Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
LAPORAN AUDIT
Disusun Oleh :
Mufidah 161210179
LAPORAN AUDIT
Laporan merupakan hal yang sangat penting dalam penugasan audit karena mengomunikasikan
temuan-temuan auditor. Para pemakai laporan keuangan mengandalkan laporan auditor untuk
memberikan kepastian atas laporan keuangan perusahaan. Auditor kemungkinan besar akan
bertanggung jawab bila ia menrbitkan laporan audit yang tidak tepat.
Paragraf ketiga menunjukkan auditor yakin bahwa bukti audit yang tepat dan
mencukupi telah diperoleh demi mendukung pendapat auditor.
6. Paragraf pendapat
Dalam paragraf ini auditor menyatakan kesimpulannya berdasarkan hasil audit. Bagian
laporan ini begitu penting, sehingga sering kali keseluruhan audit dinyatakan secara
sederhana sebagai pendapat auditor. Paragraf pendapat dinyatakan sebagai suatu pendapat
saja bukan sebagai pernyataan yang mutlak atau sebagai jaminan. Frasa menurut pendapat
kami menunjukkan bahwa mungkin ada beberapa risiko informasi yang berkaitan dengan
laporan keuangan tersebut meskipun telah diaudit.
Salah satu bagian laporan auditor yang kontroversial adalah arti istilah menyajikan
secara wajar. Sebagian auditor percaya bahwa laporan keuangan telah “disajiakan secara
wajar” apabila disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, tetapi
auditor juga harus menguji substansi transaksi serta saldo akun terhadap kemungkinan
adanya informasi yang salah.
7. Nama dan alamat KAP
Nama mengidentifikasi kantor akuntan publik (KAP) atau praktisi yang melaksanakan
audit. Biasanya yang ditulis adalah nama KAP, karena seluruh bagian dari KAP mempunyai
tanggung jawab hokum dan profesioanal untuk memastikan bahwa kualitas audit memenuhi
standar profesional. Kota dan Negara lokasi KAP juga harus dicantumkan.
8. Tanggal laporan audit
Tangal yang tepat untuk dicantumkan pada laporan audit adalah ketika auditor
menyelesaikan prosedur audit di lokasi pemeriksaan.
Laporan audit standar tanpa pengecualian diterbitkan bila kondisi-kondisi berikut terpenuhi
1. Semua laporan neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas pemegang saham,
dan laporan arus kas sudah termasuk dalam laporan keuangan.
2. Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan auditor telah melaksanakan
penugasan audit ini dengan cara yang memungkinkannya untuk menyimpulkan bahwa
audit telah dilaksankan sesuai dengan standar auditing.
3. Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum atau kerangka kerja akuntansi lainnya yang sesuai. Hal itu juga berarti bahwa
pengungkapan yang memadai telah tercantum dalam catatan kai dan bagian-bagian lain
dari laporan keuangan.
4. Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan sebuah
paragraf penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.
Apabila kondisi diatas terpenuhi, maka laporan audit standar tanpa pengecualian
untuk audit perusahaan nonpublik dapat diterbitkan. Sebaliknya, jika salah satu dari
empat syarat laporan audit standar tanpa penegcualian tidak dapat dipenuhi, maka
laporan audit tersebut tidak dapat diterbitkan.
Laporan Audit Standar Tanpa Pengecualian dan Laporan Tentang Pengendalian Internal Atas
Pelaporan Keuangan Menurut Standar Auditing PCAOB
Terdapat dua perbedaan pelaporan audit yang signifikan untuk perusahaan publik, yaitu :
a. Laporan audit standar tanpa pengecualian berbeda untuk audit laoran keuangan perusahaan
publik.
b. Auditor perusahaan public berukuran besar juga harus menerbitkan pendapat tentang
pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Laporan audit standar anpa pengecualian untuk perusahaan public meliputi tiga paragraf. Paragrf
pertama adalah paragraf pendahuluan da menunjukkan bahwa audit telah dilaksanakan serta laporan
keuangan telah diaudit. Paragraf pendahuluan juga menunjukkan bahwa laporan keuangan merupakan
tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor adalah menyatakan pendapat tentang laporan
keuangan.
Paragraf kedua yaitu ruang lingkup yang menunjukkan bahwa audit dirancang untuk memberikan
kepastian yang layak bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material. Paragraf ini juga
menyatakan bahwa audit telah dilakukan atas dasar pengujian.
Paragraf ketiga merupakan pendapat. Jika auditor juga mengeluarkan laporan terpisah tentang
pengendalian internal atas pelaporan keuangan, paragraf keempat akan mengikuti paragraf pendapat
yang disebut laporan audit tentang pengendalian internal.
PCAOB Auditing Standard 5 mewajibkan audit atas pengendalian internal dipadukan dengan laporan
keuangan. Namun, auditor dapat memilih untuk menerbitkan laporan terpisah atau pada laporan
gabungan. Laporan gabungan tentang laporan keuangan dan pengendalian internal atas pelaporan
keuangan menyajikan baik laporan keuangan maupun laporan manajemen tentang pengendalian
internal atas pelaporan keuangan.
Meskipun laporan gabungan diizinkan, laporan terpisah tentang pengendalian internal atas
pelaporan keuangan jauh lebih umum dan meliputi unsur-unsur berikut :
a. Paragraf pendahuluan
b. Paragraf ruang lingkup
c. Paragraf definisi
d. Paragraf keterbatasan yang melekat
e. Paragraf pendapat
f. Paragraf referensi silang
- Paragraf pendahuluan, ruang lingkup, dan pendapat menguraikan ruang lingkup pekerjaan
auditor serta pendapat tentang pengendalian internal atas pelaporan keuangan, sementara
paragraf pendahuluan menyoroti tanggung jawab manajemen serta penilaian terpisah
tentang pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
- Paragraph pendahuluan dan pendapat juga mengacu pada kerangka kerja yang digunakan
untuk mengevaluasi penegndalian internal.
- Laporan itu menyertakan paragraf sesudah paragraph ruang lingkup yang menetapkan
penegndalian internal atas pelaporan keuangan.
- Laporan itu juga menyertakan paragraf tambahan sebelum paragraf pendapat yang
menyatakan keterbatasan yang melekat dari pengendalian internal.
- Meskipun pendapat audit atas laporan keuangan mencakup banyak periode pelaporan,
pendapat auditor tentang efektivitas pengendalian internal adalah untuk akhir tahun fiskal
terkini.
- Paragraf terakhir dari laporan itu menyertakan sebuah referensi-silang ke laporan terpisah
auditor tentang laporan keuangan.
Laporan Audit Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan Atau Modifikasi Kata-Kata
Laporan audit wajar tanpa penegcualian dengan paragraf penjelasan atau modifikasi perkataan
memenuhi kriteria audit yang lengkap dengan hasilyang memuaskan dan laporan keuangan yang
disajikan secara wajar, tetapi auditor merasa penting atau wajib untuk memberikan informasi
tambahan. Dalam laporan audit wajar dengan pengecualian (qualified), tidak wajar (adverse), atau
menolak memberikan pendapat (disclaimer), auditor tidak melaksanakan audit yang memuaskan, tidak
yakin bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar, atau tidak independen.
Berikut ini adalah penyebab paling penting dari penambahan paragraf penjelasan atau modifikasi
kata-kata pada laporan wajar tanpa pengecualian standar baik menurut standar auditing AICPA maupun
PCAOB :
1) Tidak adanya aplikasi yang konsisten dari prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP)
2) Keraguan yang substansial mengenai going concern
3) Auditor setuju dengan penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dirumuskan
4) Penekanan pada suatu hal atau masalah lain
5) Laporan yang melibatkan auditor lain
Hanya laporan yang pembuatannya melibatkan auditor lain yang memerlukan modifikasi kata-kata.
Istilah “paragraf penjelasan” telah diganti dalam standar auditing AICPA dengan paragraf “penekanan
pada masalah” atau “masalah lain”. Jika pelaporan tentang entitas non-publik dilakukan menurut
standar auditing AICPA, paragraf penjelasan harus didahului dengan judul “Penekanan pada Masalah”.
Konsistensi vs Komparabilitas
Auditor harus mampu membedakan antara perubahan yang mempengaruhi konsistensi pelaporan
dengan perubahan yang dapat mempengaruhi komparabilitas tetapi tidak mempengaruhi konsisten.
Berikut adalah contoh-contoh perubahan yang mempengaruhi konsistensi dan karenanya memerlukan
paragraf penjelasan jika perubahan tersebut bersifat material :
a. Perubahan prinsip akuntansi, seperti perubahan metode penilaian persediaan dari FIFO menjadi
LIFO.
b. Perubahan entitas pelaporan, seperti penambahan perusahaan baru dalam laporan keuangan
gabungan.
c. Koreksi kesalahan yang melibatkan prinsip-prinsip akuntansi, yaitu dengan mengubah prinsip
akuntansi yang tidak berlaku umum menjadi prinsip akuntansi yang berlaku umum, termasuk
koreksi kesalahan yang diakibatkannya.
a. Perubahan estimasi, seperti penurunan umur manfaat asset untuk tujuan penyusutan.
b. Koreksi kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntansi, seperti kesalahan matematis tahun
sebelumnya.
c. Variasi format dan penyajian informasi keuangan.
d. Perubahan yang terjadi akibat trasaksi atau peristiwa yang sangat berbeda, seperti usaha dalam
riset dan pengembangan yang baru atau penjualan anak perusahaan.
Sekalipun tujuan audit bukan untuk mengevaluasi kesehatan keuangan perusahaan, auditor
memiliki tanggung jawab menurut standar auditing untuk mengevaluasi apakah perusahaan mempunyai
kemampuan untuk tetap bertahan (going concern). Keberadaan satu atau lebih faktor berikut dapat
menimbulkan ketidakpastian mengenai kemampuan perusahaan untuk terus bertahan:
a. Kerugian operasi atau kekurangan modal kerja yang berulang dan signifikan.
b. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya ketika jatuh tempo.
c. Kehilangan pelanggan utama, terjadi bencana yang tidak dijamin oleh asuransi seperti gempa
bumi atau banjir, atau masalah ketenagakerjaan yang tidak biasa.
d. Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal serupa lainnya yang sudah terjadi dan dapat
membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi.
Pertimbangan auditor dalam situasi semacam itu adalah kemungkinan bahwa klien mungkin tidak
dapat meneruskan operasiya atau memenuhi kewajibannya selama periode yang wajar. Apabila auditor
menyimpulka bahwa terdapat keraguan yang substansial mengenai kemampuan perusahaan untuk
terus going concern, maka pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan harus
diterbitkan, tanpa memperhatikan pengungkapan dalam laporan keuangan. Standar auditing
memperkenankan tetapi tidak mewajibkan untuk menolak memberikan pendapat apabila ada keraguan
yang substansial tentang going concern.
Peraturan 203 dari Kode Perilaku Profesional AICPA menyatakan bahwa dalam situasi yang tidak
biasa, penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum mungkin tidak memerlukan pendapat
wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar. Akan tetapi, untuk menjustifikasi pendapat wajar
tanpa penegcualian auditor harus yakin dan harus menyatakan serta menjelaskan, dalam satu atau
beberapa paragraf terpisah pada laporan audit bahwa dengan menaati prinsip akuntansi dapat
menimbulkan hasil yang menyesatkan pada situasi tersebut.
Dalam situasi tertentu, akuntan publik mungkin ingin menekankan beberapa masalah tertentu
berkaitan dengan laporan keuangan, walaupun ia bermaksud mengekspresikan suatu pendapat wajar
tanpa pengecualian. Biasanya informasi penjelas harus dicantumkan dalam suatu paragraf terpisah pada
laporan audit. Contoh informasi penjelas dimana auditor dapat melaporkannya sebagai penekanan pada
suatu masalah adalah sebagai berikut:
CPA atau akuntan publik sering mengandalkan kantor akuntan publik (KAP) yang berbeda untuk
melakukan sebagian audit apabila memiliki operasi yang luas. Auditor utama yang mengeluarkan
pendapat tentang laporan keuangan disebut auditor utama (principal auditor) menurut standar auditing
PCAOB dan partner penugasan kelompok (group engangement partner) menurut standar auditing
AICPA. Auditor lain yang melaksanakan pekerjaan atas informasi keuangan komponen disebut auditor
komponen menurut standar auditing AICPA. Jika CPA bergantung pada KAP yang berbeda untuk
melakukan sebagian audit, KAP utama memiliki tiga alternative. Hanya yang kedualah yang merupakan
laporan wajar tanpa pengecualian dengan modifikasi kata-kata.
Dalam studi tentang laporan audit yang menyimpang dari laporan wajar tanpa pengecualian,
terdapat tiga topik yang berrkaitan erat satu sama lain, yaitu:
Apabila salah satu dari ketiga kondisi itu memerlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa
pengecualian yang ada dan bernilai material, mala laporan selain laporan wajar tanpa pengecualian
harus diterbitkan. Tiga jenis utama laporan audit yang diterbitkan menurut ketiga kondisi tersebut
adalah pendapat wajar dengan pengecualian, pendapat tidak wajar, serta menolak memberikan
pendapat.
Terdapat tiga tingkatan materialitas yang digunakan untuk menentukan jenis pendapat yang
akan diterbitkan, yaitu:
a. Jumlahnya tidak material
Apabila ada salah saji dalam laporan keuangan tetapi cenderung tidak mempengaruhi
keputusan pemakai laporan, maka hal tersebut dianggap sebagai tidak material.
b. Jumlahnya material tetapi tidak memperburuk laporan keuangan secara keseluruhan
Tingkat materialitas yang kedua terjadi apabila salah saji dalam laporan keuangan akan
mempengaruhi keputusan para pemakai laporan itu, tetapi laporan keuangan secara
keseluruhan tetap disajikan secara wajar sehingga masih berguna. Contohnya, pengetahuan
akan salah saji yang besar dalam asset tetap mungkin mempengaruhi keinginan pemakai
untuk meminjam uang kepada perusahaan jika asset itu adalah jaminannya.
Apabila auditor menyimpulkan bahwa salah saji material tetapi tidak mempengaruhi
laporan secara keseluruhan, maka pendapat yang tepat adalah pendapat wajar dengan
pengecualian (dengan menggunakan “kecuali untuk”).
c. Jumlahnya sangat material atau begitu pervasif sehingga kewajaran laporan keuangan
secara keseluruhan diragukan
Tingkat materialitas tertinggi terjadi apabila pemakai mungkin akan mebuat keputusan
yang tidak benar jika mereka mengandalkan laporan keuangan secara keseluruhan. Apabila
terwujud tingkat materilitas yang tertinggi, auditor harus menolak memberikan pendapat
atau memberikan pendapat tidak wajar, tergantung pada kndisi yang ada.
Pada saat menetukan apakah suatu pengecualian sangat material, auditor harus
memepertimbangkan seberapa besar pengaruh pengecualian tersebut terhadap bagian
laporan keuangan yang berbeda. Hal ini disebut sebagai penyebaran (perhasiveness).
Keputusan Materialitas
Pengaruh materialitas terhadap jenis pendapat yang diterbitkan bersifat langsung.
Evaluasi terhadap materialitas juga tergantung pada apakah situasinya melibatkan
kegagalan untuk mengikuti GAAP atau pembatasan tuang lingkup audit.
Apabila klien gagal dalam mengikti GAAP, maka laporan audit akan berupa pendapat wajar tanpa
pengecualian, pendapat wajar dengan pengecualian, atau pendapat tidak wajar, tergantung pada
materialitas dari penyimpangan yang terjadi. Beberapa aspek materialitas yang harus dipertimbangkan :
Apabila terdapat pembatasan ruang lingkup audit, laporan audit dapat berupa pendapat wajar tanpa
pengecualian, ruang lingkup dan pendapat wajar dengan pengecualian, atau menolak memberikan
pendapat, tergantung pada materialitas pembatasan ruang lingkup audit tersebut. Biasanya lebih sulit
mengevaluasi materialitas salah saji yang potensial akibat pembatasan ruang lingkup ketimbang
kegagalan mengikuti GAAP. Salah saji yang diakibatkan oleh kegagalan mengikuti GAAP dapat diketahui.
Sementara salah saji yang diakibatkan oleh pembatasan ruang lingkup audit biasanya harus diukur
secara subjektif dalam pengertian salah saji yang potensial atau yang mungkin.
Berikut kondisi-kondisi yang memerlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa pengecualian
yang lebih terinci, yaitu:
Pembatasan pada ruang lingkup pemeriksaan auditor memerlukan paragraf pengecualian yang
mendahului paragraf pendapat untuk menjelaskan pembatasannya.
Para auditor menggunakan suatu proses yang tersusun dengan baik dalam memutuskan laporan
audit yang tepat pada serangkaian situasi tertentu.
1) Menentukan apakah ada kondisi yang memerlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa
pengecualian standar
Para auditor mengidentifikasi kondisi-kondisi tersebut ketika mereka melaksanakan audit
dan mencantumkan informasi tentang kondisi itu dalam file audit sebagai bahan diskusi guna
pelaporan audit.
2) Memutuskan materialitas untuk setiap kondisi
Apabila ada kondisi yang memerlukan penyimpangan dari pendapat wjar tanpa
pengecualian standar, auditor mengevaluasi pengaruh potensialnya terhadap laporan keuangan.
Untuk penyimpangan dari GAAP atau pemtasan ruang lingkup audit, auditor harus memutuskan
antara tidak material, material, atau sangat material.
3) Memutuskan jenis laporan audit yang tepat untuk kondisi tertentu berdasarkan tingkat
materialitas
Setelah membuat dua keputusan pertama, maka mudah untuk memutuskan jenis pendapat
yang tepat dengan menggunakan alat bantu pembuat keputusan.
4) Menuliskan laporan audit
Sebagian besar kantor akuntan publik memiliki template komputer yang berisi kata-kata
yang tepat untuk situasi yang berbeda guna membantu auditor menuliskan laporan audit. Selain
itu, satu atau lebih partner dalam sebagian besar KAP juga memiliki keahlian khusus dalam
menulis laporan audit. Para partner ini umumnya meriview atau menulis seluruh laporan audit
sebelum diterbitkan.
Ada lebih dari satu kondisi yang membutuhkan penyimpangan atau modifikasi
Situasi-situasi berikut merupkan contoh ketika diperlukan lebih dari satu modifikasi dalam laporan:
Saat ini, perusahaan publik A.S. diwajibkan untuk menyiapkan laporan keuangan yang akan diajukan
kepada Securities and Exchange Commission (SEC) sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Amerika Serikat. SEC sedang mengembangkan rencana kerja untuk menentukan apakah akan
memasukan IFRS ke dalam sistem pelaporan keuangan A.S.
Auditor dapat ditugaskan untuk membuat laporan tentang laporan keuangan yang disusun sesuai
dengan IFRS. Ketika membuat laporan tentang laporan keuangan yang disusun sesuai dengan IFRS,
auditor mengacu pada standar tersebut dan bukan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di A.S.