Anda di halaman 1dari 21

Laporan Kasus

PERITONITIS ET CAUSA PERFORASI GASTER

Disusun Oleh :
Alfian Arsyadi Sunanto
Pembimbing :
dr. Sri Wahyuli

PROGRAM INTERNSHIP ANGKATAN IV


2018-2019
BAB 1
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS
1. Nama : Tn. S
2. Jenis Kelamin : Laki-laki
3. Umur : 70 th
4. Alamat : Kerep 1/3 Sulang
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan : Petani
7. Masuk RS : 03 September 2019
8. No. RM : 612762

B. ANAMNESA
1. Keluhan Utama :
Nyeri perut

2. Riw Peny Skrg :


Pasien datang dengan keluhan nyeri perut yang mendadak telah
dirasakan sejak 4 hari yang lalu, keluhan diawali oleh muntah yang
kemudian nyeri perut dirasakan terus memberat dan meluas, pasien
mengaku perutnya sering kembung dalam 1 minggu terakhir dan tidak
bisa kentut & BAB 2 hari terakhir, nafsu makan berkurang, dan mual.
selain itu pasien juga mengeluhkan perutnya terasa ampeg dan kaku
karena menahan sakit, terkadang keluar keringat dingin, sesak nafas,
badan meriang dan kepala cekot-cekot. Pasien tidak pernah
mengeluhkan gangguan dalam berkemih

3. Riw. Peny Dahulu :


Riwayat asma disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat penyakit tekanan darah tinggi disangkal
Riwayat penyakit kencing manis disangkal
Riwayat operasi sebelumnya disangkal
Riwayat perut sering kembung dan terasa sebah dibenarkan
Riwayat trauma disangkal
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan dibenarkan, pasien memiliki
riwayat minum obat anti nyeri yang dibeli sendiri di apotek untuk
menobati nyeri dikedua lututnya, kebiasaan minum obat anti nyeri
sudah dilakukan lebih dari 1 tahun yang lalu dan semakin sering
mengkonsumsi dalam 3 bulan terakhir.

4. Riw Peny Keluarga :


Riwayat penyakit tekanan darah tinggi disangkal
Riwayat penyakit kencing manis disangkal
Riwayat penyakit alergi atau asma disangkal

5. Anamnesis Sistem:
Sistem Cerebrovaskuler : Pasien sadar, Nyeri kepala (-)
Sistem Cardiovaskuler : Tidak ada keluhan
Sistem Respiratorius : Sesak nafas
Sistem Gastrointestinal : Nyeri perut, kembung, BAB (-) 2 hr
mual, nafsu makan berkurang
Sistem Urogenital : Tidak ada keluhan
Sistem Integumentum : Keringat dingin, Badan meriang
Sistem muskuloskeletal : Nyeri perut dan Kaku

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
a) Keadaan umum ; Tampak Kesakitan
b) Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
c) Vital sign :
Suhu : 37,1oC
Nadi : 84 x/mnt
TD : 130/80 mmHg
RR : 30 x/mnt

Kepala
- Bentuk : Mesocephal, Simetris
- Rambut : Panjang, Warna hitam bercampur putih
Mata
- Palpebra : Tidak edema
- Conjunctiva : Tidak anemis
- Sclera : Tidak ikterik
- Pupil : Isokor / Isokor
- Reflek cahaya : +/+
- Katarak : Tidak ditemukan
Leher
- Kelj. Getah bening : Tidak membesar
- Kelj. Thyroid : Tidak membesar
- JVP : Tidak meningkat
Thorax
Paru
- Inspeksi : Simetris, tidak retraksi dan tidak ada
ketinggalan gerak
- Palpasi : Taktil fremitus kanan sama dengan kiri
- Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
- Auskultasi: Suara dasar vesikuler +/+, ST (-/-)

Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak
- Palpasi : Ictus cordis teraba
- Perkusi :
Batas kiri atas SIC II LMC sinistra
Batas kanan atas SIC II LPS dextra
Batas kiri bawah SIC V LMC sinistra
Batas kanan bawah SIC IV LPS dextra
- Auskultasi : Bunyi jantung 1-2, reguler, gallop tidak ada

Abdomen
- Inspeksi : Distended (-), simetris, tidak nampak
hematom, warna kulit sama dengan sekitar, darm
kontour dan darm steifung tidak nampak
- Auskultas i: Peristaltik menurun
- Palpasi : Tidak teraba massa, didapatkan defans
muskuler, nyeri tekan seluruh lapang perut, hepar dan
lien tidak teraba, ballotemen ginjal tidak teraba
- Perkusi : Hipertimpani, tidak ada nyeri ketok CVA
Ekstremitas
- Akral : Hangat
- Sianosis : Tidak ditemukan
- Edema : Tidak ditemukan

2. Status Lokalis
Nyeri tekan dititik Mc.Burney (-), Rovsing sign (-), Obturator sign (-),
Psoas sign (-)

 Rectal Toucher
- M. Spincter ani mencengkram kuat
- Mucosa recti licin, tidak teraba massa
- Ampula recti tidak kolaps
- Sarung tangan : Darah (-), Feces (+)

D. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


 Keluhan utama nyeri perut mendadak yang dirasakan sejak 4 hari
yang lalu. Keluhan diawali dengan muntah yang kemudian keluhan
nyeri perut dirasakan terus memberat. Keluhan lain yang menyertai
adanya kembung, keringat dingin, badan meriang, nyeri kepala
cekot-cekot, tidak bisa BAB dan kentut 2 hari terakhir, perut
ampeg dan kaku dan nafsu makan berkurang
 Riwayat penyakit dahulu: Riwayat perut sering kembung dan
terasa sebah, pasien memiliki riwayat mengkonsumsi obat-obatan
anti nyeri yang dibeli sendiri di apotek untuk mengobati nyeri
dikedua lututnya, kebiasaan minum obat anti nyeri sudah dilakukan
lebih dari 1 tahun yang lalu dan semakin sering mengkonsumsi
dalam 3 bulan terakhir.
 Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemah dan
kesakitan; vital sign didapatkan febris, dan takipneu; pemeriksaan
abdomen didapatkan distended, defans muskuler, nyeri tekan
seluruh lapang perut, dan perkusi hipertimpani.

E. DIAGNOSIS BANDING
Abdominal pain e/c peritonitis
Abdominal pain e/c appendicitis perforasi
Abdominal pain e/c gastritis erosiva
Abdominal pain e/c gastroenteritis akut

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hematologi
Hb : 12,0 gr/dl (13,0 - 14,0)
Eritrosit : 4,09 103 µl (4,5 - 5,5)
Hematokrit : 35,4 % (40 - 48)
Indek eritrosit
MCV : 61,4 fL (82 - 92)
MCH : 21,1 pg (27 - 31)
MCHC : 34,4 g/dl (32 - 36)
Trombosit : 323 103 uL (150 - 400)
Leukosit : 4,5 103 uL (5,0 - 10,0)
Gol darah :O
Hitung Jenis Leukosit
Neutrofil segmen : 63 %
Limfosit : 30 %
Monosit : 7%

2. Pemeriksaan Immunologi
HbsAg : (-)

3. Pemeriksaan Kimia Darah


Ureum : 84,82 mg/dl (10 - 50)
Creatinin : 0,84 mg/dl (0,6 - 1,1)
SGOT : 64,30 U/l (0 - 25)
SGPT : 44,55 U/l (0 - 29)
GDS : 124 mg/dl (70 - 120)

4. Pemeriksaan Radiologi abdomen 3 posisi


Distribusi udara di dalam usus normal
Tidak tampak gambar air fluid level
Tampak gambar free air

Kesan : Gbr. Pneumoperitoneum

G. DIAGNOSIS KERJA
Abdominal pain e/c peritonitis e/c susp perforasi

H. PERENCANAAN
1. Rencana terapi
a) Tindakan resusitasi à Airway, Breathing, Circulation
b) Rehidrasi cairan à infuse RL 6%xBB =6%x50000=3000cc
Lanjut maintenence 30cc/kg/24 = 21 tpm
c) Pencegahan infeksi à Ceftriaxone 2g/24 jam
Metronidazol 500mg/8 jam
d) Terapi simptomatik à Ranitidin 50 mg/12 jam
Tramadol 50 mg/12 jam
e) Pasang NGT dan Dauer Catheter à Balans cairan
2. Rencana diagnostic
a) Informed Consent
b) Konsul Anastesi
c) Laparotomi eksplorasi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Terminologi abdomen akut telah banyak diketahui namun sulit untuk


didefinisikan secara tepat. Tetapi sebagai acuan adalah kelainan nontraumatik
mendadak dengan gejala utama di daerah abdomen dengan nyeri sebagai keluhan
utama dan memerlukan tindakan bedah segera, misalnya pada perforasi,
perdarahan intraabdomen, infeksi, obstruksi dan strangulasi jalan cerna dapat
menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi
saluran cerna sehingga terjadilah peritonitis.
Banyak kondisi yang dapat menimbulkan abdomen akut. Secara garis
besar, keadaan tersebut dapat dikelompokkan dalam lima hal, yaitu:
1. Proses peradangan bakterial-kimiawi;
2. Obstruksi mekanis: seperti pada volvulus, hernia atau perlengketan;
3. Neoplasma atau tumor: karsinoma, polypus, atau kehamilan ektopik;
4. Kelainan vaskuler: emboli, tromboemboli, perforasi, dan fibrosis;
5. Kelainan congenital
Peradangan peritoneum merupakan komplikasi berbahaya yang sering
terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ-organ abdomen (misalnya apendisitis,
salpingitis, perforasi ulkus gastroduodenal), ruptura saluran cerna, komplikasi
post operasi, iritasi kimiawi, atau dari luka tembus abdomen. Pada keadaan
normal, peritoneum resisten terhadap infeksi bakteri. Namun adanya kontaminasi
bakteri yang terus menerus, bakteri yang virulen, resistensi tubuh yang menurun,
dan adanya benda asing atau enzim pencerna aktif, kesemua hal ini merupakan
faktor-faktor yang dapat memudahkan terjadinya peritonitis (radang peritoneum).
Peritonitis selain disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen yang berupa
inflamasi dan penyulitnya, juga oleh ileus obstruktif, iskemia dan perdarahan.
Sebagian kelainan disebabkan oleh cidera langsung atau tidak langsung yang
mengakibatkan perforasi saluran cerna atau perdarahan.
Keputusan untuk melakukan tindakan bedah harus segera diambil karena
setiap keterlambatan akan menimbulkan penyakit yang berakibat meningkatkan
morbiditas dan mortalitas. Ketepatan diagnosis dan penanggulangannya
tergantung dari kemampuan melakukan analisis pada data anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
DEFINISI
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum yang merupakan
pembungkus visera dalam rongga perut. Peritonitis dapat terjadi akibat suatu
respon inflamasi atau supuratif dari peritoneum yang disebabkan oleh iritasi
kimiawi atau invasi bakteri.

ANATOMI
Peritoneum adalah mesoderm lamina lateralis yang tetap bersifat epitelial.
Pada permulaan, mesoderm merupakan dinding dari sepasang rongga yaitu
coelom. Di antara kedua rongga terdapat entoderm yang merupakan dinding
enteron. Enteron didaerah abdomen menjadi usus. Sedangkan kedua rongga
mesoderm, bagian dorsal dan ventral usus saling mendekat, sehingga mesoderm
tersebut kemudian akan menjadi peritoneum.
Lapisan peritonium dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Lembaran yang menutupi dinding usus, disebut lamina visceralis
(tunika serosa).
2. Lembaran yang melapisi dinding dalam abdomen disebut lamina
parietalis.
3. Lembaran yang menghubungkan lamina visceralis dan lamina
parietalis.

Area permukaan total peritoneum sekitar dua meter persegi, dan


aktivitasnya konsisten dengan suatu membran semi permeabel. Cairan dan
elektrolit kecil dapat bergerak menuju dua arah. Molekul-molekul yang lebih
besar kemudian akan dibersihkan ke dalam mesotelium diafragma dan sistem
limfatik melalui stomata-stomata kecil.
Organ-organ yang terdapat di cavum peritoneum yaitu:
 Gaster, hepar, vesica fellea, lien, ileum, jejenum, kolon transversum,
kolon sigmoid, sekum, dan appendix (intraperitoneum);
 Pankreas, duodenum, kolon ascenden & descenden, ginjal dan ureter
(retroperitoneum).
ETIOLOGI
Secara umum, infeksi pada abdomen dikelompokkan menjadi peritonitis
infektif (umum) dan abses abdomen (lokal). Bila ditinjau dari penyebabnya,
infeksi peritonitis terbagi atas:
1. Penyebab primer : peritonitis spontan (pada pasien dengan penyakit
hati kronik, dimana 10-30% pasien dengan sirosis hepatis yang
mengalami asites akan mengalami peritonitis bakterial spontan)
2. Penyebab sekunder : berkaitan dengan proses patologis dari organ
visera (berupa inflamasi, nekrosis dan penyulitnya misalnya perforasi
appendisitis, perforasi ulkus peptikum atau duodenum, perforasi tifus
abdominalis, perforasi kolon akibat divertikulitis, volvulus, atau
kanker dan strangulasi kolon asenden).
3. Penyebab tersier : infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi awal
yang adekuat, timbul pada pasien dengan kondisi komorbid
sebelumnya, dan pada pasien yang imunokompromais (riwayat sirosis
hepatis, TB).
Bila dilihat dari organ yang menyebabkan peritonitis, maka penyebabnya
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Esofagus: keganasan, trauma, iatrogenik dan sindrom Boerhaave;
2. Lambung: perforasi ulkus peptikum, adenokarsinoma, limfoma, tumor
stroma GIT, trauma dan iatrogenik;
3. Duodenum: perforasi ulkus peptikum, trauma (tumpul dan penetrasi),
dan iatrogenik;
4. Traktus bilier: kolesistitis, perforasi kolelithiasis, keganasan,ta duktus
koledokus, trauma dan iatrogenik;
5. Pankreas: pankreatitis (alkohol, obat-obatan batu empedu), trauma dan
iatrogenik;
6. Kolon asendens: iskemia kolon, hernia inkarserata, obstruksi loop,
penyakit crohn, keganasan, divertikulum meckel, dan trauma;
7. Kolon desendens dan appendiks: iskemia kolon, divertikulitis,
keganasan, kolitis ulseratif, penyakit crohn, appendisitis, volvulus
kolon, trauma dan iatrogenik;
8. Salping, uterus dan ovarium: radang panggul, keganasan dan trauma.
Sedangkan menurut agen-nya, peritonitis dapat dibedakan menjadi dua
kelompok sebagai berikut:
1. Peritonitis steril atau kimiawi
Peritonitis yang disebabkan karena iritasi bahan-bahan kimia,
misalnya getah lambung, dan pankreas, empedu, darah, urin, benda
asing (talk, tepung, barium) dan substansi kimia lain atau proses
inflamasi transmural dari organ-organ dalam (misalnya penyakit
crohn) tanpa adanya inokulasi bakteri di rongga abdomen
2. Peritonitis bakterial:
a) Peritonitis bakterial spontan, 90% disebabkan monomikroba,
tersering adalah bakteri gram negatif, yakni 40% Eschericia coli,
7% Klebsiella-pneumoniae, spesies Pseudomonas, Proteus dan
lain-lain. Sementara bakteri gram positif, yakni Streptococcus
pneumoniae 15%, Streptococcus yang lain 15%, golongan
Staphylococcus 3%, dan kurang dari 5% kasus mengandung bakteri
anaerob.
b) Peritonitis sekunder lebih banyak disebabkan bakteri gram positif
yang berasal dari saluran cerna bagian atas, dapat pula gram
negatif, atau polimikroba, dimana mengandung gabungan bakteri
aerob dan anaerob yang didominasi bakteri gram negatif.

PERFORASI GASTER
Perforasi gastrointestinal merupakan suatu bentuk penetrasi yang komplek
dari dinding lambung, usus halus, usus besar akibat dari bocornya isi dari usus ke
dalam rongga perut.
Perforasi dalam bentuk apapun yang mengenai saluran cerna merupakan
suatu kasus kegawatan bedah.
1. Anatomi Gaster
Merupakan bagian dan saluran yang dapat mengembang paling
banyak terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas
fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik,
terletak di bawah diafragma di. depan pankreas dan limpa, menempel di
sebelah kiri fundus uteri.
Bagian lambung terdiri dari:
a. Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak sebelah kiri
osteum kardium dan biasanyanya penuh berisi gas.

b. Korpus ventrikuli, setinggi osteum kardiun, suatu lekukan pada


bagian bawah kurvatura minor.

c. Antrum pilorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot


yang tebal membentuk spinter pilorus.

d. Kurvatura minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari


osteum kardiak sampai ke pilorus.

e. Kurvatura mayor, lebih panjang dari kurvatura minor terbentang dari


sisi kiri osteum kardiakum melalui fundus ventrikuli menuju ke kanan
sampai ke pilorus inferior. Ligamentum gastro lienalis terbentang dari
bagian atas kurvatura mayor sampai ke limpa.

f. Osteum kardiakum, merupakan tempat dimana osofagus bagian


abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium
pilorik.

Susunan lapisan dari dalam keluar, terdin dari:


 Lapisan selaput lendir, apabila lambung ini dikosongkan, lapisan ini
akan berlipat-lipat yang disebut rugae.
 Lapisan otot melingkar (muskulus aurikularis).
 Lapisan otot miring (muskulus obliqus).
 Lapisan otot panjang (muskulus longitudinal).
 Lapisan jaringan ikat/serosa (peritonium).
 Hubungan antara pilorus terdapat spinter pilorus.

Fungsi lambung. terdiri dari:


a) Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan
oleh peristaltik lambung dan getah lambung.
b) Getah cerna lambung yang dihasilkan;
 Pepsin fungsinya, memecah putih telur menjadi asam amino
(albumin dan pepton).
 Asam garam (HCl) fungsinya; Mengasamkan makanan, sebagai
anti septik dan desinfektan, dan membuat suasana asam pada
pepsinogen sehingga menjadi pepsin.
 Renin fungsinya, sebagai ragi yang membekukan susu dan
membentuk kasein dari kasinogen (kasinogen dan protein susu).
 Lapisan lambung. Jumlahnya sedikit memecah lemak menjadi
asam lemak yang merangsang sekresi getah lambung.
 Sekresi getah lambung mulai terjadi pada awal orang makan. bila
melihat makanan dan mencium bau makanan maka sekresi
lambung akan terangsang. Rasa makanan merangsang sekresi
lambung karena kerja saraf sehingga menimbulkan rangsangan
kimiawi yang nienyebabkan dinding lambung melepaskan hormon
yang disebut sekresi getah lambung. Getah lambung dihalangi oleh
sistem saraf simpatis yang dapat terjadi pada waktu gangguan
emosi seperti marah dan rasa takut.
2. Penyebab Perforasi Gaster
a) Cedera tembus yang mengenai dada bagian bawah atau perut (contoh:
trauma tertusuk pisau)
b) Trauma tumpul perut yang mengenai lambung. Lebih sering
ditemukan pada anak-anak dibandingkan orang dewasa.
c) Obat aspirin, NSAID, steroid. Sering ditemukan pada orang dewasa
d) Kondisi yang mempredisposisi : ulkus peptikum, appendicitis akuta,
divertikulosis akut, dan divertikulum Meckel yang terinflamasi.
e) Infeksi bakteri: infeksi bakteri ( demam typoid) mempunyai
komplikasi menjadi perforasi usus pada sekitar 5 % pasien.
Komplikasi perforasi pada pasien ini sering tidak terduga terjadi pada
saat kondisi pasien mulai membaik.
f) Benda asing ( tusuk gigi) dapat menyebabkan perforasi oesophagus,
gaster, atau usus kecil dengan infeksi intra abdomen, peritonitis, dan
sepsis.
3. Patofisiologi
Secara fisiologis, gaster relatif bebas dari bakteri dan
mikroorganisme lainnya karena keasaman yang tinggi. Kebanyakan orang
yang mengalami trauma abdominal memiliki fungsi gaster yang normal
dan tidak berada pada resiko kontaminasi bakteri yang mengikuti perforasi
gaster. Bagaimana pun juga mereka yang memiliki masalah gaster
sebelumnya berada pada resiko kontaminasi peritoneal pada perforasi
gaster. Kebocoran asam lambung kedalam rongga peritoneum sering
menimbulkan peritonitis kimia. Bila kebocoran tidak ditutup dan partikel
makanan mengenai rongga peritoneum, peritonitis kimia akan diperparah
oleh perkembangan yang bertahap dari peritonitis bakterial. Pasien dapat
asimptomatik untuk beberapa jam antara peritonitis kimia awal dan
peritonitis bakterial lanjut.
4. Gejala Klinis
Nyeri perut hebat yang makin meningkat dengan adanya
pergerakan diertai nausea, vomitus, pada keadaan lanjut disertai demam
dan mengigil.
5. Pemeriksaan fisik
a) Pemeriksaan pada area perut: periksa apakah ada tanda-tanda
eksternal seperti luka, abrasi, dan atau ekimosis. Amati pasien: lihat
pola pernafasan dan pergerakan perut saat bernafas, periksa adanya
distensi dan perubahan warna kulit abdomen. Pada perforasi ulkus
peptikum pasien tidak mau bergerak, biasanya dengan posisi flexi
pada lutut, dan abdomen seperti papan.
b) Pada auskultasi : bila tidak ditemukan bising usus mengindikasikan
suatu peritonitis difusa.
c) Nyeri perkusi mengindikasikan adanya peradangan peritoneum
d) Palpasi dengan halus, perhatikan ada tidaknya massa atau nyeri tekan.
Bila ditemukan tachycardi, febris, dan nyeri tekan seluruh abdomen
mengindikasikan suatu peritonitis. rasa kembung dan konsistens sperti
adonan roti mengindikasikan perdarahan intra abdominal.
e) Pemeriksaan rektal dan bimanual vagina dan pelvis : pemeriksaan ini
dapat membantu menilai kondisi seperti appendicitis acuta, abscess
tuba ovarian yang ruptur dan divertikulitis acuta yang perforasi.
6. Diagnosis Banding
Penyakit ulkus peptikum Gastritis
Pancreatitis acuta Cholecystitis, colik bilier
Endometriosis Torsi ovarium
PID Salpingitis acuta
Appendicitis acuta Demam typoid
Colitis iskemik Crohn’s disease
Inflamatory bowel disease Colitis
7. Penatalaksanaan
Penatalaksaan tergantung penyakit yang mendasarinya. Intervensi
bedah hampir selalu dibutuhkan dalam bentuk laparotomi explorasi dan
penutupan perforasi dan pencucian pada rongga peritoneum (evacuasi
medis). Terapi konservatif di indikasikan pada kasus pasien yang non toxic
dan secara klinis keadaan umumnya stabil dan biasanya diberikan cairan
intravena, antibiotik, aspirasi NGT, dan dipuasakan pasiennya
8. Prognosis
Prognosis untuk peritonitis general yang disebabkan oleh perforasi
gaster adalah mematikan akibat organisme virulen. Prognosis ini
bergantung kepada Lamanya peritonitis;
a) < 24 jam = 90% penderita selamat;
b) 24-48 jam = 60% penderita selamat;
c) 48 jam = 20% penderita selamat.
d) Adanya penyakit penyerta
e) Daya tahan tubuh
f) Usia Makin tua usia penderita, makin buruk prognosisnya.
g) Komplikasi.
BAB 3
KESIMPULAN
Akut abdomen merupakan sebuah terminologi yang menunjukkan adanya
keadaan darurat dalam abdomen yang dapat berakhir dengan kematian bila tidak
ditanggulangi dengan pembedahan. Keadaan darurat dalam abdomen dapat
disebabkan karena perdarahan, peradangan, perforasi atau obstruksi pada alat
pencemaan. Peradangan bisa primer karena peradangan alat pencernaan seperti
pada appendisitis atau sekunder melalui suatu pencemaran peritoneum karena
perforasi tukak lambung, perforasi dari Payer's patch, pada typhus abdominalis
atau perforasi akibat trauma.
Perforasi gastrointestinal merupakan suatu bentuk penetrasi yang komplek
dari dinding lambung, usus halus, usus besar akibat dari bocornya isi dari usus ke
dalam rongga perut. Perforasi dari usus mengakibatkan secara potensial untuk
terjadinya kontaminasi bakteri dalam rongga perut ( keadaan ini dikenal dengan
istilah peritonitis). Perforasi lambung berkembang menjadi suatu peritonitis kimia
yang disebabkan karena kebocoran asam lambung kedalam rongga perut.
Perforasi dalam bentuk apapun yang mengenai saluran cerna merupakan suatu
kasus kegawatan bedah.
Sejak 30 tahun yang lalu perforasi pada ulkus peptikum merupakan
penyebab yang tersering. Perforasi ulkus duodenum insidensinya 2-3 kali lebih
banyak daripada perforasi ulkus gaster. Hampir 1/3 dari perforasi lambung
disebabkan oleh keganasan pada lambung. Sekitar 10-15 % penderita dengan
divertikulitis akut dapat berkembang menjadi perforasi bebas. Pada pasien yang
lebih tua appendicitis acuta mempunyai angka kematian sebanyak 35 % dan angka
kesakitan 50 %.
Untuk penegakan diagnosis diperlukan pengumpulan data dengan
mengadakan penelitian terhadap penderita melalui pemeriksaan fisik penderita
secara sistematis yang dimulai dengan anamnesis penderita ditambah dengan
pemeriksaan tambahan dan khusus. Bila penderita tidak sadar atau terlalu sakit
bisa dilakukan anamnesa keluarga (allo-anamnesa)
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai