Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KEPATUHAN HAND HYGIENE

BULAN JULI - SEPTEMBER 2018

KOMITE PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)


RUMAH SAKIT KHUSUS JIWA SOEPRAPTO PROVINSI BENGKULU
TAHUN 2018
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit merupakan health care system yang di dalamnya terdapat sistem
surveilans sebagai upaya pengendalian dan pencegahan yang di dalamnya Rumah sakit
mempunyai peran strategis dalam upaya mempercepat peningkatan kesehatan
masyarakat di Indonesia, karena rumah sakit merupakan fasilitas yang padat karya dan
padat teknologi. Peran strategis rumah sakit sangat diperlukan untuk menghadapi
transisi epidemiologi yang terjadi saat ini.
HAIs (Health-care associated infection) merupakan kejadian infeksi yang
didapatkan penderita setelah mendapatkan perawatan >48 jam dan pasien tidak dalam
masa inkubasi. Macam kejadian HAIs banyak di hubungkan karena pemasangan alat,
seperti CAUTI (Catheter Associated Urinary Tract Infection), VAP (Ventilator
Associated Pneumonia), CRBSI (Catheter (IV, Central) Related Blood Stream
Infection) dan IDO (Infeksi Daerah Operasi) karena tindakan operasi. Karena
HAIs, di identifikasi melalui kegiatan surveilans.
Media penularan utama dari sebagian besar bakteri atau virus penyebab infeksi
nosokomial adalah tangan-tangan personil medik yang terkontaminasi. Hand hygiene
adalah istilah yang digunakan untuk mencuci tangan menggunakan antiseptic pencuci
tangan. Pada tahun 2009, WHO mencetuskan global patient safety challenge dengan
clean care is safe care, yaitu merumuskan inovasi strategi penerapan hand hygiene
untuk petugas kesehatan dengan my five moments for hand hygiene yaitu melakukan
cuci tangan sebelum bersentuhan dengan pasien, sebelum melakukan prosedur bersih
dan steril, setelah bersentuhan dengan pasien, setelah bersentuhan dengan cairan
tubuh pasien, setelah bersentuhan dengan pasien, setelah bersentuhan dengan
lingkungan sekitar pasien.
Pengetahuan tentang infeksi nosokomial dan pencegahannya merupakan
stimulus sosial yang dapat menimbulkan respon emosional terhadap upaya
universal precaution sehingga akan meningkatkan peran sertanya dalam upaya
pencegahan infeksi nosokomial.
Kegagalan melakukan kebersihan tangan yang bauk dan benar dianggap sebagai
penyebab utama HAIs (Healthcare associated Infections) dan penyebaran
mikroorganisme multi resisten di fasilitas pelayanan kesehatan dan telah diakui sebagai
contributor yang penting terhadap timbulnya wabah (boyce dan pittet, 2002).
Sehingga perlu adanya audit kepatuhan pelaksanaan hand hygiene untuk evaluasi
kegiatan hand hygiene yang telah dilakukan oleh tim PPI RS Khusus Jiwa Soeprapto
Provinsi Bengkulu.

B. Maksud dan Tujuan


1. Maksud
Meningkatkan pemahaman tentang kebersihan tangan (hand hygiene).
2. Tujuan
a. Meningkatkan pengetahuan dalam melakukan cuci tangan (hand hygiene)
dengan handrub maupun handwash.
b. Meningkatkan kepatuhan petugas kesehatan dalam kebersihan tangan
(hand hygiene).
c. Meningkatkan perilaku sehat dengan selalu melakukan cuci tangan (hand
hygiene) dengan 6 langkah dalam 5 moment.
BAB II
HASIL KEGIATAN

A. Kepatuhan Hand Hygiene RSKJ Soeprapto Provinsi Bengkulu


Audit hand hygiene merupakan cara yang dilakukan untuk mengobservasi
dan mengukur kepatuhan para petugas kesehatan dalam melakukan hand
hygiene yang merupakan perilaku mendasar dalam upaya mencegah timbulnya infeksi
silang. Dari pelaksanaan audit hand hygiene yang dilaksanakan rutin setiap bulan di RS
Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu. Berikut ini laporan kepatuhan hand hygiene
pada setiap unit pelayanan kesehatan RS Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu
bulan Juli - September 2018.

Gambar 2.1 Angka Kepatuhan Hand Hygiene di RS Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu
Bulan Juli - September 2018

Berdasarkan data pada gambar 2.1 menunjukkan bahwa angka kepatuhan


Hand Hygiene di RS Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu pada bulan Juli -
September 2018 menunjukkan penurunan dan peningkatan pada periode tertentu.
Angka kepatuhan Hand Hygiene mengalami penurunan pada bulan Juli
(62%) dan peningkatan pada bulan September (68%). Berikut ini angka
kepatuhan Hand Hygiene di RS Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu
berdasarkan ruangan :
Gambar 2.2 Tingkat Angka Kepatuhan Hand Hygiene di RS Khusus Jiwa Soeprapto Provinsi Bengkulu Bulan Juli - September 2018 Berdasarkan Ruangan
Berdasarkan data pada gambar 2.2 menunjukkan bahwa rata-rata angka
kepatuhan hand hygiene mengalami penurunan dan peningkatan (fluktuatif) pada
bulan Juli hingga September 2018. Rata-rata angka kepatuhan masing-masing ruangan
mengalami penurunan pada bulan Juli dan mengalami peningkatan pada bulan
September. Terdapat 3 ruangan yang selalu mengalami peningkatan angka kepatuhan
hand hygiene pada bulan Juli hingga September 2018 yaitu IGD, Anggrek dan Poli
Autis.

2.2 Kepatuhan Hand Hygiene Berdasarkan Profesi

Gambar 2.3 Tingkat Angka Kepatuhan Hand Hygiene Bulan Juli – September 2018
Berdasarkan Profesi
Berdasarkan data pada gambar 2.3 menunjukkan bahwa rata-rata angka
kepatuhan hand hygiene berdasarkan profesi mengalami penurunan dan peningkatan
(fluktuatif) pada bulan Juli hingga September 2018. Rata-rata angka kepatuhan
berdasarkan profesi mengalami penurunan pada bulan Juli dan mengalami
peningkatan pada bulan September. Profesi yang selalu mengalami peningkatan
angka kepatuhan hand hygiene pada bulan Juli hingga September 2018 yaitu
Dokter dan Perawat.
2.4 Kepatuhan Kepatuhan Hand Hygiene Berdasarkan Moment

Gambar 2.4 Angka Kepatuhan Hand Hygiene Bulan Juli - September 2018
Berdasarkan Moment

Berdasarkan data pada gambar 2.4 menunjukkan bahwa rata-rata angka


kepatuhan hand hygiene berdasarkan moment, kepatuhan yang tertinggi pada moment
ke 1 dan 2 sebesar 73% yaitu setelah kontak dengan cairan tubuh pasien dan yang
terendah pada moment ke 3 sebesar 44% yaitu sebelum menyentuh pasien.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh saat melakukan hand hygiene
diperoleh nilai kepatuhan para petugas RS Khusus Jiwa Soeprapto Bengkulu pada
bulan Juli – September 2018 mengalami penurunan dan peningkatan pada periode
tersebut. Penurunan angka kepatuhan hand hygiene terjadi pada bulan Juli yaitu
sebesar 62% dan peningkatan pada bulan September yaitu sebesar 68% . Kepatuhan
hand hygiene tertinggi berdasarkan profesi pada bulan Juli - September yaitu profesi
Dokter dan Perawat sebesar 70% dan kepatuhan hand hygiene terendah pada profesi
Gizi, pramusaji, Farmasi, Keluarga Pasien, Pengunjung, CS, Security yaitu sebesar
60%. Jika dilihat kepatuhan hand hygiene berdasarkan moment maka didapatkan
hasil moment ke 1 dan 2 yang tertinggi yaitu sebelum kontak dan sebelum terpapar
dengan cairan tubuh pasien dan untuk moment yang terendah adalah moment ke 3
yaitu setelah kontak dengan cairan tubuh pasien.
B. Saran
Dari hasil survei atau observasi diharapkan bagi petugas kesehatan untuk lebih
meningkatkan kepatuhan dalam melaksanakan hand hygiene, demi keselamatan/
kepentingan bersama walaupun tanpa ada pemantauan/observasi dari tim PPI. Sehingga
pelayanan dalam rumah sakit ini menjadi lebih baik lagi.
Dan diharapkan untuk memasang/memajang poster-poster tentang hand hygiene di
unit pelayanan di tempat yang strategis, sehingga dapat menjadi acuan/pengingat untuk
melaksanakannya.
Sebaiknya petugas kesehatan melakukan strategi untuk meningkatkan kepatuhan
hand hygiene meliputi:
1. Perubahan sistem : alkohol bebasis handrub
Penyediaan alkohol berbasis handrub di:
a. Depan pintu kamar pasien
b. Di sisi tempat tidur pasien
c. Trolley tindakan (infuk, medikasi, dll)
d. Poster dan SPO Hand Hygiene
e. Ukuran kantong baju perawat
a. Perubahan sistem: akses pasokan air dan handuk yang aman dan terus-menerus
1) 1 washtafel /10 pasien
2) Ketersediaan sabun/handwash
3) Kualitas air terjamin
4) Tempat sampah/tisu/handuk sekali pakai dengan tipe pijakan
b. Pelatihan dan pendidikan
Pemberian pelatihan dan pendidikan tentang hand haygiene kapada semua
petugas kesehatan di RS Khusus Jiwa Soeprapto Bengkulu
c. Observasi dan feedback
1) Survey pengetahuan dan persepsi
2) Audit kepatuhan hand hygiene
3) Ward infrastruktur survey
4) Survey kebutuhan handrub dan handwash
d. Dukungan direksi, manajemen, dan staff untuk menciptakan iklim yang baik
dan berorientasi pada keselamatan kerja.

Bengkulu, Oktober 2018


Ketua Komite PPI IPCN

Dr. Wiratmo Ns. Elda Septiana, S.Kep


19720717 200212 1 006 Nip. 19840917 200903 2 001

Mengetahui
Direktur RSKJ
Soeprapto Provinsi Bengkulu

Dr. Hj. Chandrainy Puri, M.si


NIP : 19680402 200604 2 004

Anda mungkin juga menyukai