NIM : A021181015
Pengantar
Pada Maret 2018, Presiden Donald Trump memulai perang dagang dengan Cina
yang ditandai dengan menaikkan tarif import baja dan aluminium dari Cina. Kenaikan pajak
ini cukup membuat resah Cina sebagai negara berkembang dengan perkembangan industri
ekspor dan impor dikarenakan pajak untuk baja menjadi 20% dan aluminium sebanyak 10%
tanpa dilengkapi dengan kuota dan target. Selain kenaikan pajak, Presiden Donald Trump juga
menandatangani tarif pembalasan atas impor Cina hingga $60 miliar termasuk komponen yang
digunakan dalam industri aeronautika, teknologi, dan energi. Selain itu, Presiden Donald Trup
juga memberikan pajak baru sebanyak 1.300 produk dari Cina sebesar 25% seperti peralatan
rumah tangga, televisi layar datar, pencuci piring otomatis, dan bahkan vaksin. Cina merespon
tindakan Presiden Donald Trump dengan menerapkan pajak baru barang dari Amerika Serikat
seperti daging, wine, buah, kacang, ethanol, dan produk lainnya yang merugikan petani di
Amerika Serikat (CNBC, 2018). Dengan situasi perdagangan seperti ini, WTO memutuskan
untuk turun tangan dalam konflik ini.
Kebijakan proteksionis Cina dan juga ketegangan karena perbedaan ideologi antara
kedua negara tersebut menjadi fakor penting dengan terjadinya (Cipto, 2017). Dengan fakor
ini pula, kedua negara tersebut memberikan ancaman terhadap negara-negara di dunia dan yang
paling penting negara-negara yang berada di sekitar Amerika Serikat dan Cina. Kedua negara
tersebut sangat haus untuk menjadi pusat ekonomi dan perdagangan di dunia, termasuk Cina
yang memiliki keinginan untuk menjadi pelopor pemersatu sistem multipolar yang ditandai
dengan bermacam-macam pemeran dengan kedudukan sama (Oriental Review, 2018).
Rumusan Masalah
Landasan Teori
1. Teori Kapitalisme
Kapitalisme merupakan suatu teori yang mematahkan teori feodalisme, dimana
yang berarti sistem produksi murni menjadi milik pribadi atau pihak swasta dan
di distribusikan kepada pasar bebas. Teori ini mulai dimunculkan pada aad ke-
16 atau abad pertengahan Bangsa Eropa ditandai dengan berkembangnya
industry pakaian Inggris dari abad ke-16 hingga abad ke-18. Tokoh populer
yang menggunakan teori kapitalisme dalam hal pasar bebas dan berani untuk
mengkritisi ideologi komunis setelah Revolusi Perancis yaitu Adam Smith.
Semenjak itu pula kapitalisme berkembang pesat (Encyclopaedia Brittanica,
2017).
Kapitalisme adalah sebuah sistem ekonomi dimana kepemilikan pribadi dalam
suatu faktor produksi. Faktor produksi antara lain kewiraswastaan, modal,
sumber daya alam, dan buruh. Pemilik modal, sumber daya alam, dan
kemampuan untuk berwiraswasta menjalankan kontrol terhadap perusahaan.
Tenaga kerja sepenuhnya dimiliki oleh individu atau swasta. Adapun
pengecualian yaitu perbudakan, dimana orang lain memiliki tenaga buruh
tertentu. Meskipun demikian, perbudakan masih tetap dilakukan secara ilegal
di seluruh dunia. Ciri kapitalisme lainnya adalah adanya pasar bebas sebagai
tempat kompetisi antar pemilik modal (The Balance, 2018).
2. Teori Keamanan Nasional
Keamanan Nasional didefinisikan sebagai sebuah kemampuan suatu negara
untuk memberikan perlindunngan dan pertahanan warganya (United Nations
Chronicle). Studi keamanan pada umumnya fokus kepada negara sebagai pihak
yang menyediakan keamanan dan sistem negara ditentukan oleh perilaku
negara untuk melayani komunitas yang lebih besar (Frankel, 1996).
Berdasarkan studi kasus dan data yang diberikan, penulis dapat mengumpulkan
hasil penelitian beserta analisanya yang tercantum dalam poin dibawah ini:
Perang dagang AS-Cina, baik secara langsung maupun tidak jelas memberi dampak
bagi Indonesia. Pelemahan ekonomi global yang mengakibatkan perlambatan ekonomi pada
negara-negara mitra dagang RI yang imbasnya pada permintaan produk yang menurun.
Perang dagang berpengaruh terhadap sektor keuangan suatu negara, seperti defisit
transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD). Misalkan pada kasus Trump, China sebagai
mitra dagang terbesar AS, berpotensi mengurangi impor pada sektor yang terkena dampak
kebijakan Trump, tidak terkecuali dari Indonesia. Itu artinya, secara tidak langsung kebijakan
tersebut sedikit berimbas pada ekspor Indonesia yang nantinya dapat mengalami pelemahan.
Dikarenakan ekspor Indonesia yang lesu, efek penerimaan dari sektor tersebut juga bakal
tergerus. Selanjutnya sektor tersebut akan goyah, akibatnya para pekerja diberhentikan dan
merebaknya jumlah pengangguran. Selain implikasi ke sektor perdagangan, imbas perang
dagang juga bakal memengaruhi nilai tukar mata uang suatu negara. Kita ambil lagi pada
kebijakan Trump, tentunya pemerintah AS pasti akan meningkatkan pengeluaran. Ketika
pengeluaran naik, perlu adanya pemasukan supaya kas negara tidak defisit. Beberapa cara
untuk meningkatkan pendapatan bisa melalui penerimaan pajak atau menutup utang dari pasar
uang. Untuk itu, AS dapat menaikkan suku bunga untuk membuat pasar uang menjadi lebih
kompetitif sehingga dapat menyebabkan likuiditas mata uang AS/Dollar di Indonesia akan
mengecil. Jika hal itu terjadi, efeknya bagi perekonomian domestik selain penurunan nilai tukar
Rupiah, rencana pemerintah menurunkan suku bunga sulit terealisasi. Hal tersebut patut
diwaspadai, sebab komponen Defisit Transaksi Berjalan dan Nilai Tukar Mata Uang
merupakan beberapa komponen makro ekonomi.
Kesimpulan
Paper ini telah menganalisa penyebab terjadinya perang dagang antara Amerika
Serikat dan Amerika Serikat serta dampak yang mungkin dihasilkan dari perang tersebut.
Kapitalisme telah menjadi akar dari konflik tersebut dan menghasilkan proteksionisme kepada
aset negaranya. Perang dagang ini kemudian bisa menyebabkan masalah keamanan tingkat
regional maupun internasional. Pada akhirnya perang dagang ini telah menyebabkan ketidak
stabilan ekonomi dan masalah keamanan yang serius.