Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

DIKSI DAN GAYA BAHASA

Disusun oleh :
Kelompok 6 Kelas XD

Muniroh 201412500288
Eka Sari 201412500295
Melda Kagungan 201412500359

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami.

Terima kasih kepada Allah SWT yang telah membantu kami dan memberi
kami kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Dan kami ingin
mengucapkan terima kasih kepada dosen kami bapak Yogi Purnama yang selalu
mengajarkan kami dan memberikan banyak pengetahuan tentang ilmu Bahasa
Indonesia.

Makalah ini adalah salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia yang
terdiri dari diksi dan majas (gaya bahasa). Makalah ini disusun dengan maksimal
dan mendapatkan bantuan dari berbagai sumber sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Kami menyadari makalah ini tidak sempurna. Tapi kami
berharap dapat berguna bagi kita semua. Kritik dan saran akan kami terima untuk
membuat makalah ini lebih baik.

Mudah-mudahan kita sebagai mahasiswa di "Fakultas Bahasa dan Seni


Universitas Indraprasta PGRI'' dapat bekerja lebih profesional dengan
menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional di negara tercinta kita
Indonesia. Terimakasih

Jakarta, 20 Januari 2017


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
A. Pengertian diksi ........................................................................................... 3
B. Fungsi diksi ................................................................................................. 3
C. Persyaratan diksi.......................................................................................... 4
1. Pilihan kata sesuai dengan kaidah kelompok kata atau frase ............... 4
2. Pilihan kata sesuai dengan kaidah makna kata .................................... 5
a. Jenis makna .................................................................................... 5
b. Perubahan makna ........................................................................... 7
c. Pergeseran makna........................................................................... 8
d. Relasi makna .................................................................................. 8
3. Pilihan kata sesuai dengan kaidah lingkungan social kata ................... 10
4. Pilihan kata sesuai dengan kaidah mengarang ..................................... 11
D. Pengertian gaya bahasa ............................................................................... 12
E. Jenis atau macam-macam majas ................................................................. 12
1. Majas perbandingan ............................................................................. 13
2. Majas pertentangan .............................................................................. 17
3. Majas sindiran ...................................................................................... 18
4. Majas penegasan .................................................................................. 19
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 22
A. Simpulan .................................................................................................... 22
B. Saran ........................................................................................................... 23
Daftar Pustaka ................................................................................................ 24
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pilihan kata merupakan satu unsur yang sangat penting, baik dalam dunia
karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Memang harus
diakui, sekarang ini ada kecenderungan orang semakin mengesampingkan
pentingnya penggunaan bahasa, terutama dalam tata cara pemilihan kata.
Bahasa sendiri terdiri atas beberapa tataran gramatikal antara lain kata, frase,
klausa, dan kalimat. Kata merupakan tataran terendah dan kalimat merupakan
tataran tertinggi.

Dalam kehidupan bermasyarakat sering kita jumpai ketika seseorang


berkomunikasi dengan pihak lain tetapi pihak lawan bicara kesulitan
menangkap informasi dikarenakan pemilihan kata yang kurang tepat atau pun
dikarenakan salah paham. Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan
efisien, pemahaman yang baik tentang penggunaan diksi atau pemilihan kata
dirasakan sangat penting,
terutama untuk menghindari kesalapahaman dalam berkomunikasi.

Dalam makalah ini, kami berusaha menjelaskan mengenai diksi dan majas
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam segi makna dan
relasi, gaya bahasa, ungkapan, kata popular, kata sapaan dan kata serapan.

Diksi dapat di artikan sebagai pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata
yang tepat dan selaras untuk menyatakan atau mengungkapkan gagasan
sehingga memperoleh efek tertentu. Sedangkan majas, majas sering dianggap
sebagai sinonim dari gaya bahasa, namun sebenarnya majas termasuk dalam
gaya bahasa. Dalam tulisan ini pengertian gaya bahasa adalah cara
menggunakan bahasa dalam konteks tertentu, oleh orang tertentu, untuk tujuan
tertentu. Sebaliknya, bila penggunaannya tidak tepat, maka penggunaan gaya
bahasa akan sia-sia belaka, bahkan mengganggu pembaca.

Pemakaian diksi atau pun majas baik dalam pendidikan atau yang lainnya
diharapkan dapat membantu dalam tulisan. Apalagi bagi para pendidik,
penulis, baik novel atau pun penulis puisi. Majas dapat dijadikan sebagai cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis dengan pilihan kata, frase,
klausa, dan kalimatnya.

B. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan di bahas adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan diksi?
2. Apakah fungsi diksi?
3. Bagaimanakah persyaratan diksi dan pengelompokannya?
4. Apa yang dimaksud dengan gaya bahasa atau majas?
5. Apa sajakah jenis-jenis majas?
6. Seperti apakah contoh kalimat di dalam majas?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian diksi, pemilihan kata dan penggunaan diksi dalam
bahasa Indonesia
2. Mengetahui fungsi diksi
3. Bagaimana contoh-contoh kalimat diksi sesuai pengelompokannya
4. Mengetahui syarat-syarat yang di butuhkan dalam penggunaan diksi
5. Memahami penjelasan pilihan kata dan penggunaan diksi
6. Mengetahui pengertian majas atau gaya bahasa
7. Mengetahui macam-macam majas di dalam kelompok-kelompok majas
8. Mengetahui contoh-contoh kalimat majas sesuai pengelompokannya.
BAB II
PEMBAHASAN

DIKSI
A. Pengertian Diksi
Diksi ialah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat dan
selaras untuk menyatakan atau mengungkapkan gagasan sehingga
memperoleh efek tertentu. Diksi, dalam arti aslinya dan pertama, merujuk
pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti
kedua, arti "diksi" yang lebih umum digambarkan dengan kejelasan
pengucapan kata. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi,
daripada pemilihan kata dan gaya.

Harimurti (1984) dalam kamus linguistic, menyatakan bahwa diksi


adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam
berbicara di dalam karang-mengarang. Dalam KBBI (2002: 264) diksi
diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dan selaras dalam penggunaannya
untuk mengungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang
diharapkan. Jadi, diksi berhubungan dengan pengertian teknis dalam hal
karang-mengarang, hal tulis-menulis, serta tutur sapa.

B. Fungsi dari diksi antara lain :


1. Membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah
paham terhadap apa yang disampaikan oleh pengarang, pembicara atau
penulis.
2. Untuk mencapai target komunikasi yang efektif dan mencegah
kesalahpahaman dalam komunikasi
3. Melambangkan gagasan yang di ekspresikan secara verbal.
4. Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak
resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.
C. Persyaratan Diksi
Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata,
yaitu persyaratan ketepatan dan kesesuaian. Ketepatan kata adalah
kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama pada
imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan
oleh penulis atau pembicara. Sedangkan kesesuaian kata yaitu terkait apakah
pilihan kata yang dipergunakan merusak suasana atau menyinggung perasaan
pembaca/orang yang hadir atau tidak. Contohnya bila dalam suatu situasi
yang formal tiba-tiba dimasuki oleh kata-kata yang bersifat kedaerahan, maka
suasana yang formal tadi akan terganggu. Oleh karena itu ada beberapa hal
yang perlu diketahui setiap penulis atau pembicara, agar kata-kata yang
dipergunakan tidak akan mengganggu suasana, serta tidak akan menimbulkan
ketegangan antara pembicara atau penulis dengan para hadirin atau para
pembaca.

Untuk memenuhi persyaratan ketepatan dan kesesuaian dalam


pemilihan kata, perlu diperhatikan :
1. Kaidah kelompok kata/ frase
2. Kaidah makna kata
3. Kaidah lingkungan social
4. Kaidah karang-mengarang

Hal ini di jelaskan satu persatu, sebagai berikut :

1. Pilihan kata sesuai dengan kaidah kelompok kata /frase


Pilihan kata/diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase,
seharusnya pilihan kata/diksi yang tepat, seksama, lazim, dan benar.
a. Tepat
Contohnya :
Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi
kelompok kata pandangan mata tidak dapat digantikan dengan lihatan
mata.
b. Seksama
Contohnya :
Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-kata yang
bersinonim. Kita biasanya mengatakan hari raya serta hari besar,
tetapi kita tidak pernah mengatakan hari agung, hari
akbar ataupun hari tinggi. Begitu pula dengan kata jaksa agung tidak
dapat digantikan dengan jaksa besar ataupun jaksa raya, atau
pun jaksa tinggi karena kata tersebut tidak seksama.
c. Lazim
Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Kata
yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia apabila dipergunakan
sangatlah akan membingungkan pengertian saja.
Contohnya :
Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi tidak dapat
mengatakan Anjing bersantap sebagai sinonim anjing
makan. Kemudian kata santapan rohani tidak dapat pula digantikan
dengan makanan rohani. Kedua kata ini mungkin tepat
pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta tidak lazim dari sudut
makna dan pemakaiannya.

2. Pilihan kata sesuai dengan kaidah makna kata.


a. Jenis Makna
Berdasarkan bentuk maknanya, makna dibedakan atas dua macam
yaitu:
1) Makna Leksikal adalah makna kamus atau makna yang
terdapat di dalam kamus. Makna ini dimiliki oleh kata dasar.
Contoh : makan, tidur, ibu, adik, buku
2) Makna Gramatikal adalah makna yang dimiliki kata setelah
mengalami proses gramatikal, seperti proses afiksasi
(pengimbuhan), reduplikasi (pengulangan), dan komposisi
(pemajemukan).
Contoh :
a) Proses afiksasi awalan me- pada kata dasar kotor ;
Adik mengotori lantai itu.
b) Proses reduplikasi pada kata kacang ; Kacang-
kacangan merupakan salah satu sumber protein nabati.
c) Proses komposisi pada kata rumah sakit bersalin ; Ia
bekerja di rumah sakit bersalin

Berdasarkan sifatnya, makna dibedakan atas dua macam:


1) Makna Denotasi adalah makna kata yang sesuai dengan hasil
observasi panca indra dan tidak menimbulkan penafsiran lain.
Makna denotasi disebut juga sebagai makna sebenarnya.
Contoh :
a) Kepala : organ tubuh yang letaknya paling atas
b) Besi : logam yang sangat keras

2) Makna konotasi adalah makna kata yang tidak sesuai dengan


hasil observasi panca indra dan menimbulkan penafsiran lain.
Makna konotasi disebut juga sebagai makna kias atau makna
kontekstual.
Contoh :
a) Ibu kota : pusat pemerintahan
b) Ibu jari : jari yang paling besar atau jempol
c) Jamban : kamar kecil
3) Berdasarkan wujudnya, makna dibedakan atas :
a) Makna referensial adalah makna kata yang mempunyai
rujukan yang konkret.
Contoh : meja, baju, membaca, menulis
b) Makna inferensial adalah makna kata yang tidak
mempunyai rujukan yang konkret.
Contoh : baik, indah, sedih, gembira

b. Perubahan Makna
Berdasarkan cakupan maknanya, perubahan makna dibedakan
atas.
1) Meluas, cakupan makna sekarang lebih luas daripada sebelumnya.
Misalnya:

Kata Dulu sekarang


Berlayar Mengarungi laut dengan memakai Mengarungi lautan dengan
kapal layar alat apa saja
Putera-puteri Dipakai untuk sebutan anak-anak Sebutan untuk semua anak
raja laki-laki dan perempuan

2) Menyempit, cakupan makna sekarang lebih sempit dari pada


makna dahulu

Kata Dulu Sekarang


Gelar untuk orang yang
Sebutan untuk semua orang
Sarjana sudah lulus dari perguruan
cendikiawan
tinggi
Sekolah yang mempelajari
Madrasah Sekolah
ilmu agama Islam
Berdasarkan nilai rasanya, perubahan makna dibedakan atas :
1) Ameliorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih tinggi.
Artinya baru dirasakan lebih baik dari arti sebelumnya.
Contoh:
a) Kata wanita dirasakan lebih baik nilainya daripada perempuan
b) Kata istri atau nyonya dirasakan lebih baik daripada kata bini.
2) Peyorasi adalah perubahan makna ke tingkat yang lebih rendah.
Arti baru dirasakan lebih rendah nilainya dari arti sebelumnya.
Contoh:
a) Kata perempuan sekarang dirasakan lebih rendah artinya
b) Kata bini sekarang dirasakan kasar

c. Pergeseran Makna
Pergeseran makna dibedakan atas 2 macam:
1) Asosiasi adalah pergeseran makna yang terjadi karena adanya
persamaan sifat.
Contoh:
a) Tasya menyikat giginya sampai bersih
b) Pencuri itu menyikat habis barang-barang berharga di rumah itu
2) Sinestesia adalah perubahan makna akibat adanya pertukaran
tanggapan antara dua indra yang berbeda.
Contoh:
a) Sayur itu rasanya pedas sekali
b) Kata-katanya sangat pedas didengar.

d. Relasi Makna
1) Homonim adalah dua buah kata yang mempunyai persamaan
tulisan dan pengucapan.
Contoh :
 Bisa berarti ;
 Dapat, sanggup
 Racun
 Buku berarti ;
 Kitab
 Antara ruas dengan ruas
2) Homograf adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai
persamaan tulisan tetapi berlainan pengucapan dan arti.
Contoh:
 Teras (inti) dengan teras (halaman rumah)
 Sedan (isak) dengan sedan (sejenis mobil)
 Tahu (paham) dengan tahu (sejenis makanan)
3) Homofon adalah dua buah kata atau lebih yang mempunyai
persamaan pengucapan tetapi berlainan tulisan dan arti
Contoh:
 Bang dengan bank
 Masa dengan massa
4) Sinonim adalah dua buah kata yang berbeda tulisan dan
pengucapannya tetapi mempunyai arti yang sama.
Contoh:
 Pintar dengan pandai
 Bunga dengan kembang
Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan
atau kemiripan. Oleh sebab itu, di dalam sebuah karang
mengarang sebaiknya dipergunakan sinonim kata supaya ada
variasinya dan ada pergantiannya yang membuat tulisan di
dalam karangan itu menjadi hidup.
5) Antonim adalah kata-kata yang berlawanan artinya.
Contoh:
 Tua – muda
 Besar – kecil
 Luas – sempit
6) Polisemi berasal adalah kata poly dan sema, yang masing-
masing berarti’banyak’ dan ‘tanda’. Jadi polisemi berarti suatu
kata yang memiliki banyak makna.
Contoh:
 Kata kepala yang mempunyai arti bahagian atas tubuh
manusia tetapi dapat juga berarti orang yang menjadi
pimpinan pada sebuah kantor dan sebagainya.
 Kata kaki yang dipergunakan untuk menahan tubuh
manusia tetapi dapat juga kaki meja yang menahan meja.

c. Pilihan kata sesuai dengan Kaidah Lingkungan Sosial Kata


Diksi harus selalu diperhatikan lingkungan pemakaian kata-
katanya. Dengan membedakan lingkungan itu, pilihan kata yang kita
lakukan akan lebih tepat dan mengena. Lingkungan itu dapat kita lihat
berdasarkan:
1) Tingkat sosial yang mengakibatkan terjadinya sosiolek
Contoh: Kata- kata mati, meninggal dunia, wafat, tewas, mampus,
mangkat kita bedakan penggunaannya di dalam bahasa Indonesia
berdasarkan rasa bahasa bukanlah melihat tingkat sosialnya.

2) Daerah/geografi yang mengakibatkan dialek


Contoh: Kata-kata bis, kereta, dan motor kita bedakan
penggunaannya berdasarkan geografinya.

3) Formal/nonformal yang mengakibatkan bahasa baku/tidak baku


Contoh : Kata tersangka, terdakwa, dan tertuduh kita bedakan
berdasarkan maknanya.
4) Umum dan khusus yang mengakibatkan terjadinya bahasa umum dan
khusus. Makna Umum (hipernim) adalah makna yang cakupannya
luas.
Contoh : bunga, bulan, hewan, kendaraan

Makna khusus (hiponim) adalah makna yang cakupannya sempit atau


terbatas.
Contoh:
Hipernim Hiponim
Melihat Menengok, menatap, melirik, menjenguk, melotot
Bunga Melati, Anggrek, Sedap Malam
Bulan Januari, Februari, Maret
Hewan Ayam, burung, kambing

d. Pilihan kata sesuai dengan kaidah mengarang.


Pilihan kata akan memberikan informasi sesuai dengan apa yang
dikehendaki. Pilihan kata dengan kaidah mengarang memiliki kelompok
kata yang berpasangan tetap, pilihan kata langsung dan pilihan kata yang
dekat dengan pembaca.
Contoh :
1) Terdiri dari, terdiri dalam, terdiri atas
2) Ditemani oleh, ditemani dari, ditemani dengan
3) Ia menelpon kekasihnya (pilihan kata langsung), Ia memanggil
kekasihnya melalui telepon (pilihan kata yang panjang dan berbelit-
belit)
4) Tidak semua pendengar/pembaca mengerti singkatan balita, KISS,
dan kelompencir.
GAYA BAHASA

A. Pengertian Gaya Bahasa


Menurut Wikipedia, gaya bahasa atau majas adalah pemanfaatan
kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek
tertentu yang membuat sebuah karya sastra semakin hidup, keseluruhan ciri
bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran
dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.

Menurut pengertian lain, gaya bahasa adalah cara bagaimana pengarang


menguraikan cerita yang dibuatnya, atau cara bagaimana pengarang cerita
mengungkapkan isi pemikirannya lewat bahasa-bahasa yang khas dalam
uraian ceritanya sehingga dapat menimbulkan kesan tertentu. Majas
digunakan dalam penulisan karya sastra, termasuk di dalamnya puisi dan
prosa. Umumnya puisi dapat mempergunakan lebih banyak majas
dibandingkan dengan prosa.

B. Jenis/Macam-macam Majas Berikut Contohnya


Secara garis besar majas terbagi atas 4 jenis yaitu :
1. Majas Perbandingan
2. Majas Pertentangan
3. Majas Sindiran
4. Majas Penegasan
1. Majas Perbandingan
a. Majas asosiasi atau perumpamaan
Majas asosiasi adalah ungkapan yang membandingkan sesuatu
dengan keadaan lain karena persamaan sifat. Seperti contohnya:
Wajahnya cantik bagaikan rembulan / Semangatnya seperti api yang
berkobar.
b. Metafora
Metafora yaitu majas yang melukiskan sesuatu dengan
perbandingan langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau
hampir sama. Seperti contohnya : Bocah kutu buku itu telah menjadi
juara pertama cerdas cermat / Si jago merah sudah membumi
hanguskan komplek perumahan itu hanya dalam 2 jam / Kembang
desa yang sedang mencari pasangan/ Dewi malam telah pergi keluar
dari balik awan.
c. Personifikasi
Personifikasi yaitu gaya bahasa yang memberikan karakteristik
atau sifat-sifat manusia kepada benda yang tidak hidup, sehingga
seolah-olah bernyawa dan mempunyai sifat seperti manusia. Seperti
contohnya: Sore hari ini awan meneteskan air mata / Angin seperti
berbisik kepadaku/ Hembusan angin di tepi pantai membelai
rambutku.
d. Alegori
Alegori yaitu gaya bahasa menyatakan dengan cara lain, melalui
kiasan atau penggambaran. Alegori merupakan perbandingan yang
berkaitan antara satu dan yang lainnya di dalam kesatuan yang utuh.
Alegori biasanya berbentuk suatu cerita yang penuh dengan simbol-
simbol bermuatan moral. Contoh : Perjalanan hidup manusia seperti
sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang
sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan
yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
e. Hiperbola
Hiperbola yaitu gaya bahasa yang berupa suatu pernyataan yang
terlalu berlebihan dari kenyataan. Seperti contohnya: Dia berteriak
sampai suaranya menembus langit ke-7, Bapakku membanting
tulang demi menghidupi keluarga.
f. Simile
Simile yaitu gaya bahasa pengungkapan dengan perbandingan
eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung,
seperti layaknya, bagaikan, umpama, ibarat, dll. Seperti contohnya:
Kau “bagaikan” cahaya dalam kegelapan / Mereka “seperti”
sepasang kekasih.
g. Sinekdoke
Sinekdoke yaitu gaya bahasa yang memakai kata dengan arti
yang menunjukan hal lain di luar kata yang diungkapkan. Sinekdoke
terbagi menjadi 2 (dua) macam yang diantaranya:
1) Sinekdoke pars pro tato merupakan gaya bahasa Pengungkapan
sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
Contohnya: Mungkin dia sudah nyaman mempunyai pekerjaan
sebagai sales-man dan menawarkan produk yang dijualnya dari
“pintu” ke “pintu” / Hari ini aku tidak melihat muka si Toni (kata
“pintu” ke “pintu” mewakili banyak rumah para konsumen dan
kata “muka” mewakili sosok Toni).
2) Sinekdoke totem pro parte Pengungkapan keseluruhan objek
padahal yang dimaksud hanya sebagian, ini adalah kebalikan dari
sinekdoke pars pro tato. Contohnya: Penyanyi perempuan itu
sangat terkenal maka tidak heran jika banyak diidolakan oleh para
“pemuda” yang ada di penjuru dunia. (kata “pemuda” merupakan
semua orang yang masih berusia muda, meskipun pada
kenyataanya penyanyi itu tidak di idolakan oleh semua pemuda).
h. Simbolik
Simbolik yaitu merupakan gaya bahasa yang menggambarkan
sesuatu dengan memakai benda, binatang, dan juga tumbuh-
tumbuhan sebagai simbol. Contoh :
1) Dodi adalah laki-laki yang terkenal sebagai buaya darat di
kampungnya. (buaya darat berarti orang yang mencintai tidak
hanya satu orang/ playboy)
2) Jelita menjadi bunga desa dan banyak laki-laki yang ingin
meminangnya. (bunga desa berarti orang tercantik disuatu desa)
3) Sejak menjadi lintah darat, pak Anwar dibenci oleh warga desa
Sidomulyo. (lintah darat berarti rentenir atau orang yang
meminjamkan uang dengan bunga yang besar)
4) Jelita menjadi benalu dalam keluarga barunya yang kaya raya.
(benalu berarti orang yang memanfaatkan oranglain)
i. Metonimia
Metonimia yaitu gaya bahasa yang memakai ciri, atribut atau
pun merk untuk menggambarkan suatu benda. Seperti contohnya :
Dia sedang membuat secangkir kopi kapal api (merk) untuk
ayahnya/ Lidahku digoyang oleh Sarimi Soto Koya/ Lion Air selalu
membawaku terbang keliling dunia
j. Eufimisme
Majas eufimisme ialah pengungkapan kata-kata yang dianggap
tabu atau dirasa kasar dan mengganti dengan kata-kata lain yang
lebih halus atau pantas.
Contoh :
1) Tunanetra itu berjalan beriringan
2) Maaf, Ibu ini pendengarannya sudah berkurang
3) Pemerintah sedang memberantas tunasusila.
k. Alusio
Majas alusio ialah pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan
karena sudah dikenal. Contoh : Apakah peristiwa Semanggi bisa
terjadi lagi di sini?
l. Antropomorfisme
Majas Antropomorfisme ialah kata atau bentuk lain yang
berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
Contoh : Setelah tiba di kaki gunung ia beristirahat di mulut sungai.
m. Aptronim
Majas aptronim ialah pemberian nama yang cocok dengan sifat
atau pekerjaan orang. Contoh : Karena di depan rumahnya ada pohon
rambutan, ia dipanggil Juragan Rambutan
n. Fabel
Majas fabel ialah menyatakan perilaku bintang sebagai manusia
yang dapat berpikir dan bertutur kata.
Contoh :
1) Semut-semut itu saling bekerja sama untuk membawa pulang
makanan besar itu
2) Kucing itu berpikir keras, bagaimana cara terbaik untuk
menyantap tikus di depannya
o. Parabel
Parabel ialah ungkapan atau nilai tetapi dikiaskan atau
disamarkan dalam cerita. Contoh : Cerita Adam dan Hawa.
p. Perifrase
Ungkapan yang panjang untuk mengganti ungkapan yang lebih
pendek. Contoh : Kemana pun ia pergi, ia selalu menunggangi besi
tua bertuliskan Honda tahun 1945
q. Eponim
Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata. Contoh :
Gelora ‘Bung Karno’ Bandara Sultan Mahmud Baddarudin II
Palembang.
r. Disfemisme
Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas
sebagaimana adanya. Contoh: Apa kabar, Paimin? (Padahal, ia
sedang bicara kepada kakeknya sendiri).
s. Depersonifikasi
Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau
tidak bernyawa. Contoh :
1) Andai engkau jadi buku, aku akan jadi penanya.
2) Dia tetap saja mematung padahal polisi sudah berusaha keras
mengintrogasinya.
3) Ungkapan “hatinya telah membatu”. Dalam ungkapan tersebut,
hati yang merupakan bagian dari tubuh manusia disamakan
dengan batu. Padahal sejatinya, maksud dari ungkapan tersebut
adalah hati seseorang yang dimaksud telah bebal dan sulit untuk
dinasehati.

2. Majas Pertentangan
a. Paradoks
Paradoks yaitu gaya bahasa yang bertentangan antara pernyataan
dan fakta yang ada atau 2 (dua) pengertian yang bertentangan
sehingga seperti tidak masuk akal. Contohnya: Aku merasa kesepian
di kota yang ramai ini. Dia merasa kesepian di antara banyaknya
orang yang sedang berpesta/Gajinya besar, tapi hidupnya melarat.
Artinya, uang cukup, tetapi jiwanya menderita.

b. Antitesis
Antitesis yaitu gaya bahasa yang pengungkapannya
berhubungan dengan situasi, benda ataupun sifat yang keadaannya
saling bertentangan dan juga memakai kata-kata yang berlawanan
arti. Seperti contohnya: Tua muda, laki-laki perempuan banyak yang
menonton film tersebut.
c. Kontradiksio Interminis
Majas yang memperlihatkan sesuatu yang bertentangan dengan
apa yang sudah dikatakan semula. Apa yang sudah dikatakan,
disangkal lagi oleh ucapan kemudian.
Contoh :
1) Semuanya sudah hadir, kecuali Si Amir. Kalau masih ada yang
belum hadir, mengapa dikatakan “semua” sudah hadir.
2) Wajahmu sungguh sangat sempurna, tapi sayang banyak
jerawatnya
d. Anakronisme
Merupakan majas yang menunjukkan gaya bahasa yang berupa
pengungkapan atau sesuatu yang mengandung ketidaksesuaian
dengan waktu dan peristiwa yang dibicarakan saat itu. Contoh :
1) Sesaat setelah dilahirkan, bayi itu lantas bicara dengan ibunya.
(mustahil bayi bisa bicara setelah lahir)
2) Para pahlawan sebelum kemerdekaan RI yang pertama, telah
mengumumkan kabar berita dari internet. (waktu itu belum ada
internet).
e. Litotes
Litotes yaitu gaya bahasa yang menyatakan sesuatu dengan
cara-cara yang berlawanan dengan kenyataan, dengan cara
mengecilkan ataupun menguranginya. Seperti contohnya: Aku
tidaklah pintar itulah mengapa aku selalu bekerja keras.

3. Majas Sindiran

a. Ironi atau sindiran halus


Ironi yaitu gaya bahasa yang menyatakan hal yang bertentangan
dengan maksud yang digunakan untuk menyindir seseorang tapi
dengan cara yang halus. Seperti contohnya: Rajin sekali kau masuk
sekolah, sampai keterangan tidak hadirmu banyak sekali di absensi.
b. Sinisme
Sinisme yaitu gaya bahasa sindiran lebih kasar dari Ironi,
dengan cara menyindir secara langsung kepada orang lain. Seperti
contohnya: Kelakuanmu tadi sangat tidak pantas dilakukan oleh
seorang siswa / Badanmu sangat bau sekali pasti kamu belum mandi.
c. Sarkasme
Serkasme yaitu gaya bahasa sindiran yang sangat kasar,
terkadang dapat menyakitkan hati. Seperti contohnya: Bisa kerja
nggak sih kamu? Yang begini juga tidak becus mengerjakan!

4. Majas Penegasan

a. Inversi
Inversi yaitu gaya bahasa yang kalimat predikatnya berada di
depan subjek kalimat tersebut. Seperti contohnya: Besar sekali
kolamnya.
b. Retoris
Retoris yaitu gaya bahasa yang kalimat tanya tidak bertanya,
yang di mana menyatakan kesangsian ataupun bersifat mengejek.
Seperti contohnya: Apa itu bukti dari janji yang kau ucapkan tadi?
c. Paralelisme
Paralelisme yaitu gaya bahasa yang pengulangan kata-katanya
digunakan untuk penegasan di dalam bahasa puisi. Contoh : Kau
adalah batu karang di lautan. penutur ingin membuat kesejajaran
antara seseorang dengan batu karang yang ada di lautan. Mungkin,
yang ingin disampaikan oleh penutur adalah seseorang itu memiliki
watak yang keras dan tangguh (batu karang).
d. Enumerasio
Enumerasio yaitu gaya bahasa yang digunakan untuk
melukiskan suatu keadaan atau peristiwa dengan cara menguraikan
satu demi satu keadaan tersebut, sehingga merupakan suatu
keseluruhan. Contoh : Laut tenang. Di atas permadani biru itu tanpak
satu-satunya perahu nelayan meluncur perlahan-lahan. Angin
berhempus sepoi-sepoi. Bulan bersinar dengan terangnya. Disana-
sini bintang-bintang gemerlapan. Semuanya berpadu membentuk
suatu lukisan yang haromonis. Itulah keindahan sejati.
e. Koreksio
Koreksio yaitu gara bahasa yang membetulkan kembali ucapan
yang tidak benar atau salah, baik itu secara sengaja ataupun tidak
disengaja. Seperti contohnya: Tadi dia baru saja pulang, oh… bukan
di baru saja berangkat lagi.
f. Repetisi
Repetisi yaitu gara bahasa yang pengulangan kata-katanya
dalam bahasa prosa. Seperti contohnya: Kita sudah berusaha, kita
sudah menang, kita sudah berhasil.
g. Klimaks
Klimaks yaitu gaya bahasa yang menguraikan suatu peristiwa
secara berturut-turut dan semakin lama maka ceritanya akan semakin
memuncak atau meningkat. Seperti contohnya: Semua kalangan dari
anak-anak sampai orang dewasa beramai-ramai mengikuti kompotisi
sepak bola. Contoh lain : Kesengsaraan membuahkan kesabaran,
kesabaran pengalaman, dan pengalaman harapan.
h. Anti klimaks
Anti klimaks yaitu gaya bahasa yang dimana penguraian suatu
peristiwa secara berturut-turut tapi makin lama maka ceritanya akan
semakin menurun, ini adalah kebalikan dari Klimaks. Seperti
contohnya: Ketua pengadilan negeri itu adalah orang yang kaya,
pendiam, dan tidak terkenal namanya.
i. Pleonasme
Pleonasme yaitu gaya bahasa yang menambahkan keterangan
pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan
yang sebenarnya tidak diperlukan. Seperti contohnya: Seluruh
pelajar yang berada di bawah segera naik ke atas / Mereka
menerobos masuk ke dalam stadion untuk menyaksikan
pertandingan tersebut.
j. Ekslamasio
Ekslamasio yaitu gaya bahasa yang didalam kalimatnya
memakai kata seru. Seperti contohnya: Wah…, keren sekali orang
itu! / Wah, biar kupeluk dengan tangan menggigil
k. Tautologi
Tautologi yaitu gaya bahasa yang mengulang beberapa kali
sepatah kata didalam suatu kalimat. Seperti contohnya: Mungkin,
mungkin dia bisa berhasil dalam melaksanakan tugasnya. / Kejadian
itu tidak saya inginkan dan tidak saya harapkan.
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang dalam
memilih kata untuk mencapai penyampaian yang tepat dalam berbicara
atau menulis, sehingga tidak menimbulkan makna yang tidak dikehendaki
pembicara atau penulis.
Dalam pemilihan kata terdapat berbagai syarat yang harus tepati
agar mencapai diksi yang baik dan tepat, diantaranya yaitu :
1. Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.
2. Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.
3. Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
4. Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri.
5. Waspada terhadap penggunaan akhiran asing.
6. Membedakan pemakaian kata penghubung yang berpasangan secara
tepat.
7. Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara
idiomatis.
8. membedakan kata umum dan kata khusus.
9. Memperhatikan perubahan makna yang terjadi.
10. Memperhatikan kelangsungan pilihan kata.

Adapun fungsi dari diksi atau pemilihan kata adalah :


a) Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
b) Membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat.
c) Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
d) Mencegah perbedaan penafsiran.
e) Mencagah salah pemahaman.
f) Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.
Diksi merupakan bagian penting dalam pembuatan sebuah karya
ilmiah karna karangan atau karya ilmiah yang baik bukan hanya dilihat
dari isi karya ilmiah tersebut tetapi juga dilihat dari pemilihan kata yang
digunakan dalam pembuatan karya ilmiah tersebut. Karna dilihat dalam
pemilihan kata seseorang dapat menilai kepribadian seorang penulis
tersebut.

Majas adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara


khas untuk memperoleh efek-efek tertentu. Majas dibagi menjadi beberapa
jenis yaitu :

1. Majas perbandingan yang terdiri dari asosiasi, metafora, personifikasi,


alegori, hiperbola, simile, sinekdoke, simbolik, metonimia, eufimisme,
alusio, antropomorfisme, aptronim, fabel, parabel, perifrase, eponim,
disfemisme, depersonifikasi, hipokorisme.
2. Majas pertentangan yang terdiri dari antitesis, kontradiksio interminis,
paradoks, litotes.
3. Majas sindiran yang terdiri dari ironi, sinisme, sarkasme.
4. Majas penegasan yang terdiri dari inversi, retoris, paralelisme,
enumerasio, koreksio, repetisi, klimaks, anti klimaks, pleonasme,
eksklamasio, tautologi.

B. Saran
Penulis mendapatkan pengetahuan yang banyak dan berharga dalam
pembuatan makalah ini mengenai diksi (pilihan kata) serta gaya bahasa
(majas). Penulis menyarankan kepada semua pembaca untuk mempelajari
pemilihan kata serta gaya bahasa dalam membuat kalimat. Dengan
mempelajari diksi serta gaya bahasa diharapkan para mahasiswa memiliki
ketetapan dan kecakapan dalam menyampaikan, menyusun dan mengolah
suatu gagasan agar dapat disampaikan dengan mudah serta dipahami
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. R. Rahardi, Kunjana. BAHASA INDONESIA untuk PERGURUAN


TINGGI. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2009.

Moeliono, Anton, 1991. Santun bahasa, PT Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta.

Sugono, Dendy, 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia, Pusat


Bahasa,Jakarta.

Amran, Tasai. 2010 Cermat Berbahasa Indonesia. (Jakarta :CV


Akademika Pressindo.

Adi, Tri. 2007 Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik, CV Andi Offset,


Yogyakarta.

Rahaedi, Kunjana. 2003. Bahasa Indonesia perguruan tinggi. Erlangga.


Jakarta

Keraf, Gorys. 1985. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Moeliono, Anton M. 1982 “Diksi atau Pilihan Kata: Suatu Spesifikasi di


dalam kosa kata” Dalam Majalah Pembinaan Bahasa Indonesia. Jilid III.
Nomor 3. Jakarta: Bharata.

https://id.wikipedia.org/wiki/Diksi. Diakses Pada Tanggal 9 Oktober 2015.


https://disclamaboy.wordpress.com/2012/11/02/diksi-pengertian-dan-
macam-macamnya/ Diakses Pada Tanggal 9 Oktober 2015.

http://www.kuliah.info/2015/10/pengertian-macam-macam-jenis-majas-
lengkap-contoh.html

Anda mungkin juga menyukai