Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERJANJIAN KERJA
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Terstruktur

Mata kuliah Hukum Ketenagakerjaan pada Semester VI

Tahun Akademik 2015/2016

Dosen Pengampu : Fenny Fitriany, S.H.,M.H

Kelompok 3

Nendena Rizky Adinda : (1123060055)

Novelia Salatin : (1133060056)

Redi Ardiansyah : (1133060060)

Rizal Mutaqin : (1133060064)

Sucy Kusuma Putri O : (1133060074)

Kelas : Hukum Pidana Islam /VI/B

PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

1
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah menciptakan kami dalam
keadaan mencintai agama-Nya dan berpegang pada syariat-Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan dan menyusun makalah HUKUM KETENAGAKERJAAN
mengenai “ Perjanjian Kerja”.
Makalah ini tidak akan terbentuk suatu laporan yang baik dan benar jika
tidak ada orang-orang yang demikian sabar membantu dan membimbing kami,
maka dari itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dosen Pengampu Fenny Fitriany, S.H.,MH. Selaku dosen mata kuliah
Hukum Ketenagakerjaan.
2. Berbagai pihak yang telah membantu menyusun makalah ini yang tidak
bisa kami sebutkan satu per satu dengan tidak mengurangi rasa hormat dan
terima kasih.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
ketidak sempurnaan seperti yang diinginkan dan diharapkan. Oleh karena itu,
kami berharap adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca dan
berbagai pihak demi kelengkapan dan penyempurnaan segala kekurangan dari
makalah ini. Dengan mengharapkan Ridho dari Allah SWT semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi kami khususnya.
Akhirnya, mudah-mudahan upaya kami dalam membuat makalah ini dicatat oleh
Allah SWT sebagai amal yang shaleh. Amin.

Bandung, Febuari 2016

2
Penyusun

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... 2

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................. 4

A. Latar Belakang Masalah .......................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 6
C. Tujuan Penulisan .................................................................................................... 6

BAB III PEMBAHASAN ................................................................................................. 7

A. Pengertian ................................................................................................................ 7
B. Ketentuan Hukum Perjanjian Kerja ........................................................................ 9
C. Unsur-Unsur Perjanjian Kerja ................................................................................. 11
D. Bentuk dan Jangka Waktu Perjanjian Kerja .......................................................... 12
E. Kewajiban Pihak-Pihak Dalam Perjanjian Kerja .................................................... 14

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 17

Kesimpulan ................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hubungan kerja adalah hubungan antara pekerja atau buruh dengan


pengusaha/ pemberi kerja yang terjadi setelah adanya perjanjian kerja atau
berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan
perintah. Oleh karena itu hubungan kerja merupakan hubungan hukum
antara pekerja dan pemberi kerja, yang terikat dengan adanya perjanjian
kerja.

Hubungan kerja terjadi setelah adanya perjanjian kerja antara


pengusaha dengan pekerja atau buruh. Pekerja atau buruh adalah setiap
orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk
lain. Perjanjian kerja yaitu perjanjian antara pekerja atau buruh dengan
pengusaha atau pemberi pekerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan
kewajiban para pihak, perjanjian kerja bisa dibuat secara tertulis maka
harus dibuat sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Perjanjian kerja sebagai sarana pendahulu sebelum berlangsungnya


hubungan kerja, harus diwujudkan dengan sebaik-baiknya, dalam arti
mencerminkan keadilan baik bagi pengusaha maupun bagi buruh, karena
keduanya akan terlibat dalam suatu hubungan kerja.

Di dunia barat kehidupan masyarakat seperti halnya merupakan


arena pertarungan antara kepentingan-kepentingan perseorangan yang
saling bertentangan, sedangkan didalam lingkungan masyarakat Indonesia

4
adalah tempat kerjasama dimana anggota melakukan tugas tertentu
menurut pembagian kerja yang tertatur menuju tercapainya cita-cita
bersama, yaitu masyarakat adil dan makmur.

Dalam masyarakat Indonesia yang demikian itu, misalnya


dicerminkan dalam asas pokok yang mengatakan bahwa perekonomian
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan, soal
pemburuhan nanti bukan lagi semata-mata soal melindungi pihak yang
perekonomiannya lemah terhadap pihak yang perekonomiannya kuat
untuk mencapai adanya keseimbangan antara kepentingan yang berlainan,
melainkan juga soal menemukan jalan dan cara yang sebaik-baiknya,
dengan tidak meninggalakan sifat kepribadian dan kemanusiaan, bagi
setiap orang yang melakukan pekerjaan, untuk mendapatkan hasil yang
sebaik-baiknya dari tiap pekerjaan yang sudah ditentukan menjadi
tugasnya dan sebagai imbalan atas jerih payanhnya itu mendapatkan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Oleh karena itu harus diatur
dan perlu adanya suatu ikatan antara pekerja dan majikan.

Masa pembangunan nasional sekarang ini faktor tenaga kerja


merupakan sarana sangat dominan di dalam kehidupan bangsa. Landasan
Konstitusional yang mengatur ketenagakerjaan telah dituangkan pada
pembukaan dan batang tubuh undang-undang dasar 1945. Perihal isi
ketentuan dalam batang tubuh yang ada relevansinya dengan masalah
ketenagakerjaan, terutama ditentukan dalam pasal 27 ayat (2) UUD 1945
yang menyatakan “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

Di negara kita Republik Indonesia didalam segi kehidupan


ketenagakerjaan terbentang berbagai masalah dan kendala. Misalnya
tentang kesenjangan antara semakin membengkaknya jumlah pencari kerja
dengan sedikitnya kesempatan kerja yang tersedia, kurang tersedianya
tenaga kerja yang terampil dan berpengalaman

5
Bentuk kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi tenaga
kerja dilakukan melalui pelaksanaan dan penerapan perjanjian kerja.
Karena dengan adanya perjanjian kerja diharapkan para pengusaha atau
majikan tidak lagi memperlakukan para pekerja dengan sewenang-
wenang, memutuskan hubungan kerja secara sepihak tanpa
memperhatikan kebutuhan para pekerja serta ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.

Di dalam perjanjian kerja diletakkan segala hak dan kewajiban


secara timbal balik antara pengusaha / majikan dan pekerja. Dengan
demikian kedua belah pihak dalam melaksanakan hubungan kerja telah
terikat pada apa yang mereka sepakati dalam perjanjian kerja maupun
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Suatu perjanjian kerja, baik
dalam bentuk sederhana maupun secara formal. Hubungan kerja sebagai
realisasi dari perjanjian kerja hendaknya menentukan kedudukan masing-
masing pihak pada dasarnya akan menggambarkan hak-hak dan
kewajiban-kewajiban pengusaha / majikan terhadap pekerja secara timbal
balik.

2.1 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Perjanjian Kerja?
2. Apa Ketentuan Hukum Perjanjian Kerja ?
3. Apa saja yang menjadi Unsur-Unsur dalam suatu Perjanjian Kerja?
4. Bagaimana Kewajiban Pihak-Pihak dalam suatu Perjanjian Kerja?

3.1 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian perjanjian kerja.
2. Untuk mengetahui ketentuan hukum perjanjian kerja.
3. Untuk mengetahui unsur- unsur dalam suatu perjanjian kerja.
4. Untuk mengetahui kewajiban pihak – pihak dalam suatu perjanjian
kerja.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perjanjian Kerja

Dalam suatu perjanjian tentunya ada para pihak yang melakukan


perjanjian tersebut. Begitu juga halnya dengan perjanjian kerja, dalam
perjanjian kerja pihak-pihak itu adalah pekerja dan pemberi kerja
(pengusaha / majikan). Dalam undang-undang No. 25 tahun 1997 tentang
ketenagakerjaan menyebutkan pekerja adalah “tenaga kerja yang bekerja
diluar maupun didalam hubungan orang atau badan hukum yang
mempekerjakan buruh”. Di sini yang dimaksud dengan buruh adalah
pekerja.

Hubungan antara pihak-pihak dalam ketenagakerjaan tidak dapat


diserahkan sepenuhnya kepada para pihak (pekerja dan pemberi kerja),
apalagi dalam hal terjadinya permasalahan dalam hubungan kerja.
Tujuannya adalah untuk menciptakan keadilan sosial di bidang
ketenagakerjaan. Karena dapat dipastikan pihak yang kuat akan selalu
ingin menguasai pihak yang lemah (homo homoni lupus). Atas dasar
inilah pemerintah perlu turut serta dalam masalah ketenagakerjaan melalui
peraturan perundang-undangan yang menjadi objek keikutsertaan
pemerintah terutamanya menyangkut keselamatan, kesehatannya, upah
yang layak dan sebagainya. Akan tetapi tentunya pemerintah juga
memperhatikan kepentingan pengusaha yakni kelangsungan
perusahaannya.

7
Menurut Sudikno Mertokusumo, Perjanjian adalah subjek hukum
antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan
akibat hukum. Pasal 1313 KUHPerdata mendefinisikan perjanjian sebagai
suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang atau lebih lainnya. Oleh karena itu, pengertian seperti
ini mengandung makna dan cakupan yang luas atau umum sekali sifatnya.

Perjanjian kerja dalam bahasa Belanda disebut Arbeidsoverenkoms,


yang artinya perjanjian kerja. Kemudian dalam pasal 1601 a KHUPerdata
secara khusus mendefinisikan mengenai perjanjian kerja. “Perjanjian kerja
adalah perjanjian dimana pihak yang satu si buruh, mengikatkan dirinya
untuk di bawah perintahnya pihak lain, si majikan untuk suatu waktu
tertentu, melakukan pekerjaan dengan menerima upah”.

DalamUndang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, menyatakan :


Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha
atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan kewajiban
para pihak. Ada pendapat para ahli tentang pengertian perjanjian kerja,
yaitu :
Prof. Subekti, S.H. menyatakan dalam bukunya aneka perjanjian,
disebutkan bahwa perjanjian kerja adalah perjanjian antara seorang buruh
dengan seorang majikan, perjanjian ditandai dengan adanya suatu upah
atau gaji tertentu yang diperjanjikan dan adanya suatu hubungan di peratas
(bahasa Belanda “dierstverhanding”) yaitu suatu hubungan berdasarkan
mana pihak satu (majikan) berhak memberi perintah-perintah yang harus
ditaati oleh pihak lain (buruh).
A.Ridwanhalim, S.H. dalam bukunya sari hukum perburuhan
aktual, menyatakan pengertian perjanjian kerja adalah suatu perjanjian
yang diadakan antara majikan tertentu dan karyawan, yang umumnya
berkenaan dengan persyaratan yang secara timba lbalik harusdi penuhi
oleh kedua belah pihak.

8
Wiwohosoedjono, S.H. dalam bukunya hukum perjanjian kerja,
menyatakan bahwa pengertian perjanjian kerja adalah hubungan antaras
seorang yang bertindak sebagai pekerja atau buruh dengan seseorang yang
bertindak sebagai majikan.
Pakar hukum perburuhan Indonesia, yaitu Prof. R. Iman soepomo,
S.H yang menerangkan bahwa perihal pengertian tentang perjanjian kerja.
Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak kesatu, buruh,
mengikatkan diri untuk bekerja dengan menerima upah pada pihak
lainnya, majikan, yang mengikatkan diri mengerjakan buruh itu dengan
membayar upah.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam
suatu perjanjian terdapat dua pihak, dimana hanya satu pihak yang
memberikan perintah sedangkan pihak lain menjalankan perintah tersebut
dengan mendapatkan upah. Kedudukan yang tidak sama ini disebut
sebagai subordinasi.
Oleh karena itu adanya perbedaan yang prinsip antara perjanjian
umum dengan perjanjian kerja tidak dapat dipungkiri. Sebab dalam
perjanjian pada umumnya yang membuat perjanjian mempunyai derajat
yang sama serta mempunyai hak dan kewajiban yang sama atau seimbang.
Perjanjian kerja juga dikatakan hampir mirip dengan perjanjian
pemborongan yaitu sama-sama menyebutkan bahwa pihak-pihak yang satu
menyetujui untuk melaksanakan pekerjaan bagi pihak yang lain dengan
pembayaran tertentu.

2.2 Ketentuan Hukum Perjanjian Kerja


Suatu perjanjian yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu bisa
dikatakan sebagai suatu perjanjian yang sah dan sebagai akibatnya
perjanjian akan mengikat sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya. Oleh karena itu agar keberadaan suatu perjanjian diakui oleh
undang-undang (legally concluded contract) haruslah sesuai dengan
syarat-syarat yang telah ditentukan oleh undang-undang. Sebagaimana

9
diatur dalam pasal 1320 KUHPerdata. Ketentuan ini juga tertuang dalam
pasal 52 ayat 1 Undang-Undang No 13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan yang menyebutkan bahwa perjanjian kerja dibuat atas
dasar :
1. Sepakat kedua belah pihak;
2. Kemampuan atau Kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum;
3. Adanya pekerja yang diperjanjikan;
4. Pekerja yang diperjanjikan tidak boleh bertentangan dengan
ketertiban umum, kesusilaan dan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku.
Kesepakatan kedua belah pihak yang melakukan perjanjian
haruslah bersepakat setuju dengan tanpa adanya paksaan atau tekanan dari
pihak lain. Tidak adanya kekeliruan atau penipuan oleh salah satu pihak.
Oleh karena itu kesepakatan adalah unsur utama.
Kecakapan membuat suatu perjanjian maksudnya mereka yang
dikategorikan sebagai pendukung hak dan kewajiban adalah orang atau
badan hukum. Sedangkan suatu sebab yang halal maksudnya ialah tidak
dilarang oleh undang-undang, tidak bertentangan dengan kesusilaan dan
ketertiban umum.
Dalam suatu perjanjian terdapat beberapa azas, yaitu:
a. Azas kebebasan berkontrak atau open system (freedom of contract).
Azas utama dalam perjanjian adalah azas keterbukaan (open system),
maksudnya adalah setiap orang bebas melakukan perjanjian apa saja
dengan siapa saja. Dalam perjanjian kerja azas kebebasan berkontrak
maupun azas yang utama.
b. Azas konsensual atau azas kekuasaan bersepakat
Maksud dari azas ini adalah bahwa perjanjian itu ada sejak tercapainya
kata sepakat, antara pihak yang mengadakan perjanjian. Artinya yang
paling utama adalah terpenuhinya kata sepakat dari mereka yang
membuat perjanjian.
c. Azas kelengkapan atau optimal system

10
Maksud Azas ini adalah apabila para pihak yang mengadakan
perjanjian, berkeinginan lain, mereka menyingkirkan pasal-pasal yang
ada pada undang-undang. Akan tetapi jika secara tegas ditentukan di
dalam suatu perjanjian, maka ketentuan pada undang-undanglah yang
dinyatakan berlaku.

2.3 Unsur-Unsur Dalam Perjanjian Kerja


Berdasarkan penjelasan pengertian tentang perjanjian kerja yang
dijelaskan sebelumnya dapat ditentukan unsur-unsur dari perjanjian kerja
yaitu:
a. Adanya unsur work atau pekerjaan.
Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan
(objek perjanjian), pekerja tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh
pekerja, hanya dengan seizin majikan dapat menyuruh orang lain. Hal
ini dijelaskan dalam KUHPerdata pasal 1603 a yang berbunyi :
“Buruh wajib melakukan sendiri pekerjaannya : hanya dengan seizin
majikan ia dapat menyuruh orang ketiga menggantikannya”.
Sifat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat pribadi karena
bersangkutan dengan keterampilan atau keahliannya,maka menurut
hukum jika pekerja meninggal dunia maka perjanjian kerja tersebut
putus demi hukum.
b. Adanya unsur perintah (Commend)
Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh
pengusaha adalah pekerja yang bersangkutan haruslah tunduk pada
perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan yang
diperjanjikan. Disinilah perbedaan hubungan kerja dengan hubungan
lainnya. misalnya hubungan antara dokter dengan pasien, pengacara
dan klien. Hubungan tersebut bukan merupakan hubungan kerja,
karena dokter dan pengacara tidak tunduk pada perintah pasien dan
klien.

11
c. Unsur waktu (Time)
Bahwa dalam melakukan hubungan kerja tersebut, haruslah dilakukan
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam perjanjian kerja atau
perundang-undangan.
d. Unsur upah (pay)
Upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja (perjanjian
kerja), bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan utama seorang pekerja
bekerja pada pengusaha adalah untuk memperoleh upah. Sehingga jika
tidk ada unsur upah, maka suatu hubungan tersebut bukan merupakan
hubungan .
Upah maksudnya adalah imbalan prestasi yang wajib dibayar oleh
majikan untuk pekerjaan itu yang dilakukan oleh pekerja. Jika pekerja
diharuskan memenuhi prestasinya melakukan pekerjaan di bawah
perintah orang lain (majikan / pengusaha), maka pihak pemberi kerja
wajib pula memenuhi prestasinya, berupa pembayaran atas upah. Upah
merupakan hubungan kontraktual antara penerima kerja dan pemberi
kerja. Pemberian majikan yang tidak wajib kepada pekerja tidak
dikategorikan sebagai upah. Lazimnya pembayaran upah diberikan
dalam bentuk uang. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan
pemberian upah dalam bentuk barang.

2.4 Bentuk dan Jangka Waktu Perjanjian Kerja


Perjanjian kerja dapat dibuat dalam bentuk lisan dan/atau
tertulis (Pasal 5 Ayat 1 Undang-Undang No 13 Tahun 2003). Secara
normatif bentuk tertulis menjamin kepastian hak dan kewajiban para
pihak, sehingga jika terjadi perselisihan akan sangat membantu dalam
proses pembuktian
Dalam pasal 14 undang-undang No. 25 tahun 197 tentang
ketenagakerjaan menyebutkan bahwa perjanjian kerja yang dibuat
tertulis sekurang-kurangnya memuat:
a) Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha;

12
b) Nama, jenis kelamin, umur, dan alamt pekerja/buruh;
c) Jabatan atau jenis pekerjaan;
d) Tempat Pekerjaan;
e) Besarnya Upah dan Cara Pembayarannya;
f) Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha
dan pekerja/buruh
g) Mulai dan jangka waktu berlakunya melakukan perjanjian kerja;
h) Tempat, tanggal perjanjian kerja dibuat.
i) Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja
Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu harus
dibuat secara tertulis. Ketentuan ini dimaksudkan untuk lebih
menjamin atau menjaga hal-hal yang tidak diinginkan
sehubungan dengan berakhirnya kontrak kerja. Perjanjian kerja
untuk waktu tertentu tidak boleh mensyaratkan adanya masa
percobaan. Masa percobaan adalah masa atau waktu untuk
menilai kinerja dan kesungguhan, keahlian seorang pekerja.
Lama percobaan adalah 3 (tiga) bulan, dalam masa percobaan
pengusaha dapat mengakhiri hubungan kerja secara sepihak
(tanpa izin dari pejabat yang berwenang). Ketentuan yang tidak
membolehkan adanya masa percobaan dalam perjanjian kerja
untuk waktu tertentu karena perjanjian kerja berlangsung relatif
singkat. Dalam masa percobaan ini pengusaha dilarang
membayar upah dibawah upah minimum yang berlaku.
Dalam pasal 59 ayat 1 Undang-Undang No 13 Tahun
2003 menyebutkan bahwa Perjanjian Kerja untuk waktu tertentu
hanya dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan
sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai dalam waktu
tertenu, yaitu :
a. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara
sifatnya;

13
b. Pekerjaan yang dipekerjakan penyelesaiannya dalam
waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama 3 (tiga)
tahun.
c. Pekerjaan yang bersifat musiman.
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru,
kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih
dalam percobaan atau penjajakan.
Berdasarkan ketentuan tersebut, maka jelas bahwa
perjanjian kerja untuk waktu tertentu atau kontrak bahwa
perjanjian kerja untuk waktu tertentu atau kontrak hanya
dapat dilakukan untuk jenis dan sifat pekerjaan seperti
disebutkan diatas dan tidak dapat diadakan untuk
pekerjaan yang bersifat tetap.

2.5 Kewajiban Pihak-Pihak dalam Perjanjian Kerja


Hak dan kewajiban antara pihak yang satu dengan pihak yang
lainnya merupakan suatu kebalikan, jika disatu pihak merupakan hak maka
dipihak lain adalah sebuah kewajiban.
a. Kewajiban-kewajiban pihak pekerja/Buruh
Dalam KUHPerdata ketentuan mengenai kewajiban buruh/pekerja
diatur dalam pasal 1603, 1203 a, 1603 b, dan 1603 c KUHPerdata
yang pada intinya dari kewajiban-kewajiban pihak pekerja, yaitu:
- Pekerja wajib melakukan pekerjaannya, melakukan pekerjaan adalah
tugas utama dari seorang pekerja yang harus dilakukan sendiri,
meskipun demikian dengan seizin majikan dapat diwakilkan. Hal ini
mengingat bahwa pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat
pribadi sifatnya karena berkaitan dengan masalah keterampilan atau
keahlian.
- Pekerja wajib menaati peraturan dan petunjuk majikan / pengusaha,
aturan perusahaan sehingga menjadi lebih jelas.

14
- Kewajiban membayar ganti rugi dan denda, jika pekerja melakukan
perbuatan yang merugikan perusahaan baik karena kesengajaan /
kelalaian maka sesuai dengan prinsip hukum wajib membayar ganti
rugi. Ada Azas yang menyatakan perbuatan melanggar hukum dapat
menimbulkan ganti rugi (Azas demnum in iura datum)
b. Kewajiban-kewajiban majikan / pengusaha
Berikut adalah kewajiban-kewajiban majikan / pengusaha,
dalam hukum ketenagakerjaan :
- Kewajiban membayar upah.
Kewajiban yang utama adalah pembayaran upah sebagai akibat
langsung pelaksanaan perjanjian oleh pekerja. Pembayaran upah
ahrus dilakukan tepat waktu. Pembayaran upah diatur pula jika si
pekerja berhalangan karena alasan tertentu misalnya alasan sakit,
menjalankan cuti, melakukan tugas negara dan lain sebagainya.
- Kewajiban untuk memberikan istirahat/cuti.
Pihak majikan atau pengusaha diwajibkan untuk memberikan
istirahat kepada pekerja. Seperti istirahat antara jam kerja selama 4
jam terus menerus dan waktu tersebut tidak termasuk jam kerja.
Selain itu pengusaha juga berkewajiban untuk meberikan cuti
tahunan kepada pekerja secara teratur. Hak atas cuti ini penting,
tujuannya untuk menghilangkan kejenuhan pekerja dalam melakukan
pekerjaan. Dengan demikian, diharapkan gairah kerja akan tetap
stabil. Cuti tahunan yang lamanya 12 hari kerja. Selain itu pekerja
juga berhak atas cuti panjang selama 2 bulan setelah bekerja terus-
menerus selama 6 tahun pada suatu perusahaan (Pasal 79 ayat 2
Undang-Undang No 13 Tahun 2003).
- Kewajiban mengurus perawatan dan pengobatan
Majikan wajib mengurus perawatan/pengobatan bagi pekerja yang
bertempat tinggal dirumah majikan (Pasal 1602x KUHPerdata).
Dalam perkembangan hukum ketenagakerjaan, kewajiban ini tidak
hanya terbatas bagi pekerja yang tidak bertempat tinggal dirumah

15
majikan. Perlindungan bagi tenaga kerja yang sakit, kecelakaan,
kematian telah dijamin melalui perlindungan Jamsostek sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang No 3 Tahun 1992 tentang Jaminan
Sosial Terhadap Tenaga Kerja (Jamsostek).
- Kewajiban memberikan surat keterangan
Kewajiban ini didasarkan pada ketentuan Pasal 1602 a KUHPerdata
yang menentukan bahwa majikan/pengusaha wajib memberikan
surat keterangan yang diberi tanggal dan dibubuhi tanda tangan.
Dalam surat pekerjaan yang dilakukan, lamanya hubungan kerja
(masa kerja) surat keterngan itu juga diberikan meskipun inisiatif
pemutusan hubungan kerja datangnya dari pihak pekerja surat
keterangan tersebut sangat penting artinya sebagai bekal pekerja
dalam mencari pekerjaan baru, sehingga ia diperlakukan sesuai
dengan pengalaman kerjanya
- Kewajiban majikan untuk memberlakukan sama antara pekerja pria
dan pekerja wanita

16
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
 perjanjian kerja pihak-pihak itu adalah pekerja dan pemberi kerja
(pengusaha / majikan). Dalam undang-undang No. 25 tahun 1997
tentang ketenagakerjaan menyebutkan pekerja adalah “tenaga kerja
yang bekerja diluar maupun didalam hubungan orang atau badan
hukum yang mempekerjakan buruh”. Dalam perjanjian kerja hanya
satu pihak yang memberikan perintah sedangkan pihak lain
menjalankan perintah tersebut dengan mendapatkan upah.
Kedudukan yang tidak sama ini disebut sebagai subordinasi.
 Dalam hukum perjajian kerja juga tidak boleh ada paksaan ada dua
belah pihak baik pengusaha maupun pekerja yang dipekerjaan
disuatu perusahaan karena sudah ada aturan yang berlaku juga.
 Dalam Unsur-Unsur Perjanjian Kerja harus jelas apa aja yang
termasuk dalam unsurnya yaitu :
a) Adanya unsur work atau pekerjaan.
b) Adanya unsur perintah
c) Unsur waktu (Time)
d) Unsur upah (pay)
Dan sudah diatur juga pasal 14 undang-undang No. 25 tahun
197 tentang ketenagakerjaan
 perjanjian kerja untuk waktu tertentu atau kontrak bahwa perjanjian
kerja untuk waktu tertentu atau kontrak hanya dapat dilakukan untuk
jenis dan sifat pekerjaan seperti disebutkan diatas dan tidak dapat
diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.
 Dalam suatu perjanjian kerja juga harus ada Kewajiban Pihak-Pihak
yang mempunyai kewajibannya masing-masing yaitu :
a) Kewajiban-kewajiban pihak pekerja
b) Kewajiban-kewajiban majikan / pengusa

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkadir, Muhammad. 1980. Hukum Perjanjian. Bandung : Alumni.


Djumadi, S.H., M. Hum.2004.Perjanjian Kerja.Banjarmasin: PT. Rajagrafindo
Persada,
Husni Lalu, S.H., Hum.2000.Pengantar Hukum Ketenagakerjaan
Indonesia.Mataram: PT. Rajagrafindo Persada
Subekti R.1995. Aneka perjanjian. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.
Subekti R. 2004.Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.Jakarta: PT Pradnya
Paramita

18

Anda mungkin juga menyukai