4 Ihsan Edisi 3, Rabi’ul Akhir 1438 H / Januari 2017 Ihsan Edisi 3, Rabi’ul Akhir 1438 H / Januari 2017 1
jauh ke dalam dari pintu gapura sekarang dapat mengajarkan keahlian yang dimilikinya itu pada pekerjaan itu dengan baik. Kaisar merasa puas Dalam perjalanannya, sampai di ujung
dilihat, bangunan masjid menjadi semakin ke depan penduduk di Jepara. Oleh karena batu yang melihat hasil karya Raden Toyib, sehingga dia Elor semua kapal juragan Wintang tenggelam.
sehingga jarak antara bangunan masjid dengan pintu ditemukan di daerah Jepara tidak cocok untuk diukir, mengundang Raden Toyib untuk menghadap ke Orang-orang Tionghoa yang berada di dalamnya
gapura semakin dekat. sedangkan jumlah batu yang didatangkan dari negeri istana. Melihat Raden Toyib dan prestasi kerjanya meninggal. Waktu sampai di daratan, juragan
Adapun artefak yang berupa pagar gapura Tiongkok juga tidak dapat mencukupi kebutuhan, yang sangat bagus, Kaisar Tiongkok sangat tertarik, Wintang merasa malu pada orang-orang Tionghoa
sekarang masih kelihatan utuh dan dapat disaksikan penduduk Jepara mempraktekkan pelajaran yang oleh karenanya Raden Toyib akan dijadikan anak yang telah bertempat tinggal di Pulau Jawa. Hatinya
dengan baik. Kedua gapura itu diberi daun pintu dari diterimanya di atas kayu. Konon kabarnya dari angkatnya. Akan tetapi Raden Toyib menolak, merasa sedih, harta bendanya telah hilang, dan
bahan kayu jati yang dapat dibuka dan ditutup untuk sinilah lambat laun telah tumbuh seni ukir di karena ingin meneruskan perjalanannya ke Jepara. badannya rusak. Juragan Wintang pergi ke sana ke
ke luar masuk masjid. Pagar gapura dibangun dari kalangan masyarakat Jepara. Patih Cina itu sendiri, Sampai di Jepara Raden Toyib menuju ke mari tidak tentu arah tujuannya. Pikirannya sangat
bahan batu bata merah dan terletak di depan masjid karena teramat mahirnya mengukir di atas batu istana Ratu Kalinyamat, kepada penjaga istana kusut, dan akhirnya juragan Wintang sampai ke suatu
membujur dari arah selatan ke utara sehingga akhirnya mendapat nama julukan Patih Sungging dengan terus terang Raden Toyib menyampaikan tempat bernama Jung Mara (sekarang Jepara). Di
menutup bangunan masjid dari arah depan. Pada Badar Duwung. maksudnya ingin menghadap Kanjeng Ratu tempat itu juragan Wintang bertapa mati raga.
mulanya jarak bangunan masjid dengan pagar Di lingkungan Kerajaan Jepara status Kalinyamat. Raden Toyib ingin sekali mengabdi, Selama bertapa juragan Wintang bermimpi
gapura cukup jauh. Akan tetapi setelah beberapa kali Sungging Badar Duwung di samping sebagai Patih dan keinginan tersebut dikabulkan. Kanjeng Ratu mendengar suara yang memberinya wangsit, jika ia
dilakukan renovasi jarak ke duanya semakin dekat, juga menjadi ayah angkat Sultan Hadirin (suami Kalinyamat memberinya pekerjaan kepada Raden ingin mendapatkan kembali harta bendanya,
hal tersebut disebabkan karena meningkatnya Ratu Kalinyamat). Sungging Badar Duwung juga Toyib sebagai tukang kebun. hendaknya ia memeluk agama Islam pada Sunan
jumlah jamaah masjid sehingga membutuhkan ruang dipercaya menyebarkan agama Islam di Kudus. Pada suatu hari Ratu Kalinyamat Kudus dan melakukan semua perintahnya. Seusai
yang semakin luas dan bangunan yang semakin Bersama Sultan Hadirin yang juga menantu Sunan memeriksa pekerjaan Raden Toyib dan menanyakan terjaga dari tidurnya juragan Wintang cepat-cepat
besar. Kudus, Tjie Wie Gwan membuat masjid dengan perihal asal-usulnya. Ratu Kalinyamat merasa pergi ke Kudus.
gapura menyerupai pura di Bali. Sedangkan mustaka curiga bahwa Raden Toyib bukan manusia Setelah berjumpa dengan Sunan Kudus,
B. Dua Tokoh Siar Islam Di Loram masjidnya merupakan peninggalan Sultan Hadirin sembarangan (biasa), karena konon Raden Toyib juragan Wintang segera memberikan hormat. Sunan
Di depan sudah disinggung bahwa Patih atau yang lebih dikenal dengan Sunan Mantingan adalah seorang pemuda yang tampan dan gagah. Kudus menanyakan maksud kedatangannya.
Badar Duwung dan Sultan Hadirin adalah dua orang Kalinyamat Jepara (Supani S.D, 2009:22). Pangeran Akan tetapi Raden Toyib tidak mau mengaku secara Juragan Wintang menjawab sambil menyembah
tokoh yang diminta oleh Sunan Kudus untuk ikut Hadirin adalah selain sebagai murid juga menantu terus terang. Sebagai akibatnya dia dijebloskan dengan menggunakan bahasa Tionghoa. Kebetulan
menyebarkan Islam di wilayah Kudus bagian Sunan Kudus, dia beristrikan Ratu Kalinyamat. dalam penjara. Setelah beberapa waktu lamanya sekali Sunan Kudus mempunyai seorang murid
selatan, termasuk Loram. Tentang siapa Patih Tokoh tentang Pangeran Hadirin (Hadiri) ini ternyata meringkuk dalam penjara, Raden Toyib akhirnya orang Tionghoa, Ki Rakin namanya. Ki Rakin inilah
Sungging Badar Duwung itu hingga sekarang kita ada beberapa sumber, sumber dari cerita rakyat dan bersedia juga membuka rahasia hidupnya kepada yang kemudian bertindak sebagai juru bahasa.
tidak banyak mengetahui. Sebuah cerita menuturkan sumber babad. Kanjeng Ratu. Raden Toyib dengan terus terang Begitu Sunan Kudus mempersilahkannya memeluk
bahwa dia adalah seorang pengembara Muslim dari Dalam cerita rakyat seperti yang mengatakan berasal dari Aceh, bahkan pernah agama Islam dan menjadi muridnya, juragan
Campa, China yang mendarat di Jepara semasa dituturkan juru kunci kompleks makam Mantingan, menjadi Sultan di Aceh. Hati Ratu Kalinyamat Wintang diberi nama Rakit dan dipersilahkan
pemerintahan Ratu Kalinyamat. Pada waktu itu Pangeran Hadirin adalah putera Sultan Aceh. Dia menjadi berdebar-debar. Dia segera teringat pada bertempat tinggal di pinggir sungai Kalinyamat.
Jepara masih dibawah kekuasaan Kerajaan Demak. bernama Raden Toyib dan diangkat ayahnya ramalan mendiang ayahnya: bahwa laki-laki yang Lama kelamaan, tempat tinggalnya menjadi desa.
Pada mulanya dia telah bekerja dalam bidang menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Sultan di akan menjadi jodohnya kelak bukan berasal dari Sunan Kudus memberinya nama Kalinyamat
pemerintahan di Kerajaan Jepara yang pada waktu Aceh. Akan tetapi karena sesuatu hal, Raden Toyib kalangan masyarakat pribumi Jawa, tetapi berasal (Hendra, E, 1989:205).
itu diperintah Ratu Kalinyamat yang dalam sumber lebih senang berkelana dan sampailah dia di negeri dari negeri seberang. Ratu Kalinyamat merasa bukan Keterangan “Serat Kandaning Ringgit
cerita tersebut disebut dengan nama julukan Sinuhun Tiongkok. Sampai di Tiongkok Raden Toyib diambil mustahil Raden Toyib memang merupakan calon Purwa” Naskah KBG No. 7, nampaknya dapat
Kalinyamat. Seiring berjalannnya waktu, dalam anak angkat seorang patih Tiongkok (Hadi, M : suami bagi dirinya. Singkat cerita dalam waktu tidak dipercaya. Sebagaimana dikemukakan oleh De
jenjang karirnya Sungging Badar Duwung yang 2010:29). lama Raden Toyib menjadi suami Ratu Kalinyamat. Graaf dan Pigeaud, ada kemungkinan setelah
nama aslinya Tjie Wie Gwan telah berhasil mencapai Lebih kurang lima tahun lamanya Raden Setelah menikah Kanjeng Ratu menyerahkan takhta bertemu dengan Sunan Kudus dan memeluk Islam,
pangkat yang tinggi sebagai patih, namun nama asli Toyib berada di negeri Tiongkok. Pada suatu hari Kerajaan Jepara kepadanya. Raden Toyib diberi juragan Wintang yang telah kehilangan semua kapal
Tionghoa yang ia sandang tidak ada yang orang tua angkat Raden Toyib mendapat tugas untuk nama baru Pangeran Hadirin. dan barang-barang dagangannya, telah mendapat
mengetahui. Oleh karena setelah itu setelah memperbaiki sebuah perhiasan intan Raja yang Cerita yang dituturkan oleh juru kunci bantuan yang diambilkan dari “baitul mal” hasil
memeluk agama Islam ia tidak mau disebut dengan rusak. Tugas itu bagi patih (orang tua angkat Raden makam Mantingan tersebut berbeda dengan apa pengumpulan zakat, yang menurut hukum Islam
nama aslinya lagi. Toyib) menjadikan permasalahan, karena disamping yang ada dalam “Serat Kandaning Ringgit Purwa” antara lain memang digunakan untuk memberi
Di samping pandai memerintah, Patih pengerjaannya sangat sulit, waktu yang naskah KBG No. 7. Dalam naskah itu dijelaskan bantuan pada orang-orang yang sedang mengalami
Cina tersebut juga pandai sekali mengukir. diberikannya pun sangat singkat. Melihat keadaan bahwa awalnya Pangeran Hadiri merupakan seorang nasib malang seperti juragan Wintang itu (De Graaf
Keahliannya dalam bidang yang satu ini dibawanya yang demikian Raden Toyib turun tangan dan pedagang Tionghoa yang datang ke pulau Jawa dkk, 1985:270).
dari Tiongkok. Di tengah-tengah kesibukannya mengambil alih tugas ayah angkatnya untuk membawa tiga buah kapal yang sarat dengan barang-
sebagai Mangkubumi Kerajaan Jepara, ia masih memperbaiki perhiasan yang rusak tersebut. barang dagangan dari negeri Tiongkok. Adapun C. Bentuk Gapura Masjid Loram
sering mengukir di atas batu, yang khusus di Akhirnya Raden Toyib dapat menyelesaikan nama aslinya dalam naskah itu hanya disebut Gapura masjid Loram terletak di Desa
datangkan dari negeri leluhurnya. Bahkan ia “juragan Wintang”.
2 Ihsan Edisi 3, Rabi’ul Akhir 1438 H / Januari 2017 Ihsan Edisi 3, Rabi’ul Akhir 1438 H / Januari 2017 3