Anda di halaman 1dari 14

RENCANA KERJA STRATEGI

PELAYANAN PENANGGULANGAN
HIV/AIDS

UPT. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BALI


MANDARA

2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Maksud dan Tujuan


Rencana Strategis Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS UPT Rumah
Sakit Umum Daerah Bali disusun dengan maksud untuk mensinergikan program-
program pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS yang dilaksanakan oleh berbagai
sektor terkait dan stakeholder pembangunan lainnya. Adapun tujuannya adalah sebagai
arah dan pedoman bagi seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah dalam menyusun
program dan kegiatan upaya pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS secara
komprehensif, terpadu dan berkesinambungan.
Tujuan umum penanggulangan HIV dan AIDS adalah tercapainya usaha
pencegahan dan mengurangi resiko penularan HIV dan AIDS serta meningkatkan
kualitas hidup ODHA dengan memberikan pelayanan KTS, ART, IO, PPIA, PITC
dengan faktor resiko IDU.
Adapun tujuan khusus penanggulangan HIV dan AIDS antara lain:
a. Menyediakan dan menyebarluaskan informasi melalui konseling dan testing
secara rahasia untuk meningkatkan penemuan kasus
b. Melaksanakan pemeriksaan laboratorium.
c. Penegakan diagnosis pada pasien HIV/AIDS
d. Menyediakan dan melaksanakan perawatan, dukungan dan pengobatan IO,
PPIA, TB-HIV, ART kepada ODHA.
e. Menyelenggarakan layanan rujukan (merujuk dan menerima rujukan)
f. Mengembangkan jejaring dengan Puskesmas-puskesmas di seputar Kota
Denpasar, melalui program LKB (Layanan Komprehensif Berkesinambungan).
g. Menurunkan angka putus obat ARV pada pasien ODHA
h. Membuat pencatatan dan pelaporan
i. Mengevaluasi program

2
B. Landasan Hukum
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1507/MENKES/SK/X/2005 tentang Pedoman Pelayanan Konselor dan Testing
HIV/AIDS secara Sukarela (Voluntary Counselling and Testing)
2. Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan
Lingkungan Departemen Kesehatan RI tahun 2003 tentang Pedoman
Perawatan, Dukungan dan Pengobatan bagi ODHA
3. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral PPM & PL tahun 2003 tentang
Pedoman Pengembangan Kebijaksanaan dan Program Pencegahan Penularan
HIV diantara Para Pengguna Napza Suntik
4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pemberantasan
Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan tahun 2004 tentang Pedoman
Nasional Terapi Antiretroviral
5. Direktorat Bina Pelayanan Keperwatan dan Keteknisian Medik Direktorat Jendral
Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan RI tahun 2012 tentang Pedoman
Pelayanan Keperawatan pada HIV/AIDS, TB dan IO lainnya di Rumah Sakit
6. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat
tentang Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi. Tahun
2006
7. Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Dan Keteknisian Medik Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kemetrian Kesehatan RI Tahun 2012 tentang
Pedoman Pelayanan Keperawatan Pada HIV/AIDS,TB dan IO lainnya di Rumah
Sakit.
8. Kemetrian Kesehatan Repubik Indonesia tentang Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran TATALAKSANA HIV/AIDS Desember 2011

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM
1. Ketua : 1 orang
2. Konselor : 1 orang
3. Laboratorium : 1 orang
4. Farmasi : 1 orang
5. Administrasi : 1 orang

B. Distribusi Ketenagaan
1. Tenaga tetap di Klinik : 2 orang
2. Tenaga pendukung : 3 orang

C. Pengaturan Jadwal Pelayanan


Jadwal kerja diatur sesuai jadwal yang di tetapkan. Jadwal konselor berlaku untuk
pasien yang datang di poliklinik maupun pasien yang berada di bangsal.

4
BAB III
KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Kebijakan
1. Upaya penanggulangan HIV-AIDS harus memperhatikan nilai-nilai agama,
budaya, norma kemasyarakatan, menghormati hak dan martabat manusia, serta
memperhatikan keadilan.
2. HIV-AIDS merupakan masalah sosial kemasyarakatan dan pembangunan, oleh
sebab itu upaya penanggulangannya harus diintegrasikan ke dalam program
pembangunan di tingkat daerah.
3. Upaya penanggulangan HIV-AIDS dilkuakan secara sistematik dan terpadu,
mulai dari peningkatan perilaku hidup sehat, pencegahan penyakit, perawatan,
dukungan dan pengobatan bagi ODHA dan orang-orang terdampak HIV-AIDS.
4.
Upaya penanggulangan HIV-AIDS dilakukan oleh masyarakat sipil dan
pemerintah secara bersama berdasarkan prinsip kemitraan.
5.
Populasi kunci dan ODHA serta orang-orang terdampak HIV-AIDS berperan aktif
secara bermakna dalam upaya penanggulangan HIV-AIDS.
6.
Dukungan yang diberikan kepada ODHA dan orang-orang terdampak HIV-AIDS
yang miskin bertujuan untuk pemberdayaan dan mempertahankan kehidupan
sosial ekonomi yang layak dan produktif.
7.
Peraturan perundang-undangan diusahakan untuk dapat mendukung dan
selaras dengan upaya penanggulangan HIV-AIDS di semua tingkat.
Strategi
1. Perlu regulasi Pemerintah berupa kebijakan strategis maupun operasional untuk
mendukung dan melakukan percepatan pencegahan dan penanggulangan HIV-
AIDS.

5
2. Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS harus terintegrasi dalam program
pembangunan pada Pemerintah Kota Cirebon, yang dibiayai oleh berbagai
sumber dana.
3. Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS menjadi tanggungjawab bersama
Pemerintah, pelaku dunia usaha dan masyarakat berdasarkan prinsip kemitraan.
4. Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS harus memperhatikan nilai-nilai
agama, budaya, norma kemasyarakatan, menghormati harkat dan martabat
manusia, serta memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender.
5. Pencegahan dan Penanggulangan HIV-AIDS dilakukan secara sistematik,
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan, mulai dari peningkatan perilaku
hidup sehat, pencegahan penyakit, perawatan, dukungan dan pengobatan bagi
ODHA dan orang-orang terdampak HIV-AIDS.
6. Populasi kunci dan ODHA serta orang-orang disekitarnya perlu berperan aktif
dalam upaya pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS.
7. Pemberdayaan terhadap ODHA dan OHIDHA melalui pendekatan sosial,
ekonomi dan agama.

BAB IV
TATALAKSANA PELAYANAN

A. Penemuan kasus HIV/AIDS

6
Penemuan kasus bertujuan untuk mendapatkan kasus HIV melalui serangkaian
kegiatan mulai dari penjaringan terhadap kasus HIV, pemeriksaan fisik dan labolatories,
menentukan diagnosis dan menentukan klasifikasi penyakit dan tipe pasien HIV,
sehingga dapat dilakukan pengobatan agar terkontol dan tidak menularkan penyakitnya
kepada orang lain. Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan melalui konseling
baik yang datangnya lewat poliklinik,bangsal,dan klinik lembayung juga bekerja sama
dengan beberapa rumah sakit swasta untuk penemuan kasus HIVnya penentuan
klasifikasi penyakit .
Kegiatan ini membutuhkan adanya pasien yang memahami dan sadar akan gejala
dan keluhan tersebut
Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan tatalaksana
pasien HIV Penemuan dan pengobatan pasien HIV, secara bermakna akan dapat
menurunkan kesakitan dan kematian akibat virus HIV, penularan HIV di masyarakat
dan sekaligus merupakan pencegahan penularan HIV yang paling efektif di masyarakat.
Strategi Penemuan
1. Penemuan pasien HIV, secara umum dilakukan secara pasif dengan promosi
aktif,. Penjaringan yang dicurigai HIV dilakukan di unit pelayanan kesehatan ;
didukung dengan penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan
maupun masyarakat dibantu LSM, untuk meningkatkan cakupan penemuan
yang dicurigai HIV. Keterlibatan semua layanan dimaksudkan untuk
mempercepat penemuan dan mengurangi keterlambatan pengobatan.
Penemuan secara aktif pada masyarakat umum, dinilai tidak cost efektif.
2. Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap
a. Kelompok resiko tinggi yang terdiri dari pasangan atau anak dari ODHA.
b. Pemeriksaan terhadap ibu hamil
c. Pemeriksaan terhadap pengguna Narkoba suntik
d. Pemeriksaan terhadap pelanggan wanita pekerja seks
e. Pemeriksaan terhadap pekerja seks
f. Pemeriksaan terhadap orang yang beresiko terular HIV
B. Diagnosis HIV
1. Diagnosa HIV pada orang dewasa

7
Semua pasien yang dikonsulkan baik dari poliklinik ataupun dari bangsal yang
dicurigai HIV di konseling dan selanjutnya di tes serologi HIV nya dengan metode
Rapid tes dengan 3 reagen
2. Diagnosa HIV pada anak
Semua pasien anak-anak yang dicurigai HIV sebelum anak tersebut berusia 18
bulan yang di test serologi HIV adalah ibu dari pasien dengan metode rapid
3. PMTCT (Prevention Mother to Child Transmission) / PPIA (Pencegahan
Penularan HIV dari Ibu ke Anak) Setiap ibu hamil yang control di Poli Kandungan
dianjurkan untuk melakukan tes serologi anti HIV.
4. IO (Infeksi Oportunistik) ; secara berkala pada saat klien control di layanan / Klinik
dilakukan pengkajian akan kemungkinan adanya IO, misalnya :
a. Skrining TB
b. Oral kandidiasis
c. IMS
d. Toxoplasmosis
e. Retinitis
f. Diare dll
5. IDU (Intavenous Drugs User); setiap klkien di Klinik yg dengan risik penukaran
jarum suntik selalu digali apakah ybs saat ini masih sebagai user aktif.
6. Rujukan; berkoordinasi terkait rujukan baik yang rujuk masuk maupun rujuk keluar

8
• POLIKLINIK
• UGD Hasil; CST
• RUANGAN
KlinikVCT
-Registrasi - Non Reaktif Beri dukungan
• ICU
• Dr. praktek swasta -Kons. Pra tes  ulang 3 bln dan telusuri
• RS swasta - Reaktif secara berkali
-Inf. Cons.
• RS POLRI CD4,SGPT,SGOT, kemungkinan
• RSAD -Tes serologi DL, HBsAg, Anti
• PUSKESMAS -Kons. Pos tes HCV, Ro/ dada TB
• LSM
• Datang sendiri

- Siapkan
adherensi
Potensial Problem - Klinis pasien
- Enggan antre - Fenomena Elizabeth Kubler
- Kabur sebelum (Daniel, Angry,Depression,
mendapat pelayanan Bargaining, Aceptance)
- Problem Biaya - Fenomena KETUT
(Askes, Jamkesmas, (Kecewa, Emosi, Tolak, - Bangun Komunikasi
JKBM) Upayakan, Terima) - Beri Dukungan
- Jauhkan Diskrimnasi dan
Klinik VCT-Merpati SMF Penyakit Dalam Stigmatisasi
BLUD-RSUW Denpasar

Gambar 4.1. Alur Pelayanan VCT

9
BAB V
LOGISTIK
Dalam menyelenggarakan pelayanan /operasional Klinik Klinik Lembayung Upt.
RSUD Bali Mandara Provinsi Bali mendapatkan dukungan logistik dari RS, Dinkes
Provinsi / Kota, KPA Provinsi / Kota

10
BAB VI
KESELAMATAN KLIEN

Semua klien yang datang ke klinik lembayung diberikan pelayanan secara


proporsional, dihargai dan dihormati kerahasiaan dan hak-haknya, menghindari
diskriminasi dan stigmatisasi.. sehingga dapat memberikan rasa nyaman, serta
terbangun kepercayaan diri, rasa kekeluargaan diantara klien, keluarga dan petugas,

11
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Seluruh petugas klinik lembayung wajib mentaati semua prosedur kerja (termasuk
optimalisasi penerapan Kewaspadaan Universal) yang sudah ditetapkan oleh rumah
sakit.

12
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Melakukan pengkajian terhadap fasilitas yang ada, logistik, SDM, kerja sama
jejaring. Hasil / capaian yang didapat dilakukan analisis tindak lanjut untuk
mendapatkan capaian yang maksimal; dengan melakukan pembahasan bersama
semua pelaksana unit kerja terkait / staf klinik merpati untuk mendapatkan solusi / jalan
keluar.

13
BAB IX
PENUTUP

Demikian pedoman ini disusun agar dapat dipergunakan sebagai acuan dalam
memberikan pelayanan terkait penanggulangan HIV/AIDS di Upt. RSUD Bali Mandara
Provinsi Bali, dan senantiasa akan dilakukan revisi sebagai bentuk penyesuaian
dengan perkembangan yang ada.

14

Anda mungkin juga menyukai