Anda di halaman 1dari 14

TUGAS AUDIT

RINGKASAN BAB III

LAPORAN AUDIT

Disusun Oleh :

Dia Ahdiani Ajizah 161210196

Debora Ido Arta Sidabutar 161210213

Elsa Kristina Gunawan 161210203

Mufidah 161210179

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI KESATUAN BOGOR


BAB III

LAPORAN AUDIT

Laporan merupakan hal yang sangat penting dalam penugasan audit karena mengomunikasikan
temuan-temuan auditor. Para pemakai laporan keuangan mengandalkan laporan auditor untuk
memberikan kepastian atas laporan keuangan perusahaan. Auditor kemungkinan besar akan
bertanggung jawab bila ia menrbitkan laporan audit yang tidak tepat.

A. Laporan Audit Standar Tanpa Pengecualian Untuk Entitas Nonpublik


Laporan audit standar tanpa pengecualian berisi delapan bagian yang berbeda, yaitu:
1. Judul laporan
Standar auditing mensyaratkan bahwa laporan harus diberi judul yang mengandung kata
independen. Hal ini dimaksudkan untuk memberi tahu parapemakai laporan bahwa audit
tersebut dalam segala aspeknya dilaksanakan secara tidak memihak atau tidak bias. Contoh
judul yang tepat mencakup , “laporan auditor independen” atau “pendapat akuntan
independen”.
2. Alamat laporan audit
Laporan ini umumnya ditujukan kepada perusahaan, para pemegang saham, atau
dewan direksi perusahaan. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa auditor independen
terhadap perusahaan.
3. Paragraf pendahuluan
Paragraf pertama laporan menunjukkan bahwa kantor akuntan publik bersangkutan
telah melaksanakan audit, yang membedakan laporan audit dari laporan kompilasi atau
laporan review. Paragraf pertama juga menyatakan laporan keuangan yang telah diaudit,
termasuk catatan atas laporan keuangan dan tanggal neraca serta periode akuntansiuntuk
laporan laba rugi dan laporan arus kas. Kata-kata tentang laporan keuangan dalam laporan
audit harus identik dengan yang digunakan oleh manajemenpada laporan keuangan
tersebut.
4. Tanggung jawab manajemen
Tanggung jawab ini meliputi pemilihan prinsip-prinsip akuntansi yang tepat dan
penyelenggaraan pengendalian internal atas pelaporan keuangan yang mencukupi untuk
penyajian laporan keuangan yang bebas dari salah saji yang material akibat kecurangan atau
kesalahan.
5. Tanggung jawab auditor
Bagian pada tanggung jawab auditor berisi tiga paragraf. Paragraf pertama menyatakan
bahwa audit telah dilaksanakan sesai dengan standar auditing yang berlaku umum di A.S.
Paragraf ini juga menyatakan bahwa audit dirancang untuk memperoleh keyakinan yang
memadai bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material (material
misstatement). Pencantuman kata material menunjukkan bahwa auditor hanya
bertanggung jawab mencari salah saji yang signifikan, bukan salah saji kecil yang tidak
mempengaruhi keputusan para pemakai laporan keuangan. Istilah keyakinan yang memadai
(reasonable assurance) digunakan untuk menunjukkan bahwa audit tidak dapat diharapkan
menghapus seluruh kemungkinan adanya salah saji yang material dalam laporan keuangan.
Paragraf kedua menguraikan ruang lingkup audit dan bukti yang dikumpulkan. Paragraf
ini menunjukkan baha prosedur yang digunakan tergantung pada pertimbangan auditor dan
mencakup penilaian risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan. Paragraf ini juga
menunjukkan bahwa auditor mempertimbangkan pengendalian internal yang relevan
terhadap penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan ketika merancang prosedur
audit yang akan dilaksanakan, tetapi penilaian pengendalian internal ini bukan untuk tujuan
serta tidak cukup untuk menyatakan pendapat tentang keefektifan penegndalian internal
entitas. Kalimat terakhir dari paragraf ini menunjukkan bahwa audit mencakup
pengevaluasian kebijakan akuntansi yang dipilih, kelayakan estimasi akuntansi, dan
penyajian laporan keuangan secara keseluruhan.

Paragraf ketiga menunjukkan auditor yakin bahwa bukti audit yang tepat dan
mencukupi telah diperoleh demi mendukung pendapat auditor.
6. Paragraf pendapat
Dalam paragraf ini auditor menyatakan kesimpulannya berdasarkan hasil audit. Bagian
laporan ini begitu penting, sehingga sering kali keseluruhan audit dinyatakan secara
sederhana sebagai pendapat auditor. Paragraf pendapat dinyatakan sebagai suatu pendapat
saja bukan sebagai pernyataan yang mutlak atau sebagai jaminan. Frasa menurut pendapat
kami menunjukkan bahwa mungkin ada beberapa risiko informasi yang berkaitan dengan
laporan keuangan tersebut meskipun telah diaudit.

Salah satu bagian laporan auditor yang kontroversial adalah arti istilah menyajikan
secara wajar. Sebagian auditor percaya bahwa laporan keuangan telah “disajiakan secara
wajar” apabila disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, tetapi
auditor juga harus menguji substansi transaksi serta saldo akun terhadap kemungkinan
adanya informasi yang salah.
7. Nama dan alamat KAP
Nama mengidentifikasi kantor akuntan publik (KAP) atau praktisi yang melaksanakan
audit. Biasanya yang ditulis adalah nama KAP, karena seluruh bagian dari KAP mempunyai
tanggung jawab hokum dan profesioanal untuk memastikan bahwa kualitas audit memenuhi
standar profesional. Kota dan Negara lokasi KAP juga harus dicantumkan.
8. Tanggal laporan audit
Tangal yang tepat untuk dicantumkan pada laporan audit adalah ketika auditor
menyelesaikan prosedur audit di lokasi pemeriksaan.

Laporan audit standar tanpa pengecualian diterbitkan bila kondisi-kondisi berikut terpenuhi
1. Semua laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas pemegang saham,
dan laporan arus kas sudah termasuk dalam laporan keuangan.
2. Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan auditor telah melaksanakan
penugasan audit ini dengan cara yang memungkinkannya untuk menyimpulkan bahwa
audit telah dilaksankan sesuai dengan standar auditing.
3. Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum atau kerangka kerja akuntansi lainnya yang sesuai. Hal itu juga berarti bahwa
pengungkapan yang memadai telah tercantum dalam catatan kai dan bagian-bagian lain
dari laporan keuangan.
4. Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan sebuah
paragraf penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.

Apabila kondisi diatas terpenuhi, maka laporan audit standar tanpa pengecualian
untuk audit perusahaan nonpublik dapat diterbitkan. Sebaliknya, jika salah satu dari
empat syarat laporan audit standar tanpa penegcualian tidak dapat dipenuhi, maka
laporan audit tersebut tidak dapat diterbitkan.

Terdapat empat kategori laporan audit, yaitu :


1. Wajar tanpa pengecualian
Jika keempat kondisi diatas telah terpenuhi
2. Wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan atau modifikasi
Suatu audit yang lengkap telah dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan dan
laporan keuangan telah disajikan secara wajar, tetapi auditor yakin bahwa penting
atau wajib untuk memberi informasi tambahan.
3. Dengan pengecualian
Auditor menyimpukan bahwa keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara
wajar, tetapi lingkup audit telah dibatasi secara material atau standar akuntansi
yang berlaku tidak diikuti pada saat menyiapkan laporan keuangan.
4. Auditor menyimpulkan bhawa laporan keuangan tidak disajikan secara wajar
(pendapat tidak wajar), sehingga ia tidak dapat memberikan pendapat mengenai
apakah laporan keuangan tidak disajikan secara wajar (menolak memberikan
pendapat), atau auditor tidak independen (menolak memberikan pendapat).

Laporan Audit Standar Tanpa Pengecualian dan Laporan Tentang Pengendalian Internal Atas
Pelaporan Keuangan Menurut Standar Auditing PCAOB

Terdapat dua perbedaan pelaporan audit yang signifikan untuk perusahaan publik, yaitu :

a. Laporan audit standar tanpa pengecualian berbeda untuk audit laoran keuangan perusahaan
publik.
b. Auditor perusahaan public berukuran besar juga harus menerbitkan pendapat tentang
pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

Laporan audit standar anpa pengecualian untuk perusahaan public meliputi tiga paragraf. Paragrf
pertama adalah paragraf pendahuluan da menunjukkan bahwa audit telah dilaksanakan serta laporan
keuangan telah diaudit. Paragraf pendahuluan juga menunjukkan bahwa laporan keuangan merupakan
tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor adalah menyatakan pendapat tentang laporan
keuangan.

Paragraf kedua yaitu ruang lingkup yang menunjukkan bahwa audit dirancang untuk memberikan
kepastian yang layak bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material. Paragraf ini juga
menyatakan bahwa audit telah dilakukan atas dasar pengujian.

Paragraf ketiga merupakan pendapat. Jika auditor juga mengeluarkan laporan terpisah tentang
pengendalian internal atas pelaporan keuangan, paragraf keempat akan mengikuti paragraf pendapat
yang disebut laporan audit tentang pengendalian internal.

PCAOB Auditing Standard 5 mewajibkan audit atas pengendalian internal dipadukan dengan laporan
keuangan. Namun, auditor dapat memilih untuk menerbitkan laporan terpisah atau pada laporan
gabungan. Laporan gabungan tentang laporan keuangan dan pengendalian internal atas pelaporan
keuangan menyajikan baik laporan keuangan maupun laporan manajemen tentang pengendalian
internal atas pelaporan keuangan.

Meskipun laporan gabungan diizinkan, laporan terpisah tentang pengendalian internal atas
pelaporan keuangan jauh lebih umum dan meliputi unsur-unsur berikut :

a. Paragraf pendahuluan
b. Paragraf ruang lingkup
c. Paragraf definisi
d. Paragraf keterbatasan yang melekat
e. Paragraf pendapat
f. Paragraf referensi silang

- Paragraf pendahuluan, ruang lingkup, dan pendapat menguraikan ruang lingkup pekerjaan
auditor serta pendapat tentang pengendalian internal atas pelaporan keuangan, sementara
paragraf pendahuluan menyoroti tanggung jawab manajemen serta penilaian terpisah
tentang pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
- Paragraph pendahuluan dan pendapat juga mengacu pada kerangka kerja yang digunakan
untuk mengevaluasi penegndalian internal.
- Laporan itu menyertakan paragraf sesudah paragraph ruang lingkup yang menetapkan
penegndalian internal atas pelaporan keuangan.
- Laporan itu juga menyertakan paragraf tambahan sebelum paragraf pendapat yang
menyatakan keterbatasan yang melekat dari pengendalian internal.
- Meskipun pendapat audit atas laporan keuangan mencakup banyak periode pelaporan,
pendapat auditor tentang efektivitas pengendalian internal adalah untuk akhir tahun fiskal
terkini.
- Paragraf terakhir dari laporan itu menyertakan sebuah referensi-silang ke laporan terpisah
auditor tentang laporan keuangan.
Laporan Audit Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan Atau Modifikasi Kata-Kata

Laporan audit wajar tanpa penegcualian dengan paragraf penjelasan atau modifikasi perkataan
memenuhi kriteria audit yang lengkap dengan hasilyang memuaskan dan laporan keuangan yang
disajikan secara wajar, tetapi auditor merasa penting atau wajib untuk memberikan informasi
tambahan. Dalam laporan audit wajar dengan pengecualian (qualified), tidak wajar (adverse), atau
menolak memberikan pendapat (disclaimer), auditor tidak melaksanakan audit yang memuaskan, tidak
yakin bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar, atau tidak independen.

Berikut ini adalah penyebab paling penting dari penambahan paragraf penjelasan atau modifikasi
kata-kata pada laporan wajar tanpa pengecualian standar baik menurut standar auditing AICPA maupun
PCAOB :

1) Tidak adanya aplikasi yang konsisten dari prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP)
2) Keraguan yang substansial mengenai going concern
3) Auditor setuju dengan penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dirumuskan
4) Penekanan pada suatu hal atau masalah lain
5) Laporan yang melibatkan auditor lain

Hanya laporan yang pembuatannya melibatkan auditor lain yang memerlukan modifikasi kata-kata.
Istilah “paragraf penjelasan” telah diganti dalam standar auditing AICPA dengan paragraf “penekanan
pada masalah” atau “masalah lain”. Jika pelaporan tentang entitas non-publik dilakukan menurut
standar auditing AICPA, paragraf penjelasan harus didahului dengan judul “Penekanan pada Masalah”.

Standar auditing mensyaratkan auditor untuk memperhatikan situasi di mana prinsip-prinsip


akuntansi tidak diterapkan secara konsisten pada periode berjalan dalam kaitannya dengan periode
sebelumnya. Prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP) mengharuskan bahwa perubahan prinsip
akuntansi atau metode aplikasinya ke prinsip yang diinginkan serta sifat dan dampak perubahannya
harus diungkapkan secara layak. Apabila terjadi perubahan yang material, auditor harus memodifikasi
laporannya dengan menambahkan paragraf penjelasan setelah paragraf pendapat, yang membahas sifat
perubahan tersebut serta mengarahkan para pembaca ke catatan kaki yang membahas perubahan itu.

Konsistensi vs Komparabilitas

Auditor harus mampu membedakan antara perubahan yang mempengaruhi konsistensi pelaporan
dengan perubahan yang dapat mempengaruhi komparabilitas tetapi tidak mempengaruhi konsisten.
Berikut adalah contoh-contoh perubahan yang mempengaruhi konsistensi dan karenanya memerlukan
paragraf penjelasan jika perubahan tersebut bersifat material :

a. Perubahan prinsip akuntansi, seperti perubahan metode penilaian persediaan dari FIFO menjadi
LIFO.
b. Perubahan entitas pelaporan, seperti penambahan perusahaan baru dalam laporan keuangan
gabungan.
c. Koreksi kesalahan yang melibatkan prinsip-prinsip akuntansi, yaitu dengan mengubah prinsip
akuntansi yang tidak berlaku umum menjadi prinsip akuntansi yang berlaku umum, termasuk
koreksi kesalahan yang diakibatkannya.

Perubahan yang mempengaruhi komparabilitas tetapi tidak mempengaruhi konsistensi sehingga


tidak perlu dimasukkan dalam laporan audit adalah sebagai berikut :

a. Perubahan estimasi, seperti penurunan umur manfaat asset untuk tujuan penyusutan.
b. Koreksi kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntansi, seperti kesalahan matematis tahun
sebelumnya.
c. Variasi format dan penyajian informasi keuangan.
d. Perubahan yang terjadi akibat trasaksi atau peristiwa yang sangat berbeda, seperti usaha dalam
riset dan pengembangan yang baru atau penjualan anak perusahaan.

Pos-pos yang secara material mempengaruhi komparabilitas laporan keuangan umumnya


memerlukan suatu pengungkapan dalam catatan kaki.

Keraguan yang Substansial Tentang Going Concern

Sekalipun tujuan audit bukan untuk mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan, auditor
memiliki tanggung jawab menurut standar auditing untuk mengevaluasi apakah perusahaan mempunyai
kemampuan untuk tetap bertahan (going concern). Keberadaan satu atau lebih faktor berikut dapat
menimbulkan ketidakpastian mengenai kemampuan perusahaan untuk terus bertahan:

a. Kerugian operasi atau kekurangan modal kerja yang berulang dan signifikan.
b. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya ketika jatuh tempo.
c. Kehilangan pelanggan utama, terjadi bencana yang tidak dijamin oleh asuransi seperti gempa
bumi atau banjir, atau masalah ketenagakerjaan yang tidak biasa.
d. Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal serupa lainnya yang sudah terjadi dan dapat
membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi.

Pertimbangan auditor dalam situasi semacam itu adalah kemungkinan bahwa klien mungkin tidak
dapat meneruskan operasiya atau memenuhi kewajibannya selama periode yang wajar. Apabila auditor
menyimpulka bahwa terdapat keraguan yang substansial mengenai kemampuan perusahaan untuk
terus going concern, maka pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan harus
diterbitkan, tanpa memperhatikan pengungkapan dalam laporan keuangan. Standar auditing
memperkenankan tetapi tidak mewajibkan untuk menolak memberikan pendapat apabila ada keraguan
yang substansial tentang going concern.

Auditor Menyetujui Penyimpangan dari Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum

Peraturan 203 dari Kode Perilaku Profesional AICPA menyatakan bahwa dalam situasi yang tidak
biasa, penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum mungkin tidak memerlukan pendapat
wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar. Akan tetapi, untuk menjustifikasi pendapat wajar
tanpa penegcualian auditor harus yakin dan harus menyatakan serta menjelaskan, dalam satu atau
beberapa paragraf terpisah pada laporan audit bahwa dengan menaati prinsip akuntansi dapat
menimbulkan hasil yang menyesatkan pada situasi tersebut.

Penekanan Pada Masalah Lain

Dalam situasi tertentu, akuntan publik mungkin ingin menekankan beberapa masalah tertentu
berkaitan dengan laporan keuangan, walaupun ia bermaksud mengekspresikan suatu pendapat wajar
tanpa pengecualian. Biasanya informasi penjelas harus dicantumkan dalam suatu paragraf terpisah pada
laporan audit. Contoh informasi penjelas dimana auditor dapat melaporkannya sebagai penekanan pada
suatu masalah adalah sebagai berikut:

- Ada transaksi dengan pihak terkait yang bernilai besar


- Peristiwa penting yang terjadi setelah tanggal neraca
- Uraian tentang masalah akuntansi yang mempengaruhi komparabilitas laporan keuangan
tahun berjalan dengan tahun sebelumnya
- Ketidakpastian yang material yang diungkapkan dalam catatan kaki

Laporan yang Melibatkan Auditor Lain

CPA atau akuntan publik sering mengandalkan kantor akuntan publik (KAP) yang berbeda untuk
melakukan sebagian audit apabila memiliki operasi yang luas. Auditor utama yang mengeluarkan
pendapat tentang laporan keuangan disebut auditor utama (principal auditor) menurut standar auditing
PCAOB dan partner penugasan kelompok (group engangement partner) menurut standar auditing
AICPA. Auditor lain yang melaksanakan pekerjaan atas informasi keuangan komponen disebut auditor
komponen menurut standar auditing AICPA. Jika CPA bergantung pada KAP yang berbeda untuk
melakukan sebagian audit, KAP utama memiliki tiga alternative. Hanya yang kedualah yang merupakan
laporan wajar tanpa pengecualian dengan modifikasi kata-kata.

1. Tidak memberikan referensi dalam laporan audit


Apabila tidak ada referensi yang diberikan kepada auditor lainnya, maka pendapat wajar tanpa
pengecualian standar akan diberikan kecuali ada situasi lain yang mengharuskan adanya
penyimpangan.
2. Memberikan referensi dalam laporan (lapora dengan modifikasi kata-kata)
Jenis laporan ini disebut juga sebagai laporan atau pendapat bersama. Laporan bersama yang
wajar tanpa pengecualian adalah laporan yang tepat untuk diterbitkan apabila proporsi laporan
keuangan yang diaudit oleh auditor lain bersifat material terhadap keseluruhan laporan.
3. Mengeluarkan pendapat wajar dengan pengecualian
Pendapat wajar dengan pengecualian atau menolak membeikan pendapat, bergantung pada
materialitas, diperlukan jika auditor utama tidak ingin memikul tanggung jawab apapun atas
pekerjaan auditor lain.
Penyimpangan Dari Laporan Audit Wajar Tanpa Pengecualian

Dalam studi tentang laporan audit yang menyimpang dari laporan wajar tanpa pengecualian,
terdapat tiga topik yang berrkaitan erat satu sama lain, yaitu:

- Kondisi yang memerlukan penyimpangan dari pendapat wajar tanpa pengecualian


- Jenis pendapat selain wajar tanpa pengecualian
- Materialitas
1. Kondisi yang memerlukan penyimpangan dari pendapat wajar tanpa pengecualian
ketiga kondisi yang memerlukan penyimpangan diikhtisarkan secara singkat, yaitu:
a. Ruang lingkup audit dibatasi (pembatasan ruang lingkup)
Apabila auditot tidak dapat mengumpulkan bukti audit yang mencukupi untuk
menyimpulkan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan kerangka kerja
pelaporan keuangan yang tepat, maka terjadi pembatasan ruang lingkup auit.
Ada dua pembatasan ruang lingkup audit:
- Pembatasan oleh klien
Contohnya, penolakan manajemen untuk mengizinkan auditor mengonfirmasikan piutang
yang material atau pemeriksaan fisik persediaan.
- Pembatasan yang disebabkan oleh situasi yang berada di luar kendali klien atau auditor
Contohnya, apabila penugasan audit belum disepakati hingga setelah akhir periode
keuangan klien.
b. Laporan keuangan disusun tidak sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
(penyimpangan GAAP)
Sebagai contoh, jika klien bersikeras menggunakan biaya pengganti (replacement cost)
untuk asset tetap atau menilai persediaannya pda harga jual ketimbang biaya historis
sebagaimana diharuskan oleh prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, maka
diperlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa pengecualian.
c. Auditor tidak independen
Independensi pada umumnya ditentukan oleh peraturan 101 dari aturan Kode Perilaku
Profesional.

Apabila salah satu dari ketiga kondisi itu memerlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa
pengecualian yang ada dan bernilai material, mala laporan selain laporan wajar tanpa pengecualian
harus diterbitkan. Tiga jenis utama laporan audit yang diterbitkan menurut ketiga kondisi tersebut
adalah pendapat wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar, serta menolak memberikan
pendapat.

2. Jenis pendapat selain wajar tanpa pengecualian


a) Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Laporan tersebut dapat diterbitkan akibat pembatasan ruang lingkup audit atau kelalaian
untuk mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan pendapat wajar dengan
pengecualian dapat diterbitkan hanya apabila auditor mengumpulkan bahwa laporan keuangan
secara keseluruhan telah disajikan secara wajar. Laporan wajar dengan pengecualian dapat
berbentuk kualifikasi atau pengecualian ats ruang lingkup dan pendapat audit maupun
pengecualian ats pendapat saja. Penggunaan kualifikasi atau pengecualian atas pendapat audit
saja terbetas pada situasi di mana laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan GAAP.
Apabila auditor menerbitkan pendapat wajar dengan pengecualian, ia harus menggunakan
istilah kecuali untuk (exept for) dalam paragraf pendapat.
b) Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
Digunakan hanya apabila auditor yakin bahwa laporan keuangan secara keseluruhan
mengandung salah saji yang material atau menyesatkan sehingga tidak menyajikan secara wajar
posisi keuangan atau hasil operasi dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum (GAAP).
c) Menolak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)
Diterbitkan apabila auditor tidak dapat meyakinkan dirinya sendir bahwa laporan keuangan
secara keseluruhan telah disajikan secara wajar. Penolakan memberikan pendapat berbeda
dengan pemeberian pendapat tidak wajar dimana penolakan memberikan pendapat hanya
dapat terjadi apabila auditor kurang memiliki pengetahuan atas penyajian laporan keuangan,
sedangkan untuk menyatakan pendapat tidak wajar, auditor harus memiliki pengetahuan bahwa
laporan keuangan tidak disajikan secara wajar. Penolakan memberikan pendapat maupun
pndapat tidak wajar hanya digunakan apabila kondisinya sangat material.
3. Materialitas
Materialitas adalah pertimbangan penting dalam menentukan jenis laporan yang tepat
untuk diterbitkan dalam situasi tertentu. Contoh, jika salah saji relative tidak material tehadap
laporan keuangan suatu entitas selama periode berjalan, maka tepat untuk memberikan
pendapat wajar tanpa pengecualian.
Definisi umum dari materialitas yang diterapkan dalam akuntansi dan selanjutnya berlaku
dalam pelaporan audit adalah sebagai berikut :
Suatu salah saji dalam laporan keuangan dapat dianggap material jika pengetahuan akan
salah saji tersebut akan mempengaruhi keputusan para pemakai laporan tersebut.

Terdapat tiga tingkatan materialitas yang digunakan untuk menentukan jenis pendapat yang
akan diterbitkan, yaitu:
a. Jumlahnya tidak material
Apabila ada salah saji dalam laporan keuangan tetapi cenderung tidak mempengaruhi
keputusan pemakai laporan, maka hal tersebut dianggap sebagai tidak material.
b. Jumlahnya material tetapi tidak memperburuk laporan keuangan secara keseluruhan
Tingkat materialitas yang kedua terjadi apabila salah saji dalam laporan keuangan akan
mempengaruhi keputusan para pemakai laporan itu, tetapi laporan keuangan secara
keseluruhan tetap disajikan secara wajar sehingga masih berguna. Contohnya, pengetahuan
akan salah saji yang besar dalam asset tetap mungkin mempengaruhi keinginan pemakai
untuk meminjam uang kepada perusahaan jika asset itu adalah jaminannya.
Apabila auditor menyimpulkan bahwa salah saji material tetapi tidak mempengaruhi
laporan secara keseluruhan, maka pendapat yang tepat adalah pendapat wajar dengan
pengecualian (dengan menggunakan “kecuali untuk”).
c. Jumlahnya sangat material atau begitu pervasif sehingga kewajaran laporan keuangan
secara keseluruhan diragukan
Tingkat materialitas tertinggi terjadi apabila pemakai mungkin akan mebuat keputusan
yang tidak benar jika mereka mengandalkan laporan keuangan secara keseluruhan. Apabila
terwujud tingkat materilitas yang tertinggi, auditor harus menolak memberikan pendapat
atau memberikan pendapat tidak wajar, tergantung pada kndisi yang ada.
Pada saat menetukan apakah suatu pengecualian sangat material, auditor harus
memepertimbangkan seberapa besar pengaruh pengecualian tersebut terhadap bagian
laporan keuangan yang berbeda. Hal ini disebut sebagai penyebaran (perhasiveness).

Keputusan Materialitas
Pengaruh materialitas terhadap jenis pendapat yang diterbitkan bersifat langsung.
Evaluasi terhadap materialitas juga tergantung pada apakah situasinya melibatkan
kegagalan untuk mengikuti GAAP atau pembatasan tuang lingkup audit.

Hubungan materialitas dengan jenis pendapat

Tingkat materialitas Signifikansi bagi keputusan pemakai yang Jenis pendapat


layak
Tidak material Keputusan pemakai cenderung tidak Wajar tanpa
dipengaruhi pengecualian
material Keputusan pemakai cenderung dipengaruhi Wajar dengan
hanya jika informasi yang dipertanyakan pengecualian
sengatlah penting untuk keputusan spesifik
yang diambil. Laporan keuangan secara
keseluruhan telah disajikan dengan wajar.
Sangat material Sebagian besar data seluruh keputusan Menolak
pemakai yang didasarkan pada laporan memberikan
keuangan kemungkinan besar akan pendapat atau
dipengaruhi pendapat tidak wajar

Keputusan Materialitas Kondisi Non-GAAP

Apabila klien gagal dalam mengikti GAAP, maka laporan audit akan berupa pendapat wajar tanpa
pengecualian, pendapat wajar dengan pengecualian, atau pendapat tidak wajar, tergantung pada
materialitas dari penyimpangan yang terjadi. Beberapa aspek materialitas yang harus dipertimbangkan :

1. Jumlah dolar dibandingkan dengan dasar tertentu


Masalah utama dalam mengukur materialitas apabila klien gagal mematuhi GAAP biasanya
adalah total dolar salah saji pada akun-akun yang terlibat, yang dibandingkan dengan beberapa
dasar pengukuran.
2. Dapat diukur
Jumlah dolar dari beberapa jenis salah saji tidak dapat diukur secara akurat. Contohnya,
kengganan klien untuk mengungkapkan suatu tuntutan hukum yang sedang berlangsung atau
akuisisi perusahaan baru yang dilakukan setelah tanggal neraca adalah sulit, bahkan tidak
mungkin, diukur dalam satuan uang.
3. Sifat pos
Keputusan seorang pemakai laporan mungkin dipengaruhi juga oleh jenis salah saji. Berikut
adalah hal-hal yang dapat mempengaruhi keputusan para pemakai laporan:
a) Transaksi yang illegal atau curang.
b) Suatu pos yang secara material dapat mempengaruhi beberapa periode di masa depan,
walaupun salah saji tersebut tidak material apabila hanya periode berjalan yang
dipertimbangkan.
c) Suatu pos yang mempunyai pengaruh “psikis” (sebagai contoh, pos yang mengubah
kerugian yang kecil menjadi laba yang kecil, mempertahankan tren laba yang meningkat,
atau mengusahakan laba melebihi harapan para analis).
d) Suatu pos mungkin penting dalam kaitannya dengan konsekuensi yang mungkin timbul dari
kewajiban kontraktual (sebagai contoh, pengaruh kegagalan mematuhi pembatasan utang
dapat mengakibatkan penarikan pinjaman yang material).

Keputusan Materialitas – Kondisi Pembatasan Ruang Lingkup Audit

Apabila terdapat pembatasan ruang lingkup audit, laporan audit dapat berupa pendapat wajar tanpa
pengecualian, ruang lingkup dan pendapat wajar dengan pengecualian, atau menolak memberikan
pendapat, tergantung pada materialitas pembatasan ruang lingkup audit tersebut. Biasanya lebih sulit
mengevaluasi materialitas salah saji yang potensial akibat pembatasan ruang lingkup ketimbang
kegagalan mengikuti GAAP. Salah saji yang diakibatkan oleh kegagalan mengikuti GAAP dapat diketahui.
Sementara salah saji yang diakibatkan oleh pembatasan ruang lingkup audit biasanya harus diukur
secara subjektif dalam pengertian salah saji yang potensial atau yang mungkin.

Pembahasan Tentang Kondisi yang Memerlukan Penyimpangan

Berikut kondisi-kondisi yang memerlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa pengecualian
yang lebih terinci, yaitu:

a. Ruang lingkup auditor dibatasi


Ada dua kategori utama pembatasan ruang lingkup auditor dibatasi:
1) Pembatasan yang disebabkan oleh klien
Dalam hal ini auditor harus mempertimbangkan kemungkinan bahwa manajemen
berusaha mencegah ditemukannya informasi yang salah saji. Standar auditing dalam hal ini
menyarankan menolak memberikan pendapat bila materialitasnya diragukan. Alasan bagi
klien untuk memberlakukan pembatasan tersebut dapat berupa keinginan untuk
menghemat fee audit, dan dalam kasus konfirmasi piutang usaha yaitu untuk mencegah
kemungkinan terjadinya konflik antara klien dan pelanggannya apabila jumlah yang
dikonfirmasikan berbeda.
2) Pembatasan yang disebabkan oleh kondisi-kondisi yang berada diluar kendali klien ataupun
auditor
Dalam hal ini ruang lingkup dan pendapat wajar dengan pengecualian mungkin akan
diterbitkan. Kasus yang paling umum dalam hal ini adalah penugasan yang disepakati
setelah tanggal neraca klien. Konfirmasi atas piutang usaha, pemeriksaan fisik persediaan,
serta prosedur penting lainnya mungkin tidaka dapat dilaksanakan dalan situasi tersebut.

Pembatasan pada ruang lingkup pemeriksaan auditor memerlukan paragraf pengecualian yang
mendahului paragraf pendapat untuk menjelaskan pembatasannya.

b. Laporan tidak sesuai dengan GAAP


Apabila auditor mengetahui bahwa laporan keuangan dapat menyesatkan karena tidak
disipkan sesuai dengan GAAP, dank lien tidak mampu atau tidak bersedia mengoreksi salah saji
itu, ia harus mnerbitkan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar,
tergantung pada materialitas pos yang dipertanyakan.
Apabila klien gagal memasukan informasi yang diperlukan untuk menyajikan secara wajar
laporan keuangan di dalam laporan tersebut atau dalam catatan kaki terkait, maka merupakan
tanggung jawab auditor untuk menyajikan informasi tersebut dalam laporan audit dan
menerbitkan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar.
c. Auditor tidak independen
Jika auditor tidak dapat memenuhi syarat indenpendensi yang dinyatakan dalam Kode
Perilaku Profesional, maka penolakan memberikan pendapat harus dilakukan walaupun semua
prosedur audit yang dianggap perlu dalam situasi tersebut telah dilaksanakan. Tidak adanya
independensi akan mengesampingkan semua pembatasan ruang lingkup audit lainnya.

Proses Pengambilan Keputusan Auditor untuk Laporan Audit

Para auditor menggunakan suatu proses yang tersusun dengan baik dalam memutuskan laporan
audit yang tepat pada serangkaian situasi tertentu.

1) Menentukan apakah ada kondisi yang memerlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa
pengecualian standar
Para auditor mengidentifikasi kondisi-kondisi tersebut ketika mereka melaksanakan audit
dan mencantumkan informasi tentang kondisi itu dalam file audit sebagai bahan diskusi guna
pelaporan audit.
2) Memutuskan materialitas untuk setiap kondisi
Apabila ada kondisi yang memerlukan penyimpangan dari pendapat wjar tanpa
pengecualian standar, auditor mengevaluasi pengaruh potensialnya terhadap laporan keuangan.
Untuk penyimpangan dari GAAP atau pemtasan ruang lingkup audit, auditor harus memutuskan
antara tidak material, material, atau sangat material.
3) Memutuskan jenis laporan audit yang tepat untuk kondisi tertentu berdasarkan tingkat
materialitas
Setelah membuat dua keputusan pertama, maka mudah untuk memutuskan jenis pendapat
yang tepat dengan menggunakan alat bantu pembuat keputusan.
4) Menuliskan laporan audit
Sebagian besar kantor akuntan publik memiliki template komputer yang berisi kata-kata
yang tepat untuk situasi yang berbeda guna membantu auditor menuliskan laporan audit. Selain
itu, satu atau lebih partner dalam sebagian besar KAP juga memiliki keahlian khusus dalam
menulis laporan audit. Para partner ini umumnya meriview atau menulis seluruh laporan audit
sebelum diterbitkan.

Ada lebih dari satu kondisi yang membutuhkan penyimpangan atau modifikasi

Situasi-situasi berikut merupkan contoh ketika diperlukan lebih dari satu modifikasi dalam laporan:

a. Auditor tidak independen serta mengetahui perusahaan tidak mengikuti prinsip-prinsip


akuntansi yang berlaku umum.
b. Terdapat pembatasan ruang lingkup audit dan ada keraguan yang substansial tentang
kemampuan perusahaan untuk terus bertahan (going concern).
c. Terdapat keraguan yang substansial tentang kemampuan perusahaan untuk terus bertahan
(going concern), dan informasi mengenai penyebab ketidakpastian ini tidak diungkapkan secara
memadai pada catatan kaki.
d. Terdapat deviasi (penyimpangan) terhadap GAAP dalam penyusunan laporan keuangan dan
prinsip akuntansi lainnya telah diterapkan atas dasar yang tidak konsisten dengan tahun
sebelumnya.

Akuntansi Internasional dan Standar Auditing

Saat ini, perusahaan publik A.S. diwajibkan untuk menyiapkan laporan keuangan yang akan diajukan
kepada Securities and Exchange Commission (SEC) sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Amerika Serikat. SEC sedang mengembangkan rencana kerja untuk menentukan apakah akan
memasukan IFRS ke dalam sistem pelaporan keuangan A.S.

Auditor dapat ditugaskan untuk membuat laporan tentang laporan keuangan yang disusun sesuai
dengan IFRS. Ketika membuat laporan tentang laporan keuangan yang disusun sesuai dengan IFRS,
auditor mengacu pada standar tersebut dan bukan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di A.S.

Anda mungkin juga menyukai