Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1
memperoleh pengetahuan maka diperlukan beberapa pendekatan yakni pendekatan ilmiah
dan pendekatan nonilmiah.
Pendekatan ilmiah
Pendekatan ilmiah merupakan suatu usaha untuk mencari ilmu pengtahuan dengan
menggunakan cara-cara berpikir ilmiah yang didukung dengan langkah-langkah tertentu yang
bersifat sistematis dan dengan menggunakan metode tertentu. Dalam pendekatan ilmiah
perumusan masalah harus jelas dan spesifik. Masalah-masalah merupakan hal-hal yang dapat
diamati dan diukur secara empiris. Jawaban-jawaban yang diperoleh melalui pedekatan
ilmiah harus didasarkan pada data-data. Proses pengumpulan data dan analysis data, serta
pengambilan keputusan berdasarkan logika yang benar. Kesimpulan yang diperoleh siap dan
terbuka untuk diuji oleh orang lain.
Terdapat tiga cara berpikir yang dikembangkan dala pendekatan ilmiah, yakni;
pertama, cara berpikir indkutif. Cara berpikir ini dikembangkan oleh penganut aliran
empirisme yang beranggapan bahwa kebenaran dapat diperoleh melalui pengalaman. Cara
berpikir ini bertolak dari hal-hal yang khusus ke hal-hal yang lebih umum.
Kedua, cara berpikir deduktif. Cara berpikir ini serig digunakan oleh aliran
ratinalisme yang mengatakan bahwa ide tentang kebenaran sebenarnya sudah ada. Akal
pikiran manusia dapat mengetahui ide tentang pengetahuan dan tentang kebenaran tanpa
harus melihat dunia nyata. Dalam hubungan dengan ini Dedi Mulyana memunculkan istilah
pendekatan objektif. Pendekatan objektif merupakan pendekatan ilmiah yang diterapkan
dalam bentuk penelitian ayang sistematik, terkontrol, empiris dan kritis terhadap hipotesis
mengenai hubungan yang diasumsikan di antara fenomena alam. Pendekatan objektiff
dilaksanakan dengan anggapan bahwa objek-objek, prilaku-prilaku, dan pristiwa-pristiwa
yang terdapat dalam dunia nyata dapat diamati oleh panca indera manusia.
Ketiga, cara berpikir yang merupakan gabungan deduktif-induktif. Cara berpikir ini
kemudian melahirkan aliran convergency. Aliran convergency berpandangan bahwa
kebenaran akan dapat ditemukan melalui usaha berpikir yang ditindaklanjuti dengan usaha
pencarian bukti-bukti dalam kehidupan nyata. Aliran ini mendorong adanya metode ilmiah.
Dalam metode ilmiah kebenaran dapat diperoleh melalui kegiatan penelitian yang dilakukan
secara terencana, sistematis, dan terkontrol berdasarkan data-data empiris. Kebenaran yang
diperoleh melalui pendekatan ilmiah biasanya bersifat konsisten karena sesuai dengan
sifatnya yang objektif. Pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan ilmiah disebut
sebagai pengetahuan ilmiah.
2
Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan yang diproses berdasarkan metode ilmiah merupakan pengetahuan yang
memenuhi syarat-syarat keilmuan dan dengan demikian dapat disebut pengetahuan ilmiah.
Pengetahuan ilmiah ini diproses melaui serangkaian langkah-langkah tertentu yang dilakukan
dengan penuh kedisiplinan. Disiplin inilah yang memungkinkan ilua berkembang relative
lebih cepat bila dibandingkan dengan pengetahuan lainnya. Ilmu dapat diibaratkan sebagai
piramida terbalik dengan perkembangan pengetahuannya yang bersifat kumulatif di mana
penemuan pengetahuan ilmiah yang satu memungkinkan penemuan pengetahuan ilmiah yang
lain.
Pengetahuan memiliki landasan yang spesifik mengenai apa (ontologi), bagaimana
(epistemologi) dan untuk apa (aksiologi). Ketiga ciri tersebut disusun sehingga menjadi
ontology ilmu berkaitan dengan epistemologi ilmu akan berkaitan dengan aksiologi ilmu dan
sterusnya. Pengetahuan ilmiah diperlukan manusia untuk menawarkan berbagai kemudahan
dalam mencari jawaban atas pertanyaan maka diperlukan ketiga landasan. Pengetahuan yang
bersifat ilmiah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: Pertama, merupakan derajat kepastian yang
tinggi, dimana pijakan berpikirnya dilandasi pengetahuan yang luas. Kedua, mempunyai alur
berikir yang sistematis dan sistemis. Pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu system,
tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lainnya saaling berkaitan, saling menjelaskan sehingga
seluruhnya merupakan satu kesatuan yang utuh. Ketiga, memiliki kadar kebenaran yang luas
dan disepakati bersama sehingga pengetahuan ilmiah mempunyai metode ilmiah yang sama
yang teratur dan terkontrol. Keempat, pengetahuan ilmiah harus bersifat objektif artinya
pengetahuan itu sesuai dengan objeknya yaitu bahwa kesesuaian atau dibuktikan dengan hasil
penginderaan atau empiri.
3
pengetahuan secara kebetulan, penemuan ilmu pengetahuan dengan menggunakan akal sehat
(common sense), dengan menggunakan intuisi, melalui wahyu dan penemuan pengetahuan
melalui usaha coba-coba (trial and error). Akal sehat merupakan konsep atau pandangan
umum yang digunakan oleh manusia secara praktis. Pada satu sisi akal sehat memang
merupakan suatu kebenaran, namun pada sisi lain akal sehat dapat menyesatkan manusia
dalam mengambil keputusan. Wahyu merupakan pengetahuan yang datang secara langsung
dari Tuhan, dan bukan merupakan usaha aktif manusia melalui penalaran. Usaha non ilmiah
lainnya adalah melalui usaha coba-coba yakni serangkaian percobaan yang dilakukan secara
berulang-ulang dengan menggunakan cara dan materi yang berbeda-beda. Usaha coba-coba
dilaksanakan tanpa menggunakan metode yang bersifat sistematis. Pengetahuan yang
diperoleh tidak dapat dikatakan sebagai pengetahuan ilmiah karena tidak ditempuh melalui
prosedur ilmiah. Pengetahuan yang diperoleh melalui pendekatan non ilmiah disebut sebagai
pengetahuan non ilmiah.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan di atas bahwa ilmu atau pengetahuan
adalah pengetahuan manusia yang bercirikan objektif, sistematis, mempunyai metodologi
kerja yang khas, logis dan terbuka terhadap kritik. Pengetahuan ilmiah berkaitan dengan apa
yang dianggap benar dan telah diuji kebenarannya. Pengetahuan harus difalsisfikasi dan
diverifikasi agar kebenarannya teruji. Sedangkan pengetahuan yang tidak ilmiah bercirikan
subjektif, bersumber dari keyakinan, diperoleh secara turun temurun, kontradiktif dan
sifatnya tertutup. Pengetahuan yang tidak ilmiah seringkali diyakini ada walaupun tidak dapat
diuji kebenarannya. Dalam artian pengetahuan yang tidak ilmiah lebih bersifat sepekulatif
dan menduga-duga.