Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

KONSEP DASAR MEDIK

SELULITIS ORBITA

A. Pengertian

Selulitis orbita adalah infeksi akut pada jaringan lunak orbita di

belakang septum orbita. Selulitis orbita dapat berkembang menjadi abses

subperiosteal atau abses orbital (Tamsuri, 2011).

Selulitis orbita adalah peradangan supuratif jaringan ikat jarang

intra orbita dibelakang septum orbita. Selulitis orbita jarang merupakan

penyakit primer rongga orbita. Biasanya disebabkan oleh kelainan pada

sinus paranasal dan yang terutama adalah sinus etmoid. Selulitis

orbita dapat mengakibatkan kebutaan, sehingga diperlukan pengobatan

segera (Vaughan & Asbury, 2010)

B. Anatomi dan Fisiologi Mata

1. Anatomi Palpebra

Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata,

sertamengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata

di depan kornea.Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna

untuk melindungi bola mataterhadap trauma, paparan sinar, dan

pengeringan bola mata.

1
2

Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan

sedangkan pada bagian belakang ditutupi oleh selaput lendir tarsus yang

disebut konjungtivatarsa

Gambar 1.1 Anatomi fisiologi palpebra


(Pearce, 2006)
2. Orbita

Orbita adalah sebuah rongga berbentuk segi empat seperti buah pir

yang berada di antara fossa kranial anterior dan sinus maksilaris. Tiap

orbita berukuran sekitar 40 mm pada ketinggian, kedalaman, dan

lebarnya.

Secara anatomis orbita dibagi menjadi enam sisi, yaitu:

a. Dinding medial, terdiri dari os maxillaris, lacrimalis, ethmoid, dan

sphenoid. Dinding medial ini seringkali mengalami fraktur


3

mengikuti sebuah trauma. Os ethmoid yang menjadi salah satu

struktur pembangun dinding medial merupakan salah satu lokasi

terjadinya sinusitis etmoidales yang merupakan salah satu

penyebab tersering selulitis orbita.

b. Dinding lateral, terdiri dari sebagian tulang sphenoid dan

zygomaticum.

c. Langit- langit, berbentuk triangular, terdiri dari tulang sphenoid dan

frontal. Defek pada sisi ini menyebabkan proptosis pulsatil.

d. Lantai, terdiri dari os. Palatina, maxillaris, dan zygomaticum.

Bagian posteromedial dari tulang maksilaris relatif lemah dan

seringkali terlibat dalam fraktur blowout.

e. Basis orbita, merupakan bukaan anterior orbita

3. Anatomi Bola Mata

Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat dengan

diameter anteroposterior sekitar 24,5 mm.


4

Gambar 1.2 Anatomi bola mata


(Pearce, 2006)

a. Konjungtiva

Membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus

permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan

permukaan anterior sclera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva

bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan

mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus

1) Konjungtiva palpebralis : melapisi permukaan posterior kelopak

mata dan melekat erat ke tarsus. Ditepi superior dan inferior

tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada fornices superior

daninferior) dan membungkus jaringan episklera dan menjadi

konjungtiva bulbaris.

2) Konjungtiva bulbaris : melekat longgar ke septum orbitae di

fornices danmelipat berkali-kali. Pelipatan inimemungkinkan


5

bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva

sekretorik.

b. Sklera dan Episklera

Sklera : Pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar.

Jaringan ini padat dan berwarna putih serta

bersambungan dengan kornea di sebelah anterior dan

duramater nervusoptikus di belakang.

Episklera : Lapisan tipis dari jaringan elastik halus, yang

membungkus permukaan luar sklera anterior,

mengandung banyak pembuluh darah yang

memasok sklera.

c. Kornea

Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya

sebanding dengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea

disisipkan ke sklera di limbus, lekuk melingkar pada persambungan

ini disebut sulkus skleralis.

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang

di lalui berkas cahaya menuju retina. Kornea bersifat tembus

cahaya karena strukturnya uniform, avaskuler, dan deturgesens.

Detugesens, atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea,

dipertahankan oleh “pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan

olehfungsi sawar epitel dan endotel.


6

Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema kornea dan

hilangnya sifat transparan,sedangkan cedera epitel hanya

menyebabkan edema lokal sesaat, hilang pada saatepitel sudah

beregenerasi.

d. Uvea

Uvea terdiri dari iris, korpus siliare, dan koroid.

1) Iris : perpanjangan korpus siliare ke anterior.

Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa,

yang memisahkan kamera anterior dari kamera posterior, yang

masing-masing berisi humor aquaeus. Iris mengendalikan

banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata.

2) Korpus siliaris: secara kasar berbentuk segitiga pada

potonganmelintang, membentang ke depan dari ujung anterior

koroid ke pangkal iris ( + 6 mm ).

Muskulus siliaris tersusun dari gabungan serat

longitudinal,sirkuler, dan radial. Fungsi serat-serat sirkuler

adalah untuk mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula.

Otot ini mengubah tegangan pada kapsul lensa, sehinga lensa

dapat mempunyai berbagai fokus baik untuk objek berjarak

dekat maupun yang berjarak jauhdalam lapangan pandang.

3) Koroid: segmen posterior uvea, di antara retina dan sklera.

Koroid tersusun dari tiga lapisan pembuluh darah koroid;

besar,sedang, dan kecil. Semakin dalam pembuluh terletak di


7

dalam koroid,semakin lebar lumennya. Bagian dalam

pembuluh darah koroid dikenal sebagai khoriokapilaris.

e. Lensa

Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir

transparan sempurna. Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula,

yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah

anterior lensa terdapat humor aquaeus;di sebelah posteriornya,

vitreus. Lensa ditahan di tempatnya oleh ligamentum yang

dikenalsebagai zonula (zonula Zinnii), yang tersusun dari banyak

fibril dari permukaan korpus siliare dan menyisip ke dalam ekuator

lensa.

f. Humor Aquaeus

Humor Aquaeus diproduksi oleh korpus siliare. Setelah memasuki

kamera posterior, humor aquaeus melalui pupil dan masuk ke

kamera anterior dan kemudian ke perifer menuju ke sudut kamera

anterior.

g. Sudut Kamera Anterior

Sudut kamera anterior terletak pada persambungan kornea perifer

dan akar iris.

h. Retina

Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semi transparan,

dan multil apis yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding

bola mata.. Di tengah-tengah retina posterior terdapat makula.


8

Secara klinis makula dapat didefinisikan sebagai daerah pigmentasi

kekuningan yang disebabkan oleh pigmen luteal (xantofil).

i. Vitreus

Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular yang

membentuk 2/3 dari volume dan berat mata. Vitreus mengisi

ruangan yang dibatasi oleh lensa,retina, dan diskus optikus

C. Proses Terjadinya Masalah

1. Presipitasi dan Predisposisi

Menurut Ilyas, dkk (2010) Orbita dapat terinfeksi melalui tiga jalur

seperti pada selulitis preseptal - Infeksi eksogen, dapat berasal dari

trauma tembus pada mata khususnya terkait dengan retensi benda asing

intraorbital dan kadang- kadang terkait dengan tindakan bedah seperti

eviserasi, enukleasi, dan orbitotomi. - Persebaran infeksi sekitar,

seperti sinusitis, infeksi gigi, dan struktur intraorbita. Merupakan rute

infeksi tersering. - Infeksi endogen, jarang terjadi. Organisme

penyebab hampir serupa dengan selulitis preseptal, ditambah dengan

keterlibatan streptococcus pneumoniae.

2. Patofisiologi

Selulitis orbita merupakan peradangan supuratif yang menyerang

jaringan ikat di sekitar mata, dan kebanyakan disebabkan oleh

beberapa jenis bakteri normal yang hidup di kulit, jamur, sarkoid, dan

infeksi ini biasa berasal dari infeksi dari wajah secara lokal seperti

trauma kelopak mata, gigitan hewan atau serangga, konjungtivitis,


9

kalazion serta sinusitis paranasal yang penyebarannya melalui

pembuluh darah (bakteremia) dan bersamaan dengan trauma yang

kotor (Vaughan, 2012).

Menurut .(Yusi, 2015) Ada Beberapa bakteri penyebab, diantaranya :

a. Haemophilus influenzae

Merupakan bakteri yang bersifat gram negatif dan termasuk

keluarga Pasteuracella. Haemophilus influenzae yang tidak

berkapsul banyak diisolasi dari cairan serebrospinalis, dan

morfologinya seperti Bordetella pertussis penyebab batuk

rejan, namun bakteri yang didapat dari dahak besifat

pleomorfik dan sering berbentuk benang panjang dan filamen.

b. Staphylococcus aureus

Merupakan bakteri gram positif yang berkelompok seperti anggur

dan merupakan bakteri normal yang ada di kulit manusia terutama

hidung dan kulit. S aureus dapat menyebabkan berbagai penyakit

kulit ringan khususnya selulitis, impetigo, furunkel, karbunkel dan

penyakit kulit lainnya. S aureus ini sangat bersifat fakultatif

anaerobik yang tumbuh oleh respirasi aerobik atau melalui

fermentasi asam laktat. Bakteri ini memiliki sifat katalase (+), dan

oksidase (-) dan dapat tumbuh pada suhu antara 15-45 derajat

celcius pada konsentrasi NaCl setinggi 15 persen. Oleh karena

bakteri ini memiliki enzim koagulase yang dapat menyebabkan


10

gumpalan protein yang berbentuk bekuan, maka bakteri ini memiki

sifat patogen yang sangat potensial sekali.

Selulitis orbita merupakan infeksi yang sering terjadi melalui fokus

infeksi sinus paranasal, khususnya sinus etmoidalis.

Penyebarannya disebabkan oleh karena tipisnya tulang untuk

menghalangi tersebarnya focus infeksi dan penyebaran masuk

melalui pembuluh darah kecil yang menuju jaringan ikat di sekitar

bola mata.
11

Pathway

Gambar 1.3 pathway selulitis


Menurut (Yusi, 2015)

3. Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis menurut Tamsuri (2010) adalah :

Gejala meliputi pembengkakan dan nyeri hebat yang meningkat

dengan gerakan bola mata atau pada penekanan. Gejala lainnya dapat

berupa demam, mual, muntah, dan terkadang kehilangan penglihatan.

Tanda yang sering dijumpai pada selulitis orbital adalah

pembengkakan kelopak mata yang kemerahan dan keras seperti kayu.

Merasa tidak enak badan dan gerakan mata terbatas.


12

4. Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Yusi (2015) pemeriksaan diagnostic pada selulitis orbita

adalah :

a. Kultur bakteri dari usap nasal dan konjungitva dan spesimen darah

b. X-Ray PNS untuk mendeteksi adanya sinusitis terkait

d. USG orbital untuk mendeteksi adanya abses intraorbital

e. CT scan dan MRI untuk:

1) Membedakan selulitits preseptal dan post septal

2) Mendeteksi abses subperiosteal dan abses orbital

3) Mendeteksi ekstensi intrakranial

4) Menentukan kapan dan dari mana dilakukan drainase abses

orbital

f. Punksi lumbal bila terdapat tanda- tanda keterlibatan meningel dan

serebral.

5. Komplikasi

Komplikasi menurut Yusi (2015) yang terjadi antara lain :

a. Kebutaan,

Dalam beberapa kasus, infeksi selulitis orbitalis dapat menyebar ke

bagian rongga mata atau bagian mata itu sendiri, sehingga akan

sangat membahayakan dan dapat menyebabkan kondisi yang lebih

serius lagi, bahkan dapat menyebabkan sakit mata yang amat

menyakitkan, masalah penglihatan bahkan maslaah kebutaan secara

permanen.
13

b. Abses otak,

Dalam kondisi yang lebih serius dan benar-benar memerlukan

tindakan medis, komplikasi pada selulitis orbitalis dapat

mengakibatkan terjadinya suatu gangguan pada otak karena saraf

mata nervus II adalah saraf penglihatan yang menghubungkan

diskus optikus keotak sehingga dapat menyebabkan gangguan

seperti meningitis juga abses otak.

6. Penatalaksanaa Medis

Penatalaksaan medis pada selulitis orbita menurut Ilyas (2004) :

a. Pasien menjalani rawat inap dan mendapat terapi antibiotika

sistemik ceftriaxone 2 gram 2 kali sehari intravena, metronidazol 3

kali 500 mg per infus dan analgesik injeksi tramadol 2 kali 100 mg

intravena.

b. Setelah 3 hari dan pembengkakan berkurang dilakukan insisi abses

periorbita dan dilakukan drainase. Nanah yang keluar dilakukan

pemeriksaan kultur.

c. Pasien juga bisa dikonsulkan ke bagian Ilmu Penyakit Telinga

Hidung Tenggorokan (Otolaringologi) untuk pemeriksaan sinusitis

dan bagian Gigi dan Mulut untuk pemeriksaan infeksi gigi yang

kemungkinan merupakan sumber infeksi utama.

d. Selulitis orbital, terutama yang telah menunjukkan komplikasi-

komplikasi berbahaya membutuhkan tindakan bedah segera.


14

D. Diagnosa Keperawatan

Menurut Herdman dan Kamitsuru (2015) dalam Diagnosis

Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 diagnosa keperawatan

yang mungkin muncul pada pasien dengan selulitis orbita adalah :

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan turgor

kulit

2. Resiko mata kering dengan faktor resiko lesi neurologis yang

kehilangan refleks sensori dan motorik

3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan gejala terkait

penyakit

4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

E. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan menurut Herdman dan Kamitsuru (2015) dalam

Buku Saku Keperawatan pada pasien dengan selulitis orbita adalah :

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan turgor kulit

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah

kerusakan integritas kulit dapat teratasi dengan kriteria hasil :

a. Tidak ada luka / lesi pada kulit

b. Perfusi jaringan baik


15

Tabel 1. 1 Intervensi kerusakan integritas kulit berhubungan

dengan gangguan turgor kulit

Intervensi Rasional
1. Jaga kebersihan kulit 1. Agar luka tetap bersih
agar tetap bersih dan 2. Untuk mengetahui
kering adanya infeksi
2. Monitor kulit akan 3. Untuk menjaga
adanya kemerahan kebersihan luka
3. Lakukan tehnik 4. Meminimalkan resiko
perawatan luka steril infeksi
4. Berikan posisi yang 5. Mengetahui kondisi luka
mengurangi tekanan
pada luka
5. Observasi luka : lokasi
luka, kedalaman luka,
tanda – tanda infeksi
luka, warna cairan .

2. Resiko mata kering dengan faktor resiko lesi neurologis yang

kehilangan refleks sensori dan motorik

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah resiko

mata kering tidak terjadi dengan kriteria hasil :

1. Kemosis kunjungtiva pasien berkurang

2. Menurunkankan resiko penyebaran bakteri


16

Tabel 1. 2 Intervensi Resiko mata kering dengan faktor resiko lesi

neurologis yang kehilangan refleks sensori dan motorik

Intervensi Rasional
1. Monitor tanda dan gejala 1. Mengetahui apakah
mata kering ( kesulitan terdapat tanda dan gejala
untuk membuka mata ) mata kering
2. Berikan perawatan mata 2. Menurunkan resiko
setidaknya 2x sehari penyebaran bakteri
dengan tepat 3. Keuluarga mengetahui
3. Edukasi keluarga untuk dan mampu
kebenaran pemberian mempraktikan cara
tetes mata perawatan luka
4. Kolaborasi dengan 4. Mengurangi kemosis
dokter yang terjadi dan
mencegah terjadinya
infeksi

3. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan gejala terkait

penyakit

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah

gangguan rasa nyaman : nyeri

1. Klien mampu mengidentifikasi berbagai tindakan untuk

mengurangi nyeri

2. Klien menyatakan nyeri berkurang atau hilang


17

Tabel 1. 3 Intervensi Gangguan rasa nyaman : Nyeri

berhubungan dengan gejala terkait penyakit

Intervensi Rasional
1. Kaji derajat nyeri 1. Nyeri dapat di tentukan
setiap hari dengan menggunakan
2. Kaji faktor yang skala nyeri 1 – 10 .
dapat nyeri yang meningkat
meningkatkan nyeri mungkin disebabkan
3. Anjurkan klien oleh infeksi kelenjar
untuk menghindari atau sumbatan kelenjar
berbagai tindakan 2. Nyeri dapat meningkat
yang dapat karena pengaruh
menimbulkan nyeri infeksi manipulasi fisik
4. Ajarkan berbagai 3. Meningkatkan
tehnik distraksi kenyamanan,
5. Berikan kompres mencegah trauma, dan
hangat atau aplikasi komplikasi sekunder
topikan pada daerah gangguan mata
mata 4. Distraksi visual seperti
membaca
mendengarkan radio
untuk mengurangi
nyeri
5. Selain menurunkan
nyeri kompres dapat
meningkatkan sirkulasi
darah dan kelenjar

4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi

Tujuan :

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah

defisiensi pengetahuan teratasi dengan kriteri hasil :

1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,

kondisi, prognosis dan program pengobatan

2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang

dijelaskan
18

3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang di

jelaskan perawat / tim kesehatan lain.

Tabel 1. 4 Intervensi Defisiensi pengetahuan berhubungan

dengan kurang informasi

Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat 1. Mengetahui tingkat

pengetahuan pasien pengetahuan pasien

dan keluarga 2. Menambah

2. Gambarkan tanda pengetahuan pasien

dan gejala yang biasa dan keluarga

muncul pada 3. Mengetahui keadaan

penyakit, dengan anggotan keluarganya

cara yang tepat 4. Memberikan pilihan

3. Sediakan bagi kepada pasien dan

keluarga informasi keluarga

tentang kemajuan

pasien dengan cara

yang tepat

4. Diskusikan pilihan

terapi atau

penanganan

Anda mungkin juga menyukai