Anda di halaman 1dari 22

DATA EPIDEMIOLOGI

No. Catatan Medik : 0003668


Nama : Tn. R. D. D
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tanggal Lahir : Jayapura, 03 Mei 1995
Umur : 24 Tahun
Pendidikan : SMA
Status Pernikahan : Belum Menikah
Suku/Bangsa : Toraja/ Indonesia
Agama : K. Protestan
Pekerjaan :-
Alamat : Kamkey
Ruang Perawatan : Ruang Kronis Pria I RSJ Daerah Abepura
Tanggal MRSJ : 25 April 2019
Tanggal Pemeriksaan : 17 Mei 2019
Pemberi Informasi : Pasien dan ayah pasien
Tempat Pengambilan Informasi : Ruang Kronis Pria I RSJ. Abepura

1
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1 ANAMNESA PSIKIATRI


Keluahan utama : Suka telanjang di rumah dan memegang alat kelamin.
(Heteroanamnesa ayah pasien)

1.1.1 Riwayat Penyakit Sekarang

Autoanamneis : Pasien mengatakan bahwa pasien dibawa ke RSJD


Abepura karena sering onani.

Heteroanamnesis : (Ibu Pasien)

Pasien datang ke IGD RSJD Abepura diantar oleh keluarganya dengan


keluhan pasien kadang telanjang di rumah dan suka memegang alat
kemaluannya ± 1 minggu. Sebelumnya ± 2 minggu lalu pasien pernah
memukul ibunya di daerah mata hingga bengkak dan memukul di kepala.
Setelah kejadian tersebut pasien mengalami perubahan perilaku seperti
kadang telanjang di dalam rumah, memegang alat kelamin, kadang
berbicara sendiri, bicara tidak jelas, tertawa sendiri, sulit tidur, kurang
mengurus diri. Perubahan perilaku tersebut sejak ± 2 minggu yang lalu.
Pasien makan / minum baik. Sebelumnya pada akhir tahun 2018 pasien
mengalami perubahan perilaku lebih banyak diam dan kurang mengurus
diri.

1.1.2 Riwayat Penyakit Dahulu

 Pasien sebelumnya tidak mempunyai keluhan yang sama


 Riwayat penyakit Psikiatri (-)
 Riwayat menyakiti diri/ bunuh diri (-)
 Riwayat Alkohol (+), merokok (+), penggunaan zat (ganja) (+)

2
 Riwayat medis :
- Riwayat kejang (-)
- Riwayat Malaria (-)
 Riwayat trauma kepala (-)
 Riwayat penurunan kesadaran sampai sinkop (-)
 Riwayat dirawat di RS umum 3 bulan terakhir (-)
 Riwayat demam dalam 3 bulan terakhir (-)

1.1.3 Riwayat Premorbid


Riwayat Prenatal dan Perinatal
 Kehamilan direncanakan
 Pasien dilahirkan secara normal (Spontan) di RSUD DOK 2 jayapura
ditolong oleh bidan
 Cedera lahir : Tidak ada
 Kesehatan ibu selama kehamilan: tidak ada data
 Penyulit pada persalinan : Tidak ada data
 Penggunaan obat waktu kehamilan : tidak ada data
 Antenatal Care : Tidak ada data
 Imunisasi : Lengkap
 ASI : menyusui ada

a. Masa kanak-kanak awal ( 0 sampai usia 3 tahun)


 Ayah Pasien mengatakan bahwa pasien tumbuh sehat dan normal seperti
anak seusianya dan jarang terkena penyakit.
 Ibu Pasien mengaku dilakukan vaksin BCG
 Kualitas interaksi ibu-anak (toilet traning) : tidak ada data
 Gangguan perkembangan: tidak ada data
 Hubungan dengan orang tua saudara dirumah baik
 Sifat waktu masa kanak : baik
 Pola permaian dengan anak lain: baik

3
b. Masa kanak-kanak pertengahan (usia 3 – 7 tahun)
 Perasaan saat perpisahan ibu disekolah: Ada
 Partisipasi dalam aktivitas sekolah : tidak ada data
 Perkembangan membaca : tidak ada data
 Perilaku di sekolah dengan teman : tidak ada data
 Gangguan belajar : tidak ada data
 Mimpi buruk : tidak ada data
 Fobia : pasien tidak mempunyai fobia
 Ngompol : setelah masuk SD 6 tahun pasien sudah tidak mengalami
nocturnal enuresis
c. Masa kanak-kanak akhir (pubertas sampai remaja)
 Tokoh Idola : Tidak ada
 Hubungan dengan orang tua : Hubungan baik
 Hubungan dengan guru : Hubungan baik
 Riwayat sekolah : SD,SMP, STM (Kelas 2)
 Minat pelajaran disekolah : Bahasa Indonesia
 Olahraga : Futsal
 Hobi : Nonton TV
d. Masa Dewasa
 Riwayat pendidikan : TK
SD
SMP
STM (sampai kelas 2)
 Riwayat pekerjaan : Pasien belum bekerja
 Riwayat Pernikahan : Pasien belum menikah
 Riwayat hukum : Pasien tidak pernah melakukan
pelanggaran hukum
 Riwayat kehidupan keluarga : Pasien anak pertama dari 3 bersaudara,
hubungan dengan keluarga baik

4
 Hubungan Sosial : Baik
 Situasis kehidupan sekarang : Pasien tinggal dengan orang tua dan
saudara-saudara pasien dan tinggal bertetangga baik.

1.1.4 Genogram

: Laki –laki

: Perempuan

: Pasien

Penggunaan Genogram yang di lakukan pada pasien untuk pendekatan


naratif dengan memperhatikan riwayat ada atau tidak yang sama seperti
pasien sebanyak 2 generasi, sehingga dapat dijelaskan pada pasien ini tidak
memiliki riwayat anggota keluarga yang mempunyai sakit yang sama seperti
pada pasien.

1.2 Status Generalis


1. Pemeriksaan Fisik
KU : Tenang
Kesadaran : Compos Mentis

5
Vital sign
 Tekanan Darah : 110/90 mmHg
 Nadi : 72x/mnt
 Suhu : 36,5oC
 Respirasi : 20 x/mnt
 Kulit : Tidak Ada Kelainan
 Kepala : Tidak Ada Kelainan
 Mata : Tidak Ada Kelainan
 Hidung : Tidak Ada Kelainan
 Telinga : Tidak Ada Kelainan
 Mulut dan tenggorokan : Tidak Ada Kelainan
 Leher:
- JVP : Tidak dilakukan
- KGB : Tidak Ada Pembesaran
 Thoraks:
- Paru – Paru Inspeksi : retraksi -/-
Palpasi : dalam batas normal
Perkusi : sonor +/+
Auskultasi : rhonki -/- wheezing -/-
- Jantung : BJ I&II Reguler, Mur-mur (-), Gallop (-)
 Abdomen : BU (+) normal, Nyeri perut (-)
 Genitalia : Tidak Dilakukan
 Ekstremitas : Akral Hangat,
 Keadaan neurologis : Reflek Fisiologis (+),Reflek Patologis (-),
Rangsangan meningeal (-)
 Vegetative : BAB/BAK baik

6
1.3 Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Hasil Nilai Rujukan


Pemeriksaan
HGB 12,7 gr/dl 13,4 – 16,4 g/dl
WBC 6400 mmk 4.000-11.000 mmk
PLT 179.000 mm3 150.000– 450.000/mm3
DDR Negatif
HbsAg Negatif
HbsAb Negatif
GDS 97 mg/dl

1.4 Status Psikiatri

a. Kesadaran Compos Mentis Pasien secara sadar penuh terhadap


lingkungan serta memberikan reaksi
yang memadai.
GCS : 15

a. Orientasi Orang : Baik Pasien mampu mengenali orang


sekitarnya dan datang bersama ayah
ke rumah sakit, pasien mampu
mengenal orang disekitar pasien

Tempat : baik Pasien mengatakan ini adalah rumah


sakit jiwa

Waktu : baik Pasien tepat dalam menyebutkan


waktu pada siang hari.

7
b. Penampilan Cukup - Tampak Laki-laki muda
- Tampak tenang
- Berpakaian Wajar ( berpakain
kaos berwarna putih berkerah
dan celana biru serta memakai
sandal)
- Santai
- Hygine ( kurang baik )

c. Roman muka Tidak ceria, kurang Ekspresi muka pasien tampak santai
tersenyum

d. Perilaku terhadap Kontak : Ada Pasien melihat orang yang


pemeriksa mengajaknya bicara. Pasien
menjawab saat ditanya.

Rapport : Adekuat Pasien menjawab pertanyaan yang


ditanyakan dengan nyambung.

Sikap terhadap Pasien mau menjawab pertanyaan


pemeriksa : yang di ajukan pemeriksa. Jika
Kooperatif ditanya jawabannya pasien diutarakan
sesuai pertanyaan.

e. Atensi Inatensi selektif Pasien fokus beberapa saat pada


pertanyaan yang diberi dan menjawab
pertanyaan dengan baik, dengan
penjelasan yang tidak terlalu panjang.

f. Bicara Artikulasi : jelas Intonasi ucapan terdengar jelas

Kecepatan bicara : Pasien menjawab pertanyaan dengan

8
perlahan perlahan dan tidak terlalu cepat.

g. Emosi Mood : euthimik Mood pasien dalam rentang normal

Afek : appropriate Ekspresi pasien sesuai dengan mood


pasien.

h. Persepsi Ilusi : Tidak ada -

Halusinasi : - Halusinasi Visual (+) mengaku


sering melihat ular
- Halusinasi Auditorik (+)
mengaku sering mendengar
bisikan-bisikan perempuan
i. Pikiran Waham : Waham kebesaran, dimana pasien
menjelaskan bahwa pasien adalah
anak Allah yang sering berjalan di
taman eden. Pasien juga mempercayai
jika meminum air dari baskom maka
dirinya akan menjadi suci.

j. Memori & fungsi Konsentrasi : Baik Pasien menjawab sesuai dengan


kognitif pertanyaan.

Memori : Baik Pasien mengingat kejadian dengan


baik dari masa kanak-kanak hingga
dewasa.

k. Tilikan Tilikan IV Pasien menyadari dirinya sakit dan


butuh bantuan namun tidak
memahami penyebab sakitnya.

9
BAB II
DISKUSI

2.1 Diagnosis
 Axis I
- Berdasarkan autoanamnesa dan heteroanamnesa diperoleh adanya
riwayat penggunaan, Alkohol, merokok dan penggunaan ganja, dimana
diketahui penggunaan NAPZA ini dapat mempengaruhi keseimbangan
neurotransmitter di otak, dan dapat mengganggu fungsi otak sehingga
dapat didiagnosis sebagai F19. 5 Gangguan Mental dan Perilaku Akibat
Penggunaan Zat Multipel dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya
dengan gejala Psikotik. Gangguan Mental dan Prilaku akibat
Pengguaan Zat Multipel (Ganja, sabu/metam fetamin, alkohol, dan
rokok).
- Pada pasien ini juga ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita.
Maka pasien ini sesuai dengan kriteria diagnosis Skozofrenia (F20)

 Axis II
Fungsi kognitif baik, tidak terdapat retardasi mental, oleh karena itu
tidak ditemukan gangguan kepribadian dan gangguan retardasi mental.
Maka pada aksis II tidak ada diagnosis.

 Axis III
Pada anamnesis pemeriksaan fisik dan neurologis, pada pasien tidak ditemukan
riwayat penyakit lain. Maka pada aksis III tidak ada diagnosis.

10
 Aksis IV
Untuk Aksis IV, Berdasarkan anamnesa didapatkan bahwa pasien mengalami
suatu masalah dengan primary support group (keluarga) yang bermakna
sebelum terjadi perubahan perilaku yaitu menurut heteroanamnesa (ayah
pasien) sebelumnya pasien bertengkar dengan ibu pasien sampai memukul ibu
pasien di kepala. Sejak saat itu pasien mengalami perubahan perilaku seperti
lebih pendiam, murung, dan menyendiri. Diagnosis pada Axsis IV adalah
masalah berkaitan keluarga.

 Aksis V
Pada pasien didapatkan gejala sedang (moderate), disabilitas sedang. Maka
pada aksis V didapatkan GAF (Global Assesment of Functioning) 50-41.

2.2 Diagnosis Banding


Kasus ini dapat didiagnosis banding dengan yaitu Skizofrenia (F20.0) karena
pada Skizofrenia (F20.0) onset gejala lebih dari 1 bulan lamanya (pasien mulai
menjadi pendiam sejak desember 2018, juga ditemukan adanya waham yang
menetap, dan adanya halusinasi pada pasien.

2.3 Rencana Terapi


Pada saat ini pasien dilakukan rawat di Ruang Kronis Pria Rumah Sakit Jiwa

Daerah Abepura. Terapi yang diberikan pertama kali kepada pasien ini saat di IGD

adalah :

1) Farmakoterapi

- Risperidone 2mg ( 1 – 0 – 1 tab)


- Fridep 50mg (1 – 1 – 0 tab)
- CPZ 100mg (0 – 0 – 1 tab)

11
2) Psikoterapi
 Pada pasien;

- Menyampaikan edukasi terhadap pasien agar pasien dirawat hingga

keadaan pasien lebih baik.

- Edukasi pentingnya minum obat secara teratur dan efek bila tidak

mengkonsumsi obat.

- Serta memberi dukungan kepada pasien.

 Pada keluarga;

Menyampaikan informasi kepada keluarga agar mengerti sakit yang

dialami pasien serta pengobatannya sehingga keluarga dapat mengontrol

pasien selama dirawat dan pentingnya peran keluarga dalam

mendampingi serta memberikan dukungan kepada pasien.

Follow up di rumah sakit


Hari/taggal Pemeriksaan
25-04-2019 (IGD) S : tidur baik, makan/minum baik, BAB/BAK
(+)
O : KU : Tenang , Kes : CM
TTV : TD: 110/70 mmHg
N : 76 x/m
RR: 18 x/m
SB: 36, 80 C
A: F19.5 dd F20.0
P : Risperidone 2mg ( 1 – 0 – 1 tab)
Fridep 50mg (1 – 1 – 0 tab)
CPZ 100mg (0 – 0 – 1 tab)
26-04-2019 (Kronis Pria) S : tidur baik, makan/minum baik, BAB/BAK
(+)
O : Ku : tenang , Kes : CM
Ttv : TD: 120/80 mmHg

12
N : 80 x/m
RR: 20 x/m
SB: 36, 60 C
A: F19.5 dd F20.0
P : Risperidone 2mg ( 1 – 0 – 1 tab)
Fridep 50mg (1 – 1 – 0 tab)
CPZ 100mg (0 – 0 – 1 tab)
27/04-2019 (Kronis Pria) S : tidur malam terganggu, makan/minum baik,
BAB/BAK (+)
O : Ku : tenang , Kes : CM
Ttv : TD: 120/80 mmHg
N : 80 x/m
RR: 20 x/m
SB: 36, 60 C
A: F19.5 dd F20.0
P : Risperidone 2mg ( 1 – 0 – 1 tab)
Fridep 50mg (1 – 1 – 0 tab)
CPZ 100mg (0 – 0 – 1 tab)
Depakote 500mg (1 – 0 – 1 tab)
28-04-2019 (Kronis Pria) S : tidur malam terganggu, pasien di ruang
isolasi, pasien suka siram-siram orang,
pasien telanjang, onani (+), BAB
sembarangan
O : Ku : Gelisah , Kes : CM
Ttv : TD: 120/70 mmHg
N : 76 x/m
RR: 20 x/m
SB: 36, 50 C
A: F19.5 dd F20.0
P : Risperidone 2mg ( 1 – 0 – 1 tab)
Fridep 50mg (1 – 1 – 0 tab)
CPZ 100mg (0 – 0 – 1 tab)
Depakote 500mg (1 – 0 – 1 tab)
29-04-2019 (ruang kronis) S : pasien di ruang isolasi, pasien suka siram-
siram orang, pasien telanjang, onani (+),
BAB sembarangan
O : Ku : gelisah , Kes :
Ttv : TD: 110/70 mmHg
N : 69 x/m
RR: 18 x/m
SB: 36, 50 C
A: F19.5 dd F20.0
P : Haloperidol 5mg 3x1/2
THP 2mg 2x1
Depakote 500mg 2x1
CPZ 100mg ½ - ½ - 1
01-05-2019 (ruang akut) S : tidur baik, makan/minum baik, BAB/BAK
(+)
O : Ku : tenang , Kes :
Ttv : TD: 120/80 mmHg

13
N : 86 x/m
RR: 18 x/m
SB: 36, 50 C
A:F20.1
P : Halperidol 5mg (1-0-1 tab)
THP 2mg ( 1-0-1 tab )
Depakote 500mg ( 0 - 0 – 1 tab )
Alganax 0,5mg (1-0-1 tab)
CPZ STOP
14-03-2019 S : tidur baik, makan/minum baik, BAB/BAK
(+)
O : Ku : tenang , Kes :
Ttv : TD: 110/80 mmHg
N : 62 x/m
RR: 18 x/m
SB: 36, 50 C
A:F20.0
P : Halperidol 5mg (1-0-1 tab)
THP 2mg ( 1-0-1 tab )
Depakote 500mg ( 0 - 0 – 1 tab )
Alganax 0,5mg (1-0-1 tab)
03-05-2019 (ruang akut) S : tidur baik, makan/minum baik, BAB/BAK
(+)
O : Ku : tenang , Kes : CM
Ttv : TD: 100/60 mmHg
N : 88 x/m
RR: 20 x/m
SB: 36, 00 C
A: F20.0
P : Halperidol 5mg (1-0-1 tab)
THP 2mg ( 1-0-1 tab )
Depakote 500mg ( 0 - 0 – 1 tab )
Alganax 0,5mg (1-0-1 tab)
04-05-2019 (ruang akut) S : tidur baik, makan/minum baik, BAB/BAK
(+)
O : Ku : tenang , Kes : CM
Ttv : TD: 110/60 mmHg
N : 80 x/m
RR: 20 x/m
SB: 36, 20 C
A: F20.0
P : Haloperidol STOP
THP STOP
Depakote 500mg ( 0 - 0 – 1 tab )
Alganax 0,5mg (1-0-1 tab)
Clozapin 100mg 0 – ½ - 1
05-05-2019 (ruang akut) S : tidur baik, makan/minum baik, BAB/BAK
(+)
O : Ku : tenang , Kes : CM
Ttv : TD: 120/60 mmHg
N : 98 x/m
RR: 18 x/m
SB: 36, 20 C

14
A: F20.0
P : Depakote 500mg ( 0 - 0 – 1 tab )
Alganax 0,5mg (1-0-1 tab)
Clozapin 100mg 0 – ½ - 1
06-05-2019 (ruang akut) S : tidur baik, makan/minum baik, BAB/BAK
(+)
O : Ku : tenang , Kes : CM
Ttv : TD: 110/60 mmHg
N : 90 x/m
RR: 18 x/m
SB: 36, 20 C
A: F20.0
P : Depakote 500mg ( 0 - 0 – 1 tab )
Alganax 0,5mg (1-0-1 tab)
Clozapin 100mg 0 – ½ - 1
07-05-2019 (ruang akut) S : tidur baik, makan/minum baik, BAB/BAK
(+)
O : Ku : tenang , Kes : CM
Ttv : TD: 110/60 mmHg
N : 90 x/m
RR: 18 x/m
SB: 36, 20 C
A: F20.0
P : Depakote 500mg ( 0 - 0 – 1 tab )
Alganax 0,5mg (0-0-1 tab)
Clozapin 100mg (1 – 0 – 1 tab)
08-05-2019 (ruang akut) S : tidur baik, makan/minum baik, BAB/BAK
(+)
O : Ku : tenang , Kes : CM
Ttv : TD: 110/60 mmHg
N : 78 x/m
RR: 18 x/m
SB: 36, 20 C
A: F20.0
P : Depakote 500mg ( 0 - 0 – 1 tab )
Alganax 0,5mg (0-0-1 tab)
Clozapin 100mg (1 – 0 – 1 tab)
09-05-2019 (ruang akut) S : tidur baik, makan/minum baik, BAB/BAK
(+)
O : Ku : tenang , Kes : CM
Ttv : TD: 110/70 mmHg
N : 82 x/m
RR: 18 x/m
SB: 36, 20 C
A: F19.5 dd F20.1
P : Depakote 500mg ( 0 - 0 – 1 tab )
Alganax 0,5mg (0-0-1 tab)
Clozapin 100mg (1 – 0 – 1 tab)
Pro ECT 2 periode 15%

15
10-05-2019 (ruang akut) S : tidur baik, makan/minum baik, BAB/BAK
(+)
O : Ku : tenang , Kes : CM
Ttv : TD: 110/60 mmHg
N : 90 x/m
RR: 18 x/m
SB: 36, 20 C
A: F20.0
P : Depakote 500mg ( 0 - 0 – 1 tab )
Alganax 0,5mg (0-0-1 tab)
Clozapin 100mg (1 – 0 – 1 tab)
Pro ECT ke 2
11-05-2019 (ruang akut) S : tidur baik, makan/minum baik, BAB/BAK
(+)
O : Ku : tenang , Kes : CM
Ttv : TD: 110/60 mmHg
N : 90 x/m
RR: 18 x/m
SB: 36, 20 C
A: F20.0
P : Depakote 500mg ( 0 - 0 – 1 tab )
Alganax 0,5mg (0-0-1 tab)
Clozapin 100mg (1 – 0 – 1 tab)
13-05-2019 (ruang akut) S : tidur baik, makan/minum baik, BAB/BAK
(+)
O : Ku : tenang , Kes : CM
Ttv : TD: 110/70 mmHg
N : 80 x/m
RR: 18 x/m
SB: 36, 20 C
A: F20.0
P : Depakote 500mg ( 0 - 0 – 1 tab )
Alganax 0,5mg (0-0-1 tab)
Clozapin 100mg (1 – 0 – 1 tab)
Acc pindah ruang kronis
14-05-2019 (ruang akut) S : tidur baik, makan/minum baik, BAB/BAK
(+)
O : Ku : tenang , Kes : CM
Ttv : TD: 110/60 mmHg
N : 92 x/m
RR: 20 x/m
SB: 36, 20 C
A: F20.0
P : Alganax 0,5mg (0-0-1 tab)
Clozapin 100mg (1 – 0 – 1 tab)
15-05-2019 (ruang akut) S : tidur baik, makan/minum baik, BAB/BAK
(+)
O : Ku : tenang , Kes : CM
Ttv : TD: 110/60 mmHg
N : 92 x/m
RR: 20 x/m
SB: 36, 20 C
A: F20.0

16
P : Alganax 0,5mg (0-0-1 tab)
Clozapin 100mg (1 – 0 – 1 tab)
16-05-2019 (ruang akut) S : tidur baik, makan/minum baik, BAB/BAK
(+)
O : Ku : tenang , Kes : CM
Ttv : TD: 120/80 mmHg
N : 89 x/m
RR: 20 x/m
SB: 36, 20 C
A: F20.0
P : Alganax STOP
Clozapin 100mg (1 – 0 – 1 tab)
17-05-2019 (ruang akut) S : tidur baik, makan/minum baik, BAB/BAK
(+)
O : Ku : tenang , Kes : CM
Ttv : TD: 110/60 mmHg
N : 92 x/m
RR: 20 x/m
SB: 36, 20 C
A: F20.0
P : Clozapin 100mg (1 – 0 – 1 tab)
Acc pulang

2.4 Pencegahan
Upaya pencegahan primer pada gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat psikotik dapat dilakukan dengan bersosialisasi, berpikir positif
tidak menyindiri dan menjahui pergaulan yang salah. Pencegahan sekunder yaitu
bila telah mengalami gangguan ini, diharapkan tetap berkonsultasi dengan dokter
yang merawat, mengikuti anjuran untuk konsumsi obat sesuai aturan.

2.4 Prognosis
a. Ad vitam : dubia ad bonam
b. Ad fungsionam : dubia ad bonam
c. Ad sanationam : dubia ad bonam

17
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Penyalahgunaan Narkotika/Psikotropika di Kalangan Remaja


Napza

NAPZA singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya.


Semuanya mengacu pada sekelompok zat yang mempunyai risiko masyarakat
dianggap berbahaya terjadi kecanduan (adiksi). NAPZA merupakan bahan atau
zat yang bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi tubuh terutama susunan
syaraf pusat otak, sehingga bila disalah gunakan akan menyebabkan psikis atau
jiwa dan fungsi sosial.
Berdasarkan hasil anamnesis pada kasus ini terbukti pasien mengaku telah
mengkonsumsi zat narkotika dan psikotropika yang berlagsung sejak pasien
dibangku SMP. Dan dari autoamnamnesis serta heteroanamnesis yang dilakukan,
pesien cenderung mengakui gejala yang menunjukan adanya penggunaan ganja.
Adapun keluhan yang di sampaikan ialah pesien cenderung berhalusinasi, gelisah
dan merasa dirinya dikendalikan oleh orang lain.

3.2 Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika


 Faktor internal
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu seperti
kepribadian, kecemasan, dan depresi serta kurangya religiusitas. Kebanyakan
penyalahgunaan narkotika dimulai atau terdapat pada masa remaja, sebab
remaja yang sedang mengalami perubahan biologik, psikologik maupun sosial
yang pesat merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan obat-
obat terlarang ini. Anak atau remaja dengan ciri-ciri tertentu mempunyai
risiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna narkoba.
 Faktor eksternal

18
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar individu atau lingkungan
seperti keberadaan zat, kondisi keluarga, lemahnya hukum serta pengaruh
lingkungan. Faktor individu, faktor lingkungan keluarga dan teman
sebaya/pergaulan tidak selalu sama besar perannya dalam menyebabkan
seseorang menyalahgunakan narkoba. Karena faktor pergaulan, bisa saja
seorang anak yang berasal dari keluarga yang harmonis dan cukup
kominikatif menjadi penyalahgunaan narkoba.

3.3 Akibat Penyalahgunaan Narkoba


Penggunaan narkoba dapat menyebabkan efek negatif yang akan
menyebabkan gangguan mental dan perilaku, sehingga mengakibatkan
terganggunya sistem neuro-transmitter pada susunan saraf pusat di otak.
Gangguan pada sistem neuro-transmitter akan mengakibatkan tergangunya fungsi
kognitif (alam pikiran), afektif (alam perasaan, mood, atau emosi), psikomotor
(perilaku), dan aspek social.
Zat pikoaktif, khususnya NAPZA memiliki sifat-sifat khusus terhadap
jaringan otak bersifat: menekan aktifitas fungsi otak (depresan), merangsang
aktivitas fungsi otak (stimulasia) dan mendatangkan halusinasi (halusinogenik),
karena otak merupakan sentral priaku manusia maka, interaksi antara NAPSA
(yang masuk dalam tubuh manusia) dengan sel-sel saraf otak dapat menyebabkan
terjadinya perubahan perilaku manusia.
Otak mempunyai puluhan neutotransmiter yang masing-masing bertugas
menghantarkan pesan sensasi khusus, misalnya Dopamin menghantarkan pesan
sensasi rasa nikmat ( senang, enak, euphoria, dan gembira ) selain dopamine ada
pula neurotransmiter serotonin, endorfin, GABA, glutamate dan asetilkolin.
Penggunaan NAPZA yang lama daan berulang-ulang menyebabkan terjadinya
gangguan mekanisme kimiawi dan fungsi otak ( brain chemistry and function )
yang bermakna bertanggung jawab terhadap fungsi generasi, modulasi dan
pengendalian perilaku kognitif, emosional dan social. Penyalahgunaan NAPZA
dapaat menginterfensi fungsi otak sehingga terjadi gangguan mental emosional

19
dan perilaku.

3.4 Terapi
A. Farmakoterapi
Anti psikotik
Anti psikotik termasuk kelas psikotopik, yang memperketat kerja reseptor
dopamin dalam otak. Efek yang timbul untuk obat penenang, insomnia
menurun, mengurangi aktivitas motorik, mengatasi halusinasi dan gangguan
saat berfikir. Obat-obat yang tergolong dalam anti psokotik ialah :
Chlorpromazine, Risperidol, Halopperidol, dan Clozapine.

Anti depresan
Anti deprsan digunakan untuk mengurangi gejala depresi dengan efek
samping termasuk mulut kering, penglihtan kabur dan konstipasi seperti
amitriptyline.

Anti cemas
Anti cemas termasuk obat penenang minor. Jenis obat termasuk diazepam,
fluoxetin dan setralin.

B. Non farmakoterapi
Rehabilitasi :
Setelah menjalani detoksifikasi hingga tuntas (tes urin sudah negatif),
tubuh secara fisik memang tidak ketagihan lagi, namun secara psikis ada rasa
rindu dan kangen terhadap zat tersebut masih terus membuntuti alam pikiran
dan perasaan sang pecandu. Sehingga sangat rentan dan sangat besar
kemungkinan kembali mencandu dan terjerumus lagi.
Untuk itu setelah detoksifikasi perlu juga dilakukan proteksi
lingkungan dan pergaulan yang bebas dari lingkungan pecandu, misalnya
dengan memasukkan mantan pecandu ke pusat rehabilitas.

20
BAB IV
KESIMPULAN

 Berdasarkan autoanamnesa dan heteroanamnesa diperoleh adanya riwayat


penggunaan Alkohol, merokok dan penggunaan ganja, dimana diketahui
penggunaan NAPZA ini dapat mempengaruhi keseimbangan
neurotransmitter di otak, dan dapat mengganggu fungsi otak.
 Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan psikiatri pada
kasus ini dapat didiagnosis sebagai F19. 5 Gangguan Mental dan Perilaku
Akibat Penggunaan Zat Multipel dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya
dengan gejala Psikotik. Gangguan Mental dan Prilaku akibat Pengguaan
Zat Multipel (Ganja, sabu/metam fetamin, alkohol, dan rokok).
 Kasus ini dapat didiagnosis banding dengan yaitu Skizofrenia (F20.0)
karena pada Skizofrenia (F20.0) onset gejala lebih dari 1 bulan lamanya
(pasien mulai menjadi pendiam sejak desember 2018, juga ditemukan
adanya waham yang menetap, dan adanya halusinasi pada pasien.
 Pengobatan untuk kasus ini dapat berupa farmokologi dan non
farmakologi. Farmakologi dapat berupa obat-obatan anti psikotik seperti
Chlorpromazine, Risperidol, Halopperidol, dan Clozapine. Obat-obatan
anti depresan seperti amitriptyline. Dan anti cemas seperti diazepam,
fluoxetin dan setralin. Untuk non farmakologi dapat dilakukan rehabilitasi.
 Prognosis pada pasien ini cenderung baik. Ad vitam: dubia ad bonam, Ad
fungsionam: dubia ad bonam, dan Ad sanationam: dubia ad bonam.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Andreasen. N.C and Black. D.W, 2001, “Introductory Textbook of Psychiatry.


3rd ed, British Libarry, USA: 335-342.
2. Elvira D. S & Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri Edisi 2. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Hal.228. Jakarta. 2014
3. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya. 2003
4. Kaplan, HI, Saddock, BJ & Grabb, JA., 2010. Psikiatri Klinis. Jakarta : ECG.
2010.
5. Maslim, Rusdi. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.
6. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Ed 2014.
7. Widyanta A. E. Management Of mayor depression patient in psychiatric
hospital of Dr. soeroyo magelang using repetitive transcranial magnetic
stimulation.Vol.03- No.01 mei 2018. Hal.55-60.
8. Willy F.Maramis, Albert A.Maramis. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Edisi 2.
Surabaya: Airlangga University Press, 2009
9. Tomb A. D. Buku Saku Psikiatri. Edisi 6. ECG. Jakarta 2004

22

Anda mungkin juga menyukai