DisusunOleh:
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Chronic Kidney Disease, (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. Diperkirakan hingga tahun 2015
Data WHO dengan kenaikan dan tingkat persentase dari tahun 2009 sampai sekarang 2011
sebanyak 36 juta orang warga dunia meninggal dunia akibat penyakit Cronic Kidney
Disease (CKD). (Data survey, 2011)
Indonesia termasuk tingkat penderita gagal ginjal yang cukup tinggi. Menurut data dari
Penetri (Persatuan Nefrologi Indonesia) sampai 2 Januari 2011 di perkirakan ada 70 ribu
penderita gagal ginjal di Indonesia yang membutuhkan cangkok ginjal.
Di Provinnsi Sulawesi Utara sendiri kenaikannya mencapai 32% dari tahun 2009 lalu
akibat banyaknya jumlah wisatawan baik dalam maupun luar negeri yang datang berwisata,
wisatawan-wasatawan tersebut banyak mengidap penyakit penyakit Cronic Kidney Disease
(CKD) itu yang menjadi salah satu faktor banyaknya penderita gagal ginjal akut di Kota
Pariwisata itu (Manado Kidney Care center, 2011).
Pelayanan asuhan keperawatan di tujukan untuk mempertahankan, meningkatkan
kesehatan dan menolong individu untuk mengatasi secara tepat masalah kesehatan sehari-
hari, penyakit, kecelakaan, atau ketidak mampuan bahkan kematian (Depkes 2004).
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan Cronic Kidney
Disease (CKD)
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu meningkatkan pengertian mengenai masalah yang berhubungan
dengan Cronic Kidney Disease (CKD).
b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada klien dengan Cronic Kidney
Disease (CKD).
c. Mahasiswa mampu menganalisa data hasil pengkajian pada klien dengan Cronic
Kidney Disease (CKD).
d. Mahasiswa mampu melakukan rencana tindakan pada klien dengan Cronic Kidney
Disease (CKD)
e. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan Cronic
Kidney Disease (CKD).
f. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan pada klien dengan
Cronic Kidney Disease (CKD).
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Chronik Kidney Desease adalah kerusakan ginjal progresif yang berakibat fatal dan
ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang beredar dalam darah serta
komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplantasi ginjal). (Nursalam. 2006)
Chronik Kidney Desease adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan oleh penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. ( Slamet
Suyono, 2001).
Chronik Kidney Desease adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible
dimana kemampuan tubuh gagal untuk memperhatikan metabolisme keseimbangan cairan
dan elektrolit menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah).
(Brunner & Suddarth. 2002).
Chronik Kidney Desease biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara
bertahap. Penyebab termasuk glomerulonefritis, infeksi kronis dan penyakit vaskular ,
penyakit agen nefrotik dan penyakit endokrin (Marlynn E. Doenges. 2000)
Dari keempat pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Cronik Kidney Desease
adalah suatu gangguan fungsi renal yang progresif irreversible yang disebabkan oleh adanya
penimbunan limbah metabolik di dalam darah, sehingga kemampuan tubuh tidak mampu
mengekskresikan sisa- sisa sampah
B. Faktor Resiko
Faktor resiko CKD meliputi:
1. Usia
2. Anemia
3. Hipertensi
4. Diabetes Melitus
5. Penyakit vaskuler perifer
6. Riwayat gagal jantung kongestif atau penyakit kardiovaskuler
7. Perokok
C. Etiologi
CKD dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
1. Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
2. Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna,
stenosis arteria renalis
3. Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa,sklerosis sistemik progresif
4. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis tubulus
ginjal
5. Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
6. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
7. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra,
anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
8. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis
D. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala CKD sebagai berikut:
1. Kardiovaskuler
Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis
Pitting edema (kaki, tangan, sacrum), edema periorbital
Friction rub pericardial, pembesaran vena leher
2. Dermatologi
Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik
Pruritus, ekimosis
Kuku tipis dan rapuh
Rambut tipis dan kasar
3. Pulmoner
Krekels, Sputum kental dan liat
Pernafasan kusmaul
4. Gastrointestinal
Anoreksia, mual, muntah, cegukan
Nafas berbau ammonia
Ulserasi dan perdarahan mulut
Konstipasi dan diare
Perdarahan saluran cerna
5. Neurologi
Tidak mampu konsentrasi
Kelemahan dan keletihan
Konfusi/ perubahan tingkat kesadaran
Disorientasi
Kejang, Rasa panas pada telapak kaki
Perubahan perilaku
6. Muskuloskeletal
Kram otot, kekuatan otot hilang
Kelemahan pada tungkai
Fraktur tulang, foot drop
7. Reproduktif : amenore, atrofi testekuler
(Smeltzer & Bare, 2001)
E. Patofisiologi
Ginjal mempunyai kemampuan nyata untuk mengkompensasi kehilangan nefron yang
persisten yang terjadi pada gagal ginjal kronik. Jika angka filtrasi glomerolus menurun
menjadi 5-20 ml/menit/1,73 m2, kapasitas ini mulai gagal. Hal ini menimbulkan berbagai
masalah biokimia berhubungan dengan bahan utama yang ditangani ginjal.
Ketidakseimbangan natrium dan cairan terjadi karena ketidakmampuan ginjal untuk
memekatkan urin. Hiperkalemia terjadi akibat penurunan sekresi kalium. Asidosis metabolik
terjadi karena kerusakan reabsorbsi bikarbonat dan produksi ammonia. Demineralisasi
tulang dan gangguan pertumbuhan terjadi akibat sekresi hormon paratiroid, peningkatan
fosfat plasma (penurunan kalsium serum, asidosis) menyebabkan pelepasan kalsium dan
fosfor ke dalam aliran darah dan gangguan penyerapan kalsium usus. Anemia terjadi karena
gangguan produksi sel darah merah, penurunan rentang hidup sel darah merah, peningkatan
kecenderungan perdarahan (akibat kerusakan fungsi trombosit). Perubahan pertumbuhan
berhubungan dengan perubahan nutrisi dan berbagai proses biokimia
Pathway:
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium\
Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi
(Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan protein dan
immunoglobulin)
Pemeriksaan Urin : Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen,
SDM, keton, SDP, TKK/CCT
2. Pemeriksaan EKG : Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda perikarditis,
aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
3. Pemeriksaan USG : Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan
parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih serta
prostate
4. Pemeriksaan Radiologi : Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde Pyelography,
Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi, pemeriksaan rontgen
dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan CKD meliputi:
1. Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.
2. Obat-obatan : diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium hidroksida untuk terapi
hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta diberi obat yang dapat
menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa bila terjadi anemia.
3. Dialisis (cuci darah)
4. Transplantasi ginjal
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata:
Gagal Ginjal Kronik terjadi terutama pada usia lanjut (50-70 th), usia muda, dapat
terjadi pada semua jenis kelamin tetapi 70 % pada pria.
2. Keluhan utama: Kencing sedikit, tidak dapat kencing, gelisah, tidak selera makan
(anoreksi), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau (ureum), gatal
pada kulit.
3. Riwayat penyakit sekarang: Diare, muntah, perdarahan, luka bakar, rekasi anafilaksis,
renjatan kardiogenik.
4. Riwayat penyakit dahulu: Riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih,
payah jantung, hipertensi, penggunaan obat-obat nefrotoksik, Benign Prostatic
Hyperplasia, prostatektomi.
5. Riwayat penyakit keluarga: Adanya penyakit keturunan Diabetes Mellitus (DM).
6. Tanda vital : Peningkatan suhu tubuh, nadi cepat dan lemah, hipertensi, nafas cepat dan
dalam (Kussmaul), dyspnea.
7. Pemeriksaan Fisik :
a. Pernafasan (B1: Breathing):
Gejala: Nafas pendek, dispnoe nokturnal, paroksismal, batuk dengan/tanpa sputum,
kental dan banyak.
Tanda: Takhipnoe, dispnoe, peningkatan frekuensi, Batuk produktif dengan / tanpa
sputum.
b. Cardiovascular (B2: Bleeding):
Gejala: Riwayat hipertensi lama atau berat. Palpitasi nyeri dada atau angina dan
sesak nafas, gangguan irama jantung, edema.
Tanda: Hipertensi, nadi kuat, oedema jaringan umum, piting pada kaki, telapak
tangan, Disritmia jantung, nadi lemah halus, hipotensi ortostatik, friction rub
perikardial, pucat, kulit coklat kehijauan, kuning.kecendrungan perdarahan.
c. Persyarafan (B3: Brain) :
Kesadaran: Disorioentasi, gelisah, apatis, letargi, somnolent sampai koma.
d. Perkemihan-Eliminasi Uri (B4: Bladder) :
Gejala: Penurunan frekuensi urine (Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna
urine kuning tua dan pekat, tidak dapat kencing), oliguria, anuria (gagal tahap
lanjut) abdomen kembung, diare atau konstipasi.
Tanda: Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan) oliguria atau anuria.
e. Pencernaan - Eliminasi Alvi (B5: Bowel) :
Anoreksia, nausea, vomiting, fektor uremicum, hiccup, gastritis erosiva dan Diare
f. Tulang-Otot-Integumen (B6: Bone) :
Gejala : Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, (memburuk saat malam
hari), kulit gatal, ada/berulangnya infeksi.
Tanda : Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi), ptekie, area ekimoosis pada kulit,
fraktur tulang, defosit fosfat kalsium,pada kulit, jaringan lunak, sendi keterbatasan
gerak sendi.
8. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat :
Pada pasien gagal ginjal kronik terjadi perubahan persepsi dan tata laksana hidup sehat
karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gagal ginjal kronik sehingga
menimbulkan persepsi yang negatif terhadap dirinya dan kecenderungan untuk tidak
mematuhi prosedur pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu adanya
penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
9. Pola nutrisi dan metabolisme :
Anoreksia, mual, muntah dan rasa pahit pada rongga mulut, intake minum yang kurang.
dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya gangguan nutrisi
dan metabolisme yang dapat mempengaruhi status kesehatan klien. Peningkatan berat
badan cepat (oedema) penurunan berat badan (malnutrisi) anoreksia, nyeri ulu hati,
mual muntah, bau mulut (amonia), Penggunaan diuretic, Gangguan status mental,
ketidakmampuan berkonsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat
kesadaran, kejang, rambut tipis, kuku rapuh.
10. Pola Eliminasi :
Kencing sedikit (kurang dari 400 cc/hari), warna urine kuning tua dan pekat, tidak dapat
kencing. Penurunan frekuensi urine, oliguria, anuria (gagal tahap lanjut) abdomen
kembung, diare atau konstipasi, Perubahan warna urine, (pekat, merah, coklat, berawan)
oliguria atau anuria.
11. Pola tidur dan Istirahat :
Gelisah, cemas, gangguan tidur.
12. Pola Aktivitas dan latihan :
Klien mudah mengalami kelelahan dan lemas menyebabkan klien tidak mampu
melaksanakan aktivitas sehari-hari secara maksimal, Kelemahan otot, kehilangan tonus,
penurunan rentang gerak.
13. Pola hubungan dan peran :
Kesulitan menentukan kondisi. (tidak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran).
14. Pola sensori dan kognitif :
Klien dengan gagal ginjal kronik cenderung mengalami neuropati / mati rasa pada luka
sehingga tidak peka terhadap adanya trauma. Klien mampu melihat dan mendengar
dengan baik/tidak, klien mengalami disorientasi/ tidak.
15. Pola persepsi dan konsep diri :
Adanya perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita mengalami
gangguan pada gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan
pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan gangguan peran pada
keluarga (self esteem).
16. Pola seksual dan reproduksi :
Angiopati dapat terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi seksual, gangguan kualitas maupun ereksi, serta
memberi dampak pada proses ejakulasi serta orgasme. Penurunan libido, amenorea,
infertilitas.
17. Pola mekanisme / penanggulangan stress dan koping :
Lamanya waktu perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, faktor stress, perasaan
tidak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekuatan, karena ketergantungan menyebabkan
reaksi psikologis yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain –
lain, dapat menyebabkan klien tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang
konstruktif / adaptif. Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada
kekuatan. Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian
18. Pola tata nilai dan kepercayaan :
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh serta gagal ginjal
kronik dapat menghambat klien dalam melaksanakan ibadah maupun mempengaruhi
pola ibadah klien
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko terjadinya penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit, penumpukan urea toksin.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema sekunder: volume cairan tidak
seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder: kompensasi melalui
alkalosis respiratori
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat,
keletihan
C. Intervensi Keperawatan
1. Resiko terjadinya penurunan curah jantung berhubungan dengan ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit, penumpukan urea toksin.
a. Tujuan: penurunan curah jantung tidak terjadi
b. Kriteria hasil: tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg-140/90 mmHg),
nadi normal 60-120 kali/menit, capillary refill time yang baik.
c. Intervesi:
- Auskultasi suara jantung, paru.
Rasional; adanya edema paru, kongesti vaskuler, keluhan dyspneu menunjukan
adanya renal failure.
- Monitor tanda-tanda vital, catat bila ada perubahan tekanan.
Rasional; hipertensi yang signifikan merupakan akibat dari gangguan rennin
angiotensin dan aldeosteron.
- Nilai tingkat kemampuan klien beraktifitas.
Rasional: Kelemahan dapat terjadi akibat dari tidak lancarnya peredaran darah.
- Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium, pemberian obat.
Rasional: hasil pemeriksaan sebagai acuan untuk intervensi lanjutan
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema sekunder : volume cairan tidak
seimbang oleh karena retensi Na dan H2O)
a. Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan kriteria
hasil: tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output
b. Intervensi:
- Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan
haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital
Rasional: untuk intervensi lanjutan
- Batasi masukan cairan
Rasional: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan
respon terhadap terapi
- Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
Rasional: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam
pembatasan cairan
- Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama
pemasukan dan haluaran
Rasional: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output
3. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah
a. Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat dengan kriteria hasil:
menunjukan BB stabil
b. Intervensi:
- Awasi konsumsi makanan / cairan
Rasional: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
- Perhatikan adanya mual dan muntah
Rasional: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat
mengubah atau menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi
- Berikan makanan sedikit tapi sering
Rasional: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
- Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan
Rasional: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek sosial
- Berikan perawatan mulut sering
Rasional: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai
dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan
4. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder: kompensasi melalui
alkalosis respiratorik
a. Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil
b. Intervensi:
- Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
Rasional: Menyatakan adanya pengumpulan sekret
- Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam
Rasional: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2
- Atur posisi senyaman mungkin
Rasional: Mencegah terjadinya sesak nafas
- Batasi untuk beraktivitas
Rasional: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pruritis
a. Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga
b. Kriteria hasil :
Mempertahankan kulit utuh
Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit
c. Intervensi:
- Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan kadanya
kemerahan
Rasional: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat
menimbulkan pembentukan dekubitus / infeksi.
- Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa
Rasional: Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang
mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan
- Inspeksi area tergantung terhadap edema
Rasional: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek
- Ubah posisi sesering mungkin
Rasional: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan perfusi buruk untuk
menurunkan iskemia
- Berikan perawatan kulit
Rasional: Mengurangi pengeringan , robekan kulit
- Pertahankan linen kering
Rasional: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit
- Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan
tekanan pada area pruritis
Rasional: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera
- Anjurkan memakai pakaian katun longgar
Rasional: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab
pada kulit
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan oksigenasi jaringan yang tidak adekuat,
keletihan
a. Tujuan: Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
b. Intervensi:
Pantau pasien untuk melakukan aktivitas
Kaji fektor yang menyebabkan keletihan
Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat
Pertahankan status nutrisi yang adekuat
BAB III
I. PENGKAJIAN
Tanggal Pengkajian : 30 Juni 2016
Jam Pengkajian : 21.15 WIB
A. Biodata
1. Pasien
Nama : Tn. K
Umur : 44 tahun
Alamat : Sidomulyo RT 045/ Sragen Wetan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Swasta
Status Pernikahan : Kawin
Tanggal masuk RS : 30 Juni 2016 Pukul 11.07 WIB
No. Rekam Medik : 467305
Diagnosa Medis : Chronic Kidney Disease
2. Penanggung Jawab
Nama : Ny. P
Umur : 40 tahun
Alamat : Sidomulyo RT 045/ Sragen Wetan
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan klien : Suami
Keterangan:
: laki-laki
: perempuan
: pasien Tn. K
: tinggal serumah
E. Psiko social dan spiritual
Respon klien terhadap masalah yang dihadapi saat ini :
Pasien siap menghadapi sakit yang dialami dan menerima kondisi sakitnya dan
berjuang untuk proses penyembuhan dengan melakukan tindakan pengobatan
Rencana klien untuk mengatasi masalah saat ini :
Melakukan kontrol rutin di Rumah Sakit, mematuhi pengobatan dan menjaga pola
makan
Pengetahuan klien tentang penyakit yang ada :
Pasien sudah mengetahui kondisi sakitnya, sudah mengerti tentang proses
pengobatan dan tindakan cuci darah yang dilakukan.
Peran pasien dalam masyarakat dan keluarga
Pasien berperan sebagai Ayah dan sekaligus sebagai Kepala Rumah Tangga dalam
keluarga dan sebelum sakit pasien aktif dalam kegiatan kelurahan serta kegiatan
keagamaan di lingkungannya.
Pandangan klien terhadap aktifitasnya dimasyarakat
Keterlibatan pasien dalam masyarakat terkhususnya kegiatan yang meningkatkan
kebersamaan merupakan hal yang sangat diinginkan pasien, tetapi selama sakit
aktifitasnya di masyarakat berkurang.
Aktifitas ibadah sehari-hari
Pasien mengatakan sebelum dan pada saat sakit tetap melakukan sholat 5 waktu.
Kegiatan keagamaan yang sering diikuti
Pasien sering mengikuti kegiatan pengajian yang di adakan di lingkungannya.
Keyakinan tentang masalah kesehatan yang sedang dihadapi
Psasien mempunyai keyakinan yang kuat akan proses pemulihan atas sakitnya
walupun pasien harus melewati proses pengobatan yang terus-menurus.
F. Basic Promoting Phisiology of Health
1. Aktifitas dan latihan
a. Olahraga rutin : apsien jarang melakukan olahraga rutin
b. Kemampuan melakukan ROM : pasien tidak mengalami gangguan kemampuan
otot
c. Kemampuan Ambulasi dan ADL : pasien masih mampu beraktifitas mandiri
d. Alat Bantu: tidak ada
2. Tidur dan istirahat
a. Lama tidur: 7-8 jam Tidur siang : 30 menit-1 jam
b. Kesulitan/gangguan tidur : tidak ada
c. Gangguan tidur : merasa tidak bugar saat bangun
d. Alasan :
3. Kenyamanan dan Nyeri : (-)
4. Nutrisi dan metabolik
Frekuensi makan dan jenis makanan : 3 kali makan/hari, jenis makanan
nasi+lauk+sayuran
Status Gizi (IMT) : 22,65 TB/BB : 160 cm/58 Kg
Makanan yang disukai : nasi uduk+oseng-oseng tempe
Makanan yang pantang/alergi :
Keluhan dalam pemenuhan nutrisi : mual, muntah
Riwayat operasi/penyakit gastrointestinal : tidak ada
5. Cairan dan elektrolit
Frekuensi minum : 5-6 kali minum Konsumsi air/hari : 750 ml
Turgor kulit : sedang
Support via IV line : Terpasang infus Ringer Laktat 20 tetes/menit (mikro), NGT (-)
Jumlah intake cairan : air minum 750 ml/hari, infus 750 ml/hari, AM : 290 cc
Jumlah output cairan : urine 600 ml, muntah: 100 ml, IWL: 870 ml/hari
Balance cairan : +220 ml
6. Oksigenasi
Keluhan sesak napas : tidak
Batuk : tidak sputum : tidak ada
Riwayat penyakit pernapasan : tidak ada
Nyeri dada : tidak
Riwayat merokok : tidak
7. Eliminasi
a. BAB
Frekuensi: 1x/hari (kadang-kadang tidak BAB dalam sehari)
Wakt: pagi Konsistensi: keras
Gangguan bowel: BAB
b. BAK
Frekuensi : 6-7 kali/hari Karakteristik urine : kuning pekat
Keluhan dalam berkemih : keluarn sedikit-sedikit
Riwayat penyakit saluran kemih: tidak ada
8. Sensori, persepsi dan kognitif
Gangguan pancaindera : mata menggunakan kecamata silender
Gangguan dalam isi piker : tidak ada
Orientasi terhadap lingkungan/waktu/tempat : tidak mengalami disorientasi
G. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Kesan penampilan klien : lemah, pucat
Kesadaran : composmentis
GCS : E4 V5 M6
Vital sign : TD: 130/80 mmHg, N: 78x/mnt, RR: 22x/mnt, S: 36,20C
2. Kepala
Inspeksi : bentuk mesochepal, kulit kepala bersih, rambut berwarna hitam, distribusi
rambut merata, tidak terdapat luka atau lesi
Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak terdapat nyeri tekan
3. Mata
Inspeksi : kongjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, pupil isokor
Palpasi : tidak teraba benjolan, tidak terdapat nyeri tekan
4. Hidung
Inspeksi : tidak ada secret, tidak cuping hidung, simetris kanan dan kiri
Palpasi : tidak ada polip, tidak ada nyeri tekan
5. Mulut
Mukosa bibir kering, mulut bersih, tidak ada gigi yang tanggal
6. Telinga
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, tidak ada jejas, tidak ada serumen
Palpasi : tidak teraba benjolan, dan tidak ada nyeri tekan,
7. Leher
Inspeksi : tidak terlihat pembesaran kelenjar limfe dan tyroid, tidak
Palpasi : tidak teraba kelenjar tyroid dan kelenjar limfe
8. Dada
Paru
Inspeksi : tidak terdapat retraksi intecostalis, tidak menggunakan alat bantu
pernapasan
Palpasi : vocal premitus simetris kanan dan kiri
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : vesikuler
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak teraba
Perkusi : pekak
Aukultasi : BJ I dan BJ II normal
9. Abdomen
Inspeksi : terlihat datar
Auskultasi : bising usus 15x/menit
Perkusi : tympani
Palpasi : tidak terjadi distensi abdomen
10. Genetalia : tidak ada masalah
11. Rektum : tidak ada masalah
12. Ekstremitas
Atas :
Kekuatan otot tangan kanan/kiri : 5/5
ROM : aktifitas pergerakkan normal
CRT :
Edema : tidak ada edema
Refleks : (+)
Bawah :
Kekuatan otot kaki kanan/kiri : 5/5
ROM : aktifitas pergerakan normal
CRT :
Edema : terdapat edema pada kaki kanan dan kiri
Refleks : (+)
H. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Pemeriksaan Laboratorium Patalogi Klinik, tanggal 30 Juni 2016
Hemoglobin : 8,7 g/dL
Eritrosit : 2,58 juta/µL
Hematokrit : 22,7 %
Leukosit : 5,40 ribu/µL
Trombosit : 303 ribu/µL
Golongan Darah :O
Gula Darah Sewaktu : 95 mg/dL
Ureum : 142,7 mg/dL
Kreatinin : 14,30 mg/dL
I. Therapy Medis
Oral :
Parenteral : infus Ringer laktat 20 tetes/menit, injeksi furosemid 50 mg/12 jam, sohobion
1 ampul/24, Kidmin 250 ml/24 jam, Ranitidin 50 mg/12 Jam
II. ANALISA DATA
Nama pasien : Tn K No. Register : 467305
Umur : 44 tahun Diagnosa Medis : Chronic Kidney Disease
Hari/Tanggal Data Fokus Etiologi Problem
Kamis, 30 Juni Data subjektif : Penurunan haluaran urine, Kelebihan volume cairan
2016 Pasien mengatakan buang air kecil berkurang, retensi cairan dan natrium
hanya sedikit-sedikit sekunder terhadap
penurunan fungsi ginjal
Data objektif :
Ureum : 142,7 mg/dL
Kreatinin : 14,30 mg/dL
Balance cairan +220 cc
Jumlah intake cairan : air minum 750 ml/hari,
infus 750 ml/hari, AM : 290 cc
Jumlah output cairan : urine 600 ml, muntah
100 ml, IWL: 870 ml/hari
Terdapat oedema pada ektremitas bawah
Kamis, 30 Juni Data Subjektif : Katabolisme protein, Gangguan perubahan
2016 Pasien mengatakan mual, muntah, nafsu makan pembatasan diet, nutrisi kurang dari
berkurang peningkatan metabolisme kebutuhan tubuh
anoreksia, mual dan muntah
Data Objektif :
Muntah 2x
Menghabiskan makan ¼ porsi yang disediakan
IMT : 22, 65 Kg/m2 (normal)
III. DIAGNOSA
a. Kelebihan volume cairan b. d Penurunan haluaran urine, retensi cairan dan natrium sekunder terhadap penurunan fungsi ginjal
b. Gangguan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b. d Katabolisme protein, pembatasan diet, peningkatan metabolisme
anoreksia, mual dan muntah
2. Gangguan perubahan Setelah dilakukan tindakan 1. Awasi konsumsi makanan 1. Mengidentifikasi kekurangan
nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 atau cairan nutrisi
kebutuhan tubuh jam diharapkan masukan 2. Perhatikan adanya mual dan 2. Gejala yang menyertai toksin
muntah sendogen yang dapat mengubah
berhubungan dengan nutrisi klien adekuat dengan
atau menurunkan pemasukan
intake tidak adekuat kriteria hasil: makanan
3. Porsi kecil dapat meningkatkan
Pasien tidak mual dan 3. Anjurkan makanan sedikit
tapi sering masukan makanan
muntah
4. Menurunkan ketidaknyamanan
Nafsu makan
stomatitis oral dan rasa tidak
meningkat 4. Anjurkan perawatan mulut
disukai dalam mulut
Mampu menghabiskan lebih sering
5. Diit untuk pasien gagal ginjal
1 porsi makan yang di
sesuaikan 5. Kolaborasi dengan ahli gizi
6. Obat antasida untuk
untuk diit rendah protein
menurunkan asam lambung
tinggi kalori
yang dapat memicu
6. Kolaborasi dengan dokter
mual/muntah
dalam pemberian obat
antasida/antiemetic
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Hari/
Jam No.DX Implementasi Respon Paraf
tanggal
Jumat, 1 07.30 1,2 1) Memantau keadaan umum pasien O: Keadaan umum: lemah, kesadaran : Minda
Juli CM
2016
08.00 1,2 2) Melakukan kolaborasi dengan dokter O: terpasang kidmin 250 ml 20 tpm
dalam pemberian therapy cairan dan micro, injeksi Ranitidin 50 mg/iv,
obat-obatan injeksi furosemid 50 mg/iv, injeksi
sohobion
12.00 1,2 7) Mengawasi konsumsi makanan atau S: pasien mengatakan nafsu makan
cairan kurang , minum dibatasi
O: menghabiskan makan 1/4 porsi dari
yang disediakan, minum 1 ½ gelas
13.45 2 8) Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk O: pasien masih mendapat diit bubur
diit rendah protein tinggi kalori
14.00 1 9) Menghitung intake dan ouput (dari O: input : air minum 300 cc, infus 150
pukul 07.00 WIB-14.00 WIB) cc, injeksi : 6,5 ml,
Output : BAK 3 kali (urine 150 cc),
Jumat, 1 14.15 1,2 1) Mengobservasi keadaan umum O: pasien lemas, kesadaran: Eleonora
Juli composmentis
2016
14.20 1 2) Menganjurkan pasien untuk tetap S: pasien mengatakan siap
membatasi intake cairan melaksanakan anjuran yang diberikan
17.00 2 5) Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk O: pasien mendapatkan diit bubur
diit rendah protein tinggi kalori
17.30 1,2 6) Mengawasi konsumsi makanan atau S: pasien mengatakan nafsu makan
cairan mulai membaik , minum dibatasi
O: menghabiskan makan 1/2 porsi dari
yang disediakan
18.00 2 7) Memperhatikan adanya mual dan S: pasien mengatakan tidak mual dan
muntah muntah
20.00 1,2 10) Melakukan kolaborasi dengan dokter O: injeksi Ranitidin 50 mg/iv, injeksi
dalam pemberian obat-obatan furosemid 50 mg/iv
21.00 1 11) Menghitung intake dan output (14.00 O: input : air minum 200 cc, infus 150
WIB-21.00 WIB) cc, injeksi: 4 ml
Output : BAK 4x (urine 200 cc)
Sabtu, 2 07.00 1 1) Mengkaji jumlah cairan yang masuk S: pasien mengatakan minum air putih Minda
Juli dan keluar dari pukul 21.00 WIB s/d 1 gelas, dan BAK 2 kali
Helen
2016 07.00 WIB O: air putih 150 cc, infus: 400 cc,
urine: 100
14.00 1 7) Menghitung intake dan output O: input : air minum 250 cc, infus 150
cc, injeksi : 6,5 ml,
Output : BAK 3 kali (urine 200 cc)
Sabtu, 2 14.15 1,2 1) Mengobservasi keadaan umum O: KU: Baik, kesadaran: Eleonora
Juli composmentis
2016
15.30 1 2) Mengganti cairan infus O: terpasang infus Ringer Laktat 20
tts/mnt
17.00 2 4) Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk O: pasien mendapatkan diit bubur
diit rendah protein tinggi kalori
20.00 1,2 6) Melakukan kolaborasi dengan dokter O: injeksi Ranitidin 50 mg/iv, injeksi
dalam pemberian obat antiemetic dan furosemid 50 mg/iv
anti diuretic
21.00 1 7) Menghitung intake dan output O: input : air minum 250 cc, infus 200
cc, injeksi: 4 ml
Output : BAK 4x (urine 150 cc)
Minggu, 07.00 1 1) Mengkaji jumlah cairan yang masuk S: pasien mengatakan minum air putih Eleonora
3 Juli dan keluar dari pukul 21.00 WIB s/d 1 gelas, dan BAK 2 kali
Helen
2016 07.00 WIB O: air putih 200 cc, infus: 400 cc,
urine: 300 cc
13.45 2 6) Memperhatikan adanya mual dan S: pasien mengatakan tidak mual dan
muntah muntah
14.00 1 7) Menghitung intake dan output O: input : air minum 250 cc, infus 150
cc, injeksi : 6,5 ml,
Output : BAK 3 kali (urine 200 cc)
Minggu, 14.15 1,2 8) Mengobservasi keadaan umum O: KU: Baik, kesadaran: Minda
3 Juli composmentis
2016
16.30 1,2 9) Mengobservasi TTV O: 120/90 mmHg, N: 80 x/mnt, RR:
22 x/mnt, S: 36,20C
17.00 2 10) Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk O: pasien mendapatkan diit bubur
diit rendah protein tinggi kalori
17.30 2 11) Mengawasi konsumsi makanan atau S: pasien mengatakan nafsu makan
cairan mulai membaik , minum dibatasi
O: menghabiskan makan 1 porsi dari
yang disediakan
20.00 1,2 12) Melakukan kolaborasi dengan dokter O: injeksi Ranitidin 50 mg/iv, injeksi
dalam pemberian obat antiemetic dan furosemid 50 mg/iv
anti diuretic
21.00 1 13) Menghitung intake dan output O: input : air minum 300 cc, infus 200
cc, injeksi: 4 ml
Output : BAK 4x (urine 250 cc)
Senin, 4 07.00 1 1) Mengkaji jumlah cairan yang masuk S: pasien mengatakan minum air putih Eleonora
Juli dan keluar dari pukul 21.00 WIB s/d 1 ½ gelas, dan BAK 3 kali
2016 07.00 WIB O: air putih 200 cc, infus: 400 cc,
urine: 300 cc
Price , S.A.S. Wilson, L. M. 1995. Patofisiologi Konsep klinis dan Proses-proses Penyakit.
EGC; Jakarta.
Gyton, A,C. & Hall, J.E.1997. Buku Ajar: Patofisiologi Kedokteran, Edisi 9. EGC: Jakarta.