Anda di halaman 1dari 125

PEMAKNAAN ISLAM DAN YAHUDI DALAM VIDEO KLIP “SATU”

DEWA 19

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Ervan Tonnedy
NIM. 1112051000053

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016-2017
ABSTRAK
Ervan Tonnedy
Pemaknaan Islam dan Yahudi dalam Video Klip “Satu” Dewa 19
Lagu menjadi sebuah media yang tepat dalam karya seni untuk
menyampaikan sebuah pesan komunikasi, karena lagu dapat mengandung
gambaran perasaan dari penciptanya. Dalam megemas lagu, beberapa band
menggunakan video klip sebagai daya tarik (marketing support). Namun, terkadang
tema dalam video klip sengaja tidak diselaraskan dengan tema pada lirik lagu.
Seperti band Dewa 19 dengan lagunya yang berjudul “Satu,” lirik lagunya
mengisyaratkan keislaman sedangkan video klipnya menyinyalkan keyahudian.
Berdasarkan konteks di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menjawab pertanyaan mayor dan minor. Adapun mayornya adalah bagaimana
pemaknaan Islam dan Yahudi dalam video klip “Satu” oleh Dewa 19? Kemudian,
minornya apa bentuk ungkapan denotasi dalam video klip tersebut? Apa makna
konotasi yang dapat dipahami dalam video klip ini? Serta, apa refleksi yang bisa
ditarik dari video klip ini?
Dalam pemaknaannya, lirik lagu dan gambar dalam video klip “Satu” oleh
Dewa 19 mencoba mengombinasikan antara unsur Yahudi dan Islam. Unsur-unsur
Islam dalam hal ini adalah tasawuf Syekh Siti Jenar melalui kalimat pada lirik lagu.
Dan, unsur-unsur Yahudi dalam hal ini adalah simbol-simbol Illuminati melalui
gambar pada video klip.
Pendekatan penelitian yang digunakan yakni pendekatan secara kualitatif.
Objek penelitian berkembang secara apa adanya tanpa termanipulasi maupun
terpengaruh oleh kehadiran penulis. Dengan kata lain, penelitian ini bersifat
naturalistik atau alamiah (natural setting). Pendekata kualitatif ini digunakan untuk
menganalisis lirik dan gambar dalam video klip “Satu” oleh Dewa 19 terkait makna
Islam dan Yahudi.
Skripsi ini berdasarkan atas teori yang diusung Gill Branston dan Roy
Stafford, yaitu teori pemaknaan yang meliputi denotasi dan konotasi. Bagi Branston
dan Stafford, tanda adalah makna denotasi atau makna sesungguhnya dari tanda itu
sendiri. Tetapi, tanda juga dapat dikonotasikan untuk mendefinisikan sesuatu yang
lain yang berdasarkan pengalaman pribadi atau nilai-nilai budaya.
Naskah teks lirik lagu “Satu” oleh Dewa 19 menuliskan sebuah tanda
ucapan terimakasih kepada Syekh Lemah Abang. Hal ini mengantarkan penulis
dalam tingkat konotasi pada makna tasawuf model Syekh Siti Jenar (Islam). Makna
ini terlihat pada syariat, tarekat, insan kamil, dan manunggaling kawula gusti.
Sedangkan pada bagian gambar dalam video klip, berdasarkan nilai-nilai budaya
tertentu, mengantarkan penulis pada budaya persimbolan Illuminati (Yahudi), yaitu
all-seeing-eye, piramida, burung hantu, dan mata satu.
Kesimpulannya, video klip “Satu” oleh Dewa 19 ini masuk ke dalam ranah
konsep video klip berbahasa simbol. Video klip ini temanya bersifat absurd karena
tidak ada kaitan antara makna lirik dengan makna gambar. Makna lirik sebagai
Islam dalam hal ini tasawuf Syekh Siti Jenar dan makna gambar sebagai Yahudi
dalam hal ini simbol-simbol Illuminati.
Kata kunci: Dewa 19, Islam, Yahudi, denotasi, dan konotasi.

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas kekuatan yang telah

diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat

beserta salam senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW

beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya yang telah memberi pencerahan

atas kegelapan manusia hingga akhir waktu.

Sekalipun skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, namun ini merupakan

sebuah perjuangan yang maksimal, mengingat badai yang menyertai proses

penyelesaian skripsi ini begitu kencang. Namun berkat doa, motivasi, inspirasi, dan

pengarahan yang diperoleh dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi, beserta bapak Suprapto M.Ed, Ph. D selaku Wakil Dekan

I Bidang Akademik, ibu Dr. Roudhonah, M.Ag selaku Wakil Dekan II

Bidang Administrasi Umum, serta Dr. Suhaimi, M.Si selaku Wakil Dekan

III Bidang Kemahasiswaan.

2. Bapak Prof. Dr. Andi Faisal Bakti, MA. Ph.D sebagai pempimbing skripsi,

yang berkali-kali telah menyempatkan waktu di rumahnya untuk

memberikan arahan, masukan, serta contoh yang positif dalam perjalanan

penyusunan skripsi ini. Terima kasih pula atas suguhan teh manis dan buah

pepayanya pada waku bimbingan lalu, serta suguhan hal-hal kecil lain yang

patut penulis jadikan teladan.

ii
3. Bapak Drs. Masran, M.A. dan Ibu Fita Fathurokhmah, M.Si selaku Ketua

dan Sekertaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Bapak S. Hamdani, M.A selaku dosen penasihat akademik yang senantiasa

memberikan masukan selama menjalani masa kuliah.

5. Kepada seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang

telah memberikan ilmu, pengalaman, motivasi serta dedikasinya kepada

penulis selama menjalani masa perkuliahan.

6. Kepada segenap staff yang bekerja di UIN Jakarta, Perpustakaan Utama

UIN Jakarta, Perpustakaan Fakultas FIDIK terima kasih atas semua

keramahan dan pelayanan, buku dan bahan bacaan lainnya.

7. Kepada Papah (Alm) Edison, Mamah Ainun terimakasih atas doa, motivasi,

inspirasi, dan materil. Semoga Allah SWT senantiasa melindungimu di

dunia maupun di akhirat.

8. Kepada seluruh keluarga. Kaka Erisyah Tonnedy, kakak Ersyad Tonnedy,

om Rum, wa Aries, om dan bibi, adik sepupu, kakak sepupu terimakasih

telah memberi kehangatan dalam keluarga sejak penulis masih kecil hingga

sekarang.

9. Kepada Tepan Kobain sebagai narasumber utama dan pihak RCM utamanya

mas Dodi dan mas Satrio yang telah bersedia meluangkan waktu sibuknya

untuk diwawancarai serta membantu penulis dalam proses pencarian data

untuk skripsi ini.

10. Kepada sahabat: Riztira Syahrizal, Panji Febrian Nugraha, Kateno Pratowo,

Riadin Munawar, Pipit Fitriani, Keke Shintia, Dita Fitriya yang senantiasa

iii
mengiringi masa perkuliahan dan berperan penting dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

11. Kepada kasih, Tifany Crisma yang telah memberikan afeksi serta

mencorakkan tinta warna-warni dalam perjalanan hidup maupun perjalanan

kuliah penulis khususnya di masa-masa akhir skripsi.

12. Kepada KPI B khususnya Reksa, Fatwa, Kiki, Deden, Abu, Guntur yang

telah sama-sama berjuang menempuh lika-liku perkuliahan.

13. Kepada rekan-rekan organisasi dalam maupun luar kampus. JTV, Generasi

Rempoa Cempaka Putih, Thrashpit, Rajawali yang telah mengiringi masa

perkuliahan penulis dengan kegiatan-kegiatan yang positif.

14. Kepada rekan-rekan KKN Orion dan Kampung Tenggek. Albab, Bowo,

Rikza, Ra, Puri, Debi, Muli, Ina, Ratna, Duce, Aril, Debo, Ipin, Teh Yeye,

Mang Andi terimakasih atas ilmu, kebersamaan dan kenangan dalam masa

pengabdian masyarakat.

15. Kepada orang-orang yang berkontribusi terhadap perjalanan hidup penulis

utamanya dalam penelitian skripsi. Bapak Muh Rum, Imam Nuswantoro,

Mba Emy Putri, kak Mega Nur Fitriyana dan yang mungkin penulis lupa

mencantumkan namanya dalam skripsi ini penulis ucapkan terimakasih

banyak. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian.

Jakarta, 12 April 2017

Penulis

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK............................................................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... v

DAFTAR TABEL............................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1

A. Permasalahan............................................................................. 1

1. Latar Belakang Masalah...................................................... 1

2. Identifikasi Masalah............................................................. 5

3. Pembatasan Masalah............................................................ 5

4. Rumusan Masalah................................................................ 5

B. Konteks Penelitian..................................................................... 6

1. Pernyataan Penelitian........................................................... 6

2. Tujuan Penelitian................................................................. 6

3. Manfaat Penelitian............................................................... 7

C. Konstruksi Penelitian................................................................. 7

1. Bingkai Teoritis.................................................................... 7

2. Pendekatan Penelitian........................................................ 10

3. Sumber Data....................................................................... 10

4. Subjek dan Objek Penelitian.............................................. 11

5. Tahapan Penelitian............................................................. 11

6. Waktu dan Tempat Penelitian............................................ 13

D. Tinjauan Pustaka...................................................................... 13

v
E. Sistematika Penulisan.............................................................. 16

BAB II LANDASAN TEORI................................................................... 18

A. Pemaknaan............................................................................... 18

1. Semiotika........................................................................... 18

2. Strukturalisme.................................................................... 21

3. Denotasi dan Konotasi....................................................... 24

4. Kode................................................................................... 26

B. Tasawuf dan Manunggaling Kawula Gusti Syekh Siti Jenar.... 27

C. Illuminati beserta Simbol-Simbolnya....................................... 34

D. Konseptualisasi Video Klip...................................................... 45

1. Audio................................................................................. 47

2. Visual................................................................................. 49

BAB III PROFIL GRUP BAND DEWA 19.............................................. 52

A. Sejarah Grup Band Dewa 19.................................................... 52

B. Album yang Diproduksi........................................................... 54

C. Personil.................................................................................... 55

1. Mantan Personil................................................................. 55

2. Personil Terakhir................................................................ 55

D. Penghargaan yang Diraih......................................................... 56

E. Pemimpin Grup Band Dewa 19 (Ahmad Dhani)...................... 56

BAB IV ANALISIS DATA........................................................................ 60

A. Denotasi................................................................................... 60

1. Lirik................................................................................... 60

2. Gambar.............................................................................. 62

vi
3. Hasil Temuan..................................................................... 69

B. Konotasi................................................................................... 69

1. Lirik................................................................................... 69

2. Gambar.............................................................................. 72

3. Hasil Temuan..................................................................... 81

C. Refleksi.................................................................................... 82

BAB V PENUTUP.................................................................................... 85

A. Kesimpulan............................................................................. 85

B. Saran....................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 87

vii
Daftar Lampiran Tabel

Tabel 3.1 Album yang Pernah Diproduksi, sumber:

republikcintamanagement.com

Cover Rilis Label Daftar Lagu


1992 Aquarius 1. Kangen
Musikindo 2. Kita Tidak
Sedang
Bercinta Lagi
3. Bayang-
Bayang
4. Selamat Pagi
5. Swear
6. Bayi 19
7. Rein
8. Dewa & Si
Mata Uang
9. Hanya Mimpi
1994 Aquarius 1. Aku Milik Mu
Musikindo 2. Masihkah Ada
3. Still I’m Sure
We’ll Love
Again
4. Sembilan Hari
& Liberty
5. Format Masa
Depan
6. Mahameru
7. Imagi Cinta

viii
8. Selamat Ulang
Tahun
9. Deasy
10. Tak Kan Ada
Cinta Yang
Lain
Aquarius 1. IPS
Musikindo 2. Cukup Siti
Nurbaya
3. Satu Hati
4. Terbaik-
Terbaik
5. Hanya Satu
6. Cinta Kan
Membawamu
Kembali
7. Manusia Biasa
8. Restoe Boemi
9. Hitam Putih
10. Jalan Kita
Masih Panjang
11. Jangan Pernah
Mencoba

ix
1997 Aquarius 1. Kirana
Musikindo 2. Aku Disini
Untukmu
3. Bunga
4. Suara Alam
5. Sebelum Kau
Terlelap
6. Satu Sisi
7. Aspirasi Putih
8. Cindi
9. Petuah Bijak
10. Selatan Jakarta
11. Kamulah Satu-
Satunya
2000 Aquarius 1. Mukadimah
Musikindo 2. Roman Picisan
3. Dua Sejoli
4. Risalah Hati
5. Separuh Nafas
6. Cemburu
7. Hidup Adalah
Perjuangan
8. Lagu Cinta
9. Cinta Adalah
Misteri
10. Sayap-Sayap
Patah
11. 1000 Bintang

x
2002 Aquarius 1. Arjuna
Musikindo 2. Kosong
3. Mistikus Cinta
4. Angin
5. Pupus
6. Cintailah Cinta
7. Kasidah Cinta
8. Bukan Rahasia
9. Air Mata
2004 Aquarius 1. Pangeran Cinta
Musikindo 2. Atas Nama
Cinta
3. Satu
4. Indonesia Saja
5. Sweet Place
6. Hidup Ini
Indah
7. Cinta Gila
8. Nonsens
9. Hadapi Dengan
Senyuman
10. Matahari
Bintang Bulan
11. Aku Tetaplah
Aku
12. Shine On

xi
2006 Emi 1. Laskar Cinta
Music (Chapter One)
Indonesia 2. Laskar Cinta
(Chapter Two)
3. Emotional
Love Song
4. Larut
5. Sedang Ingin
Bercinta
6. Perasaanku
Tentang
Perasaanku
Kepadamu
7. Lelaki
Pencemburu
8. Lover’s
Rhapsody
9. I Want to
Break Free
10. Flower in the
Desert
11. Live On
12. Selimut Hati

Tabel 3.4 Penghargaan-Penghargaan, sumber: kaskus.co.id

Tahun Ajang Penghargaan Penghargaan


1992 Anugrah PWI Musik Ke-1  Penyanyi/Pemusik Panggung
Produktif
1993 BASF Awards  Album Terlaris (Pop)

xii
 Pendatang Baru Terbaik
1993 Aquarius Musikindo  Double Platinum
1994 Aquarius Musikindo  Double Platinum
1995 Video Musik Indonesia  Video Klip Terbaik (Cukup
Siti Nurbaya)
1995 Aquarius Musikindo  Triple Platinum
1996 BASF Awards  Grup Musik Rock Terbaik
 Grup/Duo Rekaman Terbaik
 Tata Musik Rekaman
Terbaik (Cukup Siti
Nurbaya)
1997 Anugerah Musik Indonesia  Album Terbaik Alternatif
(Pandawa Lima)
 Album Terbaik Umum
(Pandawa Lima)
 Lagu Terbaik Alternatif
(Kirana)
 Lagu Terbaik Umum
(Kirana)
 Penyanyi Duo/Grup Terbaik
Alternatif
 Cover Album Terbaik
(Pandawa Lima)
1997 Akuarius Musikindo  Multi Platinum
1998 Video Musik Indonesia  Video Klip Favorit (Kamulah
Satu Satunya)
 Video Klip Favorit (Kirana)
 Video Klip Runner Up
(Distorsi)

xiii
 Video Klip Runner Up (Aku
Disini Untukmu)
1999 Aquarius Musikindo  Multi Platinum
2000 Clear Top Ten Awards  The Coolest Song (Elang)
2000 Video Musik Indonesia  Video Musik Terbaik
(Kuldesak)
2000 Anugrah Musik Indonesia  Album Terbaik Alternatif
(Bintang Lima)
 Lagu Terbaik Alternatif
(Roman Picisan)
 Group Terbaik Alternatif
 Produser Rekaman Terbaik
(Ahmad Dhani)
2000 Akuarius Musikindo  Multi Platinum
2001 Clear Top Ten Awards  The Coolest Song (Roman
Picisan)
2001 Video Musik Indonesia  Video Klip Terbaik (Roman
Picisan)
2001 PAMI Awards  Band Panggung Terbaik
 Pemain Bass Gitar Terbaik
(Erwin Prasetya)
 Penata Rekaman Terbaik
(Ahmad Dhani)
2001 Anugrah Musik Indonesia  Penata Musik Terbaik
(Ahmad Dhani)
2002 Anugerah Musik Indonesia  Duo/Grup Terbaik
 Lagu Terbaik (Arjuna)
 Cover Album Terbaik
(Cintailah Cinta)

xiv
2002 Aquarius Musikindo  Multi Platinum
2003 SCTV Awards  Band Paling Ngetop
2004 Aquarius Musikindo  Double Platinium
2005 Anugerah Pelanet Muzik  Anugerah Khas
2006 Anugerah Musik Indonesia  Album Rock Terbaik
(Republik Cinta)
 Grup Rock Terbaik
2006 SCTV Music Awards  Album Pop Rock Terbaik
2006 LibForAll Award (Amerika  Penghargaan Toleransi
Serikat) Beragama
2006 EMI Awards  Double Platinum
2007 Anugerah Pelanet Muzik  Duo/Kumpulan Terbaik
(Singapura)
2007 Rolling Stone Indonesia  150 Album Indonesia
Terbaik (Terbaik Terbaik)
 150 Album Indonesia
Terbaik (Bintang Lima)
2008 Rolling Stone Indonesia  25 Artis Indonesia Terbesar
Sepanjang Masa
2009 Rolling Stone Indonesia  150 Lagu Indonesia Terbaik
(Cukup Siti Nurbaya)
2009 SCTV Music Award  Gitaris Paling Ngetop (Andra
Ramadhan)
2010 Rolling Stone Indonesia  The 50 Greatest Indonesian
Singers (Once Mekel)
 The 50 Greatest Indonesian
Drummers (Tyo Nugros)

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Permasalahan

1. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi,

karena komunikasi merupakan tatanan kehidupan sosial manusia dan atau

masyarakat.1 Aktivitas ini dapat dirasakan sejak dari manusia bangun tidur pada

pagi hari sampai dengan beranjak tidur pada malam hari. Suprapto menyebutkan

bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (berupa lambang, suara,

gambar, dan lain-lain) dari suatu sumber kepada sasaran (audience) dengan

menggunakan saluran tertentu.2

Komunikasi juga suatu usaha untuk memperoleh makna, tanda-tanda adalah

bisnis dari semua komunikasi.3 Oleh sebab itu, manusia dengan perantara tanda-

tanda juga dapat melakukan komunikasi melalui sebuah karya seni. Musik dan lagu

menjadi sebuah media yang tepat dalam karya seni untuk menyampaikan sebuah

pesan komunikasi.4

Dalam kandungan setiap lagu selalu mengandung curahan pribadi dari

penciptanya.5 Terkadang lirik lagu mengandung doa atau permintaan, mengandung

kritikan, juga gambaran penderitaan atau kebahagiaan dari penciptanya. Bahasa

1
Tommy Suprapto, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi (Yogyakarta: Media
Pressindo, 2009), h. 1.
2
Suprapto, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, h. 3.
3
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, cet. 2. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h.
15.
4
Gina Anggriana, “Representasi Perempuan dalam Lirik Lagu Dangdut Kontemporer,”
(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Diponegoro, 2012), h. 1.
5
Sulchan Yasyin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia (Surabaya: Penerbit Amanah, t.t.),
h. 322.

1
2

yang digunakan dalam penggambaran lagu tersebut mengandung unsur ajakan,

utamanya pada lagu religi untuk mengajak pendengar agar lebih mendekatkan diri

pada-Nya.6 Bahasa yang digunakan dalam setiap lagu juga sangat verbal untuk

dimaknai, karena bentuknya saling berkaitan antara bunyi dan kata-kata. Untuk itu,

manusia tidak akan bisa lepas dari peran komunikasi dalam sebuah lagu atau syair.

Komunikasi ini digunakan sebagai alat untuk menyampaikan pesan, baik yang

bersifat verbal ataupun non verbal. Dalam model komunikasi Laswell disebutkan,

komunikasi dapat berlangsung jika unsur-unsurnya terpenuhi, komunikator, pesan

(lisan atau tulisan), media, komunikan dan efek.7

Keterlibatan manusia akan komunikasi tersebut menyebabkan manusia

membutuhkan media dengan cakupan yang lebih luas lagi sebagai sarana interaksi

dalam rangka bertukar informasi, pemahaman, ide, gagasan, persepsi, dan lain

sebagainya. Media massa yang menjadi alat manusia dinilai sangat efektif untuk

memenuhi kebutuhan tersebut. Media massa dapat berupa surat kabar, video, CD-

ROM, komputer, TV, radio, dan sebagainya. Pesan yang disampaikan lewat media

massa tidak terhambat ruang dan waktu, dan khalayaknya bersifat heterogen.8

Fungsi media massa yang tidak hanya untuk memberikan informasi

melainkan juga untuk hiburan dapat dirasakan dalam bentuk video klip. Video klip

memiliki fungsi penting dalam penjualan album rekaman karena formatnya berupa

audio dan visual sehingga menambah kesan lebih hidup bagi audience-nya.

YouTube sebagai sarana pemutaran video merilis data video musik paling populer

6
Indriya R. Dani dan Indri Guli. Kekuatan Musik Religi Mengurai Cinta Merefleksi Iman
Menuju Kebaikan Universal. (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010), h. 3.
7
Roudhonah. Ilmu Komunikasi. (T.tp.; Atma Kencana, 2013), h. 19.
8
Richard West dan Lynn H. Turner. Introducing Communication Theory: Analysis and
Application. Penerjemah Maria Natalia Damayanti Maer (Jakarta: Penerbit Salemba Humanika,
2008), h. 41.
3

di Indonesia menjelang akhir tahun 2015 dengan mencapai 1,2 miliar viewers.9

Tingginya minat masyarakat akan video klip sepertinya memberikan keuntungan

tersendiri bagi para produser dalam menggarap sebuah video klip. Fungsi dasar

video klip adalah marketing support dari sebuah penjualan album rekaman.10

Salah satu konsep pembuatan video klip musik adalah dengan berbahasa

simbol. Menurut Andi Fachruddin, konsep penggambaran dalam video klip ini

tidak selaras dengan makna dalam lirik lagu. Artinya, tidak ada kesesuaian antara

gambar dan lirik. Konsep tersebut menambah kesan lebih kreatif agar pesan yang

disampaikan ke masyarakat dalam bentuk audio dan visual dapat menjadi lebih unik

terlepas dari pesan keagamaan, pesan moral, maupun kritik sosial.11

Seperti salah satu lagu yang pernah menjadi sound track sinetron religi

“Kusebut Nama-Mu” di RCTI tahun 2006 silam. Lirik lagunya mengisyaratkan

Syekh Siti Jenar, mencerminkan kedekatan antara makhluk dengan Sang

Penciptanya, didukung dengan dijadikannya lagu tersebut sound track sinetron

religi Islam memberi kesan lagu tersebut benar lagu religi Islam. Di sisi lain, setelah

melihat video klipnya, terdapat juga cerminan dari agama Yahudi yaitu simbol-

simbol Illuminati yang lahir di Bavaria, 1 Mei 1776 yang memiliki kepercayaan

bahwa setan merupakan lambang dari kejujuran, keberanian, dan kebebasan.12

Lagu yang diberi judul “Satu” ini diciptakan oleh Ahmad Dhani selaku

keyboardist dalam grup Dewa 19 dan video klipnya pun diproduseri oleh Ahmad

9
Fakhmi Kurniawan, “10 Video Klip Terpopuler di Indonesia Versi YouTube,” artikel
diakses pada 24 Maret 2016 dari http://hot.detik.com/music/3092633/10-video-klip-terpopuler-di-
indonesia-versi-youtube
10
Fitriyan G. Denis, Bekerja Sebagai Sutradar (T.tp.; Penerbit Erlangga, 2008), h. 41.
11
Andi Fachruddin, Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi (Yogyakarta: Penerbit
CV Andi Offset, 2015), h. 101.
12
Rifky Junus, Membongkar Illuminati (Yogyakarta: Seven Books, 2013), h. 19-38.
4

Dhani sendiri. Lagu ini masuk ke dalam kategori lagu religi karena syairnya yang

bersifat keagamaan. Religi sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

adalah kepercayaan kepada Tuhan; kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati

di atas manusia; kepercayaan; agama.13 Sedangkan lagu adalah syair yang

dinyanyikan secara berirama.14

Illuminati sendiri adalah “penerangan.” Adam Weishaupt, salah satu tokoh

yang paling terkenal di kalangan Illuminati karena pemikiran yang sangat brilian,

juga menjadi tokoh sentral Amerika karena tulisannya Novus Ordo Seclorum

(tatanan dunia baru) dicantumkan bersama lambang Illuminati dalam mata uang

satu dolar. Berkembangnya gerakan Illuminati ini juga tidak lain karena dukungan

dari seorang tokoh bernama Meyer Amschel Rothchild (1743-1812) yang dikenal

sebagai penguasa jaringan perbankan di Eropa yang memiliki ambisi menguasai

perekonomian dunia.15

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga

kamu mengikuti agama mereka” (OS. Al Baqarah: 120). Ayat tersebut jelas berisi

tentang ambisi kaum Yahudi untuk menggiring kaum lain agar mengikuti

agamanya. Minimal dengan menyebarluaskan simbol ajaran mereka. Salah satunya

pada video klip “Satu” dari grup band kelahiran Surabaya dengan usia personil rata-

rata 19 tahun, yaitu Dhani Ahmad Prasetyo, Erwin Prasetya, Wawan Juniarso,

Andra Ramadhan, yang mereka singkat menjadi DEWA 19.16

13
Kamus Besar Bahasa Indonesia, “Religi,” artikel diakses pada 24 Maret 2016 dari
http://kbbi.web.id/religi
14
Yasyin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, h. 306.
15
Toto Tasmara, Dajal & Simbol Setan (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 19-43.
16
Karta Raharja Ucu, “Menelisik Penyebab Bubarnya Dewa 19,” artikel diakses pada 3
November 2016 dari http://jaringnews.com/seleb/music/3144/menelisik-penyebab-bubarnya-
dewa-
5

Oleh karena di atas, urgensi dalam penelitian ini ialah untuk memberi

pemahaman pada setiap komunikan dalam menerima komunikasi lewat lagu religi

untuk melihat singkronisasi bahasa verbal dan non verbal dalam lirik dan video klip

terlebih dahulu, agar dapat terhindar dari kesalahpahaman makna. Hal inilah yang

membuat penulis tertarik untuk meneliti video klip tesebut. Semua akan dijelaskan

dalam skripsi yang berjudul: Pemaknaan Islam dan Yahudi dalam Video Klip

“Satu” Dewa 19.

2. Identifikasi Masalah

Sebelum membatasi masalah, terlebih dahulu penulis akan

memberikan identifikasi masalah seputar judul yang diangkat. Penulis

menemukan adanya pertentangan makna dalam video klip “Satu” Dewa 19,

di mana terdapat simbol Illuminati Yahudi dalam potongan gambar dan

ajaran tasawuf Syekh Siti Jenar dalam lirik lagu. Untuk mengetahui

bagaimana ajaran tasawuf Syekh Siti Jenar dan apa saja simbol-simbol

Illuminati dalam video klip tersebut maka penulis akan melakukan

penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data berupa dokumen,

observasi, dan wawancara.

3. Pembatasan Masalah

Untuk mempermudah penyusunan rumusan masalah, sekaligus agar

terfokus ruang lingkup penelitian maka penulis perlu membatasi masalah

dalam penelitian ini pada lirik lagu dan gambar terkait tasawuf Syekh Siti

Jenar dan simbol Illuminati yang terdapat dalam video klip tersebut.

4. Rumusan Masalah
6

Adapun pertanyaan penelitian yang disusun berdasarkan

pembatasan masalah di atas terangkum dalam rumusan masalah utama

sebagai beikut: Bagaimana pemaknaan Islam dan Yahudi dalam video klip

“Satu” Dewa 19?

Adapun pertanyaan turunannya adalah sebagai berikut:

a. Apa bentuk ungkapan denotasi dalam video klip tersebut?

b. Apa makna konotasi yang dapat dipahami dalam video klip ini?

c. Apa refleksi yang bisa ditarik dari video klip ini?

B. Konteks Penelitian

1. Pernyataan Penelitian

Jika dikaitkan dengan pemaknaan model Branston dan Stafford

dalam hal ini denotasi dan konotasi, maka dapat penulis asumsikan bahwa

video klip “Satu” ini mencoba mengomunikasikan antara Yahudi dalam hal

ini simbol Illuminati dengan unsur-unsur Islam dalam hal ini tasawuf Syekh

Siti Jenar.

2. Tujuan Penelitian

Terkait dengan rumusan masalah, maka ada tujuan secara teoritis

dan secara praktis yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu:

a. Tujuan penelitian secara teoritis:

1) Untuk mengetahui bagaimana pemaknaan Islam dan

Yahudi dalam video klip “satu” Dewa.

2) Untuk mengetahui bentuk ungkapan denotasi dalam video

klip tersebut.
7

3) Untuk memahami makna konotasi dalam video klip

tersebut.

b. Tujuan penelitian secara praktis:

1) Untuk melakukan perubahan pola pikir dan persepsi

masyarakat atas publikasi suatu lagu religi.

2) Memberikan informasi kepada pembaca tentang makna

lagu dengan paham keagamaan yang terkandung dalam

setiap lirik dan gambar yang terdapat dalam video klip,

utamanya terkait ajaran Islam dan Yahudi.

3. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini bisa bersifat

teoritis dan praktis.

a. Manfaat penelitian bersifat teoritis, yaitu:

Menambah referensi dalam perkembangan dunia video klip

musik sebagai media massa yang tidak hanya sebagai hiburan, tetapi

juga sebagai sarana penyampaian pesan, terutama pesan keagamaan.

b. Manfaat penelitian bersifat praktis, di antaranya:

Menambah wawasan mahasiswa jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam, serta mahasiswa lain yang berminat dalam bidang

penyiaran tentang bagaimana cara penggambaran dan pengemasan

pesan dalam sebuah video klip.

C. Konstruksi Penelitian

1. Bingkai Teoritis

Penelitian ini menggunakan bingkai teoritis pemaknaan model Gill


Branston dan Roy Stafford.
8

Pemaknaan

Semiotika Strukturalisme Denotasi dan Konotasi Kode

Video Klip “Satu” Dewa 19

Audio Visual

Nada Lirik Gambar

Aku ini adalah Diri Mu, Cinta ini adalah Cinta


Mu, Aku ini adalah Diri Mu, Jiwa ini adalah
Jiwa Mu, Rindu ini adalah Rindu Mu, Darah ini
adalah Darah Mu. Tak ada yang lain selain Diri
Mu, Yang Selalu Ku Puja. Ku Sebut Nama Mu,
Disetiap Hembusan Nafas Ku, Kusebut Nama
Mu Kusebut Nama Mu. Dengan Tangan Mu
Aku Menyentuh, Dengan Kaki Mu Aku
Berjalan, Dengan Mata Mu Ku Memandang,
Dengan Telinga Mu Ku Mendengar, Dengan
Lidah Mu Aku Bicara, Dengan Hati Mu Aku
Merasa.

Konotasi/ Tersirat Konotasi/ Tersirat


Denotasi/ Tersurat Denotasi/ Tersurat
Islam Yahudi

1. Segitiga mata 1. All-seeing-eye


2. Segitiga 2. Piramida
3. Burung 3. Burung hantu
1. Penyatuan 1. Mangunggaling 4. Satu mata 4. Mata satu
5. Mata kanan 5. Horus
2. Pujaan Kawula Gusti
6. Mata kanan 6. Ra
3. Menyebut/ 2. Syariat
7. Satu mata 7. Mata satu
mengingat 3. Tarekat 8. Mata kiri 8. Bulan
4. menyifatkan 4. Insan kamil 9. Satu mata 9. Mata satu
10. Satu mata 10. Maha melihat
11. Mata kiri 11. Bulan
12. Mata dan cahaya 12. Horus dan Api
13. Satu mata 13. Mata satu

Gambar 1.1

Gambaran Teoritis Pemaknaan Model Gill Branston dan Roy Stafford.17

17
Gill Branston dan Roy Stafford. The Media Student’s Book (Wolverhampton: St Edmundsbury
Press, 2003), h. 9-31
9

Pada gambar 1.1 di atas menjelaskan bahwa pemaknaan model

Branston dan Stafford meliputi semiotika, strukturalisme, denotasi dan

konotasi, dan yang terakhir kode. Namun, penulis hanya menggunakan

teori denotasi dan konotasi saja karena luasnya skop pembahasan “Satu”

Dewa 19.

Dalam hal di atas, video klip “Satu” Dewa 19 merupakan subjek dari

penelitian yang menggunakan teori denotasi dan konotasi tersebut.

Selanjutnya, penulis membagi video klip menjadi dua bagian yaitu audio

dan visual.

Pada tingkat audio, nada dan lirik sejatinya saling

berkesinambungan dalam membentuk audio itu sendiri. Walaupun

demikian, tetap dapat dipisahkan karena nada merupakan suara sedangkan

lirik merupakan teks. Oleh sebab itu, muncullah tanda panah ke bawah dari

kolam lirik yang berisi teks lagu “Satu” oleh Dewa 19.

Merujuk pada teori denotasi dan konotasi. Teks lagu “Satu” Dewa

19 tersebut dibagi pada dua tingkat pemaknaan, yaitu denotasi sebagai

makna tersurat dan konotasi sebagai makna yang tersirat. Tersurat dalam

hal ini adalah potongan teks yang menjadi inti dari setiap kalimat dalam

lirik lagu yang berjumlah empat kata. Sedangkan yang tersirat adalah

potongan teks (denotasi/tersurat) yang dihubungkan dengan nilai-nilai

Islam.

Pada tingkat visual, diwakili oleh gambar yang sebelumnya sudah

penulis pilah-pilah menjadi 13 potongan gambar. Potongan gambar

tersebut juga dibagi pada dua tingkat pemaknaan, yaitu denotasi sebagai
10

makna tersurat dan konotasi sebagai makna tersirat. Tersurat dalam hal ini

adalah makna yang tampak dari gambar itu sendiri. Sedangkan tersurat

adalah makna yang tampak dari gambar (denotasi/tersurat) yang

dihubungkan dengan nilai-nilai Yahudi.

2. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini yakni

pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif sering disebut oleh Sugiyono

sebagai metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan

pada kondisi yang alamiah (natural setting). Lebih jauh, Sugiyono

mengatakan alamiah di sini berarti objek yang di teliti berkembang apa

adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak

memengaruhi dinamika pada objek tersebut.18

Pada penelitian ini, pendekatan kualitatif digunakan untuk

menganalisis lirik dan simbol dalam video klip “Satu” dari grup band

Dewa 19 terkait makna Islam dan Yahudi.

3. Sumber Data

Penelitian ini memiliki dua sumber data, yakni sumber data primer

dan sumber data skunder.

a. Sumber Data Primer

Data primer merupakan data yang diambil dari CD original

Dewa 19 yang kemudian dipilih lirik-lirik dan adegan-adegan sesuai

dengan rumusan masalah yang digunakan untuk penelitian. Selain

18
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B (Bandung: Penerbit
Alfabeta, 2013), h. 8.
11

itu, data diperoleh dari wawancara dengan orang-orang yang terlibat

langsung dalam pembuatan video klip “Satu” ini.

b. Sumber Data Sekunder

Selain data primer, penulis juga mengambil data sekunder

sebagai pendukung data primer yang berupa dokumen kritikus lagu,

kemudian beberapa literatur seperti buku-buku yang ditulis oleh

orang lain yang terkait dengan grup Dewa 19, artikel, kamus, catatan

kuliah, internet, dan lain sebagainya.

4. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti dalam hal ini adalah

video klip “Satu” dari grup band Dewa 19. Sedangkan objek sebagai sasaran

penelitiannya adalah lirik lagu dan potongan gambar dalam video klip lagu

“Satu”.

5. Tahapan Penelitian

Prosedur dalam melakukan penelitian terdiri dari pengumpulan data,

pegolahan data, dan analisis data.

a. Pengumpulan Data

1) Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data-

data yang berkaitan dengan penelitian seperti buku, artikel,

website, gambar, kutipan dan lainnya yang berkaitan dengan

video klip “Satu” Dewa 19 untuk kemudian dijadikan bahan

argumen.
12

2) Observasi

Selanjutnya, dalam mengumpulkan data, peneliti juga

menggunakan metode observasi. Dalam hal ini, penulis

melakukan observasi ke kantor manajemen Dewa 19, yaitu

Republik Cinta Manajemen (RCM).

3) Wawancara

Wawancara merupakan sebuah percakapan yang

berlangsung antara narasumber dan pewawancara. Proses ini

dilakukan langsung oleh penulis bersama Tepan Kobain selaku

director video klip “satu” Dewa 19 via WhatsApp.

b. Pengolahan Data

Dalam peneletian ini, data dikemas ke dalam empat tabel yang

berada pada bagian Album yang Pernah Diproduksi, Penghargaan-

Penghargaan, Mantan Personil, dan Personil Terakhir. Terdapat pula

63 potongan gambar yang tersebar pada bagian Album yang Pernah

Diproduksi, Bingkai Teoritis, Illuminati Beserta Simbol-Simbolnya,

Denotasi, Konotasi, dan Transkip Wawancara Penelitian. Serta satu

bagan terkait gambaran teoritis pemaknaan model Branston dan

Stafford yang terletak pada bagian Bingkai Teoritis.

Adapun tata cara penulisan dalam mengolah penelitian ini

mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi,

Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh Center for Development


13

and Assurance (CeQDA) tahun 2007, Universitas Islam Negri Syarif

Hidayatullah Jakarta.19

c. Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan memaknai video klip

“Satu” Dewa 19 menggunakan denotasi dan konotasi milik Branston

dan Stafford. Pada tingkat denotasi, pertama, penulis akan

memperhatikan tanda pada lirik lagu dan gambar dalam video klip

“Satu” Dewa 19. Kemudian, kedua, tanda tersebut akan

didefinisikan dengan makna sesungguhnya yang bersifat objektif.

Selanjutnya, ketiga, tanda tersebut akan penulis konotasikan dengan

makna tambahan yang bersifat subjektif berdasarkan nilai-nilai

budaya Islam dan Yahudi.

6. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu peneltian dilaksanakan selama enam bulan, dimulai ketika

proposal skripsi sudah mendapat persetujuan dari pihak jurusan Komunikasi

dan Penyiaran Islam (KPI), Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

(FIDIK), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Tempat

penelitian dilakukan di kampus dengan memanfaatkan sumber daya buku

yang ada pada Perpustakaan Umum (PU).

D. Tinjauan Pustaka

Setelah melakukan penelusuran skripsi-skripsi terdahulu dari berbagai

universitas pada repository, penulis menemukan penelitian yang memiliki beberapa

persamaan yang menginspirasi dalam pengambilan penelitian ini yaitu mengenai

19
Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jakarta: CeQDA UIN, 2007).
14

Pemaknaan Islam dan Yahudi dalam Video Klip “Satu” Dewa 19. Adapun beberapa

tinjauan pustaka tersebut di antaranya:

Pertama, skripsi karya Cecep Burhanuddin,20 tahun 2009, mahasiswa

Jurusan Aqidah Filsafat, Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam

Negeri Syarif Hifayatullah Jakarta dengan judul Seni Musik dalam Tasawuf Studi

Kasus Terhadap Lagu-Lagu Dewa 19 pada Album Laskar Cinta. Skripsi tersebut

memiliki persamaan dengan penelitian penulis, yaitu sama-sama meneliti band

Dewa 19 namun skripsi penulis meneliti lirik dan gambar dari satu lagu, sedangkan

penelitian Burhanuddin meneliti satu album Laskar Cinta dan hanya berkenaan

pada liriknya saja.

Kedua, skripsi karya Linawati,21 tahun 2012, Jurusan Komunikasi dan

Penyiaran Islam, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul Analisis Isi Pesan-Pesan Dakwah

dalam Album Laskar Cinta Grup Band Dewa. Meskipun skripsi karya Linawati

memiliki kesamaan subjek dengan penelitian penulis yaitu sama-sama dari grup

Dewa/ Dewa 19, namun tetap memiliki perbedaan. Penelitian penulis

mengkhususkan pada satu lagu Dewa 19, yaitu lagu “Satu.” Sedangkan Linawati

sangat meluas dengan meneliti satu album penuh, yaitu album “Laskar Cinta” Dewa

19.

20
Cecep Burhanuddin, “Seni Musik Dalam Tasawuf Studi Kasus Terhadap Lagu-Lagu
Dewa 19 padaAlbum Laskar Cinta,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri
Jakarta, 2009).
21
Linawati, “Analisis Isi Pesan-Pesan Dakwah dalam Album Laskar Cinta Grup Band
Dewa,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2012).
15

Ketiga, skripsi karya Egi Pratama,22 tahun 2014, Jurusan Pendidikan dan

Sastra Bahasa, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja

Ali Haji Tanjung Pinang dengan judul Analisis Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu

Dewa 19. Skripsi tersebut memiliki persamaan dengan penelitian penulis dalam hal

mengkaji lirik lagu, namun skripsi tersebut hanya sampai pada liriknya saja,

sedangkan penelitian penulis mencakup lirik dan gambar dalam video klip.

Keempat, skripsi karya Nazly Fachrudi Nz,23 tahun 2012, konsentrasi

Jurnalistik dan Studi Media, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang dengan judul Ideologi

Freemansonry dalam Cover Album Dewa 19 Analisis Semiotik pada Cover Album

Kaset Dewa 19. Skripsi tersebut memiliki persamaan dengan penelitian penulis,

yaitu sama-sama meneliti grup musik Dewa 19. Namun, yang membedakan ialah

Nazly meneliti pada bagian cover album Dewa 19, sedangkan penulis meneliti pada

ranah video klip “Satu” Dewa 19.

Kelima, skripsi karya Arina Nurrohmah,24 tahun 2012, mahasiswi Ilmu

Komunikasi, Fakultas Komunikasi dan Informatika, Universitas Muhammadiyah

Surakarta dengan judul Representasi Simbol Zionisme Yahudi (Analisis Semiotika

Komunikasi tentang Representasi Simbol Zionisme Yahudi di Video Klip Artis-

Artis Republik Cinta Management Tahun 2004-2011). Skripsi tersebut memiliki

persamaan dengan penelitian penulis, yaitu sama-sama meneliti artis dari kantor

22
Egi Pratama, “Analisis Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu Dewa 19,” (Skripsi S1 Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang, 2014).
23
Nazly Fachrudi Nz, “Ideologi Freemansonry dalam Cover Album Dewa 19 Analisis
Semiotik pada Cover Album Kaset Dewa 19,” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Muhammadiyah Malang, 2012).
24
Arina Nurrohmah, “Representasi Simbol Zionisme Yahudi (Analisis Semiotika
Komunikasi tentang Representasi Simbol Zionisme Yahudi di Video Klip Artis-Artis Republik
Cinta Management Tahun 2004-2011),” (Skripsi S1 Fakultas Komunikasi dan Informatika,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012).
16

Republik Cinta Manajemen, namum penelitian penulis hanya dikhususkan pada

band Dewa 19, sedangkan penelitian tersebut meneliti seluruh artis Republik Cinta

Manajemen.

Meskipun skripsi-skripsi di atas memiliki persamaan yang menginspirasi

penulis, namun tetap penelitian ini memiliki perbedaan tersendiri dari skripsi-

skripsi di atas. Jadi dapat disimpulkan bahwa penulis adalah orang pertama yang

mengangkat judul skripsi: “Pemaknaan Islam dan Yahudi dalam Video Klip ‘Satu’

Dewa 19.”

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pemahaman terhadap keseluruhan penelitian, penulis

membagi skripsi ini menjadi lima bab, dengan sistemaktika sebagai berikut:

Skripsi ini dimulai dengan pendahuluan pada Bab I yang mencakup di

dalamnya permasalahan (latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan

masalah, dan rumusan masalah), konteks penelitian (pernyataan penelitian, tujuan

penelitian, dan manfaat penelitian), konstruksi penelitian (bingkai teoritis,

pendekatan penelitian, sumber data, subjek dan objek penelitian, teknik

pengumpulan data, waktu dan tempat penelitian, dan teknik penulisan), tinjauan

pustaka, dan terakhir sistematika penulisan.

Sebagai karya ilmiah, landasan teoritis dibahas pada Bab II. Dalam bab ini,

akan dijelaskan mengenai teori pemaknaan (semiotika, strukturalisme, denotasi dan

konotasi, dan terakhir kode), tasawuf dan manunggaling kawula gusti Syekh Siti

Jenar, Illuminati beserta simbolnya, dan tak lupa konseptualisasi video klip (audio

dan visual).
17

Untuk penyelesaian profil grup band Dewa 19, peneliti akan menguraikan

gambaran mengenai sejarah grup band Dewa 19, album yang pernah diproduksi

Dewa 19, personil Dewa 19 (mantan personil dan personil terakhir), penghargaan

yang diraih, dan pemimpin grup band Dewa 19 (Ahmad Dhani) pada Bab III.

Sebagai inti skripsi, peneliti bahas pada Bab IV. Dalam bab ini, peneliti

mengarahkan kepada jawaban dari bagaimana pemaknaan ajaran Syekh Siti Jenar

dan simbol Illuminati yang terdapat dalam video klip “satu” Dewa 19, khususnya

denotasi dan konotasi.

Akhirnya, Bab V merupakan penutup dari skripsi ini, yang berisi

kesimpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah, dan saran-saran dari penulis.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pemaknaan

Ada berbagai masalah dalam memahami atau menikmati media saat ini.

Umumnya, masalah kerap terjadi pada tingkat pemahaman makna. Hal ini, karena

ada banyak proses yang terlibat untuk memahami makna dari pesan yang

disampaikan oleh media itu sendiri. Dalam bagian tertentu, buku The Media

Student’s Book oleh Branston dan Stafford memberikan pemahaman tentang

pemaknaan dari segi semiotika, strukturalisme, denotasi konotasi, dan kode baik

melalui kata-kata, warna, gestur, musik atau pun gaya.1

Dalam konteks ini, penulis hanya menggunakan pemaknaan dari segi

denotasi dan konotasi saja, karena luasnya skop pembahasan lagu “Satu” Dewa 19.

Namun demikian, penulis tetap menguraikan apa itu semiotika, strukturalisme, dan

kode sebagai bagian dari pemaknaan itu sendiri.

1. Semiotika

Pada tahun 50-an, studi tentang media mulai memasuki tahap yang

serius, berbagai metode dari literatur, ilmu sosial, aliran seni kritis

diaplikasikan dalam penelitian tentang media. Sebuah “nilai” diposisikan di

dalam ‘dialog yang baik’ atau ‘karakter yang meyakinkan’ atau ‘komposisi

yang indah.’ Namun, pembahasan mengenai film atau acara televisi dengan

pendekatan yang demikian tidaklah cukup. Orang-orang mulai lebih kritis

dan bertanya: kriteria seperti apakah yang digunakan untuk mengukur

Gill Branston dan Roy Stafford. The Media Student’s Book (Wolverhampton: St
1

Edmundsbury Press, 2003), h. 9.

18
19

“baik” atau “meyakinkan” dalam penelitian-penelitian itu? Untuk siapa?

Timbulah pertanyaan radikal tentang bagaimana makna yang

dikonstruksikan di dalam bahasa dan budaya, dan kemudian diaplikasikan

ke dalam media audio-visual (suara dan gambar). Pendekatan semiotika ini

mencoba untuk menjawab pertanyaan tentang makna dari berbagai kisah

atau gambar dalam rangka untuk memahami cara makna dikonstruksi.2

Semiotika sendiri berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti

tanda. Tanda tersebut merupakan sesuatu yang dibangun atas dasar

kesepakatan sosial yang dapat mewakili sesuatu yang lain. Misalnya, awan

gelap menandai akan turunnya hujan. Secara terminologis, semiotik

merupakan ilmu yang menganalisis serangkaian objek, peristiwa, dan

kebudayaan sebagai tanda. Tanda dalam konteks susastra juga merupakan

bagian dari tindakan komunikasi. Dalam hal ini, semiotika merupakan

sebuah karya yang ditafsirkan oleh peneliti dan masyarakat lewat tanda-

tanda atau lambang-lambang.3

Semiotika tentu memiliki tokoh-tokoh besar yang menjadi pemikir

dari terbentuknya semiotika itu sendiri, tokoh-tokoh tersebut di antaranya:

a. Charles Sanders Peirce, merupakan tokoh filsuf Amerika yang

lahir pada tahun 1839 dan meninggal pada tahun 1914. Ia

sempat menjadi dosen bidang logika di Universitas Johns

Hopkins. Tidak hanya itu, Pierce juga menekuni ilmu alam dan

ilmu pasti, kimia, astronomi, linguistik, dan agama. Sebagai

2
Branston dan Stafford, The Media Student’s Book, h. 10.
3
Alex Sobur, Analisis Teks Media, cet. 6. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), h. 95-
96.
20

ilmuwan yang mengetahui banyak hal, Peirce turut memberikan

sumbangan penting dalam semiotika melalui teori tandanya.

Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas ikon, indeks,

dan simbol. Ikon merupakan tanda yang memiliki hubungan

antara penanda dan petanda atau hubungan antara tanda dan

objek, yang memiliki kemiripan anatar keduanya. Contohnya,

potret dan peta. Sedangkan indeks merupakan tanda yang

mununjukkan adanya hubungan sebab akibat antara tanda dan

petanda. Contohnya asap sebagai tanda adanya api. Tanda

tersebut merupakan tanda konvensional yang biasa disebut

simbol, yang dapat pula mengacu pada tanda denotatif. Jadi,

simbol juga merupakan tanda yang menunjukkan adanya

hubungan sebab akibat antara penanda dengan petandanya.4

b. Roland Barthes, lahir pada tahun 1915 dan meninggal tahun

1980 pada usianya yang ke 64 tahun. Dalam ketokohannya,

Barthes menyumbangkan konsep bagi penyempurnaan

semiologi. Pada tahun 1976 pun, ia diangkat sebagai profesor

“semiologi literer” di College de France. Konsep penting yang

dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah konotasi,

denotasi, dan mitos. Konotasi merupakan sistem pemaknaan

tataran ke-dua yang dibangun di atas sistem lain yang telah ada

sebelumnya. Sedangkan denotasi merupakan sistem signifikansi

tingkat pertama di mana denotasi lebih diasosiasikan dengan

4
Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 39-42.
21

ketertutupan makna, dengan demikian menjadi sensor atau

represi politis. Dalam kerangka Barthes, mitos dibangun oleh

suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya, dengan kata

lain, mitos sama halnya dengan konotasi yaitu sistem

pemaknaan tataran ke-dua.5

2. Strukturalisme

Strukturalisme berpendapat bahwa segala bentuk organisasi

manusia ditentukan oleh struktur sosial atau psikologis yang luas sesuai

dengan logika masyarakat itu sendiri atau keinginan manusia itu sendiri.

Sigmund Freud dan Karl Marx pada abad ke 19 mulai mencoba

meginterpretasikan dunia sosial dalam langkah-langkah yang sistematis.

Freud berpendapat bahwa psikologi manusia adalah sebuah struktur yang

berdiri sendiri, membuat kita bertindak dalam cara-cara yang seringkali

tidak kita sadari, tetapi terkadang muncul sekilas sebagai mimpi yang jadi

kenyataan. Marx berpendapat bahwa kehidupan ekonomi, dan khususnya

hubungan seseorang berpengaruh terhadap produktifitas mereka sendiri,

dan hal tersebut juga dapat menentukan salah satu pendapatnya dalam

politik.6

Strukturalisme juga berpendapat bahwa makna hanya dapat

dimengerti dengan struktur yang sistematis dan perbedaan-perbedaan dan

penekanan-penekanan terhadap sebuah makna yang mereka sepakati

5
Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 63-71.
6
Branston dan Stafford, The Media Student’s Book, h. 12.
22

sendiri. Contohnya, kaum antropologi strukturalis mungkin mempelajari

bagaimana sistem makanan dalam sebuah budaya mapan, sebagai berikut:

a. Aturan pengeyampingan (orang-orang Inggris memandang

memakan kodok dan siput sebagai budaya yang barbar, tidak

dengan orang Prancis. Karena di Prancis kodok dan siput

disajikan sebagai hidangan mewah).

b. Aturan menentukan lawan jenis rasa dari suatu bahan makanan

(hidangan asin dan manis tidak dimakan bersamaan di dalam

sebagian besar hidangan Barat).

c. Aturan kesesuain/kecocokan (steak dan keripik kentang

dimakan beriringan setelah itu makan es krim: sesuai; steak dan

es krim dimakan beriringan setelah itu makan keripik kentang;

tidak sesuai).7

Dengan aturan-aturan semacam itu maka muncullah sebuah

kombinasi menu khusus yang dapat bernilai salah, tidak senonoh atau

bahkan menjadi inovasi.

Levi-Strauss, seorang antropolog strukturalis yang penemuannya

mempunyai pengaruh yang besar dalam ilmu semiotika menekankan

pentingnya menyusun lawan kata atau lawan jenis di dalam sebuah sistem

mitos dan di dalam sistem kebahasaan (terkadang disebut pasangan lawan

kata karena kualitasnya dapat diklasifikasikan ke dalam pasangan-pasangan

lawan kata). Ini membuat sebuah batasan utama dengan budaya-budaya,

nilai yang tertambat pada salah satu dari pasangan lawan kata tersebut.

7
Branston dan Stafford, The Media Student’s Book, h. 12.
23

Ferdinand de Sausurre menggunakan hal tersebut sebagai cara bahasa

memproduksi makna, terkadang lewat sebuah istilah lawan kata dari istilah

lainnya: hitam/putih, panas/dingin. Kita juga belajar lawan kata dari kata-

kata yang kita temui sehari-hari. Misalnya kata ‘pria’ tentunya berbeda

dengan ‘anak’, ‘Tuhan’, dan lain-lain. Kata ‘pria’ identik berlawanan

dengan kata ‘wanita’. Kemudian dengan kata ‘baik’ berlawanan dengan

kata ‘buruk’.8

Banyak sistem-sistem makna yang familiar dengan menggunakan

pasangan lawan kata sebagai kunci utama dalam strukturnya. Misalnya

surga/neraka, dosa/pahala, Yin/Yang, siang/malam, barat/timur.

Bagaimanapun juga, kita belajar bagaimana menggunakan kata-kata

dan produk media (iklan dan film) satu sama lain untuk membedakan

mereka. Genre adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam memahami

bagaimana makna yang kita temui dalam keseharian dan disatukan dengan

pengulangan dan perbedaan adalah kunci untuk memahami area dari

pembuatan makna.9

Pendekatan strukturalisme ini menekankan pada pasangan lawan

kata dalam menjelaskan semiotika akibat desakan dari tanda yang hanya

dapat dimengerti dengan menampilkan pasangan lawan kata secara utuh

dalam menjelaskan sebuah sistem atau kode tertentu. Contohnya dalam

fotografi atau perfilman, satu jenis warna menjadi sebuah identitas khusus

di dalam dunia fotografi atau perfilman tersebut, hitam-putih. Kata ‘hitam-

8
Branston dan Stafford, The Media Student’s Book, h. 12.
9
Branston dan Stafford, The Media Student’s Book, h. 13.
24

putih’ identik dengan film-film jadul, sehingga makna ‘hitam-putih’ dalam

dunia perfilman adalah kuno atau jadul.10

3. Denotasi dan Konotasi

Tanda adalah makna denotasi atau makna sesunggunya dari tanda

itu sendiri. Misalnya merah adalah sebuah bagian dalam spektrum warna.

(denotasi). Tetapi, tanda juga dapat dikonotasikan untuk dapat

mendefinisikan sesuatu. Mereka bisa menghubungkan sesuatu dengan

mengasosiasikan konsep budaya dan nilai-nilai, atau makna dari

pengalaman pribadi.11

Pada dasarnya, denotasi ialah makna yang dapat kita jumpai di

dalam kamus. Seperti, kata “sabitah” berarti “sejenis bintang.” Sedangkan

konotatif yakni makna denotatif yang ditambah dengan segala ingatan,

gambaran, dan perasaan yang ditimbulkan oleh kata “sabitah” itu sendiri.

Jadi, denotasi merupakan makna kata yang bersifat objektif, sedangkan

konotatif bersifat subjektif.12

Sumbo Tinarbuko, dalam bukunya menjelaskan bahwa denotasi

merupakan hubungan makna tersurat antara tanda dengan sumber acuan

(referensi). Misalnya, terdapat gambar meja, kursi, laptop, buku, manusia.

Warna juga perlu disebutkan, seperti, seseorang tersebut menggunakan baju

berwarna hitam, atau putih, merah, hijau, dan sebagainya. Sedangkan

konotasi merupakan tanda yang maknanya lebih dari sekedar arti

referensial. Artinya, maknanya berkaitan dengan perasaan atau nilai-nilai

10
Branston dan Stafford, The Media Student’s Book, h. 15.
11
Branston dan Stafford, The Media Student’s Book, h. 15.
12
Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 263.
25

kebudayaan. Contohnya, gambar seseorang yang menggunakan kerudung

dapat diartikan sebagai suatu sifat kereligiusan. Tetapi di lain hal, bisa saja

menggunakan kerudung sebagai sifat perasaan malu karena rambutnya yang

putih, botak, atau mudah rontok. Oleh sebab itu, konotatif mencoba

memahami melalui unsur-unsur lain dari tanda itu sendiri.13

Makna denotatif juga sering dijumpai dengan berbagai macam

istilah lain seperti: makna denotasional, makna kognitif, makna konseptual,

makna ideasional, dan makna proposisional. Sama halnya dengan denotatif,

makna konotatif juga memiliki beberapa istilah lain seperti: makna

konotasional, makna emotif, dan makna evaluatif. Jika kita menulis atau

mengucapkan kata yang mendenotasikan hal tertentu, maka artinya kata

tersebut hanya ingin menunjukkan pada hal itu sendiri. Lain halnya bila kita

menulis atau mengucapkan kata yang mengonotasikan hal tertentu, maka

itu berarti kata tersebut mempunyai makna tambahan bagi makna

denotatifnya.14

Kata ‘merah’ berarti salah satu bagian dalam spektrum warna.

Tetapi kata ‘merah’ bisa juga digunakan untuk mendeskripsikan darah, api,

atau sunset. Inilah mengapa dalam beberapa budaya, kata ‘merah’ dan

warna ‘merah’ mempunyai makna konotasi marah, bahaya, berani dan

sebagainya. Sama halnya dengan kata ‘emas’ berarti sebuah bagian dalam

spektrum warna dan jenis dari hasil tambang. Tapi sejarah telah membuat

13
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, cet 3. (Yogyakarta: Jalasutra, 2009),
h. 19-20.
14
Sobur, Semiotika Komunikasi, h. 265-266.
26

makna konotasi dari ‘emas’ jauh lebih luas lagi. Seperti ‘kesempatan emas,’

‘sebagus emas,’ ‘era emas,’dan seterusnya.15

4. Kode

Sebuah makna tidak dapat selamanya melekat di dalam kehidupan

nyata. Warna hijau yang berarti ‘jalan’ dalam lampu merah, bisa saja diganti

dengan warna pink. Asal ada persetujuan bersama dalam pergantian warna

tersebut. Begitu juga kata-kata dalam berbagai bahasa. Kata ‘anjing’ dalam

Bahasa Indonesia dengan kata ‘dog’ dalam bahasa Inggris mempunyai

makna yang sama kendati kata/kodenya berbeda.16

“Sangat layak mempelajari berbagai latar belakang


terciptanya sebuah makna dalam sebuah bahasa / kode dari berbagai
budaya, persetujuan sosial, atau terkadang kekerasan. Kita belajar
mengenali tanda dalam hubungannya dengan sistem yang berlaku
sesuai dengan kode yang diberikan sebelumnya. Roland Barthes
memulai penelitian dalam kajian ini, menggunakan istilah seperti
retorika, mitos dan mitologi. Stuart Hall menggunakan istilah ‘kode’
baik untuk menciptakan sebuah asumsi dan bagi tatanan nilai yang
lebih luas dengan yang dia akan hubungkan. Contohnya, iklan
kosmetik mungkin bergantung dari diterimanya makna bahwa cantik
itu dalah wajah wanita yang terlihat mewah dengan balutan kosmetik
dan bisa dikatakan sebagai ‘kode yang dominan’ bahwa setiap
wanita harus tampil mewah dan cantik untuk laki-laki. Selanjutnya,
dalam buku ini kami menggunakan kata-kata politis yang lebih
khusus seperti ‘ideologi’ dan ‘diskursus’ dan perdebatan-perdebatan
yang lebih penting tentang menangkap makna dari yang mereka
sampaikan. Ada juga bahaya dalam menggunakan kata ‘kode’
karena itu dapat membuat komunikasi selalu terdengar seperti
sebuah konspirasi dalam penyandian sebuah kode.”17

Namun, karena banyak dipakai oleh berbagai macam pengguna

untuk berbagai macam kebutuhan, terkadang sebuah kata/simbol dapat

bersifat polisemik (multitafsir). Misalnya lambang burung hantu, di

15
Branston dan Stafford, The Media Student’s Book, h. 15-16.
16
Branston dan Stafford, The Media Student’s Book, h. 18.
17
Branston dan Stafford, The Media Student’s Book, h. 18.
27

Indonesia digunakan sebagai lambang Detasemen Khusus 88 (Densus 88).

Padahal dalam paham Illuminati, burung hantu merupakan lambang praktik

ilmu hitam.

Dalam berita, agar tidak terjadi multitafsir, biasnya media membuat

suatu penggiringan isu, agar tercipta sebuah keseragaman makna akan suatu

hal. Misalnya “Aksi Damai 411.”18 Hampir seluruh media massa saat

demonstrasi penuntutan Ahok pada tanggal 4 November 2016

menggunakan headline “Aksi Damai 411.” Media tidak menggunakan kata

“demo,” karna kata “demo” identik dengan aksi massa yang berakhir

dengan kerusuhan. Walau belakangan diketahui, aksi tersebut berakhir

ricuh.19 Hal teresebut bisa saja demi membuat warga tetap beraktivitas

dengan tenang pada tanggal 4 November 2016, dengan menggunakan kata

“aksi Damai 411,” untuk menghapus kekhawatiran warga.

B. Tasawuf dan Manunggaling Kawula Gusti Syekh Siti Jenar

Dalam tanah Jawa nama Syekh Siti Jenar tidaklah asing, terutama bagi

mereka yang mendalami ilmu ma’rifat. Terlepas bagi mereka yang setuju maupun

tidak setuju terhadap paham Syekh Siti Jenar, yang jelas namanya begitu mencuat

kepermukaan tanah Jawa, karena kerap kali dikaitkan dengan keanggotaan dewan

Walisanga.20

18
Agung Budi Santoso, ed., “Curhat Lagi, SBY Merasa Dituduh Gerakkan Aksi Damai
411 Sampai Rencana Ngebom Istana Merdeka,” artikel diakses pada 22 Maret 2017 dari
https://www.google.co.id/amp/style.tribunnews.com/amp/2017/02/08/curhat-lagi-sby-merasa-
dituduh-gerakkan-aksi-damai-411-sampai-rencana-ngebom-istana-merdeka
19
Richo Pramono, dkk., “4 Perbedaan Aksi Damai 2 Desember dan 4 November,” artikel
diakses pada 22 Maret 2017 dari http://m.liputan6.com/news/read/2668420/4-perbedaan-aksi-
damai-2-desember-dan-4-november
20
Muhammad Sholikhin, Ajaran Ma’rifat Syekh Siti Jenar (Yogyakarta: Penerbit Narasi,
2007), h. 42.
28

“Sebenarnya jati diri dan asal-usul Syekh Siti Jenar sampai sekarang
masih belum jelas, belum ada sumber yang dianggap sahih. Di dalam
beberapa publikasi, nama Syekh Siti Jenar kadang-kadang disebut Syekh
Siti Brit atau Syekh Lemah Abang. Dalam bahasa Jawa, jenar berarti
kuning, sedang brit berarti berasal dari abrit artinya merah, sama dengan
abang yang juga berarti merah. Tidak jelas mengapa tokoh ini
dikonotasikan dengan warna merah dan di sisi lain dikonotasikan dengan
warna kuning. Yang jelas, merah tidak sama dengan kuning dan dalam
filosofi terkesan perbedaannya cukup jauh. Memang pemilihan ketiga nama
itu seringkali disesuaikan dengan sukon-wulon yang harus diikuti dalam
menulis sesuatu menurut tembang tertentu. Akan tetapi adanya perubahan
warna dari Jenar ke Brit atau Abang tentu perlu ditelaah tersendiri.”21

Sebelum lebih dalam mengemukakan konsep manunggaling kawula gusti

Syekh Siti Jenar, lebih dulu peneliti akan menjelaskan unsur-unsur dakwah dalam

hal ini empat tingkatan ibadah dalam ajaran tasawuf. Tasawuf dalam Islam

mengenal empat tingkatan dalam rangka meningkatkan iman dan takwa kepada

Allah, yaitu:

1. Syariat

Ilmu syariat adalah sebuah landasan bagi seseorang ahli tasawuf

(sufi) untuk mencapai tingkat tertinggi dalam iman dan takwanya kepada

Allah dengan mengerjakan amal ibadah yang bersifat lahiriah seperti shalat,

puasa, haji, zakat, menuntut ilmu pengetahuan, jihad dijalan Allah, dan

sebagainya. Syariat di sini merupakan kaidah-kaidah yang tertulis dalam

kitab suci Al-qur’an dan hadis-hadis Nabi yang mencakup di dalamnya

hukum halal dan haram, perbuatan yang dilarang maupun yang perintahkan,

yang sunah, yang haram, yang makruh, yang mubah, dan lain sebagainya.22

21
Hasanu Simon, Misteri Syekh Siti Jenar (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), h. 364.
22
Toriqqudin, Sekularitas Tasawuf (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 109-111; Andi
Faisal Bakti, ed., Mu’tabara Tariqas (Notable Sufi Orders) in Indonesian Islam (T,tp,;
Kementerian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan,
2011)
29

Dalam catatan Andi Faisal Bakti, kepemilikan atas kekuasaan serta

kewenangan dalam menentukan syariat hanyalah milik Allah. Syariat telah

Ia turunkan ke dalam ayat-ayat sucinya yang kemudian menjadi acuan

terapan bagi rasul dan umatnya yang dibangun berdasarkan dalil-dalil ayat

suci tersebut. Selain itu, syariat juga mampu menjadi teladan bagi pemimpin

umat karena didapati kewajiban baginya untuk memahfuzkan Al-Qur’an

dan hadits, kepiawayan berbahasa Arab, serta pengaplikasian spiritual yang

baik.23

2. Tarekat

Tarekat adalah sebuah pengalaman seorang sufi dalam mendekatkan

diri kepada Allah, yang dilakukannya dengan cara-cara yang khusus, yang

kemudian cara tersebut diikuti oleh para muruid-muridnya. Istilah Tarekat

juga ditujukan kepada mereka yang tergolong dalam sebuah kelompok yang

menjadi pengikut seorang Syekh yang dapat membimbing agar lebih dekat

dengan Allah berdasarkan pengalamannya.24

Adapun pelaksaan tarekat dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut:

a. Zikir, yaitu hati yang selalu mengingat Allah serta lisan yang

selalu menyebutkan namanya.

b. Ratib, yaitu lisan yang mengucap Laa ilaaha illallah di sertai

dengan gerak tubuh tertentu.

23
Andi Faisal Bakti, “Good Goverence dalam Islam: Gagasan dan Pengalaman,” dalam
Komarudin Hidayat dan Ahmad Gaus AF, ed., Islam Negara dan Civil Society (Jakarta:
Paramadina, 2005), h. 335-338.
24
Tim Dosen IAIN Medan, Pengantar Ilmu Tasawuf (Medan: Team Dosen IAIN, 1983),
h. 259.
30

c. Musik, yaitu dalam melaksanakan wirid-wirid tertentu sambil

diiringi dengan bunyi-bunyian seperti rebana.

d. Menari, yaitu gerakan yang dilakukan dalam mengiringi wirid-

wirid tertentu dengan tujuan menimbulkan kekhidmatan atau

suasana tertentu.

e. Bernafas, yaitu mengatur cara keluar masuknya nafas pada

waktu melakukan zikir tertentu.25

3. Hakekat:

Hakekat merupakan puncak dari amalan-amalan yang dilakukan

dalam tarekat. Dalam tingkat hakekat, seseorang telah dapat memahami

setiap perbuatan dan tindakannya. Dengan kata lain, seseorang telah harus

dapat mengenal dirinya, karena dengan ia mengenal dirinya sendirilah maka

ia akan dapat mengenal Tuhannya.26

Dalam hakekat, terdapat empat ketakjuban yang harus dipahami

seseorang yang menempuh jalan tasawuf (suluk), yaitu takjub kepada

syahadat, takbir, menghadap kepada Tuhan, dan sakaratulmaut.

a. Syahadat, dalam hal ini syahadat bukanlah sekedar kalimat yang

diucapkan dalam lisan semata, melainkan ada kesadaran yang

timbul ketika kalimat itu terucap atau terdengar, kesadaran yang

dimaksud adalah kesadaran akan kehadiran Allah di dalam hati

yang paling dalam.27

25
Tim Dosen IAIN Medan, Pengantar Ilmu Tasawuf, h. 260.
26
Achmad Chodjim, Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga (Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2003), h. 244-245.
27
Chodjim, Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga, h. 245-246.
31

b. Takbir, dalam hal ini takbir bukanlah sekedar ucapan Allahu

Akbar yang kerap dikumandangkan kelompok tertentu terutama

dalam aksi unjuk rasa ataupun pada saat malam hari raya idul

fitri atau idul adha (takbiran). Ketakjuban takbir yang dimaksud

adalah takbir yang lahir dari penghayatan atas kekaguman

kepada dzat atau sifat-Nya. Yang muncul dari kelembutan hati

yang nurani. Bukan agar didengar orang lain, bukan juga yang

lahir dari dorongan emosi.28

c. Menghadap Tuhan, ketakjuban ini dapat dianalogikan sebagai

berikut: bila seseorang datang menghadap kepada sesamanya,

belum tentu diterima, mungkin saja disuruh balik. Pun

kedatangannya itu untuk pujian. Sedangkan Tuhan tidak

demikian. Bila seorang hamba datang kepada Tuhan dengan

hasrat hati yang tulus, maka Tuhan akan mengimbanginya.

Bahkan Tuhan akan memberikan keistimewaan pada dirinya.

Tuhan pun bersedia menjadi pendengaran, penglihatan,

pengucapan, dan semua tindakan dari hamba tersebut.29

d. Sakaratulmaut, sakaratulmaut dapat diartikan sebagai keadaan

pada saat manusia menjelang kematiannya. Tidak ada yang

mengungkapkan dengan bahasa yang nyata tentang keadaan

tersebut, sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap orang

memiliki perbedaan keadaan sakratul mautnya masing-masing.

28
Chodjim, Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga, h. 246-247.
29
Chodjim, Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga, h. 247-251.
32

Tetapi yang jelas, sakratul maut adalah pintu yang pasti dilalui

oleh setiap manusia, dan bagi mereka yang mengetahui pintu

tersebut, maka tidak akan sulit untuk melaluinya. Allah-lah

tempat kembali! Dan untuk mengetahui hal tersebut tidaklah

cukup hanya dihafal atau dipelajari semata. Melainkan harus

ditempuh dengan pengalaman meditasi. Sehingga tidak ada lagi

yang perlu di takuti tentang kematian maupun malaikat maut.

Karena dengan hal tersebut, kita dapat menempuh pintu

sakaratul maut dengan mapan.30

4. Ma’rifat:

Ma’rifat merupakan buah dari tahap hakekat. Orang yang telah

sampai pada tingkat ini, hati dan akalnya telah dipenuhi oleh cahaya Allah,

sehingga semua pandangannya telah dapat menyaksikan Allah

(musyaahadah).31 Orang yang sudah berada dalam kondisi ma’rifat melihat

bahwa setiap kondisi:

a. Kehilangan, sang penyebab dari kehilangan, ialah Allah.

b. Keberuntungan, sang penyebab dari keberuntungan, jua Allah.

c. Larangan, sang penyebab dari larangan, merupakan Allah.

d. Anugerah, sang penyebab dari anugerah, pun Allah.

e. Kesumpekan, sang penyebab dari kesumpekan, yakni Allah.

f. Kelegaan, sang penyebab dari kelegaan, ialah Allah. Dan

seterusnya seperti itu.32

30
Chodjim, Mistik dan Makrifat Sunan Kalijaga, h. 251-258.
31
Sholikhin, Ajaran Ma’rifat Syekh Siti Jenar, h. 164-165.
32
Sholikhin, Ajaran Ma’rifat Syekh Siti Jenar, h. 155-156.
33

Pada dasarnya, syariat, tarekat, hakekat, dan ma’rifat di atas memiliki

hubungan yang saling berkaitan. Melaksanakan syariat adalah awal tahap melatih

ketaatan diri untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah. Semakin

giat seseorang menjalankan syariat, maka semakin mampu meningkatkan level

cintanya kepada Allah, yaitu dengan banyak berdoa dan wirid. Maka ditingkat

selanjutnya, godaan syetan seperti hawa nafsu dan sebagainya sudah dapat

ditaklukkan, sehingga sang salik telah mencapai ma’rifatnya dan hanya diliputi oleh

kesucian, kejujuran dan kebijaksanaan.33

Namun dalam pandangan Syekh Siti Jenar, ketika seseorang menjalankan

syariat, itu karena budinya sendiri yang memerintahkan. Dan budi manusia itu tidak

dapat dituruti karena perintahnya dapat berubah-ubah, kadang benar kadang

merujuk kesesatan. Dan ketika seseorang menjalankan tarekat, budinya melepaskan

hati, menaruh hati kepada selain Allah, dan kadang-kadang mengharapkan

keduniaan yang lebih.34

Hal ini sesuai dengan anggapan Syekh Siti Jenar mengenai konsep hidup

dan mati, ia menganggap kehidupan manusia di alam dunia ini adalah sebagai zona

kematian, dan alam akhirat justru dianggap sebagai awal dari kehidupan yang

hakiki, karena bersifat abadi. Oleh karenanya, shalat, zakat, puasa, dan sebagainya

akan ia lakukan di kehidupan abadinya nanti.35

Anggapan tersebut bukan berarti sebagai keantian Syekh Siti Jenar terhadap

kehidupan di dunia ini, melainkan jangan sampai hidup hanya terperangkap oleh

33
Simon, Misteri Syekh Siti Jenar, h. 398-399.
34
Simon, Misteri Syekh Siti Jenar, h. 401.
35
Abdul Munir Mulkhan, Misteri Kematian Syekh Siti Jenar (Bandung: Penerbit Mizania,
2009), h. 16.
34

raga dan tidak mampu menyempurnakan diri. Karena dengan raga ini lah kita dapat

mengolah diri menuju kesempurnaan tersebut.36

Ada pun manusia sempurna (insan kamil) tersebut bagi Syekh Siti Jenar

adalah, jasadnya berada di alam kematian, sukmanya mengarah pada kehidupan

sejati. Dengan kata lain, manusia menggunakan jasadnya untuk berhadapan dengan

individualisasi yang lebih rendah, dan dengan spiritualisasinya ia berhadapan

dengan individualisasi yang lebih tinggi.37

Insan kamil tersebut bagi Syekh Siti Jenar merupakan salinan Tuhan.

Karena dengan adanya hak fundamental, sifat-sifat Illahi pada dasarnya menjadi

milik manusia sempurna. Dapat diibaratkan, sebagaimana cermin yang digunakan

seseorang untuk melihat bentuk dirinya, dan tidak dapat melihat dirinya tanpa

cermin tersebut, maka itulah hubungan antara Allah dengan insan kamil. Sehingga

muncullah pernyataan bahwa Tuhan berfungsi sebagai kaca bagi manusia, dan

manusia pun menjadi kaca tempat Tuhan melihat diri-Nya. Maka inilah yang dapat

dipahami dari konsep bersatunya hamba dengan Tuhan (manunggaling kawula

gusti).38

C. Illuminati beserta Simbol-Simbolnya

Illuminati adalah sebuah “pencerahan,” istilah pencerahan ini sudah

digunakan sejak zaman Yunani Kuno. Pada masa itu, manusia mulai sampai pada

pemahaan bahwa kehidupan manusia berkaitan erat dengan kekuatan supranatural

(Tuhan). Seiring perkembangan ilmu pengetahuan, pemikiran tersebut mulai

36
Achmad Chodjim, Syekh Siti Jenar: Makrifat Kesunyian 1 (Jakarta: Serambi Ilmu
Semesta, 2014), h. 10-11.
37
Sholikhin, Ajaran Ma’rifat Syekh Siti Jenar, h. 60-61.
38
Sholikhin, Ajaran Ma’rifat Syekh Siti Jenar, h. 61-62.
35

dianggap kuno. Sehingga muncullah pemahaman baru, bahwa keidupan manusia

didasarkan pada rasionalitas dan bukan pada kekuatan supranatural.39

Sedangkan Illuminati, sejatinya mereka meyakini kehidupan yang


berdasarkan kekuatan supranatural. “...Mereka mengadopsi kekuatan
supranatural tapi ‘yang bukan Tuhan-agama.’ Kekuatan supranatural itu
adalah okultisme (kekuatan gaib) yang anti-agama....” Jadi, pencerahan
dalam Illuminati maksudnya ialah paham-paham yang dilandasi dari
pemikiran-pemikiran yang bebas, di mana dalam pemahamannya ialah
“...setan bukanlah makhluk yang hina melainkan kekuatan yang
melambangkan kejujuran, keberanian, dan kebebasan....” Yang seharusnya
supranatural merupakan pro-Tuhan, namun dalam pemahaman Illuminati,
supranatural menjadi anti-Tuhan bahkan pro-setan. Dan sejatinya, “...tidak
semua Yahudi adalah pengikut Illuminati, tetapi para pemimpin Illuminati
pastilah seorang Yahudi....40

Ordo Illuminati dibangun oleh Adam Weishaupt, anak dari keturunan asli

Yahudi yang sempat memeluk agama Katolik yang kemudian membelot dari

agamanya dan kini menjadi yang paling gigih menentang Katolik serta agama

lainnya. Adam Wishaupt juga seorang profesor hukum dan mengajar di Universitas

Ingoldstadt, Jerman, sampai tahun 1770. Pada tanggal 1 Mei 1776 ia berhasil

menyelesaikan tulisannya yang berjudul The Novus Ordo Seclorum (tatanan dunia

baru) yang berisi tentang konsep-konsep, doktrin, serta teori tentang paham

Illuminati. Akhirnya, setiap tanggal 1 Mei pun di jadikan sebagai hari lahir

Illuminati.41

Selain Weishaupt sebagai pendiri, Illuminati juga dipelopori dan

mendapatkan support penuh dari tokoh perbankan dunia, Mayer Amschel

Rothchild (1743-1812). Rothchild merupakan sosok cendekiawan yang memiliki

ambisi untuk menguasai perekonomian dunia yang telah ditandainya dengan

menguasai perekonomian Eropa terlebih dahulu. Bagi Rothchild, dengan

39
Junus, Membongkar Illuminati, h. 35-36.
40
Junus, Membongkar Illuminati, h. 37-44.
41
Tasmara, Dajal & Simbol Setan, h. 20-22.
36

menguasai perekonomian dunia, maka siapapun pemimpinnya, tidak akan dapat

menghalanginya. Prinsip inilah yang mendorong gerakan Illuminati berkembang

dengan jaringan yang begitu luas, bahkan sampai masuk ke intelektual-intelektual

pemerintahan.42

Salah satu keunikan dalam kepercayaan Illuminati ini adalah dengan

menggunakan simbol-simbol yang sebagian besar diadopsi dari kepercayaan

leluhur pada zaman kuno.43 Simbol-simbol tersebut sangatlah beragam, masing-

masing memiliki makna yang berbeda. Simbolnya dapat pula berguna untuk

menunjukkan eksistensi mereka dan sebagai petunjuk kepada anggota Illuminati

lain atas keberadaannya. Berikut penulis akan menguraikan simbol-simbol yang

terdapat dalam ajaran Illuminati yang penulis kutip dari berbagai sumber.

1. Mata Satu

Gambar 2.1 Mata Satu.44

Mata satu atau biasa disebut Mata Horus merupakan mata yang

dapat melihat dan mengontrol segala hal di dunia. Berbeda dari yang kita

ketahui, di mana mata seharusnya berjumlah dua (sepasang) namun di sini

42
Tasmara, Dajal & Simbol Setan, h. 20-21.
43
Junus, Membongkar Illuminati, h. 38.
44
Suara Netizen, ”Simbol Dajjal Mata Satu Bergentayangan di Arab Saudi,” artikel
diakses pada 9 Januari 2017 dari http://www.suaranetizen.com/2015/09/simbol-dajjal-mata-satu-
bergentayangan.html?m=1
37

hanya satu mata saja. Dalam kepercayaan orang Mesir Kuno diceritakan

bahwa pada waktu Horus bertarung melawan Seth (dewa badai dan

kekacauan) ia mengalami luka parah di bagian mata kirinya. Semenjak itu,

mata kanan Horus dianggap mewakili matahari, sedangkan mata kirinya

sebagai bulan. Dianggap demikian, karena bulan lebih redup dari matahari.

Akhirnya, mata kanan Horus/Matahari (Ra) dijadikan lambang kemaha

melihatan versi Illuminati.45

Horus merupakan anak dari Dewa Osiris dan Isis. Dalam

kepercayaan Mesir Kuno, Dewa Osiris merupakan Dewa tertinggi dan

digambarkan sebagai sosok laki-laki berjanggut. Sedangkan Isis sebagai ibu

yang melahirkan Horus, merupakan Dewi Kesuburan.46

2. Piramida

Gambar 2.2 Piramida.47

Simbol piramida menggambarkan struktur kepemimpinan kaum

Illuminati yang bersifat “dari penguasa Illuminati ke semua manusia,” atau

45
Ahmad Yanuana Samantho, ISIS dan Illuminati (Jakarta: Ufuk Publishing House,
2014), h. 275-276.
46
Junus, Membongkar Illuminati, h. 61-62.
47
Sulung Lahitani Mardinata, “7 Simbol Illuminati dan Maknanya,” artikel diakses pada
9 Januari 2017 dari http://m.liputan6.com/citizen6/read/2155068/07-simbol-illuminati-dan-
maknanya
38

“dari atas ke bawah.” Hal yang unik dari piramida Illuminati ini adalah

bentuknya yang tidak sempurna atau terlihat seperti bangunan yang belum

selesai. Hal tersebut menggambarkan bahwa perjalanan perjuangan

Illuminati itu sendiri masih belum benar-benar tuntas.48

3. All-Seeing-Eye

Gambar 2.3 All-Seeing-Eye.49

All-Seeing-Eye merupakan sebuah bangunan piramida yang

bentuknya belum selesai dan terdapat mata satu di atas bangunannya.

Nampaknya simbol Illuminati yang satu ini adalah perpaduan antara simbol

mata Horus dan simbol piramida yang sudah peneliti jelaskan sebelumnya.

Mata satu diartikan sebagai mata yang mengawasi segala hal, termasuk para

pelayan-pelayan-Nya. Pelayan di sini adalah keturunan dari keluarga besar

Illuminati yang berjumlah 13 keturunan. Pelayan tersebut disimbolkan

dengan 13 tumpukan batu bata yang tersusun membentuk piramida

tersebut.50

48
Muhammad Abu Ezza, Simbol-Simbol Illiminati di Arab Saudi (T.tp.; T.pn., 2014), h.
112-113.
49
Mardinata, “7 Simbol Illuminati dan Maknanya.”
50
Ezza, Simbol-Simbol Illiminati di Arab Saudi, h. 109-110.
39

4. Pentagram

Gambar 2.4 Pentagram.51

Petagram yang bentuknya terbalik ini merupakan pengaplikasian

dari wajah Baphomet (setan) oleh Illuminati. Pemujanya mengharapkan

perlindungan dan pertolongan dari setan tersebut.52 Gambar pentagram

dengan wajah Baphomet di bawah ini akan mengantarkan kita lebih dalam

menyimak maksud dari diputar baliknya pentagram tersebut.

Gambar 2.5 Pentagram Baphomet.53

51
Mardinata, “7 Simbol Illuminati dan Maknanya.”
52
Ezza, Simbol-Simbol Illiminati di Arab Saudi, h. 117.
53
Rahmat Hambali, “Simbol atau Logo Seiytan,” artikel diakses pada 9 Januari 2017 dari
http://illuminatipedia.blogspot.co.id/2014/12/simbol-atau-logo-seytan.html
40

5. Ankh

Gambar 2.6 Ankh.54

Simbol Illuminati ini diadopsi dari kepercayaan tentang kekuatan

gaib Mesir Kuno. Ankh digunakan sebagai ritual pemujaan kepada Horus,

Dewa Matahari, yang dipercayai sebagai pencipta alam semesta dan sebagai

wujud lain dari setan. Dalam penggunaan simbol tersebut, para anggota

wajib mempersembahkan kesucian para perawan sehingga menciptakan

kesan ritual yang mengerikan. Adapun lingkaran dalam simbol tersebut

merupakan gambaran dari bentuk matahari.55

6. Burung Hantu

54
Idrus Micku, “Simbol Sihir Sigil Dalam Illuminati,” artikel diakses pada 9 Januari 2017
dari http://idrusace.blogspot.co.id/2013/05/simbol-sihir-sigil-dalam-illuminati.html
55
Junus, Membongkar Illuminati, h. 59-60.
41

Gambar 2.7 Burung Hantu.56

Burung hantu merupakan logo dari kelompok Illuminati Bohemian.

Kelompok ini tidak hanya mempraktikkan ilmu hitam, melainkan juga

memperkenalkan atau mempromosikannya. Semua kegiatan dalam

kelompok ini mereka lakukan di perkemahan hutan Redwood, California

Utara.57 Burung hantu sendiri memiliki ciri mata besar dan bulat yang

menghadap ke depan dan sanggup melihat berkali-kali lipat lebih tajam

dibanding dengan manusia.58

7. Tanduk Unicorn

Gambar 2.8 Tanduk Unicorn.59

Dalam mitologi Indian, simbol ini dianggap sebagai bentuk

kemaluan laki-laki. Di Eropa, simbol ini juga berhubungan dengan

56
Bayu, “Pesan Rahasia Dibalik Video Klip Muse,” artikel diakses pada 9 Januari 2017
dari http://bayumas3.blogspot.co.id/2010/07/pesan-rahasia-dibalik-vidoe-klip-muse.html
57
Ezza, Simbol-Simbol Illiminati di Arab Saudi, h. 115-116.
58
Tim Sunrise Pictures, Ensiklopedia Binatang Pemecah Rekor (Jakarta: Cikal Aksara,
2011), h. 3.
59
Wiwik Setiawati, “Tujuh Misteri Simbol di Dunia yang Belum Terpecahkan,” artikel
diakses pada 9 Januari 17 dari http://www.infoyunik.com/2015/04/tujuh-misteri-simbol-di-dunia-
yang.html
42

seksualitas. Sedangkan dalam Illuminati, simbol ini digunakan sebagai

bentuk ritual meminta bantuan kepada Lucifer. Simbol tanduk unicorn ini

juga sering disebut dengan nama tongkat sihir peri dan tongkat

Leprechaun.60

8. Api

Gambar 2.9 Liberti.61

Api yang dimaksud dalam Illuminati lebih kepada “api abadi,”

seperti yang terukir pada patung Liberti di USA. Api abadi ini menyiratkan

tentang ilmu pengetahuan. Pengetahuan di sini ialah pengetahuan yang

mencerahkan. Karakter api abadi tersebut sangat sesuai dengan arti

Illuminati itu sendiri, “yang tercerahkan.” Adam Weishaupt sendiri sebagai

pendiri Illuminati juga menggunakan simbol tersebut dalam ritual khusus

bersama petinggi-petinggi Illuminati, karena warna khas merah yang terang

mencolok dalam api juga dianggap sebagai lambang derajat tertinggi dalam

Illuminati.62

60
Junus, Membongkar Illuminati, h. 65.
61
Muhammad Bagas Tri Atmojo, “Simbol-Simbol Illuminati Part 2,” arikel diakses pada
9 Januari 17 dari http://blog-faktaopini.blogspot.com/2014/08/simbol-simbol-illuminati-part-
2.html
62
Ezza, Simbol-Simbol Illiminati di Arab Saudi, h. 121-123.
43

9. Bulan Sabit

Gambar 2.10 Bulan Sabit.63

Dalam Illuminati, simbol bulan sabit merupakan gambaran dari Isis.

Isis adalah ayah dari Horus. Diriwayatkan dalam ajaran Mesir Kuno, Isis

merupakan keturunan dari Cush, cucu Nabi Nuh, ia menikah dengan

Semiramis yang belakangan menjadi ratu di Babylonia.64

10. Tengkorak dan Tulang

Gambar 2.11 Tengkorak dan Tulang.65

63
Bela Putri, “Duduk di Bulan Sabit,” artikel diakses pada 10 Januari 2017 dari
http://notrespondiing.blogspot.co.id/2013/05/duduk-di-bulan-sabit.html
64
Junus, Membongkar Illuminati, h. 69.
65
Enigma, “Skull and Bones - Perkumpulan Rahasia Universitas Yele,” artikel diakses
pada 10 Januari 2017 dari http://www.enigmablogger.com/2010/08/skull-and-bones-perkumpulan-
rahasia.html
44

Tengkorak dan tulang (skull and bones) merupakan simbol dari

sebuah ritual perenungan diri akan kematian. Ritual ini hanya dilakukan

kepada anggota-anggota baru Illuminati. Dengan menghayati kematiannya,

diharapkan anggota-anggota baru tersebut dapat lebih giat dalam

menjalankan tugas-tugas mulia Illuminati sebelum ajal mereka datang

menjemputnya.66

11. Obelisk

Gambar 2.12 Obelisk.67

Obelisk merupakan menara tinggi yang sepintas tidak ada

hubungannya dengan Illuminati. Namun, bila menara ini dilihat dari sisi

atas, maka akan terlihat penampakan sebuah titik dalam lingkaran atau

sebuah mata satu. Mata satu itu sendiri adalah lambang Illuminati yang

biasa disebut Mata Horus. Bangunan-bangunan obelisk tersebut dapat

66
Ezza, Simbol-Simbol Illiminati di Arab Saudi, h. 123.
67
Atmojo, “Simbol-Simbol Illuminati Part 2.”
45

dijumpai di kota-kota besar seperti London City, Vatika Roma, dan

Washington DC.68

D. Konseptualisasi Video Klip

Membuat seseorang penyanyi menjadi terkenal tidaklah mudah, dibutuhkan

media promosi yang ampuh agar namanya dapat melejit kepermukaan. Selain

membutuhkan karya lagu yang bagus, video klip juga menjadi salah satu media

promosi yang ideal.69

Video klip merupakan perpaduan antara audio dan visual. Bentuk audio di

sini ialah yang berkenaan dengan pendengaran, yaitu lagu yang dinyanyikan oleh

seorang penyanyi. Ia mengucapkan kalimat yang sudah ditulis dalam lirik lagu

dengan nada-nada sedemikian rupa. Sedangkan visualnya menggunakan gambar

yang juga dibentuk sedemikian rupa sehingga menciptakan sebuah alur cerita yang

mengungkapkan gagasan-gagasan tertentu.70

Ada pun tujuan dari dibuatnya video klip dalam sebuah lagu juga sangatlah

beragam, di antaranya:

a. Keuntungan materi. Dalam hal ini, video klip dibuat hanya untuk

meraup kuntungan yang lebih dari penyanyi atau band yang lagu-

lagunya memang sudah terkenal sebelumnya dan belum

diproduksikan video klipnya. Contohnya Ari Lasso, Once Mekel,

Dewa 19, Peterpan, dan lain sebagainya.71

b. Pesanan komersil. Target dari pembuatan video klip ini ialah lagu

yang telah jadi soundtrack sinetron atau film terkenal yang

68
Ezza, Simbol-Simbol Illiminati di Arab Saudi, h. 124-126.
69
Fachruddin, Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi, h. 99.
70
Yasyin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, h. 43-497.
71
Fachruddin, Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi, h. 102.
46

kemudian dipesan untuk dibuat produksi video klipnya. Contohnya

video klip Melly Goeslaw featuring Erick yang berjudul “Ada Apa

dengan Cinta” untuk soundtrack film dengan judul yang sama “Ada

Apa dengan Cinta?.”72

c. Promosi produk elektronik. Dalam video klip ini, tampak

ditonjolkan kecanggihan teknologi terbaru milik produk elektronik

tertentu. Contohnya, video klip Raisa yang berjudul “Long Distance

Relationship.” Video klip ini memiliki kualitas visual dengan

resolusi 4K. Di awal video klip juga menampilkan logo produk

kamera Cannon EOS 1DC, sebagai produk yang dipromosikan.73

d. Promosi penyanyi pendatang baru. Video klip ini diperuntukan bagi

penyanyi atau band pendatang yang baru saja menjajaki dunia

industri musik. Biaya pemproduksian video klipnya ditanggung

sendiri oleh penyanyi tersebut atau oleh donatur tertentu. Bila

mengalami kerugian, merupakan resiko dari penyanyi tersebut.74

e. Kepentingan komunitas. Dalam video klip ini tampak menonjolkan

identitas kelompok komunitas tertentu. Contohnya, video klip Mike

Mohede, Sri Simorangkir, dan Franky Sihombing dengan lagu-lagu

rohani Kristennya.75

f. Kepentingan politik. Video klip ini dibuat berdasarkan pesanan

untuk kepentingan politik dari penyandang dana. Biasanya video

klip ini tidak melibatkan perusahaan rekaman, karena hanya untuk

72
Fachruddin, Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi, h. 102.
73
Fachruddin, Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi, h. 102.
74
Fachruddin, Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi, h. 103.
75
Fachruddin, Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi, h. 103.
47

keperluan politik seperti kampanye. Contohnya seperti video klip

Jokowi dan Basuki yang berjudul “What Makes You Beautiful.”

Video klip ini memarodikan lagu dari grup musik One Direction

dengan menggunakan kemeja kotak-kotak sebagai atribut khas

pasangan calon gubernur tersebut yang berlokasi shooting di

Bundaran HI Jakarta.76

g. Kepentingan dokumentasi pribadi. Dalam video klip ini, seorang

penyanyi tidak bermaksud mengomersilkan video klipnya,

melainkan hanya untuk disimpan sebagai koleksi dokumentasi

pribadi atau sebagai sovenir untuk kalangan tertentu saja.77

1. Audio

Selain dengan nada-nada yang indah, kekuatan dalam lirik lagu juga

sangat berpengaruh dalam menghasilkan pencapaian audio yang bagus. Hal

tersebut dibuktikan musisi Ahmad Dhani dengan menyatakan bahwa 75%

kesuksesan Dewa 19 karena lirik-lirik lagunya yang bagus.78 Musisi ini pun

dalam buku makrifat cinta, lirik-lirik lagunya selalu dikaitkan dengan para

tokoh sufi seperti Al-Ghazali (450 H/1058 M), Ibn `Arabi (560 H/1164 M),

Abdul Qadir al-Jilani (470 H/1077 M).79 Hal tersebut memberi kita

pemahaman bahwa kekuatan lirik lagu pun benar-benar diperhitungkan

secara matang agar pencapaian akhirnya dapat memuaskan.

76
Fachruddin, Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi, h. 103.
77
Fachruddin, Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi, h. 104.
78
Iwan Iskandar, “Risalah Lima Bintang,” Hai Klip, Februari 2001, h. 4-6.
79
Agus Wahyudi, Makrifat Cinta Ahmad Dhani (Yogyakarta: Penerbit Narasi, 2010), h.
7-10.
48

Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, lirik adalah karya

sastra yang tersusun dalam kata-kata yang menjadi puisi atau syair dalam

lagu yang berisi curahan perasaan pribadi.80 Setidaknya, Semi menyebutkan

ada tiga hal penting yang harus diperhatikan penyair dalam proses pemilihan

kata, yaitu:

a. Perbendaharaan kata. Dalam perbendaharaan kata, penyair

akan dapat menampilkan ekspresi dan menunjukan ciri khas dari

penyair itu sendiri. Kata-kata yang dipilih dan digunakan oleh

seorang penyair biasanya mengacu pada beberapa hal, di

antaranya: tingkat perasaan, suasana batin, dan faktor sosial

budaya.

b. Urutan kata. Urutan kata dalam sebuah syair tidak dapat

dipindah-pindahkan tempatnya, sekali pun maknanya tidak akan

berubah. Dengan kata lain, urutan kata-kata tersebut bersifat

baku.

c. Daya sugesti kata. Daya sugesti dapat timbul dari makna kata

yang dipandang mewakili perasaan seorang penyair.

Pememilihan dan penempatan kata-kata menyebabkan kata-kata

itu sendiri memancarkan daya sugesti kepada pendengarnya

untuk dapat merasakan sedih, semangat, terharu, dan bahkan

marah.81

80
Yasyin, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, h. 322.
81
Atar Semi, Anatomi Sastra (Padang: Angkasa Raya, 2001), h. 29.
49

2. Visual

Adapun kekuatan gambar yang mewakili visual pun jangan sampai

dilupakan. Dalam risalah Fachruddin, terdapat dua konsep penting bagi

pembuat video klip dalam mengreasikan kreativitas visualnya, yaitu:

a. Video klip berbahasa verbal, maksudnya adalah gaya

penggambaran video klip yang diselaraskan dengan isi lirik

lagu. Artinya, memiliki kesesuaian antara gambar dan lirik.

Misalnya sebagai tanda keterharuan, seseorang meneteskan air

matanya. Contohnya, video klip Ari Lasso yang berjudul “Cinta

Sejati,” mengisahkan cinta seorang laki-laki kepada perempuan

yang telah memiliki kekasih. Namun demikian, cintanya tetap

tidak akan pernah mati. Cinta yang tidak akan pernah lekang

oleh waktu tersebut dilambangkan dengan jam dinding yang

besar.

b. Video klip berbahasa simbol, maksudnya adalah gaya

penggambaran video klip yang tidak sesuai dengan isi lirik lagu.

Artinya, antara gambar dan lirik tidak memiliki keselarasan.

Dalam hal ini, pembuat video klip memvisualisasikan lirik lagu

dengan menggunakan simbol-simbol berdasarkan kreasinya

sendiri. Contohnya, video klip Ahmad Dhani featuring Agnes

Monica yang berjudul “Cinta Mati”. Lirik lagu tersebut

mengisahkan seseorang yang menginginkan agar pasangannya

tau bahwa dirinya benar-benar tulus mencintainya. Namun,

dalam video klip ini dilambangkan dengan api dan es di mana


50

menurut pandangan penulis api dan es merupakan dua karakter

yang sangat bertentangan. Inilah yang dapat penulis pahami dari

video klip berbahasa simbol berdasarkan kreasi pembuatnya.82

Berikut ini merupakan teknik pengambilan gambar visual dalam

video klip yang menggunakan istilah-istilah aturan secara umum, yaitu tujuh

dasar pengambilan shot kamera versi Mahendra:

a. Extreme long shot, shot yang menggambarkan sebuah objek

yang sangat jauh atau panorama yang luas. Teknik ini

mengambil jarak kamera yang paling jauh dari objeknya.

b. Long shot, shot ini menampilkan keseluruhan fisik objek dengan

jelas namun latar belakang masih dominan.

c. Medium long shoot, shot ini menggambarkan seluruh tubuh

objek dari bawah lutut sampai ke atas.

d. Medium shot, shot ini menampilkan sebatas pinggang sampai

atas kepala.

e. Medium close up, shot ini menampilkan sebatas dada sampai

atas kepala. Teknik ini biasa digunakan dalam adegan

percakapan.

f. Close up, shot ini memperlihatkan wajah, kaki, atau bagian

objek kecil lainnya. Teknik ini memperlihatkan ekspresi wajah

atau gesture secara mendetail.

82
Fachruddin, Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi, h. 100-101.
51

g. Extreme close up, shot ini menampilkan detail objek. Misalnya

mata, hidung, telinga dan lainnya.83

83
Hinawan Irawan Mahendra, Memahami Film (Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008),
h. 104-106.
BAB III

PROFIL GRUP BAND DEWA 19

A. Sejarah Grup Band Dewa 19

SMPN 6 Surabaya, merupakan saksi lahirnya sebuah band yang namanya

sampai saat ini masih terdengar di telinga kita. Dhani Ahmad Prasetyo (Keyboard,

Vokal), Erwin Prasetya (Bass), Wawan Juniarso (Drum), dan Andra Ramadhan

(Gitar) yang mereka singkat menjadi sebuah nama grup band mereka yaitu,

DEWA.1

Dewa lahir tahun 1986 dan menempati rumah Wawan (1972) di komplek

Universitas Airlangga sebagai basecamp tempat mereka berkumpul. Di rumah

Wawan tersebut terdapat seperangkat alat band seadanya, sehingga mereka bisa

latihan tanpa harus mengeluarkan uang yang besar seperti bila menyewa studio

band.2

Dewa terbilang band yang berani karena menggunakan genre musik pop.

Pada waktu itu aliran musik “keras” di Surabaya sedang popular sehingga

memungkinkan mayoritas anak-anak muda di sana lebih cendrung tertarik pada

band-band aliran metal seperti Iron Maiden atau Judas Priest. Namun, ke unikan

Dewa dengan mengusung musik pop tersebut berubah seiring Erwin

memperkenalkan musik jazz kepada Dhani dan Andra. Sehingga, genre musik

Dewa pun berubah menjadi jazz.3

1
Ucu, “Menelisik Penyebab Bubarnya Dewa 19.”
2
Republik Cinta Management, “Dewa 19,” artikel diakses pada 3 November 2016 dari
republikcintamanagement.com/dewa-19/
3
Republik Cinta Management, “Dewa 19.”

52
53

Karena tidak selaras dengan musik jazz, Wawan mengundurkan diri dari

Dewa dan bergabung dengan band temannya, yaitu Ari Lasso. Akhirnya, posisi

Wawan sebagai drumer digantikan oleh kakak kelas mereka di sekolah, yaitu

Salman. Nama Dewa pun berubah menjadi Down Beat.4

“Untuk kawasan Jawa Timur dan sekitarnya, nama Down Beat


cukup dikenal terutama setelah berhasil merajai panggung Festifal Jazz
Remaja Se-Jawa Timur, juara I Festifal Band SLTA ’90 atau juara II Jarum
Super Fiesta Musik. Tapi bagi keempat cowok yang secara psikologis masih
dalam pencarian jati diri itu, jazz ternyata juga hanya sebuah
persinggahan.”5

Nama Dewa kembali digunakan sebagai pengganti nama Down Beat.

Namun, kini di ujung kata ditambah angka 19, menjadi Dewa 19, yang mana usia

mereka memang saat itu kisaran 19 tahun. Wawan ditarik kembali sebagi personil,

diikuti dengan Ari Lasso yang memang sebelumnya sempat satu band dengan

Wawan. Dengan formasi baru, kini Dewa 19 mengolaborasikan berbagai jenis

genre dalam warna musik mereka seperti pop, rock, dan jazz.6

Konsep baru Dewa ini dilirik oleh salah satu teman kelas Wawan di sekolah,

Harun. Harun berupaya mewujudkan impian Dewa agar namanya bisa semakin

dikenal dengan mengucurkan dana sebesar Rp. 10.000.000 sebagai modal rekaman.

Namun, tidak adanya studio rekaman yang layak di Surabaya mengharuskan

mereka untuk datang ke ibu kota dengan biaya pas-pasan.7 Maka di sinilah makna

perjuangan itu dapat kita petik dari sebuah band sekolahan yang merintis hingga

menjadi sebuah band besar.

4
Republik Cinta Management, “Dewa 19.”
5
Republik Cinta Management, “Dewa 19.”
6
Republik Cinta Management, “Dewa 19.”
7
Republik Cinta Management, “Dewa 19.”
54

Album perdana berhasil mereka rekam. Setelah itu, Erwin, Wawan, Andra,

dan Ari pulang kembali ke Surabaya, sedangkan Dhani tetap tinggal di Jakarta

untuk mencari perusahaan rekaman yang bersedia melabelkan album mereka.

Sampai akhirnya, lagu-lagu tersebut dilirik oleh Jan Djuhan dari Team Records,

yang sempat pula memopulerkan band KLa Project asal Tebet, Jakarta.8

Pada kesempatan ini, album bertajuk Dewa 19 akhirnya resmi dirilis. Album

tersebut sukses besar di pasaran dengan penjualan lebih dari 300.000 kopi.

Sehingga, Team Records yang merupakan label kecil meminta Aquarius Musikindo

untuk mengambil alih hak produksi dalam album ini. Sejak saat itu nama Dewa 19

semakin diakui keberadaannya sampai saat ini.9

B. Album yang Diproduksi

Setelah kurang lebih enam tahun berproses sejak kelahirannya pada tahun

1986, Dewa 19 baru berkesempatan meluncurkan album perdananya pada tahun

1992. Album yang bertajuk “Dewa 19” ini resmi dirilis di bawah naungan Aquarius

Musikindo dan melahirkan hits-hits lagu seperti “kangen” dan “kita sedang tidak

bercinta lagi.”10

Dua tahun berselang, Dewa 19 kembali menciptakan album kedua yang

diberi nama “Format Masa Depan”. Album yang hits dengan lagu “aku milikmu”

dan “tak ‘kan ada cinta yang lain” ini dirilis oleh perusahaan rekaman HJ

Productions dan didistribusikan oleh Aquarius Musikindo pada tahun 1994.11

8
Republik Cinta Management, “Dewa 19.”
9
Republik Cinta Management, “Dewa 19.”
10
Republik Cinta Management, “Dewa 19.”
11
Republik Cinta Management, “Dewa 19.”
55

Tidak menyia-nyiakan masa jaya, Dewa 19 segera menerbitkan album ke

tiganya pada tahun 1995. Album ini melahirkan tembang hits seperti “cukup siti

nurbaya” dan “satu hati” dengan nama judul album “Terbaik-Terbaik.” Menyusul

album-album selanjutnya seperti Pandawa Lima, Bintang Lima, dan lain

sebagainya.12

Untuk melihat lebih lengkap daftar karya-karya yang pernah diproduksi

oleh Dewa 19, dapat dilihat pada daftar lampiran tabel bagian 3.1.

C. Personil

1. Mantan Personil

Nama Instrument Tahun

Wawan Juniarso Drum 1986-1988, 1991-1994

Erwin Prasetya Bass 1986-1999, 2001-2002

Ari Lasso Vokal 1991-1999

Wong Aksan Drum 1995-1998

Gabriel Bimo Sulaksono Drum 1998-1999

Tabel 3.2 Mantan Personil Dewa 1913

2. Personil Terakhir

Nama Instrumen Tahun

Ahmad Dhani Keyboard, Vokal, Gitar 1986-2016

Andra Ramadhan Gitar 1986-2016

12
Republik Cinta Management, “Dewa 19.”
13
Smeji Inaho, “ History of Dewa 19,” artikel diakses pada 10 Januari 2017 dari
http://smejiinaho.blogspot.co.id/2011/01/history-of-dewa.html?m=1
56

Yuke Sampurna Bass 2002-2016

Agung Yudha Drum 2007-2016

Tabel 3.3 Personil Terakhir Dewa 1914

D. Penghargaan yang Diraih

Selama meniti karir di belantika musik tanah air, Dewa 19 banyak meraih

prestasi baik terhadap karya-karyanya maupun perindividu personilnya. Hampir

tidak pernah terlewat, setiap tahun selalu menerima penghargaan seperti album

terbaik, album terlaris, lagu terbaik, video klip terbaik, pemain instrumen terbaik,

bahkan cover album terbaik pun sempat dinobatkan pada Dewa 19.

Berikut adalah beberapa penghargaan yang pernah diberikan oleh Anugerah

Musik Indonesia (AMI) kepada Dewa 19 seperti: album terbaik umum “Pandawa

Lima” (1997), lagu terbaik umum “Kirana” (1997), cover almbum terbaik

“Pandawa Lima” (1997), penata musik terbaik “Ahmad Dhani” (2001), grup rock

terbaik (2006).15

Untuk melihat lebih lengkap daftar penghargaan yang pernah diperoleh

Dewa 19, dapat dilihat pada daftar lampiran tabel bagian 3.4.

E. Pemimpin Grup Band Dewa 19 (Ahmad Dhani)

Dhani Ahmad Prasetyo atau biasa dipanggil Ahmad Dhani/Dhani Dewa

lahir di Surabaya, Jawa Timur pada 26 Mei 1972.16 Pemilik Republik Cinta

14
Inaho, “ History of Dewa 19.”
15
Kaskus, “6 Band Indonesia dengan Daftar Prestasi Terpanjang,” artikel diakses pada 3
November 2016 dari https://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000016169206/6-band-
indonesia-dengan-daftar-prestasi-terpanjang/
16
Anto Karibo, “Ultah Bersama Dewa 19, Ahmad Dhani tak Bayar Ari Lasso,” artikel
diakses pada 3 November 2016 dari http://www.bintang.com/celeb/read/2517254/ultah-bersama-
dewa-19-ahmad-dhani-tak-bayar-ari-lasso
57

Manajemen ini dikenal sebagai seorang musisi, pencipta lagu, dan produser di pasar

musik Indonesia dan memiliki sejumlah band besar, salah satunya Dewa 19.

Sebagai leader dari grup band Dewa 19, jiwa kepemimpinan Dhani
sudah muncul sejak ia masih kecil. Salah satu ceritanya, ketika “… mobil
yang dikendarai Edy Abdul Manaf, ayahnya, hilang di tikungan dekat
rumah, Dhani langsung memerintah Dini dan Dian, yang kala itu masih
balita untuk masuk rumah. Ritual yang dilakukan adalah ‘menghalau’ kedua
adiknya masuk dan mengunci pintu rumah rapat-rapat dengan hati-hati.
‘Wah, wibawanya aja udah kelihatan saat itu. Kita segan sama dia sejak
kecil. Galak dan tegas,’ kata Dian, si bungsu yang kini aktif di manajemen
Dewa.”17

Jiwa leadership ini juga Dhani terapkan dalam memimpin grup bandnya,

semua persoalan serius yang menimpa Dewa 19 ia hadapi dengan bijak. Dimulai

dengan kasus album “Arjuna Mencari Cinta” yang digugat oleh Yudhistira AM

sebagai kasus penjiplakan, sampai perseteruan pendapat tentang cover album

“Laskar Cinta” yang dilontarkan Habib Rizieq dari Front Pembela Islam (FPI)

sebagai pelecehan simbol agama. Semua sudah Dhani selesaikan dengan

menglarifikasi tudingan-tudingan tersebut.18

Tidak hanya memiliki jiwa leadership, jiwa arsitekturpun juga melekat pada

diri Dhani yang tersalurkan pada rumahnya di daerah Pondok Indah, Jakarta

Selatan. Mulai dari disgn rumah, warna lantai, dan model sendok semua

disesuaikan dengan selera Dhani. Rumah tersebut ia tempati bersama Maia Estianty

bersama ke tiga anaknya: Ahmad Al Ghazali (Al), Ahmad Jalaludin Rumi (El), dan

Abdul Qadir Jaelani (Dul).19

17
Masyamsul Huda, Manunggaling Dewa Ahmad Dhani (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta,
2005), h. 121-122.
18
Wahyudi, Makrifat Cinta Ahmad Dhani, h. 7-10.
19
Huda, Manunggaling Dewa Ahmad Dhani, h. 118-199.
58

Begitu Dominannya Dhani dalam keluarga, sampai-sampai tertular dalam

bandnya. Tidak cukup menjabat sebagai keyboardist, guitarist, vocalist, pencipta

lagu, dan arranger namun juga produser musik dalam album “Laskar Cinta,”

bahkan posisi manajer pun ia hendel.

Musisi multi talenta ini juga sepertinya tidak bisa dipisahkan dari band

legendaris asal Britania Raya Queen. Beberapa lagu Queen yang sempat

dinyanyikan ulang oleh Dhani di antaranya: “I Want to Break Free” oleh Dewa 19,

“Mustapha” oleh The Rock Indonesia, dan “Killer Queen” oleh Muhammad Dhani

and The Swinger. Tidak hanya menyanyikan ulang, gaya aransemen Dhani pun

sedikit banyak terasa seperti musik Queen, misalnya dalam lagu berjudul “Kosong”

album “Cintailah Cinta”, di bagian intro hampir mirip dengan tembang lawas

Queen yang berjudul “Jealousy.”

Dhani dalam majalah Hai Klip bercerita bahwa “… saya udah


terbiasa mendengarkan musik-musik dari band macam Queen, Genesis,
Kayak dan terbiasa dengan harmoni-harmoni bagus ….” Bagi Dhani, “…
musik yang bagus adalah yang seperti itu, yang berharmoni bagus. Nggak
cuma sekedar lirik yang bagus atau tren. Jadi kalo saya mendengar musik
yang harmonisasinya kurang tinggi, menurut saya sejara subyektif, ya itu
adalah musik yang kurang bagus ….”20

Kecintaan Dhani kepada musik Queen sudah dialaminya sejak kecil. Saat

bepergian bersama keluarga, di dalam mobil Dhani selalu menempati posisi tengah

di antara kedua adiknya, alasannya tidak lain karena agar Dhani dapat leluasa

mendengarkan lagu-lagu Queen yang diputar oleh ayahnya. Tidak mau hanya

dirinya yang merasakan indahnya alunan-alunan nada Freddie Mercury, pembantu

20
Iskandar, “Risalah Lima Bintang,” h. 4-6.
59

rumah tangga di rumah Dhani pun terancam “virus” Queen. Memang Dhani sedikit

banyak mewarisi darah ibunya Joyce yang juga sebagai penikmat dan pemain

musik.21

Joyce yang dasarnya memang pemain gitar dalam band Muda Ria tahun

1950, sengaja mengursuskan Dhani dan ke dua adiknya di sekolah musik Melodia

Surabaya. Namun, jangan sangka Dhani memiliki semangat belajar musik seperti

bersemangat dalam mendengarkan lagu-lagu Queen. Justru, Dhani terbilang anak

yang pemalas dan sering mengajak adik-adiknya untuk tidak datang ketempat

kursus.22

Memang kala itu usia Dhani belum sampai 10 tahun dan masih duduk di

bangku sekolah dasar di SDN Dukuh Kupang, Surabaya. Karenanya menjadi

sebuah kewajaran bila anak sekecil itu belum bisa tekun dalam berlatih. Namun,

semenjak duduk di bangku SMP Dhani justru hampir menguasai gitar secara

otodidak. Menyusul, Dhani menguasai keyboard yang dibelikan ayahnya. Dengan

bermodalkan dua instrument tersebut, terciptalah tembang-tembang Dewa yang

masih dapat kita nikmati sampai saat ini.23

21
Huda, Manunggaling Dewa Ahmad Dhani, h. 122-124.
22
Huda, Manunggaling Dewa Ahmad Dhani, h. 119-120.
23
Huda, Manunggaling Dewa Ahmad Dhani, h. 120-121.
BAB IV

ANALISIS DATA

A. Denotasi

1. Lirik

Potongan teks pertama:

Aku ini...adalah dirimu


Cinta ini...adalah cintamu
Aku ini...adalah dirimu
Jiwa ini...adalah jiwamu
Rindu ini adalah rindumu
Darah ini adalah darahmu

Syair di atas tampak mengisahkan tentang seseorang yang selalu

merasa sangat dekat bahkan menyatu dengan orang ke dua tunggal.

Seseorang tersebut direpresentasikan dengan kata “aku, cinta, jiwa,

rindu, darah,” sedangkan orang ke dua tunggal direpresentasikan dengan

kata “mu.”

Potongan teks ke dua:

Tak...ada yang lain...selain dirimu


Yang selalu kupuja...ouo...

60
61

Syair di atas tampak mengisahkan tentang seseorang yang selalu

memuji orang ke dua tunggal dan tidak akan pernah berpaling dari selain

orang ke dua tunggal tersebut. Seseorang yang memuji diwakili dengan

kata “kupuja,” sedangkan orang ke dua tunggal diwakili dengan kata

“dirimu.”

Potongan teks ke tiga:

Ku...sebut namamu
Disetiap hembusan nafasku
Kusebut namamu...kusebut namamu...

Syair di atas tampak mengisahkan tentang seseorang yang

senantiasa menyebut atau mengingat nama orang ke dua tunggal dalam

setiap waktu. Seseorang tersebut diwakili dengan kata “kusebut,”

sementara kata “namamu” didelegasikan sebagai orang ke dua tunggal.

Potongan teks ke empat:

Dengan tanganmu...aku menyentuh


Dengan kakimu...aku berjalan
Dengan matamu...ku memandang
Dengan telingamu...ku mendengar
Dengan lidahmu...aku bicara
Dengan hatimu...aku merasa

Syair di atas tampak menjelaskan bahwa setiap perbuatan yang ia

lakukan adalah karena peran orang ke dua tunggal atau menyifatkan

orang kedua tunggal. Setiap perbuatan tersebut diartikan dalam kata

“meyentuh, berjalan, memandang, mendengar, bicara, merasa,”

sedangkan peran orang ke dua tunggal dikutip dengan kata “tanganmu,

kakimu, matamu, telingamu, lidahmu, dan hatimu.”


62

2. Gambar

Potongan gambar pertama:

pada potongan gambar menit 02.02 di atas tampak seseorang

berkulit putih sedang mengangkat tangannya ke atas. Di atas tangan

orang tersebut, terlihat bentuk segitiga dengan penuh cahaya di

sekelilingnya, terdapat pula salah satu organ tubuh di dalam bangunan

segitiga tersebut, yaitu mata.

Potongan gambar kedua:

Kepingan gambar di atas menampakkan bangunan berbentuk

segitiga. Pada bentuknya berwujud kurang sempurna karena terdapat

lubang di tengah bangunan, tepi garis yang tidak rata, dan ujung pangkal
63

bangunannya yang dipangkas membuat bentuknya menjadi tidak

sempurna.

Bangunan segitiga pada menit 00.38 ini diletakkan di atas lahan luas,

dengan suasana awan gelap, dan diiringi dengan sejumlah orang yang

tampak menari di bawah maupun di atas bangunan tersebut.

Potongan gambar ke tiga:

Dalam adegan gambar di atas tampak wajah penyanyi yaitu Once

Mekel pada menit 02.52. Dengan ekspresi menutup mata sambil

membuka mulut cukup lebar, tampak beberapa burung bermata besar

dan bersayap lebar keluar dari mulut sang vocalist tersebut.

Potongan gambar ke empat:


64

Segmen gambar di menit 00.32 ini tertera pula wajah Once pelantun

lagu “Satu” Dewa 19. Dalam mimik wajah dengan ekspresi mata sedikit

melotot dan mulut terbuka, terdapat pula mata lain yang muncul di

bagian kening menyatu dengan frame yang menyelimuti seluruh wajah

Once.

Potongan gambar ke lima:

Pada potongan rupa kelima ini tampak kembali figure sang vocalist

dibalut rambut panjang hitam dengan background gambar berwarna

putih dan redup. Pada gambarnya, ditonjolkan pula mata kanan

sekaligus mata kiri yang ditukar posisi dengan mulut pada menit 00.54.

Potongan gambar ke enam:


65

Dalam bagian ke enam terlihat seraut wajah seseorang dengan mata,

hidung, dan mulut. Namun, pada bagian mata kiri terhalang oleh cairan.

Cairan tersebut menumpahkan wujud manusia kecil berwarna gelap ke

dalam mulut besar pada wajah di gambar menit ke 00.24 di atas.

Potongan gambar ke tujuh:

Sementara pada bingkai gambar menit 04.48 di atas muncul siluet

wajah berwarna hitam dengan background kuning menghadap ke kiri

dan siluet wajah berwarna putih dengan backrgound warna merah

menghadap ke kanan. Sementara, di tengah-tengah gambar tampak

kembali bagian organ tubuh, yaitu mata.

Potongan gambar ke delapan:


66

Penggalan ilustrasi di atas kembali menonjolkan paras pelantun lagu

“Satu” Dewa 19 pada menit 04.20. Gambar tersebut mengambil

background warna merah redup diiringi dengan sosok siluet kecil

berwarna gelap di sekeliling wajah serta dalam bagian mata kiri tampak

di blur.

Potongan gambar ke sembilan:

Dalam sketsa di menit 02.25 ini, muncul kembali gambar serupa

yang tertera pada potongan gambar ke tujuh, di mana terdapat siluet

wajah berwarna hitam dan putih menghadap ke kiri dan ke kanan. Serta,

muncul kembali “mata” di bagian tengah gambar. Namun yang

membedakan, di depan “mata,” terdapat organ tubuh lain yang menindi

“mata” tersebut, yaitu kuping.

Meski penampakan mata pada potongan gambar ke sembilan ini

tampak samar, pembaca dapat memperjelas gambarnya dengan

membandingkan pada potongan gambar ke tujuh, karena kedua

potongan gambar ini memiliki kesamaan pada letak mata.


67

Potongan gambar ke sepuluh:

Sama halnya dengan potongan ke tujuh dan Sembilan, di menit

02.23 ini juga timbul goresan serupa yaitu siluet wajah di bagian kiri

dan kanan. Namun, kali ini terdapat embel-embel penampakkan bayi di

sertai dengan “satu mata” yang sedikit terhalang oleh gambar bayi

tersebut.

Porongan gambar ke sebelas:


68

Segmen gambar menit 01.33 tertera kembali wajah Once yang

memiliki hidung mancung dengan gaya rambut berwarna merah marun.

Dalam gabarnya, mata kiri penyanyi ini tampak di-blur atau disarukan.

Potongan gambar ke duabelas:

Gambar di atas mengambil latar cahaya terang di sekitaran wajah

dengan background dasar berwarna hitam. Kembali tampak di-blur

bagian mata kiri wajah pada gambar menit ke 01.16.

Potongan gambar ke tigabelas:


69

Menit 02.22 menjadi potongan gambar yang terakhir dalam bagian

ini. Dengan warna dasar hitam dan biru muda di bagian kulit wajah,

menonjol jelas sebuah panca indra manusia sebagai alat pengelihatan,

yaitu mata.

3. Hasil Temuan

Berdasarkan pemaknaan pada tingkat denotasi video klip “Satu” Dewa

19, dapat dipahami bahwa: Pertama, dalam empat potongan teks (lirik)

lagu, penulis membentuk kata-kata yang mewakili setiap potongan kalimat,

yaitu: penyatuan, pujaan, menyebut/ mengingat, dan menyifatkan. kedua,

dalam bagian visual (gambar), penulis menemukan tampilan berbentuk

segitiga, mata, burung, dan cahaya yang tersebar pada 13 potongan adegan.

B. Konotasi

1. Lirik

Potongan teks pertama:

Aku ini...adalah dirimu


Cinta ini...adalah cintamu
Aku ini...adalah dirimu
Jiwa ini...adalah jiwamu
Rindu ini adalah rindumu
Darah ini adalah darahmu

Teks ini menyiratkan makna manunggaling kawula gusti. Menurut

paham Syekh Siti Jenar, Tuhan berfungsi sebagai kaca bagi manusia dan

manusia juga menjadi kaca tempat Tuhan melihat diri-Nya. Maka ini

disebut sebagai konsep bersatunya hamba dengan Tuhan atau dalam

istilah Syekh Siti Jenar ialah manunggaling kawula gusti.1

1
Sholikhin, Ajaran Ma’rifat Syekh Siti Jenar, h. 61-62.
70

Dalam pengonotasiannya, manusia direpresentasikan dengan kata

“aku, cinta, jiwa, rindu, darah,” sedangkan makna bersatu dengan Tuhan

direpresentasikan dengan kata “dirimu, cintamu, jiwamu, rindumu,

darahmu.”

Potongan teks ke dua:

Tak...ada yang lain...selain dirimu


Yang selalu kupuja...ouo...

Konteks kupuja (memuja) di atas dalam tasawuf dikenal dengan

istilah syariat. Amal ibadah dalam syariat dilakukan dengan

mengerjakan ibadah yang sifatnya lahiriyah seperti shalat, puasa, haji,

zakat, menuntut ilmu pengetahuan, jihad di jalan Allah, dan

sebagainya.2

Merujuk pada pemahaman konsep “hidup dan mati” Syekh Siti

Jenar, bahwa ia menanggap kehidupan di dunia ini sebagai zona

kematian dan akhirat justru sebagai zona kehidupan karena bersifat

abadi. Oleh karenanya, ia baru akan mengerjakan ibadah lahiriyahnya

tersebut di kehidupan abadinya nanti.3

Potongan teks ke tiga:

Ku...sebut namamu
Disetiap hembusan nafasku
Kusebut namamu...kusebut namamu...

Dalam hubungannya dengan empat tingkatan iman dan takwa

kepada Allah (syariat, tarekat, hakekat, dan makrifat), menyebut nama

2
Toriqqudin, Sekularitas Tasawuf, h. 109-111.
3
Mulkhan, Misteri Kematian Syekh Siti Jenar, h. 16.
71

Allah secara berulang-ulang seperti yang tertera dalam penggalan teks

di atas dapat dikonotasikan sebagai pelaksanaan zikir dalam tarekat.

Dalam pelaksanaan tarekat ini, seseorang secara berkala mengatur

keluar masuknya nafas pada waktu melaksanakan zikir-zikir tertentu.4

Merujuk kembali pada penggalan teks kedua tentang konsep hidup

dan mati, pada tingkat tarekat dalam penggalan teks ini juga bagi

penganut ajaran Syekh Siti Jenar baru akan ia lakukan dikehidupan

abadinya nanti. Kehidupan abadi yang di maksud merupakan alam

akhirat, di mana dalam alam ini manusia baru benar-benar masuk dalam

kehidupannya yang hakiki. Sedangkan alam dunia, bagi Syekh Siti Jenar

sebagai zona kematian.5

Potongan teks ke empat:

Dengan tanganmu...aku menyentuh


Dengan kakimu...aku berjalan
Dengan matamu...ku memandang
Dengan telingamu...ku mendengar
Dengan lidahmu...aku bicara
Dengan hatimu...aku merasa

Dalam penggalan teks terakhir ini dapat merujuk pada paham Syekh

Siti Jenar tentang konsep manusia sempurna atau dalam istilah Islam

adalah insal kamil. Dengan adanya hak fundamental, sifat-sifat yang

tampak dari Allah seperti maha mendengar, maha melihat, dan

sebagainya pada dasarnya menjadi milik manusia sempurna atau insan

kamil.6

4
Tim Dosen IAIN Medan, Pengantar Ilmu Tasawuf, h. 260.
5
Mulkhan, Misteri Kematian Syekh Siti Jenar, h. 16.
6
Sholikhin, Ajaran Ma’rifat Syekh Siti Jenar, h. 61-62.
72

Bagi Syekh Siti Jenar, manusia sempurna atau insan kamil tersebut

ialah mereka yang jasadnya berada di alam kematian, sedangkan

sukmanya mengarah pada kehidupan yang sejati.7

2. Gambar

Potongan gambar pertama:

Pada penggalan gambar menit 02.02 di atas tersirat simbol bernama

all-seeing-eye milik ordo Illuminati. Simbol ini berbentuk bangunan

piramida dan terdapat mata satu di dalam bangunannya.

Dalam Illuminati, mata satu diartikan sebagai mata yang mengawasi

segala hal, termasuk para pelayan-Nya yaitu keluarga besar Illuminati.

Pelayan tersebut disimbolkan dengan tumpukan bahan bangunan (batu

bata) yang tersusun membentuk piramida tersebut.8

7
Sholikhin, Ajaran Ma’rifat Syekh Siti Jenar, h. 60-61.
8
Ezza, Simbol-Simbol Illiminati di Arab Saudi, h. 109-110.
73

Potongan gambar kedua:

Kepingan gambar pada menit 00.38 di atas menyiratkan simbol

piramida Illuminati di mana dalam bentuknya terlihat seperti bangunan

yang belum selesai atau bangunan yang tidak sempurna. Hal tersebut

menjelaskan bahwa perjuangan Illuminati itu sendiri masih belum

benar-benar tuntas.9

Potongan gambar ke tiga:

9
Ezza, Simbol-Simbol Illiminati di Arab Saudi, h. 112-113.
74

Dari banyaknya spesies binatang di dunia ini, Illuminati mengadopsi

burung hantu sebagai lambang dari praktik ilmu hitam. Praktik tersebut

biasa mereka lakukan di perkemahan hutan Redwood, California.10

Makna tersebut pula yang tersirat dalam gambar burung hantu pada

penggalan adegan di menit 02.25 di atas.

Potongan gambar ke empat:

Satu mata yang tertera di bagian kening wajah pada potongan

gambar menit 00.32, dalam Illuminati dikenal dengan istilah “mata

satu,” yaitu mata yang dapat melihat dan mengontrol segala hal di dunia.

Dengan adanya simbol mata satu, berarti Illuminati mencoba

mengendalikan manusia untuk masuk ke dalam tatanan dunia baru, yaitu

hidup dengan pola pikir yang bebas.11

10
Ezza, Simbol-Simbol Illiminati di Arab Saudi, h. 115-116.
11
Samantho, ISIS dan Illuminati, h. 275-276.
75

Potongan gambar ke lima:

Penonjolan mata kanan pada menit 00.53 di atas dalam Illuminati

dikenal dengan istilah mata kanan Horus/ Matahari (Ra) dan dipercaya

sebagai simbol kemaha melihatan. Dianggap demikian, karena pada

zaman Mesir Kuno diceritakan ketika Horus bertarung melawan Seth

(dewa badai dan kekacauan) ia mengalami luka parah di bagian mata

kirinya.12

Potongan gambar ke enam:

12
Samantho, ISIS dan Illuminati, h. 275-276.
76

Sama halnya dengan potongan gambar kelima, potongan gambar

pada menit 00.24 ini juga menonjolkan mata satu atau mata kanan

Horus/ Matahari (Ra) sebagai simbol dalam Illuminati. Semenjak mata

kiri Horus redup karena mengalami luka parah ketika bertarung

melawan Seith, mata kirinya tersebut dianggap mewakili bulan.

Sedangkan mata kanannya di anggap mewakili matahari sebagai

lambang kemaha melihatan karena matahari lebih terang dibanding

dengan bulan.13

Potongan gambar ke tujuh:

Satu mata yang menyiratkan mata satu atau mata Horus pada

potongan gambar menit ke 04.48 di atas, dalam Illuminati dianggap

sebagai mata yang mengontrol dunia. Dalam sejarah Mesir Kuno, Horus

merupakan anak yang dilahirkan oleh seorang Dewi bernama Isis yang

menikah dengan Dewa senior bernama Osiris.14

13
Samantho, ISIS dan Illuminati, h. 275-276.
14
Junus, Membongkar Illuminati, h. 61-62.
77

Potongan gambar ke delapan:

Dengan di-blur-nya mata kiri pada menit 04.20 di atas, menyiratkan

paham Illuminati bahwa mata kiri Horus/ bulan mengalami kerusakan

ketika bertarung melawan Seith yang menyebabkan matanya luka parah

atau rusak.15

Potongan gambar ke sembilan:

15
Samantho, ISIS dan Illuminati, h. 275-276.
78

Meskipun gambar pada menit 02.25 ini tampak samar, bila

difokuskan pada tengah-tengah gambar, maka akan terlihat penampakan

satu mata yang juga sebagai simbol Illuminati, yaitu mata satu. Dalam

sejarah terbentuknya, Illuminati dibangun oleh tokoh yang namanya

cukup viral di Amerika karena tulisannya yang berjudul Novus Ordo

Seclorum dicantumkan di dalam lembar mata uang satu dolar, yaitu

Adam Weishupt.16

Potongan gambar ke sepuluh:

Tampak serupa dengan potongan gambar ketujuh dan kesembilan,

kali ini dalam potongan gambar kesepuluh menit 02.23 dibanding

dengan potongan gambar sebelumnya tampak jauh lebih jelas

terpampang sebuah mata. Mata itu pula yang menyiratkan makna

kemaha melihatan versi Illuminati yang dipelopori oleh seorang tokoh

perbankan Eropa yang memiliki ambisi-ambisi menguasai

perekonomian dunia untuk memuluskan cita-cita Illuminati agar

terbentuk tatanan dunia baru, yaitu Mayer Amschel Rothchild (1743-

1812).17

16
Tasmara, Dajal & Simbol Setan, h. 20-22.
17
Tasmara, Dajal & Simbol Setan, h. 20-21.
79

Potongan gambar ke sebelas:

Dalam Illuminati, mata yang redup diartikan sebagai bulan, dan

ditempatkan pada mata bagian kiri. Sedangkan mata kanan, dianggap

sebagai matahari karena lebih terang dari segi pencahayaan dibanding

dengan bulan.18 Mata kanan inilah yang ditonjolkan dalam adegan

gambar menit ke 01.33 sebagai simbol kemaha melihatan (mata kanan)

dalam Illuminati.

Potongan gambar ke duabelas:

18
Samantho, ISIS dan Illuminati, h. 275-276.
80

Api abadi dan mata Horus sebagai simbol Illuminati menjadi makna

yang tersirat dalam gambar menit 01.16 di atas. Api abadi dengan ciri

khasnya yang terang dan mencolok digunakan oleh Adam Weishupt

sebagai lambang derajat tertinggi dalam Illuminati.19 Serta mata kanan

Horus yang di anggap sebagai matahari dengan ciri khasnya yang dapat

menyinari bumi sehingga menjadi cerah, dapat dikaitkan dengan arti

Illuminati itu sendiri, yaitu “pencerahan.”20

Potongan gambar ke tigabelas:

Potongan gambar menit ke 02.20 menjadi bagian terakhir yang

disoroti oleh penulis. Sama halnya pada mata yang tertera pada simbol

all-seeing-eye ataupun mata Horus, mata satu ini diartikan sebagai mata

yang mengawasi segala hal dan juga menjadi mata Dewa bagi

Illuminati.21

19
Ezza, Simbol-Simbol Illiminati di Arab Saudi, h. 121-123.
20
Junus, Membongkar Illuminati, h. 35.
21
Samantho, ISIS dan Illuminati, h. 275-276.
81

3. Hasil Temuan

Berdasarkan pemaknaan pada tingkat konotasi video klip “Satu” Dewa

19, dapat dipahami bahwa: Pertama, lirik-lirik yang ada pada potongan teks

ke satu sampai dengan ke empat mengisahkan dialog antara hamba dan

pencipta-Nya, akarnya merujuk pada makna tasawuf Syekh Siti Jenar yaitu

manunggaling kawula gusti.

Dalam konteks dakwah, hasil temuan ini dapat dikaitkan pada dakwah

dzatiyah. Dakwah model dzatiyah ini merupakan dakwah yang mengajak

diri sendiri untuk mengenal dirinya sendiri sebagai hamba Allah. Armawati

Arbi menulis, kenalilah dirimu sebelum mengenali Tuhanmu (Allah).

Karena nantinya, dakwah dzatiyah akan mengantarkan individu (diri

sendiri) pada hubungan komunikasi yang interaktif antara Tuhan dan

hambanya atau dalam hal ini komunikasi spiritual.22

Dalam hal tersebut, dakwah dzatiyah sangat erat hubungannya dengan

komunikasi intrapribadi. Pada komunikasi intrapribadi/ intrapersonal,

seseorang melakukan proses komunikasi secara internal, memberi sekaligus

menerima pesan, dan memberikan umpan balik pada diri sendiri. Berharap,

bersyukur, mawas diri, berkhayal menjadi sebuah aktivitas yang umum

terjadi pada komunikasi intrapribadi.23

Kedua, dari 13 potongan gambar yang ada, akarnya merujuk pada

persimbolan Illuminati. Mereka (Illuminati) meyakini kekuatan

22
Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh (Jakarta: Amzah, 2012), h. 17-24.
23
Andreas Soeroso, Sosiologi 1 (T.tp.; Penerbit Yudhistira, 2008), h. 69-70.
82

supranatural okultisme (kekuatan gaib) yang pro-setan. Baginya (Illuminati)

setan berarti menyifatkan kejujuran, keberanian, dan kebebasan. 24 Dalam

konteks psikologi komunikasi dan tabligh, temuan tersebut menyifatkan

kaum psikoanalisis. Dalam psikoanalisis, terdapat beberapa kategori

kepribadian manusia yang di antaranya ialah memiliki nafsu syaithaniyah.

Dalam hal tersebut, manusia menggunakan nafsu syaithaniyah-nya dalam

memperoleh kenikmatan dan mengatasi ketegangannya.25

Manusia yang menganggap setan sebagai bentuk dari lambang

kejujuran, keberanian, dan kebebasan (pro-setan) cenderung menggunakan

nafsu syaithaniyah pada dirinya. Syahwat tersebut dapat permanen pada

kepribadian, sehingga menjadikan nafsu syaithaniyah-nya sebagai Tuhan.

C. Refleksi

Dengan melihat video klip “Satu” Dewa 19 dalam bentuk audio dan visual

melalui pemaknaan model Branston dan Stafford dalam hal ini teori denotasi

konotasi dan juga melalui proses wawancara, maka dapat dilihat kecendurungan

pada dua makna yang berbeda sebagai berikut:

1. Dalam CD album Laskar Cinta yang dirilis tahun 2004, di bawah syair lagu

“Satu” tersurat kalimat “THANKS TO : SYEKH LEMAH ABANG”

sebagai tokoh tasawuf pada zaman para wali yang diucapkan ‘terimakasih’

oleh Ahmad Dhani. Berdasarkan pemaknaan pada tingkat konotasi, penulis

menemukan adanya refleksi dari konsep syariat, tarekat, insal kamil, dan

manunggaling kawula gusti sebagai paham tasawuf Syekh Siti Jenar dalam

24
Junus, Membongkar Illuminati, h. 37-44.
25
Arbi, Psikologi Komunikasi dan Tabligh, h. 18-20.
83

lirik lagu “Satu” Dewa 19. Makna ini pula yang berkaitan dengan

komunikasi intrapribadi dan komunikasi spiritual dalam konteks dakwah

dzatiyah.

2. Pada tingkat visual yaitu gambar dalam video klip, berdasarkan nilai-nilai

budaya dalam Yahudi khususnya pada simbol-simbol Illuminati, terlukis

beberapa gambar dalam video klip yang erat kaitannya dengan jenis simbol

Illuminati seperti: all-seeing-eye, piramida, burung hantu, dan mata satu.

Illuminati pula berkaitan dengan kaum psikoanalisis yang memiliki nafsu

syaithaniyah dalam konteks psikologi komunikasi dan tabligh. Meskipun

pada tingkat konotasi dalam analisis penulis menyatakan bahwa gambar

dalam video klip ini memiliki kesamaan makna pada simbol Illuminati,

analisisnya tidak semata-mata dibenarkan oleh Tepan Kobain, “jadi

mengalir aja ga ada tema2 khusus” ujar director video klip “Satu” Dewa

19 tersebut lewat WhatsApp.26 Sehingga, menimbulkan refleksi bahwa

video klip ini bersifat “absurd” karena tidak memiliki tema khusus. Meski

demikian, pada tingkat konotasi model Branston dan Stafford tetap

menyatakan bahwa maknanya dikaitkan dengan nilai-nilai budaya. Ketika

lebih tegas ditanya tentang kemiripan makna antara karyanya (video klip

“Satu Dewa 19) dengan yang bukan karyanya (simbol Illuminati), pria yang

mengaku sedang dalam proses penggarapan film ini juga menyatakan “kalo

soal makna bisa lain2 yang mengartikan..” dengan kata lain, siapapun

komunikannya bisa berbeda-beda dalam mengartikan makna gambarnya.27

26
Wawancara Pribadi dengan Tepan Kobain, Jakarta, 8 Februari 2017.
27
Wawancara Pribadi dengan Tepan Kobain.
84

3. Grup band Dewa 19 selain juga Islam, mencoba mengapresiasi agama-

agama Abrahamik/ Samawi (Yahudi, Kristem, dan Islam). Namun, dalam

konteks ini hanya baru ada dua aspek agama yang diapresiasi yaitu Islam

dan Yahudi, sedangkan Kristen tidak.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil data yang ditemukan, melalui bagian kesimpulan ini

penulis mendata setidaknya ada tiga titik penting untuk memahami alur penelitian

dan menjawab atas pertanyaan turunan penelitian, yaitu:

1. Dalam pemaknaannya, lirik lagu dan gambar dalam video klip “Satu” oleh

Dewa 19 mencoba mengombinasikan antara unsur Yahudi dan Islam.

Unsur-unsur Islam dalam hal ini adalah tasawuf Syekh Siti Jenar melalui

kalimat pada lirik lagu. Dan, unsur-unsur Yahudi dalam hal ini adalah

simbol-simbol Illuminati melalui gambar pada video klip. Video klip ini

masuk ke dalam ranah video klip berbahasa simbol, di mana dalam temanya

bersifat absurd karena tidak ada kaitan antara makna lirik dan makna

gambar.

2. Dalam lembaran lirik lagu “Satu” Dewa 19 secara jelas mendenotasikan

ucapan terimakasih kepada Syekh Lemah Abang yang mengantarkan

penulis pada step pengonotasiannya menajadi mengarah pada beberapa

unsur-unsur tasawuf model Syekh Siti Jenar yaitu syariat, tarekat, insan

kamil, dan manunggaling kawula gusti.

3. Berdasarkan pengonotasian pada nilai-nilai budaya tertentu, potongan

gambar dalam video klipnya mengacu pada beberapa jenis simbol Illuminati

yaitu all-seeing-eye, piramida, burung hantu, dan mata satu. Meskipun

demikian, hasil temuan tersebut bagi Tepan Kobain tidak semata-mata

menjadi benar ataupun menjadi salah, karena bagi director video klip “Satu”

85
86

Dewa 19 ini dalam proses penggambaran video klipnya tidak ada tema-tema

khusus dan menurutnya setiap orang bisa berbeda-beda mengartikan makna

pada gambar tersebut.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang dilakukan penulis pada video klip “Satu” Dewa

19, maka ada beberapa saran yang hendak penulis sampaikan pada pihak-pihak

tertentu, yaitu:

1. Pendengar Musik

Lagu tidak hanya untuk didengar melainkan juga untuk ditonton, hal

ini lah yang akhirnya menjadi sebuah nasihat atau saran bagi pendengar

musik agar dapat terhindar dari kesalah pahaman makna dalam sebuah lagu.

Penulis menekankan kepada setiap komunikan dalam menerima

komunikasi lewat lagu khususnya lagu religi agar jua melihat singkronisasi

makna dalam format audio dan visual terlebih dahulu agar “lagi-lagi” tidak

terjadi salah persepsi dalam memahami dan menyikapinya.

2. Pendakwah

Marilah sama-sama kita menerima realitas bahwa “tidak hanya

podium maupun mimbar, musikpun belakangan menjadi sebuah media yang

trend dalam berdakwah, utamanya dakwah Islam.” Oleh sebab itu, penulis

menyarankan kepada para pendakwah agar dapat mulai mengkaji celah-

celah yang dapat dipetik dari arena hangat (musik) ini, demi

mengembangkan atau menciptakan keberagaman model berdakwah baik itu

melalui audio, visual ataupun audio-visual dalam musik.


DAFTAR PUSTAKA

Arbi, Armawati. Psikologi Komunikasi dan Tabligh. Jakarta: Amzah, 2012.

Bakti, Andi Faisal. ed. Mu’tabara Tariqas (Notable Sufi Orders) in

Indonesian Islam. T,tp,; Kementerian Agama RI Badan Litbang dan

Diklat Puslitbang Lektur dan Khazanah Keagamaan, 2011.

Bakti, Andi Faisal, “Good Goverence dalam Islam: Gagasan dan

Pengalaman.” Dalam Komarudin Hidayat dan Ahmad Gaus AF, ed.

Islam Negara dan Civil Society. Jakarta: Paramadina, 2005: h. 335-

338.

Branston, Gill dan Stafford, Roy. The Media Student’s Book. Wolverhampton:

St Edmundsbury Press, 2003.

Chodjim, Achmad. Mistik dan Makrifat Sunan Kali Jaga. Jakarta: Serambi

Ilmu Semesta, 2003.

Chodjim, Achmad. Syekh Siti Jenar: Makrifat Kesunyian 1. Jakarta: Serambi

Ilmu Semesta, 2014.

Dani, Indria R. dan Guli, Indri. Kekuatan Musik Religi Mengurai Cinta

Merefleksi Iman Menuju Kebaikan Universal. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo, 2010.

Denis, Fitriyan G. Bekerja Sebagai Sutradara. T.tp.; Penerbit Erlangga, 2008.

Ezza, Muhammad Abu. Simbol-Simbol Illuminatidi Arab Saudi. T.tp.; T.pn.,

2014.

Fachrudin, Andi. Cara Kreatif Memproduksi Program Televisi. Yogyakarta:

Penerbit CV Andi Offset, 2015.

87
88

Huda, Masyamsul. Manunggaling Dewa Ahmad Dhani. Jakarta: Serambi Ilmu

Semesta, 2005.

Tim Sunrise Pictures. Ensiklopedia Binatang Pemecah Rekor. Jakarta: Cikal

Aksara, 2011.

Tinarbuko, Sumbo. Semiotika Komunikasi Visual, cet 3. Yogyakarta:

Jalasutra, 2009.

Junus, Rifky. Membongkar Illuminati. Yogyakarta: Seven Books, 2013.

Mahendra, Hinawan Irawan. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian

Pustaka, 2008.

Mulkhan, Abdul Munir. Misteri Kematian Syekh Siti Jenar. Bandung: Penerbit

Mizan, 2009.

Nasuhi, Hamid. dkk. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: CeQDA

UIN, 2007.

Roudhonah. Ilmu Komunikasi. T.tp.; Atma Kencana, 2013.

Samantho, Ahmad Yanuana. ISIS dan Illuminati. Jakarta: Ufuk Publishing

House, 2014.

Semi, Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya, 2001.

Sholikhin, Muhammad. Ajaran Ma’rifat Syekh Siti Jenar. Yogyakarta:

Penerbit Narasi, 2007.

Simon, Hasanu. Misteri Syekh Siti Jenar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.

Sobur, Alex. Aalisis Teks Media, cet 6. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012.

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi, cet 2. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2004.
89

Sobur, Alex. Semiotika Komunikasi, cet 5. Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2013.

Soeroso, Andreas. Sosiologi 1. T.tp.; Penerbit Yudhistira, 2008.

Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:

Penerbit Alfabeta, 2013.

Suprapto, Tommy. Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi.

Yogyakarta: Media Pressindo, 2009.

Tasmara, Toto. Dajal & Simbol Setan. Jakarta: Gema Insani Press, 1999.

Team Dosen IAIN Medan. Pengantar Ilmu Tasawuf. Medan: Team Dosen

IAIN, 1983.

Toriqqudin. Sekularitas Tasawuf. Malang: UIN-Malang Press, 2008.

Wahyudi, Agus. Makrifat Cinta Ahmad Dhani. Yogyakarta: Penerbit Narasi,

2010.

West, Richard dan Turner, Lynn H. Introducing Communication Theory:

Analysis and application. Jakarta: Penerbit Salemba Humanika, 2008.

Yasyin, Sulchan. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Penerbit

Amanah, t.t.

Referensi Tambahan

Atmojo, Muhammad Bagas Tri. “Simbol-Simbol Illuminati Part 2.” Arikel

diakses pada 9 Januari 17 dari http://blog-

faktaopini.blogspot.com/2014/08/simbol-simbol-illuminati-part-

2.html
90

Bayu. “Pesan Rahasia Dibalik Video Klip Muse.” Artikel diakses pada 9

Januari 2017 dari http://bayumas3.blogspot.co.id/2010/07/pesan-

rahasia-dibalik-vidoe-klip-muse.html

Enigma. “Skull and Bones - Perkumpulan Rahasia Universitas Yele.” Artikel

diakses pada 10 Januari 2017 dari

http://www.enigmablogger.com/2010/08/skull-and-bones-

perkumpulan-rahasia.html

Hambali, Rahmat. “Simbol atau Logo Seiytan.” Artikel diakses pada 9 Januari

2017 dari http://illuminatipedia.blogspot.co.id/2014/12/simbol-atau-

logo-seytan.html

Inaho, Smeji. “ History of Dewa 19.” Artikel diakses pada 10 Januari 2017

dari http://smejiinaho.blogspot.co.id/2011/01/history-of-

dewa.html?m=1

Iskandar, Iwan. “Risalah Lima Bintang.” Hai Klip, Februari 2001: h. 4-6.

Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia. “Religi.” Artikel diakses pada 24 Maret

2016 dari http://kbbi.web.id/religi

Karibo, Anto. “Ultah Bersama Dewa 19, Ahmad Dhani tak Bayar Ari Lasso.”

Artikel diakses pada 3 November 2016 dari

http://www.bintang.com/celeb/read/2517254/ultah-bersama-dewa-19-

ahmad-dhani-tak-bayar-ari-lasso

Kaskus. “6 Band Indonesia dengan Daftar Prestasi Terpanjang.” Artikel

diakses pada 3 November dari

https://www.kaskus.co.id/thread/000000000000000016169206/6-

band-indonesia-dengan-daftar-prestasi-terpanjang/
91

Kurniawan, Fakhmi. “10 Video Klip Terpopuler di Indonesia Versi

YouTube.” Artikel diakses pada 24 Maret 2016 dari

http://hot.detik.com/music/3092633/10-video-klip-terpopuler-di-

indonesia-versi-youtube

Mardinata, Sulung Lahitani. “7 Simbol Illuminati dan Maknanya.” Artikel

diakses pada 9 Januari 2017 dari

http://m.liputan6.com/citizen6/read/2155068/07-simbol-illuminati-

dan-maknanya

Micku, Idrus. “Simbol Sihir Sigil Dalam Illuminati.” Artikel diakses pada 9

Januari 2017 dari http://idrusace.blogspot.co.id/2013/05/simbol-sihir-

sigil-dalam-illuminati.html

Pramono, Richo. dkk. “4 Perbedaan Aksi Damai 2 Desember dan 4 November.”

Artikel diakses pada 22 Maret 2017 dari

http://m.liputan6.com/news/read/2668420/4-perbedaan-aksi-damai-2-

desember-dan-4-november

Putri, Bela. “Duduk di Bulan Sabit.” Artikel diakses pada 10 Januari 2017 dari

http://notrespondiing.blogspot.co.id/2013/05/duduk-di-bulan-

sabit.html

Republik Cinta Management. “Dewa 19.” Artikel diakses pada 3 November

2016 dari republikcintamanagement.com/dewa-19/

Santoso, Agung Budi. ed. “Curhat Lagi, SBY Merasa Dituduh Gerakkan Aksi
Damai 411 Sampai Rencana Ngebom Istana Merdeka.” Artikel
diakses pada 22 Maret 2017 dari
https://www.google.co.id/amp/style.tribunnews.com/amp/2017/02/08/
curhat-lagi-sby-merasa-dituduh-gerakkan-aksi-damai-411-sampai-
rencana-ngebom-istana-merdeka
92

Setiawati, Wiwik. “Tujuh Misteri Simbol di Dunia yang Belum Terpecahkan.”

Artikel diakses pada 9 Januari 17 dari

http://www.infoyunik.com/2015/04/tujuh-misteri-simbol-di-dunia-

yang.html

Suara Netizen. ”Simbol Dajjal Mata Satu Bergentayangan di Arab Saudi.”

Artikel diakses pada 9 Januari 2017 dari

http://www.suaranetizen.com/2015/09/simbol-dajjal-mata-satu-

bergentayangan.html?m=1

Ucu, Karta Raharja. “Menelisik Penyebab Bubarnya Dewa 19.” Artikel diakses

pada 3 November 2016 dari

http://jaringnews.com/seleb/music/3144/menelisik-penyebab-

bubarnya-dewa-

Skripsi

Anggriana, Gina. “Representasi Perempuan dalam Lirik Lagu Dangdut

Kontemporer.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Diponegoro, 2012.

Burhanuddin, Cecep. “Seni Musik dalam Tasawuf Studi Kasus Terhadap

Lagu-Lagu Dewa 19 pada Album Laskar Cinta.” Skripsi S1 Fakultas

Ushuluddin, Universitas Islam Negri Jakarta, 2009.

Linawati. “Analisis Isi Pesan-Pesan Dakwah dalam Album Laskar Cinta Grup

Band Dewa.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,

2012.
93

Nurrohmah, Arina. “Representasi Simbol Zionisme Yahudi (Analisis

Semiotika Komunikasi tentang Representasi Simbol Zionisme Yahudi

di Video Klip Artis-Artis Republik Cinta Management Tahun 2004-

2011).” Skripsi S1 Fakultas Komunikasi dan Informatika, Universitas

Muhammadiyah Surakarta, 2012.

Nz, Nazly Fachrudi. “Ideologi Freemansonry dalam Cover Album Dewa 19

Analisis Semiotik pada Cover Album Kaset Dewa 19.” Skripsi S1

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah

Malang, 2012.

Pratama, Egi. “Analisis Gaya Bahasa dalam Lirik Lagu Dewa 19.” Skripsi S1

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Maritim Raja

Ali Haji Tanjung Pinang, 2014.

Wawancara

Wawancara Pribadi dengan Tepan Kobain. Jakarta 8 Februari 2017.


Transkip Wawancara Penelitian

Narasumber : Tepan Kobain (director video klip “Satu” Dewa 19)


Tanggal Wawancara : 8 Februari 2017

Anda mungkin juga menyukai