Anda di halaman 1dari 2

IHSAN

Terbit Selasa Kliwon, 12 Rabi’ul Akhir 1438/10 Januari 2017


Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, bangunan masjid yang mempunyai atap bertingkat.
Propinsi Jawa Tengah. Gapura itu berukuran Bentuk atap seperti ini sebelumnya dapat dilihat
panjang 1.500 cm; lebar 148 cm; dan Tinggi 553 cm. pada bangunan pemujaan masa Indonesia Hindu dan
Bahan untuk pembuatan berupa batu bata merah dan sampai sekarang masih dapat dijumpai di Bali dalam
kayu jati. Di atas disebutkan bahwa gapura masjid berbagai struktur yang tidak ada hubungannya
Loram memiliki bentuk menyerupai Pura di Bali. dengan Islam (Pijper, 1947:275). Di samping pada
Hal tersebut kiranya dapat dijelaskan melalui proses bangunan masjid, pengaruh kebudayaan Indonesia-
sejarah yang pernah terjadi di Indonesia pada Hindu terhadap kebudayaan Indonesia Islam terlihat ihyaussunnah wa ihsanul ummah
umumnya, dan daerah Kudus pada khususnya. pada bentuk gapura candi bentar maupun paduraksa
Dalam sejarahnya, bangsa Indonesia telah baik yang berada di kompleks makam dan masjid.
mengenal kebudayaan tersendiri sebelum Bentuk-bentuk semacam ini sudah dikenal sejak Sejarah Masjid Wali dan Tokoh Siar Islam di Loram
kedatangan bangsa asing. Oleh karena itu ketika zaman Majapahit (Tjandrasasmita, U. 1979:2).
orang-orang Muslim masuk dengan agamanya di Reliefnya dapat dilihat pada sebagian relief di
Indonesia, unsur-unsur Islam itu berbaur dengan Trowulan, (Kempers, B; 1959: Foto 28 8), sebagian Oleh: Suwarno*
kebudayaan asli yang datang sebelumnya yaitu relief candi Jago dan sebagian relief candi
kebudayaan Indonesia-Hindu (Ambari, H.M, Tegawangi (Callenfels, Van Stein; 1925: gb 10b dan
1970:1). Berakhirnya setiap tahap kebudayaan tidak 13). Bentuk-bentuk gapura tersebut ditemukan juga
berbentuk secara mendadak, tetapi secara perlahan- di kompleks makam Mantingan, Jepara, makam A. Sejarah Pembangunan Masjid Loram umat Hindu. Bangunan demikian menyiratkan
lahan untuk kemudian digantikan oleh kebudayaan Sunan Drajad dan Sendang Duwur, di Lamongan. Kulon. bahwa nilai-nilai lama yang tidak bertentangan
berikutnya. Meskipun demikian kebudayaan Dalam siar agama Islam di Desa Loram. dengan Islam yang dimiliki oleh Hindu tidak serta
terdahulu tidak hilang begitu saja, tetapi masih ada * Peneliti di Balai Pelestarian Nilai Budaya Daerah tidak terlepas dari peranan Sultan Hadirin dan Patih merta dihilangkan secara total.
pengaruhnya terhadap kebudayaan berikutnya. Ada Istimewa Yogyakarta. Tulisan ini merupakan Bandar Duwung. Dalam menjalankan dakwahnya ke Gapura Masjid Loram yang terletak
kalanya kedua bentuk kebudayaan tersebut suntingan dan dicuplik dari “Tradisi Manten dua tokoh tersebut telah menemui kendala yang sekitar dua kilometer dari jalan raya Kudus-
bergabung untuk kemudian membentuk kebudayaan Mubeng Gapura Di Masjid Loram Kulon,” cukup berat, karena kalau salah langkah dapat terjadi Semarang itu, dibangun oleh Patih Sungging Badar
baru tanpa meninggalkan kebudayaan aslinya. Patrawidya, 17(2), Agustus 2016, hlm. 57-73. Versi yang sangat dahsyat dan berakibat buruk. Duwung dan Sultan Hadirin atas permintaan Sunan
Percampuran ke dua bentuk kebudayaan laporan lengkap diterbitkan oleh BPNB Yogyakarta Sultan Hadirin dan Patih Badar Duwung mengambil Kudus. Masjid itu didirikan pada tahun 1596/1597.
maupun lebih disebut dengan akulturasi. Hasil tahun 2013 dalam bentuk Bunga Rampai dengan satu strategi akulturasi antara Islam dan budaya Pada awalnya bangunan masjid itu sangat sederhana,
akulturasi sudah ada jauh sebelum masa Islam. Pada judul “Kearifan Lokal”. Satu artikel yang mengupas lokal. menyerupai bangunan masjid-masjid kuna pada
masa Indonesia Hindu, hasil akulturasi antara lain tentang Tradisi Mubeng Gapura Masjid Loram di Langkah pertama aksi dakwah yang umumnya, bedanya hanya di depan bangunan masjid
dapat dilihat pada bentuk bangunan candi. Candi Loram Kulon. Redaksi melakukan beberapa dilakukan oleh Sultan Hadirin dan Patih Badar dibuat pagar dengan dua gapura yang berbentuk
pada masa Indonesia Hindu dianggap sebagai perbaikan salah ketik, ejaan dan sebutan dalam Duwung adalah membangun masjid sebagai pusat paduraksa. Gapura pertama terletak di bagian selatan
replika Gunung Meru yang menggambarkan artikel ini. kegiatan ibadah, pendidikan, dan sosial. Tampaknya dan biasanya digunakan sebagai jalan masuk menuju
kahyangan dan merupakan tempat para dewa hal ini juga sejalan dengan strategi dakwah yang masjid. Gapura ke dua masih dalam deretan pagar
(Geldern, R.H; 1982:5).Kepercayaan yang Redaksi menerima berbagai tulisan tentang kajian pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW dalam kasus yang sama, tetapi terletak pada bagian utara dan
mewarnainya berasal dari kepercayaan Indonesia kemasyarakatan, kegamaan, kebudayaan dan pendirian masjid Quba di kota Madinah, yang biasanya digunakan untuk pintu ke luar masjid. Pada
asli sedang bentuk fisik gunung Meru tersebut pendidikan di Loram dan sekitarnya. Jumlah kata didiami Nabi sesaat setelah momentum hijrah awalnya bangunan masjid Loram Kulon terbuat dari
berasal dari kebudayaan Hindu-Budha yang datang tidak melebihi 2.200 kata dan dikirimkan lewat bersama kaum Muhajirin (Mas'ud, A, 2004:52). bahan kayu, sehingga mudah rapuh dan sisa-sisa
dari India. Pada waktu itu, gunung juga dianggap email. Dalam hal ini masjid menjadi semacam perwujudan bangunannya tidak dapat terdokumentasi dengan
sebagai pusat dari segala kekuatan gaib, sehingga aktual dari dunia lain, dimana pendiriannya harus baik (wawancara dengan Aminudin, tgl 15-8- 2013).
bangunan yang didirikan di atas gunung dan Penanggungjawab Umum: Pengurus Musholla menjadi prioritas di atas kebutuhan lain yang Sampai sekarang, karena tuntutan umat yang
menyerupai gunung (Zigurat) sering disebut sebagai dan Pondok Pesantren Ihyaussunnah Pemimpin memiliki orientasi duniawi. semakin berkembang dan keadaan bangunan masjid
Mountain of God atau House of Mountain, dan Redaksi: Eko Saputro Redaktur: Ulis Syifa Dengan didirikannya masjid Loram, yang semakin rapuh maka sudah selayaknya kalau
merupakan pusat pemujaan terhadap roh nenek Sirkulasi: Dimas R, Arsya, Alex, Junaid, Ashfa H, meski awalnya dalam bentuk yang sederhana, dalam bangunan tersebut sudah beberapa kali dilakukan
moyang yang sudah didewakan. Menurut Syihab Reporter: Izzul, M. Yusuf A, Arif Hamdan, perspektif budaya, Sultan Hadirin tampaknya sadar renovasi.
kepercayaan, gunung beserta arwah nenek moyang Arif, Puput, Abdil, Rama Layouter: Nadhif, Danish akan pentingnya ruang budaya dalam melakukan Pada awal tahun 1990, bangunan masjid
yang menempatinya merupakan sesuatu kekuatan Blog: www.ppihsan.wordpress.com Email: transformasi sosial. Masjid dalam hal ini menjadi tersebut direnovasi karena kayu-kayunya sudah
gaib yang abadi. Hal itu dapat membuat ihyaussunnah@yahoo.com Sekretariat: Musholla semacam nilai simbolik babak baru dalam lapuk termakan usia. Hasil renovasi masjid yang
kemakmuran bagi manusia, hewan, tumbuh- dan Pondok Pesantren Ihyaussunnah Assaniyyah melakukan transmisi nilai, meski dari segi struktur semula berdinding papan dan berangka kayu itu pun
tumbuhan dan kekayaan bagi keturunan selanjutnya Loram Kulon Jati Kudus 59344 Google Map: bentuk masjid masih tetap memperhatikan budaya berubah menjadi masjid yang berdinding tembok
(Wales, Q; 1958:7-8). bit.ly/ppihsan Download Buletin: bit.ly/biihsan lokal yang mirip bangunan pura, tempat ibadah bagi dan berangka beton. Tata letaknya yang dulu agak
Pada masa pengaruh Islam hasil
akulturasi antara lain dapat dilihat pada bentuk

4 Ihsan Edisi 3, Rabi’ul Akhir 1438 H / Januari 2017 Ihsan Edisi 3, Rabi’ul Akhir 1438 H / Januari 2017 1
jauh ke dalam dari pintu gapura sekarang dapat mengajarkan keahlian yang dimilikinya itu pada pekerjaan itu dengan baik. Kaisar merasa puas Dalam perjalanannya, sampai di ujung
dilihat, bangunan masjid menjadi semakin ke depan penduduk di Jepara. Oleh karena batu yang melihat hasil karya Raden Toyib, sehingga dia Elor semua kapal juragan Wintang tenggelam.
sehingga jarak antara bangunan masjid dengan pintu ditemukan di daerah Jepara tidak cocok untuk diukir, mengundang Raden Toyib untuk menghadap ke Orang-orang Tionghoa yang berada di dalamnya
gapura semakin dekat. sedangkan jumlah batu yang didatangkan dari negeri istana. Melihat Raden Toyib dan prestasi kerjanya meninggal. Waktu sampai di daratan, juragan
Adapun artefak yang berupa pagar gapura Tiongkok juga tidak dapat mencukupi kebutuhan, yang sangat bagus, Kaisar Tiongkok sangat tertarik, Wintang merasa malu pada orang-orang Tionghoa
sekarang masih kelihatan utuh dan dapat disaksikan penduduk Jepara mempraktekkan pelajaran yang oleh karenanya Raden Toyib akan dijadikan anak yang telah bertempat tinggal di Pulau Jawa. Hatinya
dengan baik. Kedua gapura itu diberi daun pintu dari diterimanya di atas kayu. Konon kabarnya dari angkatnya. Akan tetapi Raden Toyib menolak, merasa sedih, harta bendanya telah hilang, dan
bahan kayu jati yang dapat dibuka dan ditutup untuk sinilah lambat laun telah tumbuh seni ukir di karena ingin meneruskan perjalanannya ke Jepara. badannya rusak. Juragan Wintang pergi ke sana ke
ke luar masuk masjid. Pagar gapura dibangun dari kalangan masyarakat Jepara. Patih Cina itu sendiri, Sampai di Jepara Raden Toyib menuju ke mari tidak tentu arah tujuannya. Pikirannya sangat
bahan batu bata merah dan terletak di depan masjid karena teramat mahirnya mengukir di atas batu istana Ratu Kalinyamat, kepada penjaga istana kusut, dan akhirnya juragan Wintang sampai ke suatu
membujur dari arah selatan ke utara sehingga akhirnya mendapat nama julukan Patih Sungging dengan terus terang Raden Toyib menyampaikan tempat bernama Jung Mara (sekarang Jepara). Di
menutup bangunan masjid dari arah depan. Pada Badar Duwung. maksudnya ingin menghadap Kanjeng Ratu tempat itu juragan Wintang bertapa mati raga.
mulanya jarak bangunan masjid dengan pagar Di lingkungan Kerajaan Jepara status Kalinyamat. Raden Toyib ingin sekali mengabdi, Selama bertapa juragan Wintang bermimpi
gapura cukup jauh. Akan tetapi setelah beberapa kali Sungging Badar Duwung di samping sebagai Patih dan keinginan tersebut dikabulkan. Kanjeng Ratu mendengar suara yang memberinya wangsit, jika ia
dilakukan renovasi jarak ke duanya semakin dekat, juga menjadi ayah angkat Sultan Hadirin (suami Kalinyamat memberinya pekerjaan kepada Raden ingin mendapatkan kembali harta bendanya,
hal tersebut disebabkan karena meningkatnya Ratu Kalinyamat). Sungging Badar Duwung juga Toyib sebagai tukang kebun. hendaknya ia memeluk agama Islam pada Sunan
jumlah jamaah masjid sehingga membutuhkan ruang dipercaya menyebarkan agama Islam di Kudus. Pada suatu hari Ratu Kalinyamat Kudus dan melakukan semua perintahnya. Seusai
yang semakin luas dan bangunan yang semakin Bersama Sultan Hadirin yang juga menantu Sunan memeriksa pekerjaan Raden Toyib dan menanyakan terjaga dari tidurnya juragan Wintang cepat-cepat
besar. Kudus, Tjie Wie Gwan membuat masjid dengan perihal asal-usulnya. Ratu Kalinyamat merasa pergi ke Kudus.
gapura menyerupai pura di Bali. Sedangkan mustaka curiga bahwa Raden Toyib bukan manusia Setelah berjumpa dengan Sunan Kudus,
B. Dua Tokoh Siar Islam Di Loram masjidnya merupakan peninggalan Sultan Hadirin sembarangan (biasa), karena konon Raden Toyib juragan Wintang segera memberikan hormat. Sunan
Di depan sudah disinggung bahwa Patih atau yang lebih dikenal dengan Sunan Mantingan adalah seorang pemuda yang tampan dan gagah. Kudus menanyakan maksud kedatangannya.
Badar Duwung dan Sultan Hadirin adalah dua orang Kalinyamat Jepara (Supani S.D, 2009:22). Pangeran Akan tetapi Raden Toyib tidak mau mengaku secara Juragan Wintang menjawab sambil menyembah
tokoh yang diminta oleh Sunan Kudus untuk ikut Hadirin adalah selain sebagai murid juga menantu terus terang. Sebagai akibatnya dia dijebloskan dengan menggunakan bahasa Tionghoa. Kebetulan
menyebarkan Islam di wilayah Kudus bagian Sunan Kudus, dia beristrikan Ratu Kalinyamat. dalam penjara. Setelah beberapa waktu lamanya sekali Sunan Kudus mempunyai seorang murid
selatan, termasuk Loram. Tentang siapa Patih Tokoh tentang Pangeran Hadirin (Hadiri) ini ternyata meringkuk dalam penjara, Raden Toyib akhirnya orang Tionghoa, Ki Rakin namanya. Ki Rakin inilah
Sungging Badar Duwung itu hingga sekarang kita ada beberapa sumber, sumber dari cerita rakyat dan bersedia juga membuka rahasia hidupnya kepada yang kemudian bertindak sebagai juru bahasa.
tidak banyak mengetahui. Sebuah cerita menuturkan sumber babad. Kanjeng Ratu. Raden Toyib dengan terus terang Begitu Sunan Kudus mempersilahkannya memeluk
bahwa dia adalah seorang pengembara Muslim dari Dalam cerita rakyat seperti yang mengatakan berasal dari Aceh, bahkan pernah agama Islam dan menjadi muridnya, juragan
Campa, China yang mendarat di Jepara semasa dituturkan juru kunci kompleks makam Mantingan, menjadi Sultan di Aceh. Hati Ratu Kalinyamat Wintang diberi nama Rakit dan dipersilahkan
pemerintahan Ratu Kalinyamat. Pada waktu itu Pangeran Hadirin adalah putera Sultan Aceh. Dia menjadi berdebar-debar. Dia segera teringat pada bertempat tinggal di pinggir sungai Kalinyamat.
Jepara masih dibawah kekuasaan Kerajaan Demak. bernama Raden Toyib dan diangkat ayahnya ramalan mendiang ayahnya: bahwa laki-laki yang Lama kelamaan, tempat tinggalnya menjadi desa.
Pada mulanya dia telah bekerja dalam bidang menggantikan kedudukan ayahnya sebagai Sultan di akan menjadi jodohnya kelak bukan berasal dari Sunan Kudus memberinya nama Kalinyamat
pemerintahan di Kerajaan Jepara yang pada waktu Aceh. Akan tetapi karena sesuatu hal, Raden Toyib kalangan masyarakat pribumi Jawa, tetapi berasal (Hendra, E, 1989:205).
itu diperintah Ratu Kalinyamat yang dalam sumber lebih senang berkelana dan sampailah dia di negeri dari negeri seberang. Ratu Kalinyamat merasa bukan Keterangan “Serat Kandaning Ringgit
cerita tersebut disebut dengan nama julukan Sinuhun Tiongkok. Sampai di Tiongkok Raden Toyib diambil mustahil Raden Toyib memang merupakan calon Purwa” Naskah KBG No. 7, nampaknya dapat
Kalinyamat. Seiring berjalannnya waktu, dalam anak angkat seorang patih Tiongkok (Hadi, M : suami bagi dirinya. Singkat cerita dalam waktu tidak dipercaya. Sebagaimana dikemukakan oleh De
jenjang karirnya Sungging Badar Duwung yang 2010:29). lama Raden Toyib menjadi suami Ratu Kalinyamat. Graaf dan Pigeaud, ada kemungkinan setelah
nama aslinya Tjie Wie Gwan telah berhasil mencapai Lebih kurang lima tahun lamanya Raden Setelah menikah Kanjeng Ratu menyerahkan takhta bertemu dengan Sunan Kudus dan memeluk Islam,
pangkat yang tinggi sebagai patih, namun nama asli Toyib berada di negeri Tiongkok. Pada suatu hari Kerajaan Jepara kepadanya. Raden Toyib diberi juragan Wintang yang telah kehilangan semua kapal
Tionghoa yang ia sandang tidak ada yang orang tua angkat Raden Toyib mendapat tugas untuk nama baru Pangeran Hadirin. dan barang-barang dagangannya, telah mendapat
mengetahui. Oleh karena setelah itu setelah memperbaiki sebuah perhiasan intan Raja yang Cerita yang dituturkan oleh juru kunci bantuan yang diambilkan dari “baitul mal” hasil
memeluk agama Islam ia tidak mau disebut dengan rusak. Tugas itu bagi patih (orang tua angkat Raden makam Mantingan tersebut berbeda dengan apa pengumpulan zakat, yang menurut hukum Islam
nama aslinya lagi. Toyib) menjadikan permasalahan, karena disamping yang ada dalam “Serat Kandaning Ringgit Purwa” antara lain memang digunakan untuk memberi
Di samping pandai memerintah, Patih pengerjaannya sangat sulit, waktu yang naskah KBG No. 7. Dalam naskah itu dijelaskan bantuan pada orang-orang yang sedang mengalami
Cina tersebut juga pandai sekali mengukir. diberikannya pun sangat singkat. Melihat keadaan bahwa awalnya Pangeran Hadiri merupakan seorang nasib malang seperti juragan Wintang itu (De Graaf
Keahliannya dalam bidang yang satu ini dibawanya yang demikian Raden Toyib turun tangan dan pedagang Tionghoa yang datang ke pulau Jawa dkk, 1985:270).
dari Tiongkok. Di tengah-tengah kesibukannya mengambil alih tugas ayah angkatnya untuk membawa tiga buah kapal yang sarat dengan barang-
sebagai Mangkubumi Kerajaan Jepara, ia masih memperbaiki perhiasan yang rusak tersebut. barang dagangan dari negeri Tiongkok. Adapun C. Bentuk Gapura Masjid Loram
sering mengukir di atas batu, yang khusus di Akhirnya Raden Toyib dapat menyelesaikan nama aslinya dalam naskah itu hanya disebut Gapura masjid Loram terletak di Desa
datangkan dari negeri leluhurnya. Bahkan ia “juragan Wintang”.

2 Ihsan Edisi 3, Rabi’ul Akhir 1438 H / Januari 2017 Ihsan Edisi 3, Rabi’ul Akhir 1438 H / Januari 2017 3

Anda mungkin juga menyukai