Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MATA KULIAH : POKOK-POKOK PERANGCANGAN KOTA

DOSEN PENGAMPUH MATA KULIAH : DONATUS ARAKIAN, ST, MT

Pokok-pokok perancangan Kota

OLEH:
KONNY HENRY MBOEIK (22117020)

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA


KUPANG
2019
Kata pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan perlindunganNya tugas makalah dapat di selesaikan. Makalah ini disusn
untuk memenuhi tugas mata kuliah “Pokok-pokok perancangan Kota” pada semester
ganjil (V) tahun ajaran 2019-2020 Universitas Katolik Widya Mandira Kupang.

Saya ucapkan terima kasih kepada Donatus arakian ST,MT, selaku dosen
matakuliah Pokok-pokok perancangan Kota yang telah memberikan arahan dan
bimbingan pada mata kuliah tersebut.

Dalam makalah ini saya menggunakan judul “Teori Pokok-pokok perancangan


Kota” karena saya ingin mengetahui tentang teori-teori Pokok-pokok perancangan Kota.

Saya juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih kurang
sempurna, untuk itu saya minta saran dan kritik yang membangun dari pembaca.
Daftar isi

Kata pengantar………………………………………………………………………………

Daftar isi……………………………………………………………………………………....

Bab 1…………………………………………………………………………....

Pendahuluan…………………………………………………………………..

1.1. Latar Belakang………………………………………………………………………...


1.2. Rumusan Masalah ………………………………………………………………….
1.3. Tujuan ………………………………………………………………………............

Bab 2…………………………………………………………………………....

Pembahasan……………………………………………………………………

2.1. Pengertian Kota menurut ahli bidang perancangan-perancangan Kota…………..

2.2. Sejarah perkembangan Kota di Dunia…………………………….................


2.3. Sejarah perkembangan Kota/Kabupaten Malaka…………………………….
BAB III…………………………………………………………………………..
PENUTUP……………………………………………………………………………………….
3.1. Kesimpulan………………………………………………………………………………
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada bentuk fisik Kota dan lingkuangan, baik dalam bentuk lingkungan alam,
maupun lingkungan binaan, yang sesuai dangan anspirasi masyarakat. Sumber daya
setempat serta daya dukung lahan, dan diatur sedemikian rupa, sehingga ruang dan
bangunan perkotaan dapat dimanfaatkan, baik dalam bidang social, artistic, budaya dan
optimal, secara teknis maupun ekonomis.

Kota adalah salah satu ungkapan kehidupan manusia yang mungkin paling
kompleks. Kebanyakan ilmuwan berpendapat bahwa, dari segi budaya dan antropologi,
ungkapan kota sebagai ekspresi kehidupan orang sebagai pelaku dan pembuatnya
adalah penting dan sangat perlu diperhatikan. Hal tersebut disebabkan karena
permukiman perkotaan tidak memiliki makna yang berasal dari dirinya sendiri,
melainkan dari kehidupan di dalamnya. Pada kenyataan bahwa kawasan kota juga
memiliki sifat yang sangat mempengaruhi kehidupan tempatnya. Kenyataan tersebut
dapat diamati di tempat di mana suasana kota kurang baik dan di mana masyarakatnya
menderita oleh wujud dan ekspresi tempatnya.
Pada umumnya Kota adalah tempat tinggal manusia yang relative padat pada
suatu kawasan tertentu, dibanding kawasan lainrnya. Kawasan yang disebut kota,
penduduknya bukan bermatapencaharian yang berkaitan langsung dengan alam,
seperti petani atau peternak, melainkan dibidang pemerintahan, perdagangan,
kerajinan, pengolahan bahan mentah, industry dan jasa. Dari sifat awal yang sederhana
hingga kompleks, menunjukkan kota terbentuk melalui suatu proses.
1.2.Rumusan Masalah
Bagaimanakah perkembangan dan sejarah kota yang ada di dunia dan di kabupaten.
apa saja teori perkotaan itu?
1.3.Tujuan
Untuk mengetahui perkembangan dan sejarah perkotaan yang ada di dunia, Kota dan
Kabupaten?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Kota menurut ahli bidang perancangan-perancangan Kota

1. Menurut Spiro Kostof (1991)


Kota adalah Leburan Dari bangunan dan penduduk, sedangkan bentuk
kota pada awalnya adalah netral tetapi kemudian berubah sampai hal ini dipengaruhi
dengan budaya tertente.
2. Menurut Prof. Bintarto (1983)
Dari segi geografis kota diartikan sebagai suatu sistim jaringan kehidupan yang
ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi
yang heterogen dan bercorak materialistis atau dapat pula diartikan sebagai
bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan
gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang
bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah dibelakangnya.
Namun, Bintarto juga menambahkan bahwa Kota adalah suatu sistem jaringan
kehidupan manusia dengan kepadatan penduduk yang tinggi, strata sosial ekonomi
yang heterogen, dan corak kehidupan yang materialistik.
3. Kota menurut Kostof
Kota adalah tujuan dan kenangan terakhir dari perjuangan dan kemuliaan kita. ia
adalah dimana kebanggaan dari masa lalu untuk dipamerkan. Menurut ahli hukum dari
Denmark JJA Worsaae bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak hanya
melihat masa kini dan masa mendatang, tetapi mau berpaling ke masa lampau untuk
menyimak perjalanan yang dilaluinya. Hal senada dengan ungkapan Bung Karno
Jasmerah, jangan melupakan sejarah. Dalam pemahaman ini, kita harus lebih arif
dalam merencanakan kota dengan melihat tatanan perkembangan kota dari bentuk dan
struktur kota pada masa lalu sebagai pedoman merencanakan kota secara utuh pada
masa kini dan mendatang.
4. Menurut John Brickerhoff Jackson (1984)
Kota adalah suatu tempat tinggal manusia yang merupakan manifestasi
dari perencanaan dan perancangan yang dipenuhi oleh berbagi unsur seperti
bangunan, jalan dan ruang terbuka hijau.
5. Menurut Marbun (1992),
Kota merupakan kawasan hunian dengan jumlah penduduk relatif besar, tempat
kerja penduduk yang intensitasnya tinggi serta merupakan tempat pelayanan umum.
Kegiatan ekonomi merupakan hal yang penting bagi suatu kota karena merupakan
dasar agar kota dapat bertahan dan berkembang (Jayadinata, 1992:110). Kedudukan
aktifitas ekonomi sangat penting sehingga seringkali menjadi basis perkembangan
sebuah kota. Adanya berbagai kegiatan ekonomi dalam suatu kawasan menjadi
potensi perkembangan kawasan tersebut pada masa berikutnya.

2.2. Sejarah perkembangan Kota di Dunia


Manusia, sebagai pelaku kegiatan pada suatu kota pasti memiliki suatu pemikiran
dalam melakukan kegiatan dalam hidupnya. Pola pemikiran manusia akan berbeda dari
suatu era ke era yang lain. Hal yang membedakan pola pemikiran tersebut antara lain
tingkat intelektualitas, jenjang kebutuhan hidup, teknologi yang berbeda di setiap
eranya dan selalu berkembang. Perkembangan faktor-faktor inilah yang juga menjadi
faktor perkembangan suatu perancangan kota. Dalam tulisan ini akan diulas mengenai
sejarah perkembangan kota yang dibagi menjadi 8 era yaitu Babilonia, Mesir kuno,
Yunani, Romawi, Abad pertengahan, Renaissance, Baroque, dan Era Modern.
1. Era Babilonia/Mesopotamia (4000-3000 SM)
Era Babilonia juga disebut Mesopotamia dimana merupakan suatu daerah
diantara 2 sungai Eufrat dan Tigris. Daerah ini biasa disebut daerah subur bulan sabit,
karena tanahnya yang subur dan menyerupai ulan sabit. Kota Mesopotamia kuno
secara geografis tidak memiliki benteng/perlindungan alam suatu kota, hal ini
menyebabkan kota tersebut seringkali dikuasai bangsa asing silih berganti. Meskipun
dalam perancangan kotanya sudah menerapkan sistem kota benteng dengan
membangun benteng di garis luar kota Msopotamia dengan dilengkapi parit-parit.
Beberapa ciri kota di era Mesopotamia antara lain:
a. Motivasi masyarakat tinggal di kota tersebut adalah untuk jaminan keamanan dan
peribadatan.
b. Berbentuk kota benteng (dikelilingi benteng-benteng)
c. Pusat kota/benteng berupa zigurat sebagai kuil penyembahan dewa.
d. Memiliki karakter kota taman gantung
2. Mesir Kuno (1400 SM)

Berbeda dengan Mesopotamia, kota-kota di Mesir Kuno (Kahun dan Giza) tidak
memiliki benteng-benteng yang mengelilingi kota. Hal ini mungkin disebabkan oleh
kekuasaan Fir’aun yang menjadi sentral untuk melindungi seluruh kota. Beberapa poin
ciri perancangan kota di era Mesir kuno antara lain:

a. Bentuk kota yang grid.


b. Perumahan penduduk saling membelakangi
c. Perumahan besar berderet di sepanjang jalan besar
d. Penduduk bergerak di bidang pertanian dan konstruksi bangunan

3. Era Yunani (500 - 146 SM)


Era Yunani termasuk salah satu era yang berpengaruh secara berkelanjutan
dalam perkembangan kota. Pada Era Yunani, tempat tinggi/bukit sangat disakralkan.
Tempat tinggi tersebut berupa benteng puncak bukit yang digunakan sebagai tempat
peribadatan kepada para dewa.
Acropolis merupakan suatu contoh tempat peribadatan orang Yunani pada Dewa
yang dipercaya disana terletak harta karun para dewa dan artefak-artefaknya, terletak
di puncak bukit dan kota Athena berkembang di bawah bukit tersebut. Acropolis
merupakan salah satu contoh karya Yunani kuno dengan “limited entities” karena bisa
dilihat tata bangunan Acropolis yang berujung pada Partenon tidak memiliki
kesatuan/unity. Hal ini dikarenakan dalam perancangan Acropolis, arsitek langsung
merancang on site. Perancangan langsung diatas tapak yang berbukit sehingga faktor
kontur sangat berpengaruh. Namun, perancangan Acropolis bukan tanpa konseo.
Arsitek menggunakan konsep Serial of Vista dalam merancang Acropolis. Konsep disini
memainkan emosi pengunjung disana. Bangunan partenon sebagai tujuan akhir
dipermainkan visualnya dengan tatanan bangunan di sekitarnya seiring berjalannya
pengunjung menuju Partenon. Berikut siteplan dari Acropolis:
Beberapa point ciri yang bisa diambil dari urban design Yunani kuno antara lain:
a. Arsitek di zaman Yunani Kuno dalam merancang kota memiliki pandangan yang
dominan tentang keterbatasan. Sehingga menyikapi keterbatasan tersebut,
segala ide harus terukur sehingga komprehensif dan bisa dikerjakan.
b. Karena faktor tersebut diatas, maka perancangan menggunakan skala manusia.
c. Pandangan keterbatasan juga membuat rumah-rumah hanya bangunan-
bangunan kecil di kota yang bercampur-campur.
d. Jaringan jalan bukan merupakan pola pembentuk kota, melainkan lahan-lahan
sisa yang digunakan untuk sirkulasi saja, Namun memiliki pola sejajar/grid
e. Kegiatan yang bersifat publik (pertemuan) lebih banyak di rumah, daripada di
ruang yang semestinya menjadi ruang publik seperti jalan.
f. Motivasi hidup pada era Yunani adalah untuk berlindung/mencari keamanan.
4. Era Romawi (500 - 324 SM)
Pada era Romawi, penduduk memiliki motivasi hidup selain keamanan juga karena
adanya kekuatan politik dan organisasi. Beberapa point ciri yang bisa diambil dari
perancangan kota Romawi Kuno antara lain:
a. Tidak lagi menggunakan skala manusia, karena proporsi disini mengacu pada
hubungan harmonis antar bagian-bagian bangunan
b. Proporsi bangunan biasa menggunakan modular, dan modular tersebut panjang-
panjang dan lebar-lebar. Hal ini menggambarkan bahwa kekuatan politik pada era
Romawi begitu kuat.
c. Dalam perancangan kota, juga menggunakan modul yang abstrak, berupa deretan
rumah-rumah
d. Dalam suatu kota, benteng merupakan bangunan yang utama untuk dibangun
terlebih dahulu, kemudian baru diikuti rumah-rumah penduduk di dalam benteng
tersebut.
5. Abad Pertengahan (800-1200 M)
Asal mula munculnya kota-kota di abad pertengahan adalah kemunduran
Romawi yang meninggalkan banyak dampak di penjuru Eropa dimana tumbuh
komunitas-komunitas kecil yang berkembang menjadi komunitas baru karena memiliki
lokasi tapak yang layak dan subur. Komunitas tersebut tumbuh menjadi kota yang
hidup dan terus berkembang, sehingga kota bentengpun terus berkembang. Point yang
bisa disimpulkan dari kota di abad pertengahan antara lain:
a. Motivasi hidup juga untuk keamanan dan mengembangkan persaudaraan
(Sosialitas)
b. Kota benteng yang ada, sedikit demi sedikit dikuasai oleh biara-biara, sehingga
menjadikan biara tersebut sebagai pusat kota.
c. Benteng yang melindungi kota berbentuk melingkar.
d. Kota kecil di sekitar biara dan benteng tumbuh secara natural dari pintu
gerbangnya hingga membentuk jaringan jalan dan berpola radiocentric (radial).
e. Awalnya kota berupa kota benteng yang biasa dilukiskan dengan ilustrasi suatu
pemandangan kota dengan benteng dari jarak jauh, selanjutnya menjadi suatu
kota yang hidup dengan kasta-kasta biara dan terdapat banyak pedagang dan
biarawan.
f. Memiliki pandangan keterbatasan ruang seperti era Yunani dan mulai
menggunakan penataan abstrak seperti aksis.
g. Menggunakan skala manusia.
h. Kota di abad pertengahan bersifat tangibel/terlihat atau mudah dikenalidan tidak
disorientasi. Sebagai contohnya, suatu koridor jalan akan memperlihatkan suatu
menara gereja dimana selalu terlihat sepanjang jalan itu, sehingga bisa
digunakan sebagai ancar-ancar sehingga tidak akan tersesat.
i. Menghindari long vista.
j. Tidak memiliki hierarki jalan.
6. Renaissance (1400-1500 M)
Sebelum era Renaissance, di abad XV dimana merupakan fajar ilmu
pengetahuan, ditemukan bubuk mesiu sehingga di era Renaissance memiliki motivasi
hidup yang berbeda dari era-era sebelumnya, karena kota benteng di era ini sudah
tidak berfungsi lagi, karena senjata perang bisa menggunakan bahan peledak yang bisa
meledakkan benteng sekalipun. Beberapa ciri yang bisa diambil dari kota di Era
Renaissance antara lain:
a. Era Renaissance dimulai pada tahun 1440
b. Bentuk kota bintang dengan jalan yang bercabang dari titik pusatnya. Titik
pusatnya biasa berupa gereja/biara.
c. Perancangan on paper (diatas kertas)
d. Bentuk bangunan simetris penuh dan bersifat utopian.
e. Motivasi hidup terutama untuk bersosialitas dan peribadatan ditandai dengan
gereja sebagai pusat kota,
7. Baroque (1700-1800 M)
Arsitektur Renaissance yang cenderung menerapkan simetris murni,
menimbulkan kesan monoton, sehingga para seniman di era Baroque (1600-1750)
mencoba bereksperimen dengan memvariasi karya seni dengan melebih-lebihkan
komposisi warna atau efek sehingga menimbulkan kesan tidak realistik dan berlebihan.
Era baroque merupakan suatu era perubahan dari Renaissance yang cenderung simetris
menjadi bentuk-bentuk dinamis, lengkung, dan berlebihan. Pada era Baroque, juga
dikenal hedonisme dan peleburan elemen arsitektural dalam perancangan kota seperti
implementasi patung/sculpture dalam perancangan kota di era Baroque.
Kota-kota di era Baroque menerapkan konsep bangunan peribadatan sebagai pusat
pemerintahan, hal ini bisa diterka bahwa masyarakat era Baroque memiliki motivasi
hidup bersosialitas.Beberapa poin ciri-ciri arsitektur Baroque antara lain:

a. Denah di bagian sudut diselesaikan dengan bentuk lengkung


b. Pilar-pilar berpilin
c. Ornamen membentuk 3 dimensi sehingga muncul keluar
d. Banyak menggunakan hiasan pahatan dan menggunakan warna-warna cerah

8. Era Modern (abad 20-an)


Era modern merupakan era besar perubahan arsitektur. Diabad 20 terdapat
peristiwa-peristiwa penting seperti perang dunia I 1911-1918 memiliki pengaruh dalam
perubahan arsitektur menjadi arsmo/arsitektur modern. Dalam peperangan tersebut,
dunia arsitektur mengalami kerugian sangat besar, karena karya-karya arsitektur
menjadi hancur dan rusak akibat peperangan. Diakhir tahun 1918 sudah bermunculan
ide-ide kreatif para arsitek untuk menuju arsmo. Arsitektur modern disini juga pastinya
berpengaruh pada perancangan kota modern. Beberapa poin ciri-ciri perancangan kota
modern sebagai pengaruh arsitektur modern antara lain:

a. Motivasi masyarakat untuk hidup memenuhi kebutuhannya, bukan lagi faktor


keamanan yang utama.
b. Penggunaan material modern seperti baja dan kaca.
c. Arsitek kota dimanjakan dengan temuan mesin-mesin modern dalam
pembangunan.
d. Kota membentuk pola yang jelas seperti linier, grid, radial.
e. Media lahan tidak hanya berupa tanah, terdapat inovasi kota secara ekstrim
seperti underwater city dan floating city.
f. Terdapat inovasi seperti garden city, kota ini berpola radial, dengan kota pusat
yang dikelilingi kota-kota kecil berkonsep garden city. Kedua jenis kota tersebut
dipisahkan oleh area hijau juga dan dihubungkan dengan jalan-jalan.

2.3. Sejarah perkembangan Kota/Kabupaten Malaka


Kabupaten Malaka adalah salah satu kabupaten di provinsi Nusa Tenggara
Timur, Indonesia. Ibu kotanya berada di Betun. Malaka merupakan hasil pemekaran
dari Kabupaten Belu yang disahkan dalam sidang paripurna DPR RI pada 14 Desember
2012 di gedung DPR RI tentang Rancangan UU Daerah Otonomi Baru (DOB).
Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste.

Lokasi Nusa Tenggara Timur Kabupaten Malaka

sumber: Wikipedia

Geografi

Secara geografis, Kabupaten Malaka terletak pada 9°18'7.19"-9°47'26.68" Lintang


Selatan dan 124°38'32.17"-125°5'21.38" Bujur Timur. Wilayahnya berbatasan langsung
dengan Timor Leste. Kabupaten Malaka berjarak sekira 232 Km dari Kota Kupang ke
arah barat.
Batas wilayah

Batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut:

Utara Kabupaten Belu

Timur Timor Leste dan Laut Timor

Selatan Laut Timor

Barat Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Timor Tengah Selatan

Topografi

Topografi Kabupaten Malaka terdiri dari pesisir, dataran rendah, lembah dan sebagian
besar merupakan perbukitan di bagian utara dengan ketinggian wilayahnya antara 0-
800 meter diatas permukaan air laut (Mdpl). Titik tertingginya berada di Gunung
Mandeu di Kecamatan Malaka Timur, perbatasan Kabupaten Belu. Kabupaten Malaka
memiliki panjang garis pantai 82,94 Km.

Iklim dan hidrologi

Wilayah Kabupaten Malaka memiliki temperatur rata-rata 24-34 °C dengan


iklim tropis. Kondisi curah hujan di Kabupaten Malaka bervariasi antara 16-172
mm/bulan. Curah hujan rendah(16-68 mm/bulan) mendominasi wilayah bagian timur
sedangkan curah hujan tinggi (120-172 mm/bulan) terdapat di sebagian besar wilayah
utara. Kabupaten Malaka dilintasi oleh sungai terbesar di pulau Timor
Barat yaitu Sungai Benanain. Di pesisirnya terdapat wilayah hutan bakau seluas ±1.830
Hektar yang dijadikan kawasan Cagar Alam Maubesi
Wisata Alam
Sedikitnya ada 8 pantai yang ditetapkan oleh pemerintah kabupaten Malaka
sebagai destinasi wisata unggulan yaitu Pantai Motadikin, Wemasa, Lo'odik, Ramehek,
Taberek, Pantai Komu, Kletek dan Pantai Abunenok.[5] selain itu juga terdapat wisata
alam lainnnya seperti Danau Mantasi, Danau Nanebot, Gua Maria, Gua Kelelawar, Mata
Air Weliman, Mata Air Wematan Maromak Oan Laran, Bendung Sungai Benanain, serta
penangkaran rusa.

Wisata Budaya
Banyak ragam upacara adat yang dilaksanakan oleh masyarakat Kabupaten
Malaka yang sebagian besar berasal dari Suku Tetun. Salah satunya adalah Hamis Batar
no Hatama Mamaik yang merupakan upacara adat sebagai tanda syukur dimulainya
musim panen jagung. Selain itu rumah serta perkampungan adat khas juga masih bisa
dapat dijumpai, diantaranya perkampungan adat Tuaninu Taisuni, Wekumu dan rumah
adat Loro Dirma di Kecamatan Malaka Timur, serta perkampungan adat Kamanasa
di Kecamatan Malaka Tengah.

Cagar Alam Maubesi

Merupakan sebuah cagar alam hutan bakau yang berada di pesisir Kecamatan
Kobalima hingga Kecamatan Malaka Tengah. Kawasan seluas sekitar 1.830 hektar ini
memiliki ragam flora dan fauna teruma khas pesisir dan lahan basah. Selain
tanaman bakau juga terdapat tanaman teruntun, api-api, paku laut, kesambi dan
lainnya. Faunanya antara lain Kuntul, Monyet kra, Ayam hutan, Elang laut, berbagai
jenis penyu hingga Buaya muara.

Cagar Alam Maubesi


Pada tanggal 9 Januari 2018 Presiden Joko Widodo meresmikan proyek
infrastruktur Bendungan Raknamo yang berada di Desa Raknamo, Kecamatan Amabi
Oefeto, Kabupaten Kupang, serta dua Pos Lintas Batas Negara (PLBN), yaitu PLBN Wini
di Kabupaten Timor Tengah Utara dan PLBN Motamasin di Kabupaten Malaka.

PLBN Motamasin di Kabupaten Malaka

Sumber: WIkipedia

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Kota adalah salah satu ungkapan kehidupan manusia yang mungkin paling
kompleks. Hal tersebut disebabkan karena permukiman perkotaan tidak memiliki makna
yang berasal dari dirinya sendiri, melainkan dari kehidupan di dalamnya. Kebanyakan
ilmuwan berpendapat bahwa, dari segi budaya dan antropologi, ungkapan kota sebagai
ekspresi kehidupan orang sebagai pelaku dan pembuatnya adalah penting dan sangat
perlu diperhatikan. Kawasan kota memiliki sifat yang sangat mempengaruhi kehidupan
tempatnya.
Kota merupakan kawasan hunian dengan jumlah penduduk relatif besar, tempat
kerja penduduk yang intensitasnya tinggi serta merupakan tempat pelayanan umum.
Kedudukan aktifitas ekonomi sangat penting sehingga seringkali menjadi basis
perkembangan sebuah kota.

Anda mungkin juga menyukai