Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN


“MODEL TEORI REASONED OF ACTION, MODEL CONSEQUENCES, TEORI
ATRIBUSI”

Disusun oleh :
1.Tessa rury widananty (160101130)
2. Yulienti pratiwi (160101131)
3. Ingatan hati laia

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES AL INSYIRAH PEKANBARU
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
dan rahmat, sehingga laporan makalah ” “MODEL TEORI REASONED OF ACTION,
MODEL CONSEQUENCES, TEORI ATRIBUSI” ini dapat kami selesaikan. Dalam
penulisan makalah ini kami berusaha menyajikan bahan dan bahasa yang
sederhana,singkat serta mudah dicerna isinya oleh para pembaca.
kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna serta masih terdapat
kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan laporan ini. Maka kami berharap adanya
masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang.
Akhir kata,semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan
dipergunakan dengan layak sebagaimana mestinya.

Pekanbaru, 15 juni 2017


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….……..i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………….………ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang………………………………………………………………………..iii
B. Rumusan masalah…………………………………………………………………….iv
C. Tujuan penulisan……………………………………………………………………...iv

BAB II PEMBAHASAN

A. Model teori reasons of action……………………………………………………….1


a. sejarah teori reasoned of action ………………………………………………..1
b. Defenisi teori reasoned of action……………………………………………….1
c. asumsi inti dan pernyataan teori reasoned of action……………..……………2
d. Bagaimaan Aplikasi Theory of Reasoned Action……………………….…….3
e. kelebihan dan kekurangan teori reasoned of action……………………..……4
B. Model teori consequences………………………………………………………….4
a. Defensi teori consequences…………………………………………………….5
b. Bagimana model consequence…………………………………………………5
C. Teori atribusi………………………………………………………………………..7
a. Defenisi teori atribusi…………………………………………………………..7
b. Mengetahui macam-macam teori atribusi……………………………………..8

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………….………9
B.Saran……………………………………………………………........................…9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Perilaku yang ditampilkan oleh setiap individu sangatlah beragam dan unik.
Keberagaman dan keunikan tersebut menarik perhatian para ahli untuk meneliti tentang perilaku
manusia. Terdapat banyak teori yang menjelaskan tentang determinan perilaku manusia. Dalam
teori-teori tersebut para ahli memaparkan pendapatnya tentang bagaimana suatu perilaku
terbentuk dan faktor apa saja yang mempengaruhi bahwaTheory Reason Action( TRA ) hanya
berlaku bagi tingkah laku yang berada di bawah kontrol penuh individu karena ada faktor yang
dapat menghambat atau memfalisistasi relisasi niat ke dalam tingkah laku..Sikap Menurut Alport
sikap adalah suatu predisposisi yang dipelajari untuk merespon terhadap suatu objek dalam
bentuk rasa suka atau tidak suka. Sikap merupakan kecenderungan untuk mengevaluassi dengan
beberapa derajat suka (favor) atau tidak suka (unfavor), yang ditunjukan dalam respon kognitif,
afektif, dan tingkalh laku terhadap suatu objek, situasi, institusi, konsep atau orang / sekelompok
orang.

Beragam teori dan pendapat dari tokoh psikologi yang mengamati kondisi jiwa manusia
terhadap respon yang diterima dan diamati kemudian tersimpulkan pada sebuah aksi dan
diwujudkan dalam proses belajar. Salah satu teori yang digunakan dalam proses belajar adalah
teori atribusi yang diharapkan dapat menjelaskan penyebab dari suatu kejadian.
Memahami sebuah kondisi emosional atau kejiwaan seseorang dapat bermanfaat dalam beberapa
hal. Akan tetapi hal ini hanya langkah pertama dalam pembahasan psikologi. Biasanya kita ingin
memahami hal tersebut lebih jauh agar dapat mengetahui sifat-sifat individu yang bersifat tetap
dan mengetahui penyebab di balik perilaku mereka. Dengan kata lain, kita hanya sekedar ingin
mengetahui bagaimana seseorang berbuat, namun lebih jauh lagi kita ingin mengetahui mengapa
mereka berbuat demikian. Penyebab dari suatu kejadian proses dimana kita mencari informasi ini
disebut dengan atribusi (attribution).
Karena atribusi adalah proses yang kompleks, sederetan teori telah lahir demi menjelaskan
berbagai proses kerjanya.
B. Rumusan masalah

1. Bagaimana sejarah teori reasoned of action

2. Defenisi teori reasoned of action

3. Bagaimana asumsi inti dan pernyataan teori reasoned of action

4. Bagaimaan Aplikasi Theory of Reasoned Action

5. Apa kelebihan dan kekurangan teori reasoned of action

6. Defensi teori consequences

7. Bagimana model consequences

8. Defenisi teori atribusi

9. Mengetahui macam-macam teori atribusi

C. Tujuan penulisan

1. Mengetahui sejarah teori reasoned of action

2. Mengetahui teori reasoned of action

3. Mengetahui asumsi inti dan pernyataan teori reasoned of action

4. Mengetahui Aplikasi Theory of Reasoned Action

5. Mengetahui kelebihan dan kekurangan teori reasoned of action

6. Mengetahui teori consequences

7. Mengetahui model consequences

8. Mengetahui teori atribusi

9. Mengetahui macam-macam teori atribusi


BAB II

ISI

A. Theory of Reasoned Action

a.Sejarah

Berasal dari suatu program penelitian yang dimulai pada tahun 1950-an dan berkaitan
dengan prediksi dan pemahaman semuabentuk perilaku manusia dalam konteks sosial (Ajzen &
Fishbein, 1980).Teori itu didasarkan pada alasan bahwa manusia merupakan pembuatkeputusan
yang rasional yang memanfaatkan informasi apapun yang tersediabagi mereka. Ajzen dan
Fishbein dberalasan tindakan (TRA). Ini dihasilkan dari penelitian sikap dari Model Nilai
Harapan. Ajzen dan Fishbein merumuskan TRA setelah mencoba memperkirakan
ketidaksesuaian antara sikap dan perilaku. TRA ini terkait dengan perilaku sukarela. Kemudian
perilaku tampak tidak 100% sukarela dan terkendali, hal ini mengakibatkan penambahan kontrol
perilaku yang dirasakan(TRA),dikembangkan di tahun 1967, selanjutnya teori tersebut terus
direvisi dandiperluas oleh Icek Ajzen dan Martin Fishbein. Mulai tahun 1980 teoritersebut
digunakan untuk mempelajari perilaku manusia dan untukmengembangkan intervensi-intervensi
yang lebih.

b. Defenisi Theory Of Reasoned Action

Theory of reasoned action adalah teori perilaku kesehatanyang menggunakan pendekatan


psikologi sosial untuk melihat determinan dariperilaku sehat yang dikembangkan oleh Ajzen dan
Fishbein menjelang tahun1970-an. Menurut teori ini, kehendak atau niat seseorang untuk
menampilkansesuatu perilaku tertentu berkaitan erat dengan tingkah laku aktual itu sendiri.Ada
dua asumsi pokok yang menjadi dasar teori ini yaitu:

1.Bahwa perilaku ada dalam kendali si pelaku.

2.Bahwa manusia adalah makhluk rasional.


Maka juga teori “Fesbein-Ajzen” menekankan pentingnya peranan dari“intention” atau niat
sebagai alasan atau faktor penentu perilaku. Selanjutnya niat ini ditentukan oleh :

a. Sikap

Penilaian yang menyeluruh terhadap perilaku atau tindakan yangakan diambil.

b.Norma Subjektif

Kepercayaan terhadap pendapat orang lain apakah menyetujui atautidak menyetujui tentang
tindakan yang akan diambil tersebut.

c.Pengendalian Perilaku

Bagaimana persepsi terhadap konsekuensi atau akibat dari perilakuyang akan diambilnya.

c. Asumsi Inti dan Pernyataan


Theory of Reasoned Action menunjukkan bahwa perilaku seseorang ditentukan oleh
niatnya untuk melakukan perilaku dan bahwa maksud ini, pada gilirannya, merupakan fungsi
dari sikapnya terhadap perilaku dan norma subjektifnya. Prediktor perilaku terbaik adalah niat.
Tujuan adalah representasi kognitif dari kesiapan seseorang untuk melakukan perilaku tertentu,
dan ini dianggap sebagai anteseden perilaku yang segera. Niat ini ditentukan oleh tiga hal: sikap
mereka terhadap perilaku spesifik, norma subjektif dan kontrol perilaku mereka yang dirasakan.
Teori perilaku terencana berpendapat bahwa hanya sikap spesifik terhadap perilaku yang
dipertanyakan yang dapat diharapkan untuk memprediksi perilaku tersebut. Selain mengukur
sikap terhadap perilaku, kita juga perlu mengukur norma subjektif orang - keyakinan mereka
tentang bagaimana orang yang mereka sayangi akan melihat perilaku yang bersangkutan. Untuk
memprediksi niat seseorang, mengetahui keyakinan ini sama pentingnya dengan mengetahui
sikap orang tersebut. Akhirnya, kontrol perilaku yang dirasakan mempengaruhi niat. Perceived
behavioral control mengacu pada persepsi orang tentang kemampuan mereka untuk melakukan
perilaku tertentu. Prediktor ini mengarah pada niat. Aturan umum, sikap dan norma subyektif
yang lebih baik, dan semakin besar kontrol yang dirasakan semakin kuat seandainya niat orang
tersebut untuk melakukan perilaku yang bersangkutan.
d. Aplikasi Theory of Reasoned Action

Contoh aplikasi dari TRA

adalah niat seorang ibu untukmendaftarkan anaknya imunisasi. Bagi sang ibu, imunisasi
memberikandampak yang positif yaitu mencegah anak terinfeksi virus dan menambahkekebalan
tubuh anak. Namun disisi lain terdapat dampak negatif dariimunisasi yaitu anak akan merasa
kesakitan dan tidak enak badan karenademam. Maka ibu akan mempertimbangkan mana yang
lebih penting diantarakeduanya. Apakah membiarkan anak menangis karena rasa tidak enak
badanatau mempertimbangkan dampak dari imunisasi terhadap kekebalan tubuhanak. Bidan desa
yang memberi informasi tentang pentingnya imunisasikepada ibu akan berpengaruh terhadap
keyakinan ibu untuk segeramendaftarkan anaknya berimunisasi. Hal tersebut terdapat
kecenderunganpositif untuk berperilaku.Keyakinan ibu memilih imunisasi untuk kekebalan
tubuh anak agartidak mudah terserang penyakit merupakan perilaku yang dijalankan
dandipertahankan.

e. kelebihan dan kekurangan Theory of Reasoned Action

1. Kelebihan

Theory of Reasoned Action

Teori ini memberikan pegangan untuk menganalisis komponenperilaku dalam item yang
operasional. Fokus sasaran adalah prediksidan pengertian perilaku yang dapat diamati secara
langsung dan beradadalam kendali seseorang, artinya perilaku sasaran harus diseleksi
dandiidentifikasi secara jelas. Tuntutan ini memerlukan pertimbanganmengenai perbedaan
tindakan (action), sasaran (target), konteks, dan perbedaan waktu serta komponen model sendiri
termasuk intensi, sikap,norma subjektif, dan keyakinan.Konsep penting dalam TRA adalah fokus
perbedaan (salience). Hal iniberarti, sebelum mengembangkan intervensi yang efektif, pertama-
tamaharus menentukan hasil dan kelompok referensi yang penting bagiperilaku populasi.
Dengan demikian, harus diketahui nilai dan normakelompok sosial yang diselidiki (yang penting
bukan budaya itu sendiri,tetapi cara budaya memengaruhi sikap, intensi, dan
perilaku).(Maulana,2009)
2. Kekurangan

Theory of Reasoned Action

TRA adalah bahwa kehendak dan perilaku hanya berkorelasi sedang,intensi tidak selalu menuju
pada perilaku itu sendiri, terdapat hambatan-hambatan yang mencampuri atau memengarihi
intensi dan perilaku (VanOost, 1991 dalam Smet, 1994). TRA hanya dimaksudkan
untukmenjelaskan perilaku yang akan dikerjakan secara sukarela, bukanperilaku perilaku yang
diwajibkan atau tanpa ada niat dari pelakunya.

TRA tidak mempertimbangkan pengalaman sebelumnya denganperilaku dan mengabaikan


akibat-akibat jelas dari variabel eksternal(variabel demografi, gender, usia, dan keyakinan
kesehatan) terhadappemenuhan intensi perilaku. Model ini kurang mengena jika digunakanuntuk
memprediksi perilaku yang spontan. Selain itu, TRA hanya untuksampai perubahan perilaku,
sedangkan untuk mempertahankannya perlumetode lain yang sesuai. (Maulana,2009)

B. Model teori consequences

a. Defensi teori consequences


yaiu kejadian-kejadian yang mengikuti perilaku dan mengubah adanya kemungkinan
perilaku akan terjadi kembali di masa datang. Consequences mempengaruhi perilaku dengan 2
(dua) cara, yaitu:
1. Dengan meningkatkan perilaku
2. mengurangi perilaku tertentu.

Terdapat 4 (empat) consequences keperilakuan, dua meningkatkan perilaku tertentu dan dua
lainnya menguranginya (Daniels, 1989):
1. Consequences yang meningkatkan perilaku tertentu:
a. Positive reinforcement (R+), misalnya memperoleh sesuatu yang kita inginkan.
b. Negative reinforcement (R-), misalnya melepaskan diri atau menghindari segala sesuatu yang
tidak kita inginkan.
2. Consequences yang menurunkan perilaku tertentu:
a. Mendapatkan segala sesuatu yang tidak kita inginkan (P+), misalnya hukuman.
b. Gagal untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan (P-), misalnya adanya punahnya
(extinction) peluang.
R+ secara teknis dapat didefinisikan sebagai berbagai macam consequences yang kemungkinan
dapat meningkatkan perilaku di masa datang dengan lebih banyak. Sementara R- merupakan
consequences menguatkan sebuah perilaku yang mengurangi atau mengakhiri consequences itu
sendiri. Jadi R- ini adalah sebuah sangsi yang bisa membuat para pemegang jabatan bekerja lebih
keras untuk melepaskan diri atau menghindari sesuatu yang sebetulnya tidak diinginkan terjadi
pada dirinya.
Sebaliknya, P+ adalah consequences yang mengurangi perilaku yang mengikutinya. Sebuah
hukuman, dengan demikian merupakan prosedur untuk mengurangi perilaku agar di masa datang
perilaku seperti itu tidak terulang kembali. P- dapat mengurangi perilaku. Suatu pemunahan
(extinction) dapat terjadi secara mendadak dan biasanya justru sering meningkatkan perilaku
individu segera setelah extinction ini terjadi.
Model pengukuran kinerja dapat didesaian dengan mengadopsi teori analisis sistem (system
analysis theory) agar bisa menghubungkan antara tujuan primer dan tujuan sekunder organisasi.
Analisis sistem adalah proses yang sistematis dan terorganisasi untuk mengidentifikasi secara
mendetail suatu prosedur untuk mengumpulkan, memanipulasi dan mengevaluasi data tentang
sebuah organisasi yang ditujukan tidak hanya untuk menentukan apakah harus dikerjakan tetapi
juga untuk memastikan cara terbaik untuk memperbaiki fungsi sistem ( Skidmore dalam Issac,
2000).Teori analisis sistem berusaha untuk menyatukan berbagai macam variabel dalam satu
akun (rekening) yang akan mempengaruhi fungsi entitas setiap hari. Teori ini cocok digunakan
untuk organisasi sektor publik. Jika kita memisahkan sistem ke dalam pemerintah daerah, maka
komite dan departemen akan membentuk sub sistem. Selanjutnya kita mungkin akan
menganalisis antecedents, behaviour dan consequences yang dominan dalam konteks input,
proses dan output. Agar model pengukuran kinerja bisa efektif maka sebaiknya antecedents dan
consequences yang bisa mempengaruhi perilaku setiap hari ditentukan pertama kali. Jadi penting
kiranya untuk menentukan tujuan sekunder secara khusus yang diperlukan untuk mencapai
tujuan primer dan bagaimana pencapaian ini nanti dinilai.
b. Model Consequences (Konsekunsi)
Adalah model peristiwa yang terjadi dilingkungan yang mengikuti perilaku baik itu
memperkuat, memperlemah, bahkan menghentikan perilaku tersebut.
1) Positif reinforcement (pengaruh yang positif)
Peristiwa yang menyenangkan mengikuti suatu peristiwa.
Contoh:
Penghargaan bagi ibu yang memberikan ASI ekslusif, peristiwa ini akan meningkatkan
kemungkinan bahwa perilaku tersebut akan terjadi lagi.
2) Negative reinforcement (penguat yang negative)
Peristiwa yang secara terus menerus tidak menyenangkan yang juga menguatkan perilaku.
Contoh:
Ketidak nyamanan orang dalam menggunakan kondom padahal dapat membantu mencegah
penularan penyakit kelamin
3) Punishment (hukuman)
Konsekuensi negative yang menekankan atau memperlemah perilaku.
Contoh:
Hukuman yang diberiak oleh orangtua pada anaknya dalam rangka memberikan pendidikan
disiplin akan membuat peristiwa tersebut tidak akan terulang kembali

C.Teori Atribusi
a. Defenisi teori atribusi
Teori atribusi merupakan teori yang menjelaskan tentang perilaku seseorang. Apakah
perilaku itu disebabkan oleh factor disposisional (factor dalam/internal), misalnya sifat, karakter,
sikap, dsb, ataukah disebabkan oleh keadaan eksternal, misalnya tekanan situasi atau keadaan
tertentu yang memaksa seseorang melakukan perbuatan tertentu.
Defini teori atribusi sebuah teori yang membahas tentang upaya-upaya yang dilakukan
untuk memahami penyebab-penyebab perilaku kita dan orang lain. Definisi formalnya, atribusi
berarti upaya untuk memahami penyebab di balik perilaku orang lain, dan dalam beberapa kasus
juga penyebab di balik perilaku kita sendiri
Sementara menurut Weiner (Weiner, 1980, 1992) attribution theory is probably the most
influential contemporary theory with implications for academic motivation. Artinya Atribusi
adalah teori kontemporer yang paling berpengaruh dengan implikasi untuk motivasi akademik.
Setiap individu pada dasarnya adalah seorang ilmuwan semu (pseudo scientist) yang
berusaha untuk mencari sebab kenapa seseorang berbuat dengan cara tertentu. Misalkan kita
melihat seseorang bapak paroh baya melakukan pencurian. Sebagai manusia kita ingin
mengetahui penyebab kenapa dia sampai mencuri ?
Apakah orang tersebut mencuri karena sifat dirinya yang memang suka mencuri ?
ataukah karena iya dipaksa oleh situasi, karena dia harus punya uang untuk membeli obat untuk
anaknya yang sakit keras.
b. macam macam teori atribusi
Ada tiga teori atribusi yaitu :
1) Thery of Correspondent Inference (Edward Jones dan Keith Davis)
Apabila perilaku berhubungan dengan sikap atau karakteristik personal, berarti dengan
melihat perilakunya dapat diketahui dengan pasti sikap atau karakteristik orang tersebut.
Hubungan yang demikian adalah hubungan yang dapat disimpulkan (correspondent inference).
Bagaimana mengetahui bahwa perilaku berhubungan dengan karakteristiknya?
a) Dengan melihat kewajaran perilaku. Orang bertindak wajar sesuai dengan keinginan masyarakat,
sulit untuk dikatakan bahwa tindakannya itu cerminan dari karakternya.
b) Pengamatan terhadap perilaku yang terjadi pada situasi yang memunculkan beberapa pilihan.
c) Memberikan peran berbeda dengan peran yang sudah biasa dilakukan. Misalnya seorang juru
tulis diminta menjadi juru bayar. Dengan peran yang baru akan tampak keaslian perilaku yang
merupakan gambaran dari karakternya.

2) Model of Scientific Reasoner (Harold Kelley, 1967,1971)


Harrold Kelley mengajukan konsep untuk memahami penyebab perilaku sesorang dengan
memandang pengamat seperti ilmuwan, disebut ilmuwan naïf. Untuk sampai pada suatu
kesimpulan atribusi seseorang, diperlukan tiga informasi penting. Masing-masing informasi juga
harus menggambarkan tinggi rendahnya. Tiga informasi itu adalah:
a) Distinctiveness
Konsep ini merujuk pada bagaimana seseorang berperilaku dalam kondisi berbeda-beda.
Distinctiveness yang tinggi terjadi apabila orang yang bersangkutan mereaksi secara khusus pada
suatu peristiwa. Sedangkan Distinctiveness rendah apabila seseorang merespon sama terhadap
stimulus yang berbeda.
b) Konsistensi
Hal ini menunjuk pada pentingnya waktu sehubungan dengan suatu peristiwa. Konsistensi
dikatakan tinggi apabila seseorang merespon sama untuk stimulus yang sama pada waktu yang
berbeda. Apabila responnya tidak menentu maka seseorang dikatakan konsistensinya rendah.
c) Konsensus
Apabila orang lain tidak bereaksi sama dengan seseorang, berarti konsensusnya rendah,
dan sebaliknya. Selain itu konsep tentang consensus selalu melibatkan orang lain sehubungan
dengan stimulus yang sama.
Dari ketiga informasi diatas dapat ditentukan atribusi pada seseorang. Menurut Kelley ada
tiga atribusi yaitu :
Atribusi internal, dikatakan perilaku seseorang merupakan gambaran dari karakternya bila
distinctivenessnya rendah, konsensusnya rendah, dan konsistensinya tinggi.
Atribusi eksternal, dikatakan demikian apabila ditandai dengan distinctiveness yang tinggi,
consensus yang tinggi, dan konsistensinya juga tinggi.
Atribusi internal-eksternal, hal ini ditandai dengan distinctiveness yang tinggi, consensus rendah,
dan konsistensi tinggi.

3) Consensus ( weiner )
a) Keberhasilan dan kegagalan memiliki penyebab internal atau eksternal.
b) Stabilitas penyebab, stabil atau tidak stabil.

C. Komponen dan Karakteristik Atribusi

Model Atribusi mengenai motivasi mempunyai beberapa komponen, yang terpenting


adalah hubungan antara atribusi, perasaan dan tingkah laku. Menurut Weiner, urutan-urutan logis
dari hubungan psikologi itu ialah bahwa perasaan merupakan hasil dari atribusi atau kognisi.
Perasaan tidak menentukan kognisi, misalnya semula orang merasa bersyukur karena
memperoleh hasil positif dan kemudian memutuskan bahwa keberhasilan itu berkat bantuan
orang lain. Hal ini merupakan urutan yang tidak logis (weiner, 1982 hal 204).
Hubungan antara kepercayaan, pada reaksi afektif dan tingkah laku. Penyebab keberhasilan dan
kegagalan menurut persepsi menyebabkan pengharapan untuk terjadinya tindakan yang akan
datang dan menimbulkan emosi tertentu. Tindakan yang menyusul dipengaruhi baik oleh
perasaan individu maupun hasil tindakan yang diharapkan terjadi.

Menurut teori atribusi, keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat dianalisis dalam tiga
karakteristik, yakni :
1. Penyebab keberhasilan atau kegagalan mungkin internal atau eksternal. Artinya, kita
mungkin berhasil atau gagal karena factor-faktor yang kami percaya memiliki asal usul mereka
di dalam diri kita atau karena factor yang berasal di lingkungan kita.
2. Penyebab keberhasilan atau kegagalan seseorang dapat berupa stabil atau tidak stabil.
Maksudnya, jika kita percaya penyebab stabil maka hasilnya mungkin akan sama jika melakukan
perilaku yang sama pada kesempatan lain.
3. Penyebab keberhasilan atau kegagalan dapat berupa dikontrol atau tidak terkendali. Faktor
terkendali adalah salah satu yang kami yakin kami dapat mengubah diri kita sendiri jika kita
ingin melakukannya. Adapun factor tak terkendali adalah salah satu yang kita tidak percaya kita
dengan mudah dapat mengubahnya.
Merupakan factor internal yang dapat dikontrol, yakni kita dapat mengendalikan usaha dengan
mencoba lebih keras. Demikian juga factor eksternal dapat dikontrol , misalnya seseorang gagal
dalam suatu lembaga pelatihan , namun dapat berhasil jika dapat mengambil pelatihan yang lebih
mudah. Atau dapat disebut sebagai factor tidak terkendali apabila kalkulus dianggap sulit kareba
bersifat abstrak, akan tetap abstrak, tidak akan terpengaruh terhadap apa yang kita lakukan.
Secara umum, ini berarti bahwa ketika peserta didik berhasil di tugas akademik, mereka
cenderung ingin atribut keberhasilan ini untuk usaha mereka sendiri, tetapi ketika mereka gagal,
mereka ingin atribut kegagalan mereka untuk factor-faktor dimana mereka tidak memiliki
kendali, sepeti mengajarkan hal buruk atau bernasib buruk.
Menurut Weiner, factor paling penting yang mempengaruhi atribusi ada empat factor yakni
antara lain :
1. Ability yakni kemampuan, adalah factor internal dan relative stabil dimana peserta didik
tidak banyak latihan control langsung.
2. Task difficulty yakni kesulitan tugas dan stabil merupakan factor eksternal yang sebagaian
besar di luar pembelajaran control.
3. Effort yakni upaya, adalah factor internal dan tidak stabil dimana peserta didik dapat latihan
banyak control.
4. Luck yakni factor eksternal dan tidak stabil dimana peserta didik latihan control sangat
kecil.
Untuk memahami seseorang dalam kaitannya dengan suatu kejadian, Weiner menunjuk dua
dimensi yaitu :
a. Dimensi internal-eksternal sebagai sumber kausalitas
b. Dimensi stabil-tidak stabil sebagai sifat kausalitas
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Theory of reasoned action adalah teori perilaku kesehatanyang menggunakan
pendekatan psikologi sosial untuk melihat determinan dariperilaku sehat yang
dikembangkan oleh Ajzen dan Fishbein menjelang tahun1970-an. Menurut teori ini,
kehendak atau niat seseorang untuk menampilkansesuatu perilaku tertentu berkaitan erat
dengan tingkah laku aktual itu sendiri. Defini teori atribusi sebuah teori yang membahas
tentang upaya-upaya yang dilakukan untuk memahami penyebab-penyebab perilaku kita
dan orang lain. Definisi formalnya, atribusi berarti upaya untuk memahami penyebab di
balik perilaku orang lain. menurut Weiner (Weiner, 1980, 1992) attribution theory is
probably the most influential contemporary theory with implications for academic
motivation. Artinya Atribusi adalah teori kontemporer yang paling berpengaruh dengan
implikasi untuk motivasi akademik.

B. Saran
Disarankan bagi pembaca agar dapat lebih memahami tentang teori-teori ini, karna
teori-teori ini besar kecilnya ada di kehidupan kita masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA

Susan B. 2002.Perawat Sebagai Pendidik : Prinsip-prinsip Pengajaran dan Pembelajaran. EGC. Jakarta

Bonsley, Robert J. 2008.Metode Pendidikan Kesehatan Masyarakat . Jakarta: EGC

Fishbein, M, & Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention, and Behavior : An Introduction to Theory and
Research

Sheng, O. R. L., & Tam, K. Y.1999. ’Examining theTechnology Acceptance Model Using Physical
Acceptance of TelemedicineTechnology, dalam Journal of Management Information Systems, Vol.
16,No. 2, pp. 91-112

Jogiyanto. 2007.Sistem Informasi Keperilakuan. Yogyakarta

Andi OffsetMaulana, Heri D.J. 2009.Promosi Kesehatan Jakarta : Penerbit Buku


KedokteranEGCNotoatmodjo, Soekidjo. 2010.

Anda mungkin juga menyukai