PENDAHULUAN
Luka tekan adalah cedera yang terlokalisasi pada kulit dan atau jaringan
Taylor, 2012).
Amerika untuk perawatan luka tekan di rumah sakit meningkat 50% dari
hal ini merupakan masalah serius khususnya di Intensive Care Unit (ICU),
kejadian luka tekan meningkat dari 10.5 % - 45% (Jun et al, 2004 dalam
1
2
Yogyakarta tahun 2001. Dilaporkan bahwa dari 40 pasien yang tirah baring,
2015).
2014), yang diadopsi dari indikator mutu pelayanan rumah sakit menurut
karena itu sangatlah wajar, bila masalah luka tekan perlu mendapat
(Hobbs, 2014).
Hal diatas cukup ironis, rumah sakit sebagai tatanan rujukan pelayanan
mencegah luka tekan, namun insiden luka tekan tidak pernah turun (Moore
Luka tekan dapat terjadi dalam waktu 3 hari sejak terpaparnya kulit
akan tekanan (Reddy, 1990 dalam Vanderwee et al, 2016). Hal ini
(rendahnya nutrisi, usia tua, tekanan arteriolar yang rendah dan faktor
yakni usia diatas 70 tahun, riwayat merokok, kulit yang kering, indeks
mengalami luka tekan (Brandeis, 1990 dalam Ayelo & Lyder, 2015).
Sesuai dengan asal katanya, luka tekan adalah luka akibat adanya
terbentuknya luka tekan. Mekanisme timbulnya luka tekan ini berawal dari
(Bryant, 2012).
tubuh pada lanjut usia, dan kondisi pembuluh darah yang mendistribusikan
komplikasi tidak hanya berdampak pada masalah fisik, tapi juga psikologis,
kematian yang tinggi akibat komplikasi nyeri dan infeksi dari luka tekan.
5
Angka kematian pasien dengan luka tekan di rumah sakit per tahun
mencapai 40%, sedangkan pasien yang meninggal setelah satu tahun setelah
perawatan luka tekan dari rumah sakit sebesar 60% (Thomas, 1996;
Secara psikologis luka tekan berdampak pada kualitas hidup dari pasien
empat di negara Belanda. Dengan adanya luka tekan khususnya pada pasien
dirawat, akan berdampak pada hari rawat yang lebih lama dan biaya rawat
yang sangat tidak asing dan ditetapkan dalam rangka pencegahan luka tekan
sedini mungkin dan terus menerus. Pemberian posisi yang benar sangatlah
sangat sedikit, terbukti baru 17 literatur yang ditemukan dari tahun 1965-
dan kebiasaan saja. Ini diungkapkan oleh Clark tahun 1998 bahwa
(Moore, 2014).
posisi kepala tempat tidur ditinggikan sampai dengan 30 derajat dan posisi
7
busa. Posisi ini terbukti menjaga pasien terbebas dari penekanan pada area
trokanter dan sakral (NPUAP, 2015). Aplikasi dari posisi miring 30 derajat
ini cukup dapat dilakukan oleh perawat, mengingat tidak diperlukan energi
eksternal yang ada pada pasien. Pelayanan kesehatan yang saat ini lebih
generally not the fault of the disease, but of the nursing” (Nightingale, 1859
dalam Ayelo & Lyder, 2008). Di sisi lain ahli klinis mempercayai luka tekan
sebagai garis pertahanan terdepan yang mencegah dan menjaga pasien dari
masih belum konsisten pada setiap pasien, perlu diteliti bagaimana teknik
pengaturan posisi yang benar. Sehingga dapat diketahui standar yang tepat
terjadi luka tekan masih belum dipandang serius, terlihat dari masih
Haulussy Ambon dari 10 pasien yang diobservasi, 89% pasien dalam posisi
ekstremitas bawah dan atas, sedangkan 11% pasien yang lain mampu
posisi pasien, semakin baik untuk mencegah terjadinya luka tekan. Hal ini
Tabel 1.1
Prevalensi Luka Tekan di Ruang Neurologi RSUD dr. M. Haulussy Ambon
Tahun 2014-Juni 2017
Tahun Jumlah %
2014 15 33
2015 18 39
2016 10 22
Januari-Juni 2017 3 6
Jumlah 46 100
Sumber: Data Sekunder, 2017
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa angka kejadian luka tahun dari tahun ke
pasien tirah baring lama atau imobilisasi. Peneliti akan meneliti tentang
luka tekan yang telah ada sebelumnya di Ruang Neurologi RSUD dr. M.
terbebasnya pasien dari luka tekan maka otomatis hal ini akan menurunkan
potensi komplikasi yang harus dihadapi oleh pasien mulai dari sakit fisik,
kualitas hidup pasien yang terganggu, biaya yang dikeluarkan sangat besar
tekan.
2. Institusi Pendidikan
3. Bagi Pasien
gerak atau imobilisasi akan terjaga dari kejadian luka tekan dan
Penelitian ini dapat menjadi data dasar atau studi banding bagi
luka tekan.