Disusun Oleh :
Rosinta Oktaviani
NIM : 009.01.31.17
STIKES TARUMANAGARA
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa karena dengan
rahmat, karunia serta taufik dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang penyakit maningitis, tetanus, mielopati dan asuhan keperawatan. Dan juga
kami berterima kasih pada Ibu Ns. Siti Latipah M.K.K.K., M.Kep selaku dosen
mata kuliah Keperawatan Medical Bedah II yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan, serta pengetahuan kita mengenai Konsep penyakit tetanus, maningitis,
mielopati dan asuhan keperawatan. Kami juga menyadari, sepenuhnya bahwa
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang. Mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
1
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
2
2.3.4 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................................... 25
2.3.5 Penatalaksanaan .................................................................................................. 25
2.4.5 Penatalaksanaan..................................................................................................... 34
Daftar Pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
ekstradural seperti metastasis karsinomake tulang, dan trauma tumpul
atau penetrasi.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Otak manusia memiliki berat sekitar 1.400 gram dan
tersusun oleh sekitar 100 miliar neuron. Masing-masing neuron
mempunyai 1.000 sampai 1.000 koneksi sinaps dengan sel sel saraf
lainnya. Otak merupakan jaringan yang konsistensinya kenyal dan
terletak didalam ruangan yang tertutup oleh kranium (tulang
tengkorak) dan diselubungi oleh jaringan yang disebut selaput
meninges. Selaput meninges dibedakan menjadi tiga, yaitu lapisan
keluar yang melekat pada tulang (duramater), lapisan tengahantara
durameter dan piameter (arachnoid), danlapisan selaput otak yang
paling dalam yang langsung berhubungan dengan permukaan
jaringan otak serta mengikuti konvulosinya (piamater)
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu: otak besar
(serebrum), otak tengah (mesensefalon), otak kecil (serebelum),
sumsum sambung (medulla oblongata), dan jembatan varol.
a Otak besar (serebrum)
Merupakan sruktur system saraf yang terbesar dan paling
rumit. Bagian otak ini terdiri dari sepasang hemisfer yang
tersusung oleh 3 hal:
1. Korteks serebri
2. Massa putih/ substansi alba
3. Ganglia basal
b Otak tengah (mesensefalon)
Segemen adalah segmen batang otak yang berlokasi antara
diensofalon dan pons
c Otak kecil (serebelum)
Serebelum memiliki 3 fungsi utama, yaitu mempertahankan
postur dan keseimbangan, tonus otot dan koordinator gerakan
volunteer
d Pons merupakan jembatan penghubung antara otak tengah
dengan medula oblongata
7
e Sumsum lanjutan (medulla oblongata)
Sumsum lanjutan berfungsi menghantar impuls yang datang
dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga
memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung,
tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat
pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan.
a Saraf somatik
Saraf somatik terdiri dari sel-sel saraf yang menerima dan
memproses input sensorik eksternal dari reseptor sensorik serta
menghantarkannya menuju susunan saraf pusat. Saraf somatik
(motorik) terususun olehjaras neuronal yang turun dari otak dan
medula spinalis untuk mengatur lower neuron. Sistem ini
meregulasi kontraksi volunter otot rangka, saraf somatik terbagi
menjadi 12 pasang saraf kranial belang, 12 pasang saraf kranial
yaitu :
8
b Saraf otonom terbagi menjadi 2 yaitu:
Sistem saraf simpatik, yang mempunyai aktifitas stimulus
khususnya pada keadaan darurat. Responnya antara lain adalah
peningkatan denyut jantung dan kekuatan otot jantung,
peningkatan gula darah dan peningkatan tekanan darah.
Sistem saraf parasimpatik, berkaitan dengan aktifitas untuk
konservasi dan restorasi, seperti penurunan denyut jantung dan
kekuatannya aktivitas gastrointestinal (pencernaan dan absorbsi
makanan).
9
1. Nervus Olfaktorius
Menerima rangsang dan menghantarkannya ke otak untuk
diproses sebagai sensasi bau.
2. Nervus Optikus
Menerima rangsang dari mata dan menghantarkannya ke
otak untuk diproses sebagai persepi visual.
3. Nervus Okulomotorius
Menggerakkan bola mata.
4. Nervus Troklearis
Menggerakkan bola mata ke kanan dan kekiri.
5. Nervus Trigeminus
Menerima rangsang dari wajah untuk diproses di otak
sebagai sentuhan. Motorik: Menggerakkan rahang.
6. Nervus Abdusen
Menggerakan bola mata atas, bawah, kanan dan kiri.
7. Nervus Fasialis
Menggerakan otot wajah untuk menciptakan ekspresi
wajah.
8. Nervus Auditorius
Saraf pendengaran
9. Nervus Glosofaringeal
Menerima rangsang dari bagian posterior lidah untuk
diproses di otak sebagai sensasi rasa (menelan)
10. Nervus Vagus
Sensorik : menelan.
Motorik : berbicara
11. Nervus Aksesorius
Menggerakkan kepala, leher dan bahu
12. Nervus Hipoglosus
Mengendalikan pergerakan lidah.
10
Adapun ke 31 saraf spinalis, yaitu:
11
2.2.3 Manifestasi Klinis
a Neonatus : menolak untuk makan, refleks menghisap
kurang, muntah, diare, tonus otot melemah, menangis
lemah.
b Anak-anak dan remaja : demam tinggi, sakit kepala,
muntah, perubahan sensori, kejang, mudah terstimulasi, foto
pobia, delirium, halusinasi, maniak, stupor, koma, kaku
kuduk, tanda kering dan brudzinski positif, ptechial
(menunjukkan infeksi meningococal).
Peneriksaan Penunjang :
a Fungsi Lumbal dab kultur CSS : jumlah leukosit (CBC)
meningkat, kadar glukosa darah menurun, protein
meningkat, tekanan cairan meningkat asam laktat
meningkat, gluukosa serum meningkat, identifikasi
organisme penyebab.
b Kultur darah untuk menetapkan organisme penyebab
c Kultur urin untuk menetapkan organisme penyebab
d Kultur nasofaring untuk menetapkan organisme penyebab
e MRI, CT-scan/angiografi
Penatalaksanaan :
12
-Amplisilin 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6
kali sehari
- Sefalosforin generasi ke 3
2. Pengobatan Simtomatis
a. Diazepam IV 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0,4 –
0,6/mg/kg/dosis kemudian dilanjutkan dengan Fenitoin
5mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
b. Turunkan demam dengan Antipiretik parasetamol atau
salisilat 10mg/kg/dosis sambil dikompres air
3. Pengobatan Suportif
a. Cairan Intervena
b. Pemberian O2 agar konsentrasi O2 berkisar antara 30-
50%
13
Asuhan Keperawatan Penyakit Maningitis
A. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
2. Kekurangan Volume cairan
3. Hipertermia b.d proses infeksi
4. Ketidakseimangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
14
Merokok nafas,frekuensi bradikardi,
Obstruksi jalan nafas: pernafasan dalam peningkatan saturasi
Spasme jalan nafas rentang normal O2 dll
Mokus dalam jumlah berlebihan tidak ada suara Airways
Eksudat dalam jalan alveoli nafas abnormal ) management Monitor
Adanya jalan nafas buatan Mampu suhu minimal tiap 2
Sekresi bertahan atau sisa sekresi mengidentifikasikan jam
Sekresi dalam bronki dan mencegah Buka jalan nafas
Fisiologi: faktor yang dapat gunakan teknik chin
Jalan nafas alergi menghambat jalan lift
Asma nafas Posisikan pasien
Penyakit paru obstruktif untuk memaksimalkan
Infeksi ventilasi
Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas
keluarkan
secretdengan batuk
atau suction desi
atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan cairan
Monitor respirasi dan
status O2
15
2. Kekurangan volume cairan NOC NIC
Definisi : Fluid balance Fluid managent
penurunan cairan intravaskular, Hydration Pertahankan intake
interstisial atau intraseluler ini Nutritional status output
mengacu pada dehidrasi. food and Monitor status
Batasan Kakteristik : Fluid intake hidrasi(nadi adekuat,
Perubahan status normal tekanan darah)
Penurunan tekanan darah Kriteria hasil : Monitor vital sign
Penurunan volume nadi Mempertahankan Monitor masukan
Penurunan tugor kulit urin output sesuai makanan
Penurunan tugor lidah dengan usia dan Kolaborasikan
Penurunan haluaran urin berat badan, urine pemberian cairan IV
Peningkatan suhu tubuh normal Dorong masukan oral
Peningkata frekwensi nadi Tekanan darah, Berikan pengganti
Penurunan berat badan nadi, suhu dalam nasogatrik sesuai
Haus batas normal output
kelemahan Tidak ada tanda- Dorong keluarga
tanda dehidrasi, untuk membantu klien
Faktor yang berhubungan :
elestisitas tugor makan
Kehilangan cairan aktif kulit baik, tidak ada Kolaborasi dengan
Kegagalan mekanisme regulasi rasa haus yang dokter
berlebihanBody
Hypovolemia
image positif
management
16
tehadap penambahan
cairan monitor berat
badan
Dorong klien untuk
menambah intake oral
Pemberian cairan IV
monitor adanya tanda
dan gejala kelebiham
volume
cairan.
17
Aktivitas berlebihan Monitor TD,nadi,
dan Respirasi
Monitor tanda-tanda
hipertermi dan
hipotermi
Tingkatkan intake
cairan dan nutrisi
Selimuti Pasien
untuk mencegah
keletihan akibat
panas
Berikan anti piretik
jika perlu
18
pernapasan
abnormal
19
Ketidakmampuan memakan Mampu konstipasi
makanan Mengidentifikasi Berikan makanan
Tonus otot menurun kebutuhan nutrisi yang terpilih (sudah
Mengeluh gangguan sensasi rasa dikonsultasikan
Mengeluh asupan makanan dengan ahli gizi)
RDA(recommended daily Monitor jumlah
allowance nutrisi dan
Cepat kenyang setelah makan kandungan kalori
Sariawan rongga mulut Berikan informasi
Kelemahan otot pengunyah tentang kebutuhan
Kelemahan otot untuk menelan nutrisi
Kaji kemampuan
Faktor yang berhubungan :
klien untuk
Biologis mendapatkan nutrisi
Ekonomi yang dibutuhkan
Ketidakmampuan untuk Nutrision
mengabsorpsi nutrisi monitoring
Ketidakmampuan untuk Berat badan klien
mencerna makanan dalam batas normal
20
Jadwalkan
pengobatan dan
tindakan tidak
selama jam makan
Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
Monitor mual,
muntah
Monitor kadar
albumin, total
protein, hb, dan
kadar Ht
Monitor
pertumbuhan dan
perkembangan
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jarngan
konjungtiva
Monitor kalori dan
intak nutrisi
21
2.3 Penyakit Tetanus
2.3.1 Definisi Tetanus
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot
(spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan
disebabkan kuman secara langsung, tetapi sebagai dampak
eksotoksin (tetanosplasmin) yang dihasilkan oleh kuman pada
sinaps ganglion sambungan sumsum tulang belakang, sambungan
neuro muscular (neuro muscular jungtion) dan saraf autonom.
(sumarmo, 2002).
2.3.2 Etiologi
Gangguan neurologis tetanus disebabkan oleh
tetanosplasmin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Kuman ini
mengeluarkan toxin yang bersifat neurotoksik (tetanospamin) yang
menyebabkan kejang otot dan saraf perifer setempat. Termasuk
bakteri gram positif. kuman berbentuk batang. Clostridium tetani
bakteri ini berspora dijumpai di tanah, tinja manusia dan hewan
(khususnya kuda) sebagai spora, debu.
2.3.3 Manifestasi Klinis
Periode inkubasi (rentang waktu antara trauma dengan
gejala pertama) rata-rata 7-10 hari dengan rentang 1-60 hari. Onset
(rentang waktu antara gejala pertama dengan spasme pertama)
bervariasi antara 1-7 hari. Minggu pertama: spasme otot. Gangguan
ototnomik biasanya dimulai beberapa hari setelah spasme dan
bertahan sampai 1-2 minggu tetapi kekakuan tetap bertahan lebih
lama. Pemulihan bisa memerlukan waktu 4minggu. (Sudoyo
Aru,dk 2009)
Tetanus berdasarkan bentuk klinis dibagi menjadi yaitu:
a Tetanus General
Yang merupakan bentuk paling sering, spaspme otot, kaku
kuduk, nyeri tenggorokan, kesulitan membuka mulut, rahang
terkunci (trismus), disfagia. Timbul kejang menimbulkan
22
aduksi lengan dan ekstensi, ekstremitas bagian bawah. pada
mulanya, spasme berlangsung beberapa detik sampai beberapa
menit danterpisah oleh periode relaksasi.
b Tetanus Sefalik
Varian tetanus lokal yang jarang terjadi. Masa inskubasi
berkisar 1-2 hari terjadi sesudah otitis media atau luka kepala
dan muka. Paling menonjol adalah disfungsi saraf III, IV, VII,
IX, dan XI tersering saraf otak VII diikuti tetanus umum.
c Tetanus neonatrum
Biasa terjadi dalam bentuk general dan fatal apabila tidak
ditangani, terjadi pada anak-anak yang dilahirkan, dari ibu yang
tidak imunisasi secara adekuat, sulit menelan asi, iritabilitas,
spasme.
d Tetanus Lokal
Biasanya ditandai dengan otot terasa sakit, lalu timbul rebiditas
dan spasme pada bagian paroksimal luar. Gejala itu dapat
menetap dalam beberapa minggu menghilang.
23
e Bila kekakuan semakin berat, akan timbul kejang umum
yang awalnya hanya terjadi setelah dirangsang misalnya
dicubit digerakan secara kasar, atau terkena sinar yang kuat
f Pada tetanus yang berat akan terjadi gangguan pernafasan
akibat kejang yang terus menerus atau oleh kekakuan otot
laring yang dapat menimbulkan anoksia dan kematian.
2.3.5 Penatalaksanaan
a Umum
Tujuan terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani,
menetralisirkan peredaran toksin, mencegah spasme otot dan
memberikan bantuan pernafasan sampai pulih
- Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa:
membersihkan luka, irigasi luka, membuang benda asing
dalam luka serta kompres dengan H202. Dalam hal ini,
penatalaksanaan terhadap luka tersebut dilakukan 1-2 jam
setelah pemberian antibiotika
- Diet cukup kalori protein, bentuk makanan tergantung
kemampuan membuka mulut dan menelan. Bila ada trimus,
makanan dapat diberikan personde atau parenteral
- Oksigen, pernafasan buatan
- Mengatur keseimbangan cairan elektrolit
24
b Pengobatan
- Anti toksin
Antitiksin dapat digunakan Human Tetanus
Immunoglobulin (TIG) dengan dosis 3000-6000 U, satu
kali pemberian saja secara IM, tidak boleh diberikan
secara intravenna karena TIG mengandung anti
complementary aggregates of globin, yang mana ini dapat
mencetuskan reaksi alergi yang serius. Bila TIG tidak
ada, dianjurkan untuk menggunakan tetanus antitoksin,
yang berawaldari hewan dengan dosis 40.000 U, dengan
cara pemberiannya: 20.000 U dari antitoksin dimasukkan
kedalama 200 cccairan NaC1 fisiologis dan diberikan
secara intravena, pemberian harus sudah diselesaikan
dalam waktu 30-45 menit. Setengah dosis yang tersisa
(20.000 U) diberikan secara IM pada daerah pada sebelah
luar.
- Antibiotik
Diberikan parenteral penicilin 1,2 juta unit/ hari selama
10 hari, IM.Sedangkan tetnus pada anak diberikan
penicilin dosis 50.000 unit/ Kg Berat Badan/ 12 jam
secara IM diberikan selama 7-10 hari. Bila sensitif
terhadap penicilin, obat dapat diganti dengan preparat lain
seperti tetrasiklin dosis 30-40 mg/Kg Berat Badan/ 24
jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari. Antibiotika ini hanya
bertujuan membunuh bentuk vegetatif dari C. Tetani,
bukan untuk toksin yang dihasilkannya
- Tetanus Toksoid
Pemberian tetanus toksoid (TT) yang pertama, dilakukan
bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi
yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda.
Pemberian secara IM pemberian TT harus dilanjutkan
sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai.
- Antikonvulsan
Penyebab utama kematian pada tetanus neonatrum adalah
kejang klonik yang hebat, muscular dan laryngeal spasme
beserta komplikasinya.
c Pencegahan:
Pencegahan penyakit tetanus meliputi:
- Anak mendapatkan imunnisasi DPT
- Ibu hamil mendapatkan imunnisasi TT
- Pencegahan terjadinya luka dan merawat luka secara
adekuat
25
Asuhan Keperawatan Penyakit Tetanus
A. Diagnosa keperawatan :
2. Resiko cidera
4. Resiko infeksi
26
Faktor-faktor yang berhubungan : nafas yang Hentikan suction dan
paten(klien tidak berikan oksigen
Lingkungan :
merasa tercekik), apabila pasien
Perokok pasif
irama menunjukkan
Menghisap asap
nafas,frekuensi bradikardi,
Merokok
pernafasan dalam peningkatan saturasi
Obstruksi jalan nafas:
rentang normal O2 dll
Spasme jalan nafas
tidak ada suara Airways
Mokus dalam jumlah berlebihan
nafas abnormal ) management Monitor
Eksudat dalam jalan alveoli
Mampu suhu minimal tiap 2
Adanya jalan nafas buatan
mengidentifikasikan jam
Sekresi bertahan atau sisa sekresi
dan mencegah Buka jalan nafas
Sekresi dalam bronki
faktor yang dapat gunakan teknik chin
Fisiologi:
menghambat jalan lift
Jalan nafas alergi
nafas Posisikan pasien
Asma
untuk memaksimalkan
Penyakit paru obstruktif
ventilasi
Infeksi
Identifikasi pasien
perlunya pemasangan
alat jalan nafas
keluarkan
secretdengan batuk
atau suction desi
atur intake untuk
cairan
mengoptimalkan
keseimbangan cairan
Monitor respirasi dan
status O2
27
2. Resiko cidera NOC NIC
Risk kontrol Environment
Definisi :
management
Kriteria Hasil :
berisiko mengalami cidera Sediakan lingkungan
sebagai akibat kondisi Klien terbatas dari cidera yang aman untuk klien
lingkungan yang berinterasi Klien mampu menjelaskan Identifikasi kebutuhan
dengan sumber adatif dan cara/ metode untuk keamanan klien, sesuai
sumber defensif individu mencegah cidera dengan kondisi fisik
Klien mampu menjelaskan dan fungsi kognitif
Faktor resiko:
faktor resiko dari klien dan riwayat
Eksternal lingkungan atau perilaku penyakit terdahulu klien
- Biologis (mis, tingkat personal Menghindarkan
imunisasi komunitas, Mampu memodifikasi gaya lingkungan yang
mikroorganisme) hidup untuk mencegah berbahaya(mis,
- Tidak ada hipertensi injury memindahkan
- Tidak ada tanda-tanda Menggunakan fasilitas perabotan)
peningkatan tekanan kesehatan yang ada Memasang side rail
intrakranial tempat tidur
Mendemonstrasikan . Membatasi pengunjung
kemampuan kognitif yang
Mengontrol lingkungan
ditandai dengan:
dari kebisingan
- Berkomunikasi dengan
Berikan penjelasan pada
jelas dan sesuai
klien dan keluarga atau
- Memberikan perhatian,
pengunjung adanya
konsentrasi dan
perubahan status
orientasi
kesehatan dan penyebab
- Memproses informasi
penyakit. Cedera.
- membuka keputusan
dengan benar
28
Menunjukkan sensori
motorik kranial yang utuh
- Tingkat kesadaran
membaik
- Tidak ada gerakan
involunter
Internal
- Fisik (mis, integritas
kulit tidak utuh,
gangguan mobilitas)
- Psikologis(orientasi
efektif)
- Disfungsi sensorik
- Hipoksia jaringan
29
3. Intoleransi aktivitas NOC NIC
Definisi : Energy Activity therapy
Ketidakcukupan energi psikologis conservation Kolaborasi dengan tenaga
atau fisiologis untuk melanjutkan Activity tolerance rehabilitas medik dalam
atau menyelesaikan aktivitas Self care : ADLS merencanakan program
kehidupan sehari-hari. terapi yang tepat
Kriteria hasil :
Batasan Kakteristik : Bantu klien
Respon tekanan darah abnormal Berpartisipasi mengidentifikasi aktivitas
terhadap aktivitas dalam aktivitas fisik yang mampu dilakukan
Respon frekwensi jantung tanpa disertai Bantu untuk memilih
abnormal terhadap aktivitas peningkatan aktivitas konsisten yang
Perubahan EKG yang tekanan darah, nadi sesuai dengan kemampuan
mencerminkan aritmia dan RR fisik, psikologis dan sosial
Ketidaknyamanan setelah Mampu melakukan Bantu untuk mendapatkan
beraktivitas aktifitas sehari- alat bantuan aktivitas
Dispnea setelah beraktivitas hari(ADLS) secara seperti: kursi roda
Menyatakan merasa letih mandiri Bantu klien/keluarga untuk
Menyatakan merasa lemah Tanda-tanda vital mengidentifikasi
normal energi kekurangan dalam aktivitas
Faktor yang berhubungan :
psikomotor Bantu klien untuk
Tirah baring atau imobilisasi Level kelemahan mengembangkan motivasi
Kelemahan umum Mampu berpindah diri dan penguatan
Ketidakseimbangan antara dengan atau tanpa Monitor respon fisik, emosi,
suplei dan kebutuhan oksigen bantuan alat sosial dan spiritual.
Immobiltas Sirkulasi status baik
Gaya hidup menonton Status respirasi:
pertukaran gas dan
ventilasi adekuat
30
4. Resiko infeksi NOC NIC
Immune status Infection control
Definisi : mengalami peningkatan
Knowledge : infection Bersihkan lingkungan
resiko terserang organisme patogenik
control setelah dipakai klien
Faktor-faktor resiko:
Risk kontrol Instruksikan pada
Penyakit kronis pengunjung untuk
Kriteria Hasil :
- Diabetes melitus mencuci tangan saat
- Obesitas Kliendari tanda dan berkunjung untuk
Pengetahuan yang tidak cukup gejala infeksi mencuci tangan saat
untuk menghindari pemanjan Penularan berkunjung
patogen penyakit,faktor yang Gunakan sabun
Pertahanan tubuh primer yang mempengaruhi antimikroba untuk
tidak adekuat penularan serta mencuci tangan
- Gangguan peristalsis penatalaksanaannya Cuci tangan setiap
- Kerusakan integritas kulit Menunjukan sebelum dan sesudah
Ketidak adekuatan pertahanan kemampuan untuk tindakan keperawatan
sekunder mencegah timbulnya Gunakan baju, sarung
- Penurunan hemoglobin infeksi tangan sebagai alat
- Imunosuspresi (mis, imunitas Menunjukan perilaku perlindung
didapat tidak adekuat agen hidup sehat Berikan terapi
farmasutikal termasuk antibiotik
imunosuspresi, antibodi) Pertahankan
- Suspresi respon inflamasi lingkungan aseptik
Vaksinisasi tidak adekuat selama pemasangan alat
Pemajan terhadap patogen Monitor tanda dan
lingkungan gejala infeksi sistemik
- Wabah dan lokal
Prosedur invasif Batasi pengunjung
Inspeksi kulit dan
membran mukosa
31
terhadap kemerahan,
panas, drainase
Inspeksi kondisi luka
Dorong masukan nutrisi
Dorong masukan cairan
Instruksikan klien
untuk minum antibiotik
Ajarkan klien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
Dorong istirahat
Ajarkan cara
menghindari infeksi
32
2.4 Penyakit Mieapati
2.4.1 Definisi
Mielopati adalah proses non inflamasi pada medula
spinalis, mielopati mengacu pada defisit neurologis yang
berhubungan dengan kerusakan pada tulang belakang.
2.4.2 Etiologi
Pada pasien berusia 50-an penyebab mielopati tersering
yaitu spondilosis servikal. Pada keadaan ini terjadi penyakit
degeneratif (osteoartrosis vertebra servikal yang dapat enyebabkan
kompresi medula spinalis karena adanya degenerasi, diskus
intervertebra, pertumbuhan tulang yang menonjol (osteofit). Pada
pasien berusia 40-an kebawah penyebab tersering terjadinya
mielopati yaitu sklerosis multiple. Kondisi degeneratif dapat
menyebabkan gangguan kehilangan sensasi, kemampuan mobilitas
fisik dan paralisis. Hiperekstensi jenis cedera ini umumnya
mengenai klien dengan usia dewasa yang memiliki perubahan
degeneratif vertebra, usia muda yang mendapatkan kecelakaan lalu
lintas dan mengalami cedera leher saat menyelam jenis cedera ini
menyebabkan medula spinalis bertentangan dengan ligammentum
flava dan mengakibatkan kontusio kolom dan dislokasi vertebrata
Penyebab lainnya anatara lain hernia yaitu pengurangan diameter
kanal tulang belakang dan kompresi sumsum tulang belakang,
degenerasi akibat penuaan tulang dan sistem peredaran darah juga
menjadi penyebab mielopati.
33
Tanda lainnya :
a. Kikuk atau lemah tangan, dengan perasaan tebal dan kelemahan
pada kaki dan tangan
b. Kaku pada leher
c. Reflek tendo dalam otot
d. Tonus otot kaki meningkat
2.4.5 Penatalaksanaan
a. Terapi konservatif
Tirah baring
Penderita harus tetap berbaring ditempat tidur selama
beberapa hari dengan sikap yang baik adalah sikap dalam posisi
setengah duduk, yaitu tungkai dalam sikap fleksi pada sendi
panggul dan lutut tertentu. Tirah baring bermanfaat untuk nyeri
panggung bawah mekanik akut. Lama tirah baring bergantung
pada berat ringannya gangguan yang dirasakan penderita.
Setelah berbaring dianggap cukup maka dilakukan latihan
dipasang korset untuk mencegah terjadinya kontraktur dan
mengembalikan lagi fungsi-fungsi otot.
34
b. Fisioterapi
Biasaya dalam bentuk diatermi (pemanasan dengan
jangkaun permukaan yang lebih dalam) untuk relaksi otot dan
menggurangi lordosis.
c. Rehabilitasi
Mengupayakakan penderita segera bekerja seperti semula
agar tidak menggantungkan diri pada orang lain dalam
melakukan kegiatan sehari-hari (activity of daily living).
Pembedahan
d. Laminectomy
Prosedur pembedahan untuk mengurangi tekanan pada
sumsum tulang belakang, karena stenosis tulang belakang.
35
PAHTWAY MIELOPATI
PROSES DEGENERATIF
HNP
HERNIA NEKLEUS PULPOKUS
36
Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Penyakit Akibat Degeneratif
Mielopati
A Diagnosa keperawatan :
37
mondar –mandir mencari orang nyeri (skala, (farmakologi, non
lain dan atau aktivitas lain, intensitas, frekuensi farmakologi dan
aktivitas yang berulang) dan tanda nyeri) interpersonal
Mengekspresikan perilaku Menyatakan rasa Ajarkan tentang
(misal gelisah, merengek atau nyaman setelah teknik non
menangis) nyeri berkurang farmakologi
Masker wajah ( mata kurang berikan analgetik
bercahaya, tampak kacau, untuk mengurangi
gerakan mata berpencar atau nyeri
tetap pada satu fokus meringis) kolaborasikan dengan
Sikap melindungi area nyeri dokter jika ada
38
satu,
Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya
nyeri,
39
Mampu berpindah untuk mengidentifikasi
dengan atau tanpa kekurangan dalam
bantuan alat aktivitas
Sirkulasi status baik Bantu klien untuk
Status respirasi: mengembangkan
pertukaran gas dan motivasi diri dan
ventilasi adekuat penguatan
Monitor respon fisik,
emosi, sosial dan
spiritual.
40
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem saraf merupakan jaringan system manunggal dan terpadu.
Sistem saraf dikelompokkan menjadi dua yaitu, sistem saraf pusat dan
saraf tepi. Sistem saraf adalah salah satu sistem koordinasi yang
berfungsi untuk menyampaikan rangsangan secara cepat dari reseptor
yang akan dideteksi dan direspon oleh tubuh.
Sistem Saraf dikelompokan menjadi dua bagian besar yaitu
susunan saraf pusat/Central Nervous System {CNS} dan susunan saraf
perifer/Peripheral Nervous System {PNS}.
Maningitis adalah suatu infeksi purulen lapisan otak yang pada
orang dewasa hanya terbatas didalam ruang subaraknoid, namun pada
bayi cenderung meluas sampai kerongga subdural sebagai suatu efusi
atau empilema subdural (leptomeningitis) atau bahkan kedalam otak
(meningoesnsefalitis).
Tetanus adalah penyakit dengan tanda utama kekakuan otot
(spasme) tanpa disertai gangguan kesadaran. Gejala ini bukan disebabkan
kuman secara langsung, tetapi sebagai dampak eksotoksin
(tetanosplasmin) yang dihasilkan oleh kuman pada sinaps ganglion
sambungan sumsum tulang belakang, sambungan neuro muscular (neuro
muscular jungtion) dan saraf autonom. (sumarmo, 2002).
Mielopati adalah proses non inflamasi pada medula spinalis,
mielopati mengacu pada defisit neurologis yang berhubungan dengan
kerusakan pada tulang belakang.
3.2 Saran
Diharapkan kepada STIKes Tarumanagara yang nantinya sebagai
tenaga kesehatan di masyarakat dapat mengetahui dan membuat asuhan
keperawatan tentang pasien maningitis, tetanus, mielopati dan
memberian pengetahuan tersebut kemasyaraat luas.
41
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
42