Anda di halaman 1dari 4

Kegiatan Dakwah di Indonesia

1. Pendahuluan

Dalam memperdalam ilmu agama kita perlu mengetahui dan memahami sejarah dan
makna dari agama islam itu sendiri. Sejarah agama islam banyak mengalami periode, mulai dari
periode klasik, periode pertengahan dimana islam mengalami kemunduran, dan periode modern
dimana merupakan periode kebangkitan bagi umat islam, yaitu ditandai dengan kemunculan para
pembaharu islam. Dalam lembaran tugas mandiri pertama ini saya akan memaparkan sejarah dan
makna agama islam mengenai kegiatan dakwah di Indonesia.

2. Pembahasan Topik

Dakwah artinya mengajak atau menyerukan orang untuk mentaati ajaran agama islam
dengan berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran. Metode yang di pergunakan antara lain,
keteladanan, ceramah, perkawinan, menggunakan kesenian sebagai daya tarik massa, pendekatan
tasawuf, melalui ajaran seperti dzikir, doa, I’tikaf.1

Di Indonesia dakwah islam dikenal dengan sebutan Wali Songo. Kata “wali” berarti
pembela, teman dekat, dan pemimpin. Adapun kata “songo” berarti sembilan dalam bahasa jawa.
Maka wali songo diartikan sebagai sembilan wali yang dianggap telah dekat dengan Allah SWT,
terus menerus beribadah kepadanya, serta memiliki kekeramatan dan kemampuan-kemampuan
lain di luar kebiasaan manusia.1Adapun kesembilan wali tersebut adalah :

1. Sunan Gresik

Nama lengkapnya adalah Maulana Malik Ibrahim. Putra dari Syekh Jurnadil Kubra
(Maulana Akbar). Tahun 1392 M, Maulana Malik Ibrahim hijrah ke Pulau Jawa, tepatnya di desa
Sembolo yang juga merupakan wilayah kekuasaan Majapahit. Aktivitas pertama yang lakukan
adalah membuka warung yang menyediakan kebutuhan pokok dengan harga murah. Selain itu, ia
juga menyediakan diri untuk mengobati masyarakat secara cuma-cuma. Ia juga mengajarkan cara
bercocok tanam dengan merangkul masyarakat.2

2. Sunan Ampel

Sunan Ampel, nama aslinya adalah Raden Rahmat, merupakan putera tertua Maulana
Malik Ibrahim. Pada tahun 1443 M, ia masuk pulau jawa. Sunan Ampel membangun dan
mengembangkan pondok pesantren di Ampel Denta yang merupakan hadiah dari Raja
Majapahit, yang kemudian pesantren dikenal dengan sebutan Pesantren Ampel Denta.2

Masyarakat sekitar belum memiliki pengetahuan ajaran Islam yang memadai, sehingga
ajaran – ajarannya lebih berpusat pada aqidah dan ibadah, ajaran yang sangat terkenal adalah mo
limo (moh main, moh ngombe, moh maling, moh madat, moh madon). Yakni seruan untuk tidak
(berjudi, minum minuman keras, mencuri, menggunakan narkotik, berzina).2

3. Sunan Bonang

Sunan Bonang bernama asli Makdum Ibrahim, putra sunan Ampel, ia lahir pada tahun
1449 dan merupakan kakak kandung Sunan Drajat. Dalam hal keilmuan Sunan bonang belajar
pengetahuan dan ilmu agama dari ayahanda sendiri, yaitu Sunan Ampel. Sunan Bonang dikenal
sebagai seorang penyebar islam yang menguasai fikih, ushuluddin, tasawuf, seni, sastra,
arsitektur, dan ilmu silat. Dalam berdakwah, Sunan Bonang dikenal sering menggunakan wahana
kesenian dan kebudayaan untuk menarik masyarakat, salah satunya dengan perangkat gamelan
jawa yang disebut bonang. Salah satu karya ciptaannya yang monumental adalah lagu tombol ati,
karya sastranya yang terkenal ialah suluk wujil.1

4. Sunan Drajat

Sunan Drajat lahir di Ampel Denta sekitar tahun 1470 M. Nama aslinya adalah Raden
Qosim atau Syarifuddin, putra Sunan Ampel dan adik dari Sunan Bonang. Sunan Drajat dikenal
sebagai penyebar islam yang berjiwa sosial tinggi dan sangat memperhatikan nasib kaum fakir
miskin serta lebih mengutamakan pencapaian kesejahteraan sosial masyarakat. Ajarannya lebih
menekankan pada empati dan etos kerja keras berupa kedermawanan, pengentasan kemiskinan,
usaha menciptakan kemakmuran, solidaritas sosial, dan gotong royong. Secara umum, ajaran
sunan drajat dalam menyebarkan dakwah islam dikenal masyarakat sebagai pepali pitu (tujuh
dasar ajaran).1

5. Sunan Kudus

Nama asli sunan kudus ialah Ja’far Sadiq, lahir di Kudus abad ke-15. Sunan Kudus,
berdakwah ke wilayah Jawa Tengah, seperti Sragen, Simo hingga Gunung Kidul. Cara ia
berdakwah banyak meniru pendekatan Sunan Kalijaga yang sangat toleran terhadap budaya
lokal. Beliau mampu menguasai ilmu dalam islam seperti Tauhid, ushul fiqih, fiqih, hadis, tafsir,
dan sastra. Atmodarminto dalam bukunya Babad Demak menyebutkan bahwa Sunan Kudus
adalah satu-satunya wali yang paling menguasai ilmu fiqih, menggantikan kedudukan Maulana
Israil pada 1436 M.1

6. Sunan Giri

Nama asli Sunan Giri adalah Muhammad Ainul Yaqin alias Raden Paku juga disebut
dengan nama Jaka Samudra, ayahnya adalah Maulana Ishak. Sunan Giri dikenal karena mimiliki
pengetahuan yang luas dalam ilmu fiqhi, ia disebut sebagai Sultan Abdul Fakih. Karya seni yang
diciptakan adalah permainan anak Jelungan, Jamuran, Ilir-Ilir, dan cublak suweng. Demikian
pula dengan gending asmaradana dan pucunglagi yang bernuansa Jawa namun sarat dengan
ajaran Islam.2

7. Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga lahir pada abad ke-14. Beliau terkenal sebagai wali yang berjiwa besar,
berwawasan luas, berpikiran taam, intelek, serta berasal dari suku jawa asli. Sunan Kalijaga
memiliki nama asli Raden Mas Syahid. Saat ia menjadi berandal dan belum tobat, Sunan
Kalijaga bernama Lokajaya. Kemudian beliau menjadi seorang terhormat ketika bertemu dengan
Sunan Bonang, sebagai awal pertobatannya.1

Seperti wali-wali lain, dengan berdakwah, Sunan Kalijaga mengenalkan islam kepada
penduduk melalui pertunjukan wayang yang sangat di gemari oleh masyarakat dengan
kepercayaan agama lama. Sunan Kalijaga selama berdakwah di jawa bagian barat dikenal
dengan penduduk sebagai dalang yang menggunkan berbagai nama. Didalam ilmu Makrifat,
Sunan Kalijaga menempati posisi istiewa setelah Sunan Ampel.1

8. Sunan Muria

Sunan Muria adalah Putra Dewi Saroh dari hasil perkawinannya dengan Sunan Kalijaga.
Gaya dakwahnya seperti ayahnya Sunan Kalijaga. Ia senang tinggal di tempat yang terpencil dan
jauh. Ia banyak bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan
bercocok tanam, berdagang dan melaut. Dakwah lewat seni adalah lagu Sinom dan Kinanti.2
Secara garis besar, risalah ajaran yang disampaikan oleh Walisongo meliputi tiga hal;
pertama, tauhid/ilmu kalam, yang disampaikan melalui cerita-cerita wayang, kedua, fiqhi, yang
biasanya diajarkan di pesantren- pesantren, ketiga, ilmu tasawuf (ushulul suluk), yang berisi
wirid, wejangan rahasia. Metode yang digunakan sangat komunikatif.2

9. Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati lahir di Mekkah pada 1448 M. Beliau banyak menyebarkan agama
islam di Jawa Barat. Nama aslinya adalah Syarif Hidayatullah. Sunan Gunung Jati adalah satu-
satunya walisongo yang memimpin pemerintahan. Pada usia 89 tahun, Sunan Gunung Jati
mundur dari jabatannya untuk hanya menekuni dakwah. Kekuasaan itu diserahkan keppada
Pangeran Pasarean. Pada tahun 1568 M, Sunan Gunung Jati wafat di usia 120 tahun, di Cirebon.2

3. Penutup

Walisongo dalam penyebaran Islam di Jawa sangat berhasil karena mampu


mengislamisasikan wilayah Jawa. Lembaga pendidikan yang digunakan adalah pesantren.
Keberhasilannya didukung oleh pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kultur
masyarakat Jawa. Seperti melalui permainan anak, perangkat gamelan jawa, pertunjukan
wayang, dll.

Referensi:

1
Mujilan. Buku ajar matakuliah pengembangan kepribadian agama islam membangun pribadi
muslim moderat. 1st ed. Jakarta: Midada Rahma Press; 2019.

2
Susmihara. Wali songo dan perkembangan islam di nusantara. Rihlah [Internet]. 2017 [cited 13
September 2019];5(2):151-164. Available from: http://journal.uin-alauddin.ac.id

Anda mungkin juga menyukai