Anda di halaman 1dari 10

PERANAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM MEMBANGUN ETIKA

POLITIK DI INDONESIA

Drs. I Made Kartika, M.Si


Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Dwijendra Denpasar
E-mail : kartika_kwik@yahoo.co.id
Abstrak
Dinamika masyarakat dalam menghadapi perbedaan yang berkembang menimbulkan
konflik dalam menanggapi setiap permasalahan yang ada. Akan tetapi dalam banyak hal,
Pancasila sebagai ideologi negara telah memberikan pedoman dalam bertingkah laku khususnya
dalam etika politik. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Bagaimanakah peranan
nilai-nilai Pancasila dalam membangun etika politik di Indonesia; 2) Faktor-faktor apakah yang
menjadi penghambat dalam membangun etika politik di Indonesia berdasarkan nilai-nilai
Pancasila ? Sedangkan tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peranan nilai-nilai Pancasila
dalam membangun etika politik di Indonesia,dan untuk mengetahui faktor-faktor penghambat
dalam membangun etika politik di Indonesia berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi dan
teknik kepustakaan. Kemudian analisis data mengunakan teknik deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai Pancasila memberikan acuan normatif
dalam etika politik di Indonsesia, sehingga segala aktivitas politik termasuk penyelenggaraan
negara, menuntut agar kekuasaan dalam negara dijalankan sesuai dengan (1) asas legalitas, (2)
disahkan dan dijalankan secara demokratis, dan (3) dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip
moral. Sedangkan faktor-faktor penghambat dalam membangun etika politik di Indonesia adalah,
ketidakpahaman dan ketidakmampuan masyarakat memahami Pancasila sebagai konsep etika
politik, krisis moral yang terjadi dalam lingkungan masyarakat Indonesia, longgarnya kepercayaan
dan pemahaman individu terhadap agama yang dianutnya, dan maraknya paham radikalisme di
masyarakat, lemahnya pengawasan serta penegakkan hukum yang kurang tegas.
Kata kunci : peranan nilai-nilai Pancasila, membangun etika politik.

Abstract
The dynamics of society in the face of growing differences creates conflict in responding
to any existing problems. Will remain in many ways, the Pancasila as a state ideology has
provided guidenlines for acting specifically in political ethics. The formulation of the problem in
this research is, (1). How is the role of the Pancasila values in building political ethics in
Indonesia?, (2). What factors are obstacles to building political ethis in Indonesia based on
Pancasila values?. While the purpose of the research is to determine the role of Pancasila values
in developing political ethics in Indonesia, and to find out the inhibiting factors in building
political ethics in Indonesia based on Pancasila values.
Data collection techniques in this research used documentation techniques and library
study techniques. Then analyze the data using qualitative descriptive techniques.
The results of the research so that the Pancasila values provide a normative reference in
political ethics in Indonseia, so that all political activities, including the administration of the
state, demand that the power in the state be carried out in accordance with with (1). the principle
of legality, (2). legalized and carried out democratically and (3). carried of based on moral
principles. While the inhibiting factors in building political ethics in Indonesia are the
incomprehension and inability of the public to understand Pancasila as a concept of political
ethics, the moral crisis that occurs inthe Indonesiaan society, the loosening of individual beliefs
and understanding of the religion they embrace, the radicalism in society, their weakness less strict
supervision and law enforcement.
Keywords: the role of Pancasila values, build political ethics.
1. PENDAHULUAN
Pancasila sebagai suatu sistem sebagai tujuan dari lembaga hidup bersama
filsafat pada hakikatnya merupakan suatu yang disebut negara.
nilai dan merupakan sumber dari segala Maka dari itu etika bermaksud
penjabaran norma, baik norma hukum, untuk membantu manusia untuk bertindak
norma moral maupun norma kenegaraan secara bebas dan dapat
lainnya. Dalam filsafat Pancasila terkandung dipertanggungjawabkan, karena setiap
didalamnya suatu pemikiran-pemikiran yang tindakannya selalu lahir dari keputusan
bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis pribadi yang bebas dengan selalu bersedia
dan komprehensif (menyeluruh) dan sistem untuk mempertanggung jawabkan
pemikiran ini merupakan suatu nilai. Oleh tindakannya itu karena memang ada alasan-
karena itu suatu pemikiran filsafat tidak alasan dan pertimbangan-pertimbangan yang
secara langsung menyajikan norma-norma kuat atas tindakannya itu.
yang merupakan pedoman dalam suatu Pancasila dikaitkan dengan sistem
tindakan atau aspek praktis melainkan suatu etika maka akan memberi jawaban mengenai
nilai-nilai yang bersifat mendasar (Kaelan, konsepsi dasar mengenai kehidupan yang
2014:78). dicita-citakan, sebab didalamnya terkandung
Sebagai bangsa yang berpedoman prinsip terdalam dan gagasan mengenai
pada Pancasila sebagai dasar negara yang wujud kehidupan yang dianggap baik,
kuat tidak dapat secara langsung mengatur namun hal ini tidak terjadi di era reformasi.
kehidupan manusia seutuhnya, namun Era reformasi saat ini dimana
apabila diamalkan dalam kehidupan hampir semua organisasi, perkumpulan
berbangsa dan bernegara maka Pancasila maupun group di dasari dengan politik
dapat dimaknai secara utuh, untuk mengatur sebagai pelindung dan senjata yang
kehidupan moral masyarakat Indonesia. digunakan, dimana semakin lama politik ini
Pergolakan masyarakat Indonesia semakin jauh dari peranan yang seharusnya
dalam menghadapi perbedaan yang dan harus melihat sekilas pada dasar negara
berkembang saat ini menimbulkan konflik ini yaitu Pancasila, dimana peranan
dan problematika yang menimbulkan selisih Pancasila hampir tidak dibutukan karena
paham dalam menanggapi setiap politik yang fasib dan tidak mengenal
permasalahan yang ada, dimana penistaan hukum dan ampunan, dan membunnuh
agama menjadi topik yang tidak henti- setiap indipidu yang melan atau yang
hentinya dibicarakan diberbagai media baik menentang dasar ideologi politik yang ia
media elektronik maupun media cetak. pahami.
Dalam rangka menyongsong era Dengan berjalannya politik yang
global diperlukan adanya generasi yang seperti itu secara tidak langsung sudah
mantap, baik dari segi lahiriah maupun sangat menodai dan mencemari Pancasila.
batiniah. Hal ini mempunyai pengertian Dimana perlakuan atau paham politik sudah
untuk menyaring dan menerapkan Sistem tidak lagi menghargai pancasila yang
Etika Politik yang berdasar pada Pancasila, seharusnya mejadi dasar, pedoman, dan
untuk membentuk manusia seutuhnya yang kesetaraan antar indipidu. Seperti yang
berjiwa Pancasilais. Manusia yang berjiwa tertera pada sila pertama “Ketuhanan Yang
Pancasilais dicerminkan dengan manusia Maha Esa”, karena politik manusia sangat
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan jauh dari pada Sila pertama, di sebabkan
Yang Maha Esa serta menjalani imannya pemahan politik yang salah, dan menjadikan
sesuai dengan kepercayaan dan agamanya, Uang sebagai tuhan, untuk mencapai tujuan
sebagai negara dalam organisasi terdapat dan kekuasaan.
persekutuan manusia dan hidup bersama Berdasarkan pada sila kedua
serta bersatu untuk membangun bangsa ”Kemanusian yang Adil dan Beradab”,
Indonesia. Sehingga terbentuklah dimana politik pada jaman sekarang sudah
persekutuan hidup bersama yang disebut tidak ada lagi kemanusian, keadilan dan
rakyat dengan hakikat merupakan unsur adap. Karena sangat haus akan posisi, haus
negara dan wilayah pemerintah yang akan hasrat menguasia di bangsa ini tidak
berdaulat secara adil atau dengan kata lain lagi memikirkan 3 hal yang sangat penting
perkataan keadilan sosial pada hakikatnya sehingga mau melakukan apapun untuk
mencapai keinginannya, dan memperkaya Pelanggaran terhadap etika politik dengan
dirinya, melalui politik dan jalan sendirinya menandakan matinya nalar
kebohongan. Pada era sekarang bangsa kebangsaan dan dapat mengancam integrasi
Indonesia hampir tak ada kesatuan dikarena sosial (Ihsan, 2009:32).
paham politik yang di anut salah, dan Isu pementingan kelompok dan
kepempinan yang tidak didasarkan hati golongan sudah mulai nampak apalagi
nurani dan menjunjung tinggi kebersamaan, ditunjang oleh terbentuknya banyak ormas
juga hampir tidak ada keadilan yang setara, yang mengatasnamakan agama terus
dan itu sangat tidak sesuai dengan sila ke bergulir sampai menimbulkan permasalahan
tiga sampai sila ke lima, dimana dengan dan perselisihan antar masyarakat Bangsa
pemahan sosial politik yang salah ini Indonesia. Munculnya berbagai perspektif
mengakibatkan penyimpangan politik kalangan dipicu oleh berbagai pihak demi
terhadap asas negara Indonesia yang di kepentingan politik, seperti politik yang
dasarkan Pada Pancasila dan Undang terselubung yang dilakukan oleh orang-
Undang Dasar Tahun 1945. Sehingga rasa orang tertentu.
kebersamaan, sosial, adat istiadat, agama di Pergolakan politik atas nama
tinggalkan jauh dari pada kehidupan kebebasan setiap kepentingan mendapat
berpolitik di negeri. tempat aktualisasi tanpa peduli hak asasi
Etika politik dengan rasa etik tidak orang lain. Aturan main diabaikan untuk
lain adalah Etika Pancasila. Pancasila mencapai puncak kekuasaan yang mereka
sebagai etika politik bagi bangsa dan Negara pahami sebagai realitas yang inheren dalam
Indonesia adalah etika yag dijiwai oleh politik. Karenanya standar etika perlu
falsafah Negara yaitu Pancasila Etika politik ditegakkan melalui barometer yang dapat
bangsa Indonesia mengalami perkembangan dipertanggungjawabkan secara empiris dan
dari waktu ke waktu dimana masyarakat praksis (Ihsan, 2009:32). Berdasarkan hal
Indonesia sudah mempunyai pengetahuan tersebut menunjukkan adanya politik yang
yang meluas tentang pergolakan politik. terseluruh pada pihak-pihak yang saling
Pergolakan politik yang berkembang saat ini kontrak dalam dunia politik.
jika dikaji dari berita media televisi Politik yang terselubung artinya ada
menggambarkan bahwa secara etika politik orang sebagai petinggi partai maupun
tidak lagi berpedoman pada nilai-nilai yang organisasi masyarakat yang mempengaruhi
terkandung dalam Pancasila. Hal ini orang lain sebagai sehingga menimbulkan
disebabkan karena adanya kepentingan demonstrasi sebagai kotra terhadap pihak
kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan- lain. Ini menunjukkan bahwa politik yang
tujuan golongannya dibandingkan seharusnya sebagai ranah untuk berdebat
kepentingan umum. secara positif tidak lagi tercermin dalam diri
Berita televisi yang sangat bangsa Indonesia, sehingga etika berpolitik
fenomenal adalah tentang Makar yang tidak lagi diharagai. Maka dari itu penulis
dilakukan oleh elit politik dan aktivitas yang bermaksud melakukan penelitian berkaitan
mempunyai tujuan yang tidak baik untuk dengan “Peranan Nilai-Nilai Pancasila
menggulingkan pemerintahan yang sudah Dalam Membangun Etika Politik di
dibentuk secara fundamental. Tindakan ini Indonesia”.
jika dikaji berdasarkan nilai-nilai Pancasila Berdasarkan uraian latar belakang
sangatlah bertentangan dengan norma-norma penelitian rumusan masalah dalam
yang tergandung dalam Pancasila, sehingga penulisan ini adalah : 1) Bagaimanakah
penting bagi elit politik dapat memahami peranan nilai-nilai Pancasila dalam
dan mengamalkan nilai Pancasila dalam membangun etika politik di Indonesia ? 2)
tindakan nyata sehingga tidak melakukan Faktor-faktor apakah yang menjadi
pelanggaran norma-norma sehingga dapat penghambat dalam membangun etika politik
menjalankan politik yang aman dan damai. di Indonesia berdasarkan nilai-nilai
Etika politik merupakan kristalisasi Pancasila ?. Tujuan Penelitian : 1) Untuk
dari nalar (logika) politik warga bangsa itu mengetahui peranan nilai-nilai Pancasila
sendiri. Ia merupakan muara sintesis dari dalam membangun etika politik di
logika-logika yang berkembang pada ranah Indonesia. 2) Untuk mengetahui faktor-
publik demi terbangunnya kohesi sosial. faktor yang menjadi penghambat dalam
membangun etika politik di Indonesia Sein, kita masuk kerohanian bidang makna
berdasarkan nilai-nilai Pancasila. normatif, bukan kognitif, kita masuk ke
Setiap penelitian yang dilakukan dunia ideal dan bukan dunia real. Meskipun
pasti diharapkan agar dapat bermanfaat bagi demikian, diantara keduanya, antara das
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya Sollen dan das Sein, antara yang makna
mengenai peranan nilai-nilai Pancasila normatif dan kognitif, antara dunia ideal dan
dalam membangun etika politik di dunia real itu saling berhubungan atau saling
Indonesia. Demikian juga hasil penelitian ini berkaitan secara erat. Artinya bahwa das
diharapkan dapat bermanfaat baik secara Sollen itu harus menjelma menjadi das Sein,
teoritis maupun praktis, yaitu: adapun yang ideal harus menjadi real yang
manfaat teoritis dalam penelitian proposal bermakna normatif harus direalisasikan
ini yaitu, sebagai sumbangan pemikiran dalam perbuatan sehari-hari yang merupakan
untuk menambah wawasan dan ilmu fakta. ( Kodhi, 1989:21).
pengetahuan terhadap hukum khususnya Etika berasal dari kata Yunani etos,
dalam bidang pendidikan moral yang yang artinya sepadan dengan arti kata susila.
berkaitan dengan Pancasila yaitu etika Etika adalah sebuah ilmu, yaitu sebagai
politik. Adapun yang menjadi manfaat salah satu cabang ilmu filsafat yang
praktis dalam penelitian proposal ini yaitu mengajarkan bagaimana hidup secara arif
bagi masyarakat hasil penelitian ini atau bijaksana, sehingga filsafat etika juga
diharapkan dapat bermanfaat sebagai acuan dikenal sebagai filsafat moral. Jadi etika
apabila berkecimpung dalam bidang politik. bukan sebuah ajaran, yang memberi ajaran
Masyarakat seharusnya berhati-hati dalam tentang bagaimana seseorang harus
menghadapi lawan politik, karena jika salah berperilaku dalam kehidupannya secara
mengambil keputusan dapat menimbulkan bermoral. Dengan demikian, dapat dikatakan
permasalahan yang lebih banyak. bahwa moralitas adalah petunjuk konkrit
Nilai atau “Value” termasuk bidang yang siap pakai tentang bagaimana harus
kajian fisafat. Persoalan-persoalan tentang hidup. Sedangkan etika adalah perwujudan
nilai dibahas dan dipelajari salah satu cabang secara kritis dan rasional ajaran moral yang
filsafat yaitu filsafat nilai. Di dalam siap pakai itu. Keduanya mempunyai fungsi
Dictonary of Sosciology and Related yang sama, yaitu memberi orientasi
Sciences dikemukakan nilai adalah bagaimana dan kemana harus melangkah
kemampuan yang dipercayai yang ada pada dalam hidup ini (Suseno, 2016:1).
suatu benda untuk memuaskan Menurut Kaelan (2014:79) etika
manusia. Pada hakikaknya nilai adalah sifat merupakan suatu pemikiran teoritis dan
atau kualitas yang melekat pada suatu mendasar tentang ajaran-ajaran dan
objek, bukan objek itu sendiri. Nilai itu pandangan-pandangan modal, atau dapat
sebenarnya adalah suatu kenyataan yang “ dikatakan sebagai suatu ilmu yang
tersembunyi” dibalik kenyataan-kenyataan membahas tentang bagaimana dan mengapa
lainnya. Ada nilai itu karena adanya kita mengikuti suatu ajaran modal tertentu
kenyatan-kenyataan lain sebagai pembawa atau bagaimana kita harus mengambil sikap
nilai (wartrager). yang bertanggung jawab berhadapan
Menilai berarti menimbang, suatu dengan pelbagai ajaran moral.
kegiatan manusia untuk menghubungkan Moralitas juga bisa diartikan
sesuatu dengan sesuatu yang lain, kemudian sebuah “pranata” seperti halnya agama,
untuk selanjutnya diambil keputusan. politik, bahasa dan sebagainya yang sudah
Keputusan nilai yang dilakukan oleh subyek ada sejak dahulu kala dan diwariskan secara
penilai tentu berhubungan dengan unsur- turun temurun. Sebaliknya etika adalah sikap
unsur yang ada pada manusia sebagai kritis setiap pribadi dan kelompok
subyek penilai, yaitu unsur-unsur jasmani, masyarakat dalam merealisasikan moralitas
akal, rasa, karsa (kehendak) dan itu. Permasalahan penting dalam etika
kepercayaan. Sesuatu itu bernilai apabila adalah saat dimana seseorang harus
sesuatu itu berharga, berguna, benar, indah, mengambil keputusan konkrit untuk
baik dan lain sebagainya. menentukan satu di antara dua masalah yang
Berbicara tentang nilai berarti sama-sama baiknya atau dua masalah yang
berbicara tentang das Sollen, bukan das sama tidak baiknya. Oleh karena itu, etika
bermaksud membantu manusia untuk melakukan analisis. Namun di dalam
bertindak secara bebas dan dapat penelitian menggunakan jenis pendekatan
dipertanggungjawabkan , karena setiap perundang-undangan (statute approach),
tindakannya selalu lahir dari keputusan pendekatan konsep (conseptual approach),
pribadi yang bebas dengan selalu bersedia dan pendekatan analitis (Analytical
untuk mempertanggungjawabkan Approach).
tindakannya itu karena memang ada alasan- Adapun sumber data yang diperoleh
alasan dan pertimbangan-pertimbangan yang dalam penulisan proposal ini yaitu melalui
kuat atas tindakannya itu. penelitian hukum normatif dengan
Pancasila sebagai dasar falsafah melakukan penelitian terhadap data
bangsa dan Negara yang merupakan satu sekunder, yaitu data yang diperoleh dari
kesatuan nilai yang tidak dapat dipisah- penelitian melalui kepustakaan (Library
pisahkan dengan masing-masing sila- Research) (Soemitro, 2000:24). Data
silanya. Karena jika dilihat satu persatu dari sekunder adalah data yang diperoleh melalui
masing-masing sila itu dapat saja ditemukan penelitian kepustakaan yang terdiri dari :
dalam kehidupan berbangsa yang lainnya. Data primer merupakan data yang bersifat
Namun, makna Pancasila terletak pada nilai- autoritatif artinya mempunyai otoritas. Data
nilai dari masing-masing sila sebagai satu primer terdiri dari perundang-undangan,
kesatuan yang tak bias ditukar-balikan letak catatan-catatan resmi atau risalah dalam
dan susunannya. Pancasila tidak hanya pembuatan perundang-undangan. Data
merupakan sumber derivasi peraturan sekunder yaitu berupa semua publikasi yang
perundang-undangan, melainkan juga bukan merupakan dokumen-dokumen resmi.
merupakan sumber moralitas terutama dalam Publikasi meliputi buku-buku teks, kamus-
hubungannya dengan legitimasi kekuasaan, kamus dan jurnal-jurnal. Data sekunder yang
hukum, serta kebijakan dalam berupa buku-buku dan harus relevan dengan
penyelenggaraan negara. Untuk memahami topik penelitian (Soekanto dan Mamuji,
dan mendalami nilai nilai Pancasila dalam 2001:13-14). Data tersier, yaitu bahan yang
etika berpolitik itu semua terkandung dalam memberikan petunjuk maupun penjelasan
kelima sila Pancasila. terhadap data primer dan sekunder, seperti
kamus, ensiklopedi dan seterusnya (Waluyo,
2. METODE PENELITIAN 2002:23).
Jenis penelitian yang akan Teknik pengumpulan data dapat
digunakan dalam penelitian proposal ini dilakukan dengan teknik dokumentasi dan
yaitu penelitian hukum normatif, yaitu studi kepustakaan. Metode analisis data
penelitian yang dilakukan dengan cara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
meneliti bahan hukum primer dan sekunder yaitu dengan menggunakan teknik analisis
(Soekanto dan Mamuji, 2001:13-14),. diskriptif yaitu merupakan teknik yang
Penelitian hukum normatif mencakup paling mendasar dan bersifat mutlak. Hal
penelitian terhadap sistematika hukum, ini mengandung pengertian, teknik ini
penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, harus dilaksanakan dalam pembahasan
penelitian sejarah hukum dan penelitian agar pembahasan dapat dipahami oleh
perbandingan hukum (Soekanto, 2000:51). orang lain. Dalam penelitian ini
Penelitian hukum normatif yang dilakukan berdasarkan teknik analisis diskriptif, isu-isu
yaitu dengan meneliti adanya kekosongan hukum digambarkan atau diuraikan secara
norma, norma kabur maupun konflik norma. lengkap dan jelas sehingga dapat diketahui
Berdasarkan pendapat tersebut maka duduk persoalannya dan dapat ditentukan
penelitian yang dilakukan saat ini arahnya untuk mencapai suatu solusi.
merupakan penelitian normatif dimana
mengkaji sumber pustaka, jurnal penelitian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan dokumentasi yang berkaitan dengan
etika politik yang terjadi di Indonesia. Sebagai dasar filsafat negara
Pendekatan dalam penelitian Parcasila tidak hanya merupakan sumber
hukum dimaksudkan adalah bahan untuk derivasi peraturan perundang-undangan,
mengawali sebagai dasar sudut pandang dan melainkan juga merupakan sumber moralitas
kerangka berpikir seorang peneliti untuk terutama dalam hubungannya dengan
legitimasi kekuasaan, hukum serta berbagai
kebijakan dalam pelaksanaan dan dengan hukum yang berlaku, (2) disah-kan
penyelenggaraan negara. Sila pertama dan dijalankan secara demokratis (legitimasi
'Ketuhanan Yang Maha Esa' serta sila kedua demokratis), dan (3) dilak-sanakan
'Kemanusiaan yang Adil dan Beradab' berdasarkan prinsip-prinsip moral atau tidak
adalah merupakan sumber nilai-nilai moral bertentangan dengannya (legitimasi moral)
bagi kehidupan kebangsaan dan kenegaraan. (lihat Suseno, 1987: 115). Pancasila sebagai
Negara Indonesia yang berdasarkan suatu sistem filsafat memiliki tiga dasar
sila I 'Ketuhanan Yang Maha Esa' bukanlah tersebut. Dalam pelaksanaan dan
negara 'Teokrasi' yang mendasarkan penyelenggaraan negara, baik menyangkut
kekuasaan negara dan penyelenggara negara kekuasaan, kebijaksanaan yang menyangkut
pada legitimasi religius. Kekuasaan kepala publik pembagian serta kewenangan harus
negara tidak bersifat mutlak berdasarkan berdasarkan legitimasi moral religius (sila I)
legitimasi religius, melainkan berdasarkan serta moral kemanusiaan (sila II). Hal ini
legitimasi hukum serta legitimasi demokrasi. ditegaskan oleh Hatta tatkala mendirikan
Oleh karena itu asas sila 'Ketuhanan Yang negara, bahwa negara harus berdasarkan
Maha Esa' lebih berkaitan dengan legitimasi moral Ketuhanan dan moral kemanusiaan
moral. Hal inilah yang membedakan negara agar tidak terjerumus ke alam machtsstaats,
yang Berketuhanan Yang Maha Esa dengan atau negara kekuasaan.
negara teokrasi. Walaupun dalam negara Selain itu dalam pelasanaan dan
Indonesia tidak mendasarkan pada legitimasi penyelenggaraan negara harus berdasarkan
religius, namun secara moralitas kehidupan legitimasi hukum yaitu prinsip 'legalitas'.
negara harus sesuai dengan nilai-nilai yang Negara Indonesia adalah negara hukum.
berasal dari Tuhan terutama hukum serta Oleh karena itu 'keadilan' dalam hidup
moral dalam kehidupan negara. bersama (keadilan sosial) sebagaimana
Selain sila I, sila II 'Kemanusiaan terkandung dalam sila V, adalah merupakan
yang Adil dan Beradab' juga merupakan tujuan dalam kehidupan negara. Oleh karena
sumber nilai-nilai moralitas dalam itu dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan
kehidupan negara. Negara pada prinsipnya negara segala kebijakan, kekuasaan,
adalah merupakan persekutuan hidup kewenangan serta pembagian senantiasa
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang harus berdasarkan atas hukum yang berlaku.
Maha Esa. Bangsa Indonesia sebagai bagian Pelanggaran atas prinsip-prinsip keadilan
dari umat manusia di dunia hidup secara dalam kehidupan kenegaraan akan
bersama dalam suatu wilayah tertentu, menimbulkan ketidak seimbangan dalam
dengan suaru cita-cita serta prinsip-prinsip kehidupan negara.
hidup demi kesejahteraan bersama (sila III). Negara adalah berasal dari rakyat
Oleh karena itu manusia pada hakikatnya dan segala kebijaksanaan dan kekuasaan
merupakan asas yang bersifat fundamental yang dilakukan senantiasa untuk rakyat (sila
dalam kehidupan negara. Manusia adalah IV). Oleh karena itu rakyat adalah
merupakan dasar kehidupan serta pelaksa- merupakan asal mula kekuasaan negara.
naan dan penyelenggaraan negara. Oleh Oleh karena itu dalam pelaksanaan dan
karena itu asas-asas kemanusiaan adalah penyelenggaraan negan segala
bersifat mutlak dalam kehidupan negara dan kebijaksanaan, kekuasaan serta kewenangan
hukum. Dalam kehidupan negara harus dikembalikan kepada rakyat sebagai
kemanusiaan harus mendapatkan jaminan pendukung pokok negara. Maka dalam
hukum, maka hal inilah yang diistilahkan pelaksanaan politik praktis hal-hal yang
dengan jaminan atas hak-hak dasar (asasi) menyangkut kekuasaan eksekutif, legislatif
marusia. Selain itu asas kemanusiaan juga serta yudikatif, konsep pengambilan
harus merupakan prinsip dasar moralitas keputusan, pengawasan serta partisipasi
dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan harus berdasarkan legitimasi dari rakyat,
negara. atau dengan lain perkataan harus memiliki
Dalam pelaksanaan dan 'legitimasi demokratis'.
penyelenggaraan negara, etika politik Prinsip-prinsip dasar etika politik
menuntut agar kekuasaan dalam negara itu dalam realisasi praksis dalam kehidupan
dijalankan sesuai dengan (1) asas legalitas kenegaraan senatiasa dilaksanakan secara
(legi-timasi hukum), yaitu dijalankan sesuai korelatif diantara ketiga-nya. Kebijaksaan
serta keputusan yang diambil dalam ditemui di setiap instansi baik instansi usaha
pelaksanaan kenegaraan baik menyangkut maupun pemerintahan. Banyaknya tindak
politik dalam negeri maupun luar negeri, korupsi, money politik, nepotisme, dll
ekonomi baik nasional maupun global, yang mewarnai wajah politik di Indonesia.
menyangkut rakyat, dan lainnya selain Terjadinya perilaku menyimpang
berdasarkan hukum yang berlaku (legitimasi dapat dilihat dari situasi dan kondisi
hukum), harus mendapat legitimasi rakyat masyarakat yang ada. Setiap individu
(legitimasi demokratis) dan juga harus memiliki latar belakang kehidupan yang
berdasarkan prinsip-prinsip moralitas berbeda maka hal tersebut akan
(legitimasi moral). Misalnya kebijaksanaan menyebabkan terbentuknya pola-pola
harga BBM, Tarif dasar Listrik, Tarif perilaku yang berlainan. Menurut teori
Telpon, kebijaksanaan ekonomi mikro penyimpangan sosial tidak semua individu
ataupun makro, reformasi infra struktur mampu mengidentifikasi diri dengan nilai
politik serta kebijaksanaan politik dalam dan norma yang berlaku di dalam
maupun luar negeri harus didasarkan juga masyarakat. Hal ini berarti gagalnya proses
atas prinsip tersebut. sosialisasi sehingga cenderung menerapkan
Etika politik ini juga harus pola-pola perilaku yang salah dan
direalisasikan oleh setiap individu yang ikut menyimpang.
terlibat secara kongkrit dalam pelaksanaan Dalam penyimpangan etika politik
pemerintahan negara. Para pejabat eksekutif, hampir sama yaitu dipengaruhi oleh pola
anggota legislatif maupun yudikatif, para perilaku manusia yang berlainan dalam
pejabat negara, anggota DPR maupun MPR memahami konsep etika dan politik sendiri.
aparat pelaksana dan penegak hukum, harus Ada beberapa faktor yang dapat
menyadari bahwa selain legitimasi hukum mempengaruhi terjadinya penyimpangan
dan legitimasi demokratis juga harus etika politik, yaitu :
berdasar pada legitimasi moral. Misalnya 1. Ketidakpahaman dan ketidakmampuan
suatu kebijaksanaan itu sesuai dengan masyarakat memahami Pancasila
hukum belum tentu sesuai dengan moral. sebagai konsep etika politik
Misalnya gaji para Pejabat dan anggota Sejauh ini nilai-nilai ideal Pancasila
DPR, MPR itu sesuai dengan hukum. namun belum sepenuhnya diterapkan dalam
mengingat kondisi rakyat yang sangat kenyataan terutama dalam kegiatan
menderita belum tentu layak secara moral penyelenggaraan negara. Gandhi pernah
(legitimasi moral). mengatakan adanya ancaman yang
Penyimpangan adalah segala mematikan dari “tujuh dosa sosial”
bentuk perilaku yang tidak menyesuaikan yakni : politik tanpa prinsip, kekayaan
diri dengan kehendak hukum yang berlaku. tanpa kerja keras, perniagaan tanpa
Dengan kata lain, penyimpangan adalah moralitas, kesenangan tanpa nurani,
tindakan atau perilaku yang tidak sesuai pendidikan tanpa karakter, sains tanpa
dengan norma, nilai, dan hukum yang dianut humanitas dan peribadatan tanpa
dalam lingkungan baik lingkungan pengorbanan, Latif (dalam pendidikan
masyarakat maupun negara. Penyimpangan pancasila : 2014). Keadaan ini seakan
terjadi apabila seseorang atau kelompok mewarnai perjalanan bangsa Indonesia,
tidak mematuhi norma, nilai dan hukum dimana setiap warga berlomba
yang berlaku. menghianati bangsa dengan sikap-sikap
Penyimpangan etika sering terjadi yang jelas tidak sesuai dengan Pancasila
dalam kehidupan masyarakat termasuk sebagai falsafah bangsa.
dalam kegiatan politik dalam suatu negara. Ketidakpahaman masyarakat
Konsep etika yang seharusnya akan nilai-nilai Pancasila menjadi
berdampingan dengan setiap perilaku masalah utama dalam mendasari
manusia mulai diabaikan seriring perilaku-perilaku yang menyimpang di
berjalannya waktu. Aparat pemerintah yang Indonesia. Setiap warganegara mampu
seharusnya memberikan pelayanan kepada menyebutkan makna dari setiap butir
masyarakat justru bertindak semuanya dan Pancasila tetapi tidak mampu
mengesampingkan etika profesi dalam hal mewujudkannya dalam kegiatan sehari-
berpolitik. Politik yang adil dan bersih sulit hari. Kurangnya kesadaran akan
pentingnya penerapan Pancasila dalam dan peraturan, yang disebabkan oleh
kehidupan sehari-hari serta kurangnya faktor-faktor yang berasal baik dari
usaha untuk menanamkan nilai-nilai dalam maupun luar negeri.
Pancasila dalam diri masing-masing Bermunculan sikap acuh tak
individu merupakan penyebab awal acuh, tidak jujur dan selalu bertindak
generasi bangsa melakukan curang selalu mewarnai kegiatan politik
penyimpangan-penyimpangan termasuk dewasa ini. Manusia seakan melupakan
penyimpangan etika politik. budaya bangsa Indonesia yang selalu
Etika politik yang seharusnya menjungjung tinggi moral dalam
berdasarkan pada butir-butir sila bersikap baik di lingkungan masyarakat
Pancasila semakin diabaikan dan kalah maupun bernegara. Kesadaran moral
oleh keinginan serta kepentingan serta tanggung jawab terhadap manusia
individu dalam berpolitik. Perubahan lain atau masyarakat perlahan mulai
pola pikir masyarakat yang semakin hilang tergantikan oleh sikap
meninggalkan makna dari Pancasila individualistik.
dipengaruhi oleh masuknya budaya 3. Longgarnya kepercayaan dan
barat yang menggerus rasa nasionalisme pemahaman individu terhadap agama
bangsa. Hal ini menyebabkan yang dianutnya
masyarakat mengabaikan nilai-nilai Indonesia merupakan negara
Pancasila yang seharusnya dijadikan yang berdasarkan atas Ketuhanan Yang
pedoman dalam kehidupan sehari-hari Maha Esa, artinya Indonesia
terutama kegiatan politik yang bertujuan menjungjung tinggi dan mengakui umat
menciptakan keadilan dalam suatu beragama. Dibawah panduan sila
negara. pertama Pancasila yang mengandung
2. Krisis moral yang terjadi dalam nilai Ketuhanan diharapkan dapat
lingkungan masyarakat Indonesia membentuk karakter bangsa yang benar
Moral adalah istilah manusia dan baik. Agama dijadikan panduan
atau orang lainnya dalam tindakan yang manusia dalam bersikap dan bertindak
mempunyai nilai positif. Manusia yang untuk menyelenggarakan sesuatu secara
tidak memiliki moral disebut amoral adil, bertanggungjawab dan benar
artinya dia tidak bermoral dan tidak termasuk dalam kegiatan berpolitik.
memiliki nilai positif di mata manusia Longgarnya pegangan terhadap
lainnya. Sehingga moral adalah hal agama sudah menjadi tragedi di dunia
mutlak yang harus dimiliki oleh maju, dimana segala sesuatu hampir
manusia. Moral secara ekplisit adalah dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan,
hal-hal yang berhubungan dengan sehingga keyakinan beragama mulai
proses sosialisasi individu, tanpa moral terdesak, kepercayaan kepada Tuhan
manusia tidak bisa melakukan tinggal simbol, larangan-larangan dan
proses sosialisasi Moral itu sifat dasar suruhan-suruhan Tuhan tidak
yang diajarkan di sekolah-sekolah dan diindahkan lagi. Dengan longgarnya
manusia harus mempunyai moral jika ia pegangan seseorang pada ajaran agama,
ingin dihormati oleh sesamanya. Moral maka hilanglah kekuatan pengontrol
adalah nilai ke-absolutan dalam yang ada didalam dirinya. Sehingga
kehidupan bermasyarakat secara utuh. manusia cenderung bersikap
Dewasa ini moral masyarakat menyimpang karena mereka sudah
semakin luntur tergantikan oleh budaya- meninggalkan nilai-nilai agama yang
budaya serta kebiasaan baru yang tidak dahulu pernah dipahami.
sesuai dengan kepribadian bangsa 4. Lemahnya pengawasan serta
Indonesia. Hal itu tampak dari konflik penegakkan hukum yang kurang tegas
sosial yang berkepanjangan, Indonesia adalah negara
berkurangnya sopan santun dan budi hukum, segala sesuatu yang terjadi di
luhur dalam pergaulan sosial, dalam negara telah diatur oleh Undang-
melemahnya kejujuran dan sikap Undang dan sesuai dengan Pancasila.
amanah dalam kehidupan berbangsa, Hukum berfungsi mengatur serta
pengabaian terhadap ketentuan hukum menertibkan masyarakat suatu negara
agar tunduk dan patuh terhadap terhadap agama yang dianutnya, dan Tidak
peraturan negara tersebut. Pengawasan adanya pengawasan serta hukum yang tegas
serta tindak hukum yang tegas penting
untuk diterapkan agar masyarakat suatu 2. Saran
negara dapat patuh tanpa berbuat Berdasarkan simpulan penelitian
penyimpangan. maka disampaikan beberapa saran penelitian
Hukum hanya bersifat normatif yaitu : 1) Kepada generasi muda agar dapat
dan tidak secara efektif dan otomatis memahami nilai-nilai Pancasila sebagai
menjamin agar setiap anggota dasar kehidupan dan juga sebagai sumber
masyarakat taat kepada norma- dalam etika berpolitik, sehingga apabila
normanya. Oleh karena itu yang secara terjun dalam dunia politik dapat bertindak
efektif dapat menentukan kekuasaan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. 2)
masyarakat hanyalah yang mempunyai Kepada elit politik agar lebih memahami
kekuasaan untuk memaksakan akan makna Pancasila dalam menerapkan
kehendaknya, dan lembaga itu adalah politik yang adil dan memperhatikan
negara. Tetapi apabila seluruh aparat kebutuhan masyarakat, tidak dipengaruhi
negara atau aparat pemerintahan sendiri oleh faktor lain seperti karena rekan kerja
mempunyai niat untuk tidak mematuhi dan rekan politik sehingga dapat merusak
aturan yang berlaku maka sulit citra dalam melakukan tindakan yang dapat
mewujudkan hukum yang tegas. merusak nilai Pancasila seperti korupsi dan
lain sebagianya.

3. PENUTUP DAFTAR PUSTAKA


1. Simpulan
Amiruddin dan H. Zainal Asikin,
Nilai-nilai Pancasila memberikan acuan 2004,Pengantar Metode Penelitian
normatif dalam etika politik, sehingga dalam Hukum. Jakarta: PT. Raja Grafindo
semua kegiatan politik termasuk dalam Persada.
penyelenggaraan negara, etika politik
menuntut agar kekuasaan dalam negara Bambang Waluyo. 2002. Penelitian Hukum
dijalankan sesuai dengan (1) asas legalitas Dalam Praktek. Jakarta: Sinar
(legi-timasi hukum), yaitu dijalankan sesuai Grafika.
dengan hukum yang berlaku, (2) disah-kan
dan dijalankan secara demokratis (legitimasi Budiyono, Kabul. 2016. Pendidikan
demokratis), dan (3) dilaksanakan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi.
berdasarkan prinsip-prinsip moral atau tidak Bandung : Alfabeta.
bertentangan dengannya (legitimasi moral).
Sebagai dasar filsafat negara Parcasila tidak Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif.
hanya merupakan sumber derivasi peraturan Jakarta: Kencana Prenada Media
perundang-undangan, melainkan juga Group.
merupakan sumber moralitas terutama dalam
hubungannya dengan legitimasi kekuasaan, Fa’izia, Khilya dan Suryana, Yana, 2016.
hukum serta berbagai kebijakan dalam Pendidikan Pancasila dan
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara. Kewarnaegaraan. Jakarta: Intan
Sila pertama 'Ketuhanan Yang Maha Esa' Pariwira.
serta sila kedua 'Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab' adalah merupakan sumber nilai- Fauzi, Rahmat, 2009. Pengertian Nilai.
nilai moral bagi kehidupan kebangsaan dan Online Diakses pada Tanggal 10
kenegaraan. 2) Faktor-faktor yang Oktober 2018 melalui
mempengaruhi penyimpangan etika politik http://uzey.blogspot.com/2009/09/p
di Indonesia yaitu : Ketidakpahaman dan engertian-nilai.html
ketidakmampuan masyarakat memahami
Pancasila sebagai konsep etika politik, krisis Ihsan, A. Bakir, 2009. Etika dan Logika
moral yang terjadi dalam lingkungan Berpolitik. Bandung : PT. Remaja
masyarakat Indonesia, longgarnya Rosdakarya.
kepercayaan dan pemahaman individu
Kaelan. 2014. Pendidikan Pancasila.
Yogyakarta : Paradigma.

Latif, Yudi. 2011. Negara Paripurna,


Historisitas, Rasionalitas, dan
Aktualitas Pancasila. Jakarta: PT.
Gramedia.

Mukti Fajar, dan Yulianto Achmad. 2010.


Dualisme Penelitian Hukum
Normatif & Empiris.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Rukiyati, 2008. Pendidikan


Pancasila. Yogyakarta: UNY
Press.

Sanit, Arbi, 2012. Sistem Politik Indonesia,


Kestabilan, Peta Kekuatan Politik,
dan Pembangunan. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Pesada.

Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian


Pendidikan,Jenis Metode dan
Prosedur. Bandung: Kencana
Prenada Media Group

Soemitro, Ronny Hanitijo. 2000. Metodologi


Penelitian Hukum. Jakarta: Ghalia
Indonesia.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji.


2001.Penelitian Hukum Normatif
Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta:
PT. Grafindo Persada.

Soerjono Soekanto, 2000. Pengantar


Penelitian Hukum. Jakarta: UI
Press

Suseno, Franz Magnis, 2016, Etika Politik


Prinsip Moral Dasar Kenegaraan
Modern. Jakarta : Gramedia
Pustaka Utama.

Wahana, Paulus.2004. Nilai Etika Aksiologis


Max Scheler. Yogyakarta: Kanisius

Wiyoso, Yonatan, dan Prawoto. 2013.


Manifestasi Pancasila Dalam
Pasang Surut Stabiltas Dan
Partisipasi Politik Di Indonesia.
Bandung; Fokusmedia.

Anda mungkin juga menyukai