Anda di halaman 1dari 13

Tugas Alat – Alat Berat

ALAT PEMROSES BETON & ASPAL

Disusun oleh :

Bagas Prasetyo (201510120311222)

M. Husnun Nida (201510120311242)

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2018
BAB I

1. Pendahuluan

“ Beton merupakan campuran dari semen, agregat dan air. Campuran semen
dan air disebut pasta. Agregat yang biasa digunakan untuk membuat beton adalah
agregat halus dan agregat kasar. ”

“ Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai
agak padat, dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika dipanaskan
sampai temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama
dengan agregat,aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan.
( Sukirman,S., 2003) ”

Dalam proyek kontruksi beton biasa digunakan dalam struktur bangunan


dan fondasi, jembatan maupun kontruksi badan jalan. Sedangkan aspal digunakan
untuk proyek pengerasan pada jalan. Dalam proyek kontruksi bangunan
menggunakan beton maupun aspal keduanya harus memiliki aspek aspek
diantaranya kekuatan kontruksi dan struktur, manfaat dan efisiensi.
BAB II

2.1 Alat Pemroses Beton

Dalam pengerjaan beton terdapat campuran umum diantaranya


“ mengandung ¾ bagian agregat dan ¼ bagian pasta berdasarkan volume dengan
rasio air-semen berkisar antara 0,4 – 0,7 berdasarkan berat. Dalam campuran
khusus terdapat Plasticizer digunakan untuk memudahkan proses pembuatan,
retarder yang digunakan untuk memperlambat pengerasan dan setting &
hardening yang digunakan untuk memperkuat penguatan pada beton. (Beton, n.d.)

Aspek – aspek yang harus diperhatikan dalam pengerjaan beton yakni


meliputi ;

1. Pengukuran berat setiap komponen beton


2. Pencampuran bahan beton
3. Pemindahan campuran beton
4. Penempatan
5. Konsolidasi
6. Pengeringan.

Untuk mencapai aspek – aspek dalam proyek kontruksi bangunan


dibutuhkan efisiensi dalam perencanaan dan penggunaan beton agar hasil
pengerjaan dapat mencapai hasil yang baik dan campuran beton memenuhi
kreteria yang dibutuhkan. Dalam produksi skala besar alat yang diperlukan
berbeda dengan produksi skala kecil agar hasil produksi beton dalam per jam
menjadi lebih banyak dan sesuai dengan yang dibutuhkan. Alat – alat yang
digunakan dalam produksi beton antara lain;

1. Pencampur beton (concrete batching and mixing)


2. Pemindah campuran beton
3. Peralatan pengecoran
2.2 Pencampuran Beton

Langkah dalam perencanaan pencampuran beton sangat penting demi


mengendalikan kualitas beton, pencampuran dilakukan dengan sedemikian cara
sesuai dengan yang dibutuhkan agar dapat dikerjakan dengan mudah dan efisien.
Campuran beton harus disesuaikan dengan kebutuhan dimana lokasi baton itu
akan diaplikasikan misal; Tepi laut, untuk menopang beban berat atau di dalam
kondisi cuaca ekstrim.

Beton merupakan campuran dari semen, agregat (halus dan kasar) dan air.
Campuran semen dan air disebut pasta.

1. Semen
Jika kadar semen dinaikkan, maka kekuatan dan durabilitas beton akan
meningkat
2. Air
Jika kadar air yang dinaikkan maka akan mengurangi kekuatan dari
beton dan membuat campuran beton menjadi kohesif tapi mudah
dikerjakan.
3. Agregat
Jika kadar agregat halus terlalu banyak, maka campuran akan menjadi
encer (lunak), jika kadar agregat kasar terlalu banyak campuran akan
menjadi kasar, berbatu dan getas

Rasio antara air - semen (w/c ratio), jika w/c ratio semakin besar kekuatan
dan daya tahan beton akan berkurang, batas maksimal dari w/c ratio 0.40-0.50
tergantung kadar sulfat atau korosif yang ada di lingkungan tersebut.

Alat yang digunakan dalam pengerjaan beton disesuaikan dengan


kebutuhan. Kapasitas mixer biasanya antara 0.1 𝑚3 sampai 9.2 𝑚3 dan kapasitas
dari batching plant biasanya 3 x lebih besar dari mixing plant.
Gambar 1.1 Concrete Batching Plant

Gambar 1.2 Tilting Drum Mixer

2.3 Pemindahan Beton

Setelah proses pencampuran beton, beton akan dipindahkan dengan


menggunakan alat pemindah beton diantaranya adalah Truck Mixer, Truck
Agigator, Conveyor, Pompa dan Crane yang dilengkapi dengan Bucket. Setelah
dipindahkan beton akan di cor ke dalam cetakan.
2.3.1 Truck Mixer dan Agigator

Truck Mixer dan Agigator adalah kendaraan khusus yang dilengkapi


dengan concrete mixer yang berfungsi untuk mengaduk campuran beton ready
mix dari tempat pencampuran ke tempat proyek. Pada agigator terdapat fungsi
tambahan anatara lain memasukan partikel padat ke fluida, disperse gas sebagai
penggelembung dalam liquida, emulsifikasi dan menaikkan perpindahan panas
antar fluida.

Selama pengangkutan mixer akan terus berputar dengan kecepatan 8-12


putaran/menit agar beton tetap homogen dan tidak mengeras. Beton yang diangkut
disebut sebagai beton plastis, kapasitas pada alat pengangkut ini antara 4,6 𝑚3 -
11.5 𝑚3 .

Hal yang perlu diperhatikan saat pengangkutan beton adalah waktu dan jarak
tempuh pengangkutan.

Gambar 1.3 Agigator Truck

2.3.2 Pompa Beton

Setelah beton sampai ditempat proyek beton akan dicor ke dalam cetakan.
Pompa beton digunakan agar proses pengecoran ke dalam cetakan lebih mudah
dengan cara menggunakan pipa sebagai saluran pemindahan yang diletakan secara
vertical, horizontal atau miring. Pompa beton terdiri dari 2 macam yaitu truck
mounted concrete pump dan portable mast and boom dengan menggunakan
metode hidrolis. Dalam proses pemompaan beton yang harus diperhatikan adalah
kekentalan/kelecakan dari beton, semakin kental beton maka kerja pompa akan
semakin berat. Kekentalan beton yang normal berkisar 12+/-2 cm. Pompa beton
dapat memindahkan beton sampai dengan 120 𝑚3 /jam dan jarak hantarnya untuk
horizontal dapat mencapai 300 m, untuk vertical dapat mencapai 100 m.

Gambar 1.4 Concrete Pump Super Loong Boom


2.3.3 Bucket Crane

Dalam proses pengecoran alat ini adalah crane yang dilengkapi dengan
bucket yang berisi beton. Sebagaimana fungsi dari crane adalah mengangkut
material (bucket yang berisi beton) secara vertical kemudian memindahkanny
secara horizontal, setelah beton sampai pada cetakan beton akan dikeluarkan
melalui pintu bagian bawah pada bucket.

Gambar 1.5 Bucket Crane

2.4 Pengecoran Beton

Pengecoran dilakukan dengan menuangkan beton plastis ke dalam cetakan


melalui bucket atau pipa yang kemudian dikonsolidasikan dan diratakan. Proses
konsolidasi bertujuan untuk menghilangkan rongga – rongga udara untuk
mencapai kepadatan yang maksimal dengan cara menusuk beton plastis yang telah
dituang kedalam cetakan atau dengan cara menggetarkan cetakan. Dalam proses
penggetaran batas waktu yang diijinkan berkisar anatar 5 – 15 detik agar tidak
terjadi segresi. Setelah proses konsolidasi selesai maka permukaan beton
diratakan dan dibiarkan mongering. Hal yang perlu diperhatikan dalam proses
pengecoran adalah pastikan cetakan dalam kondisi bersih dan kuat, suhu dan
kelembaban agar beton tidak retak setelah mengering.

2.5 Produktivitas Mixer

Kekuatan beton ditentukan dari pencampuran masing – masing volume


bahan yang dicampurkan. Hasil dari perhitungan campuran bahan disebut mix
design. Menghitung volume tiap bahan pembuatan beton dapat menggunakan
rumus:

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎
Vol = 1000 𝑥 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠

Dimana=

Vol = Volume material beton (𝑚3 )

Massa = Berat dari material beton (kg)

𝑔𝑟𝑎𝑚
BJ = Berat jenis material beton ( ⁄𝑐𝑚3)

Setelah mengetahui kapasitas dari mixer selanjutnya akan menghitung


produktivitas dari alat tersebut dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

60 𝑥 𝑉 𝑥 𝐸
Prod = 𝑇

Dimana =

3
Prod = Produktivitas alat (𝑚 ⁄𝑗𝑎𝑚)

V = Volume campuran. (𝑚3 )

E = Efisiensi.

T = Waktu siklus.
BAB III

3.1 Alat Pemroses Aspal

Aspal merupakan material yang pada temperatur ruang berbentuk padat


sampai agak padat, dan bersifat termoplastis. Jadi, aspal akan mencair jika
dipanaskan sampai temperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur
turun. Sebagian besar dari aspal digunakan dalam proyek pengerasan jalan.
Penegerasan aspal dapat disebut juga sebagai pengerasan lentur (flexible
pavement). Fungsi pengerasan aspal adalah menghasilkan permukaan jalan yang
baik, kedap air.

“ Pengerasan aspal adalah campuran dari aspal dan agregat, kandungan


agregat pada campuran berkisar antara 90 – 95 % berdasarkan berat. Agregat yang
dipakai pada campuran aspal adalah agregat halus, sedang, kasar dan filler. ”

Campuran ini bisa disebut (Hot Mix Asphalt). Filler merupakan abu batu bara
yang ukuran partikelnya sangat halus (75 micron) dan mengandung unsure
pozzolan, sehingga dapat berfungsi sebagai bahan pengisi rongga dan pengikat
pada aspal beton (Adibroto et al, 2008).

Aspal pada campuran aspal berfungsi sebagai pengikat antar agregat untuk
mengisi rongga – rongga yang terdapat pada agregat. Mulanya aspal berbentuk
padat (Asphalt Cement) kemudian dipanaskan supaya mencair. Agar campuran
aspal kuat dan sesuai yang dibutuhkan maka perlu dihitung berdasarkan asphalt
mix design yaitu antara lain;

1. Stabil
Ditentukan oleh friksi internal dan kohesi.
2. Tahan lama
Ditentukan oleh jumlah aspal dalam campuran dan gradasi agregat.
3. Tahan air
Ditentukan dari proses pemadatan dan mix design yang baik.
4. Flexible
Ditentukan dari proses pengerasan yang terjadi.
5. Tidak menyebabkan selip
Ditentukan dari pengeresan pada permukaan aspal.
6. Tidak mengalami kelelahan
Ditentukan dari kualitas campuran aspal.
7. Mudah dikerjakan.

3.2 Asphalt Plant

Asphalt Plant merupakan alat pemroses aspal yakni dengan cara campuran
aspal diaduk, kemudian dipanaskan lalu dicampur. Asphalt plant yang umum
digunakan ada 2 macam diantaranya adalah batch plant dan drum mix plant.

3.2.1 Batch Plant

Batch plant memiliki beberapa komponen yakni sebagai berikut;

1. Cold feed system atau cold bin (sebagai tempat penyimpanan dan
pengatur aliran agregat saat pencampuran).
2. Drum dryer (sebagai drum pengering dan pemanas agregat).
3. Hot elevator (untuk mengalirkan agregat panas).
4. Screen (untuk menyaring gradasi agregat).
5. Hot bin (sebagai bak penampung agregat yang telah disaring).
6. Pugmil mixer.

Gambar 1.6 Asphalt Mixing Plant


3.2.2. Drum Mix Plant

Sebelum agregat memasuki drum mixer, agregat akan diukur beratnya di


dalam cold feed system kemudian dialirkan ke drum mixer yang berotasi secara
vertical. Pada proses mengalirkan agregat ke drum, gas panas dari pembakaran
juga ikut dialirkan. Pada bagian akhir drum aspal dicampurkan ke dalam agregat
lalu diaduk.

3.2.3. Tempat Penyimpanan Aspal

Aspal yang akan digunakan sebagai campuran temperaturnya berkisar


antara 150° C. Hal yang harus diperhatikan dalam tempat penyimpanan aspal
adalah cara mempertahankan suhunya yakni bisa dilakukan dengan 2 cara antara
lain;

1. proses pembakaran langsung dengan cara meletakkan pembakaran


(burner) yang akan membakar aspal dalam tangki penyimpanan,
2. proses minyak panas dengan cara memanaskan minyak kemudian
didistribusikan ke dalam pipa pada tangki penyimpanan.

3.4.3. Silo

Silo adalah silinder vertical yang digunakan sebagai tempat penampung


campuran aspal yang telah di mix sebelumnya dan tertutup rapat. Hal ini
bertujuan agar tidak terjadi proses oksidasi yang dapat menimbulkan campuran
menjadi keras saat dialirkan. Campuran dialirkan dengan menggunakan conveyor
tertutup. Pada bagian bawah silo terdapat pintu yang berfungsi sebagai jalan
keluar campuran aspal menuju truck pengangkut campuran aspal. Alat ini akan
tetap berproses walaupun truck penerima campuran aspal tidak tersedia.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Z., Malikussaleh, U., Wesli, W., & Malikussaleh, U. (2017).


PENGGUNAAN ABU BATU BARA SEBAGAI FILLER PADA
CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC PENGGUNAAN ABU BATU
BARA SEBAGAI FILLER PADA CAMPURAN ASPAL BETON AC-BC,
(March 2018). https://doi.org/10.29103/tj.v6i2.95

Beton, A. A. P. (n.d.). Alat Pemroses Beton & Aspal, 4–6.

Ii, B. A. B. (2003). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Beton Aspal,


6–35.

Material, A. P. (n.d.). Bab I Pendahuluan BAB 2 Alat Pemroses Material, 1–19.

S. F. Rostiyanti. (2017). ALAT BERAT UNTUK PROYEK KONSTRUKSI.


ALAT BERAT UNTUK PROYEK KONSTRUKSI, 91, 399–404.

Simanjuntak, I. S., Riris, Y., & Saragi, R. (2013). Analisa Perbandingan Kualitas
Aspal Beton Dengan Filler Bentonite.

Anda mungkin juga menyukai