis : No MR :
No No Dx Kep Tanggal/Jam Implementasi (Respon dan atau Paraf Evaluasi (SOAP) dan
hasil) Paraf
1 1 12/09/2019 Sandi 12/09/2019
08.30 - Mengobservasi TTV 13.30
E:
TD: 110/70 R : 20x/m S : klien mengatakan
N : 78x/m S : 370C nyeri pada luka jahitan
09.00 - Mengkaji skala nyeri post operasi dengan
E : skala nyeri 6 dari 0-10 skala nyeri 5 dari 0 -10
09.05 - Menganjurkan klien tirah baring O:
E : klien tampak istirahat/ tidur siang - Klien tampak lebih
09.10 hari tenang dari sebelumya
- Mengatur posisi klien senyaman - Luka operasi tampak
mungkin masih basah
09.15 E : posisi klien tampak semi fowler - TTV
- Mengajarkan tehnik relaksasi dan TD : 120/70
napas dalam N : 80X/m
09.25 E : klien tampak tenang R : 20x/m
- Menganjurkan metode distraksi S :36,8
(Murrottal al-qur’an) A : masalah teratasi
E : klien mengatakan mulai sebagian
10.00 mendengar murrotal al-qur’an P : lanjutkan intervensi
- Memberikan obat analgetik sesuai 2,4,6,7
38
anjuran dokter dan arahan perawat
E : pemberian ketorolac 1x1 setiap
pagi
40
E : keluarga klien tampak membantu
aktiitas klien
41
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari kasus di atas diketaui bahwa klien memiliki diagnosa medis Post Op LE
Indikasi App POD 2. Dengan diagnosa keluahan utama adalah nyeri. Dan
terdapat kesamaan antara diagnosa di tinjauan kasus dan yang tedapat di kasus.
Pada diagnosa keperawatan di teroi terdapat dua diagnosa yaitu :
1. Nyeri akut
2. Nyeri kronis
Hal ini dikarenakan pada teori hanya menjelaskan diagnosa pada gangguan
rasa nyaman nyerinya saja. Dikarenakan pada stase kali ini hanya
mengutamakan pada kebutuhan manusia, karena itu berbeda dengan diagnosa
keperawatan yang muncul di dalam kasus. Hal ini disebabkan diagnosa yang
muncul dalam kasus mengambil semua keluhan yang ada pada pasien sehingga
lebih banyak dibandingkan yang ada pada teori.
42
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nyeri merupakan pengalaman sensori dan emosional yang dirasakan
mengganggu dan menyakitkan, sebagai akibat adanya kerusakan jaringan
aktual dan potensial yang menyebabkan seseorang mencari perawatan
kesehatan
B. Saran
Bagi mahasiswa, sudah seharusnya memberikan peran dengan
mempelajari dengan sungguh-sungguh tentang konsep kebutuhan dasar
profesi ini karena inilah hal yang paling mendasar bagi manusia.
43
DAFTAR PUSTAKA
44
32