S2 2015 322982 Chapter5
S2 2015 322982 Chapter5
V.1. Kesimpulan
siswa SDN Gunung Agung. Hal ini juga dapat diasumsikan bahwa
di wilayah ini.
pengobatan pada siswa SDN Gunung Agung, Kokap. Adanya infeksi lebih
infeksi STH 3 bulan setelah pengobatan pada siswa SDN Gunung Agung,
Kokap.
infeksi STH 3 bulan setelah pengobatan pada siswa SDN Gunung Agung,
Kokap.
V.2. Saran
program selanjutnya.
efektif terutama untuk infeksi T. trichiura dan meneliti lebih lanjut faktor
4. Agar dilakukan penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar,
V.3. Ringkasan
Latar belakang
bersifat kronis yang ditularkan melalui tanah dan menyerang sekitar 2 milyar
berkembang dengan prevalensi infeksi STH masih cukup tinggi. Pada tahun 2008
berkaitan erat dengan masih adanya paparan dari sumber infeksi di lingkungan
sanitasi lingkungan yang buruk sangat berkaitan erat dengan tingginya prevalensi
6,5 % dan SDN Gunung Agung sebesar 29,3 %. Puskesmas kemudian melakukan
Peneliti memilih wilayah SDN Gunung Agung untuk dilakukan penelitian lebih
78
lanjut berdasarkan hasil pemeriksaan skrining dari puskesmas. Pada penelitian ini
akan dilihat keberhasilan pengobatan yang dilakukan, angka infeksi STH setelah 3
bulan pengobatan dan faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian
infeksi STH paska pengobatan. Evaluasi pengobatan dan kejadian infeksi STH
Metode Penelitian
sectional. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian infeksi Soil
adalah jumlah infeksi STH sebelum pengobatan, higiene perorangan dan sanitasi
lingkungan rumah.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Sekolah Dasar Negeri
Gunung Agung, Kokap, Kulonprogo. Pada penelitian ini jumlah siswa yang
tinja (I), kemudian jika hasilnya positif STH maka akan diberikan pengobatan
79
yang sesuai dan 2 minggu kemudian diminta mengumpulkan sampel tinja (II) lagi
untuk menilai cure rate (CR) dan egg reduction rate (ERR) paska pengobatan.
Hasil penelitian
terinfeksi STH dengan jenis T. trichiura yang paling dominan yaitu sebanyak
92,2%. Infeksi tunggal dialami oleh 20 anak (71,4%), sedangkan yang mengalami
ringan, hanya ada satu kasus infeksi STH jenis A. lumbricoides dengan intensitas
berat.
Hasil perhitungan CR dan ERR untuk infeksi askaris dan cacing tambang
sebesar 100%, sedangkan CR untuk infeksi trikhuris hanya sebesar 12,8% dengan
ERR sebesar 62,4%. Dalam penelitian ini angka kesembuhan infeksi T. trichiura
memang rendah, tetapi setelah dilakukan uji analisis Wilcoxon diperoleh nilai p <
0,05 yang artinya ada perbedaan yang signifikan antara rerata hitung telur T.
penurunan angka infeksi dari 43,1% menjadi 35,4% dan masih dominan jenis
setelah pengobatan didapatkan satu anak yang terinfeksi 3 jenis cacing yaitu
nilai p > 0,05 artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara angka infeksi
kasus (33,3%) dan infeksi baru 4 kasus (66,7%). Pada infeksi T. trichiura 3 bulan
kasus (14,3%) dan sebagian besar sebanyak 17 kasus (81%) merupakan kasus
yang tidak berhasil diobati. Pada infeksi hookworm tidak didapatkan adanya
kejadian reinfeksi maupun gagal pengobatan, namun terdapat 3 kasus baru pada 3
bahwa ada hubungan yang signifikan (p<0,05) antara jumlah infeksi STH
sebelumnya mengalami infeksi lebih dari 1 jenis STH dua kali lipat berisiko untuk
terinfeksi STH kembali paska pengobatan (OR = 2). Hasil analisis Chi-Square
Kesimpulan
hubungan yang bermakna antara jumlah infeksi STH sebelumnya dengan kejadian
lebih dari 1 jenis STH dua kali lipat berisiko untuk terinfeksi STH kembali paska
pengobatan. Tidak ada hubungan yang bermakna antara personal higiene dan
pengobatan.