Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan di Indonesia belum terlepas dari berbagai macam masalah. Salah satu
masalah pendidikan di negara kita yang masih menonjol saat ini adalah adanya
kurikulum yang silih berganti dan tanpa ada arah pengembangan yang betul-betul
diimplementasikan sesuai dengan perubahan yang diinginkan pada kurikulum tersebut.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kurikulum mempunyai kedudukan yang sangat


penting dalam lembaga pendidikan, yaitu sebagai salah satu penentu keberhasilan
pendidikan. Perubahan kurikulum selalu mengarah pada perbaikan sistem pendidikan dan
perubahan tersebut dilakukan dengan didasari pada permasalahan pelaksanaan kurikulum
sebelumnya yang dianggap kurang maksimal baik secara materi maupun sistem
pembelajarannya sehingga perlu adanya revitalisasi kurikulum. Usaha perbaikan
kurikulum tersebut mesti dilakukan demi menciptakan perubahan yang lebih baik untuk
sistem pendidikan di indonesia.

Semakin maju suatu bangsa maka semakin maju pula ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu kini diperlukan pendidikan dengan kurikulum yang mampu menghasilkan
generasi penerus bangsa yang berakhlakul karimah, berketerampilan, dan berpengetahuan
yang luas agar mampu bersaing di dunia internasional.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apasaja perubahan pada kurikulum 2013 revisi?
2. Bagaimana bentuk kurikulum 2013?
3. Apa yang dimaksud pengertian kurikulum?
4. Apasaja keunggulan dan kelemahan kurikulum 2013?
5. Apa istilah dalam pembelajaran?

1
2

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa saja perubahan pada kurikulum 2013
2. Untuk mengetahui istilah dalam pembelajaran
3. Untuk mengetahui keunggulan dan kekurangan kurikulum 2013
4. Untuk mengetahui bentuk kurikulum 2013
5. Untuk mengetahui pengertian kurikulum 2013
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. PERENCANAAN PENGAJARAN BAHASA INGGRIS

1. Perencanaan
Menurut Akhlan Husein dan Rahman (1996:3), perencanaan adalah suatu proses
dan cara berpikir yang dapat membantu pencapaian suatu hasil yang diharapkan.
Sependapat dengan Husein, menurut Hidayat (dalam Husein,1996:3), perencanaan adalah
sebagai suatu proses penyusunan berbagai keputusan yang akan dilaksanakan dalam
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya menurut asumsi Terry (dalam
dheanurulagustina,online) ia menyatakan bahwa perencanaan adalah menetapkan
pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk dapat mencapai tujuan yang
telah digariskan.
Jadi dari pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa perencanaan itu
adalah hasil pemikiran yang berupa keputusan yang akan dilaksanakan. Pemikiran yang
dirumuskan berupa perencanaan itu biasanya disusun logis, sistematis, rasional, dan dapat
dibuktikan kebenarannya.
2. Pembelajaran
Akhlan Husein dan Rahman (1996:3) menyatakan bahwa pembelajaran
mengandung pengertian proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.
Selanjutnya menurut Oemar Hamalik (dalam dhenurulagustina,online), pembelajaran
merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Tarigan dan Husein (dalam dheanurulagustina,online) juga menyatakan
bahwa pembelajaran adalah proses belajar. Pembelajaran merupakan proses belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam memahami materi kajian yang tersirat dalam pembelajaran.
Pembelajaran bersinonim dengan istilah proses belajar, kegiatan belajar, atau pengalaman
belajar. Pembelajaran menjadi titik tolak dalam merancang, merencanakan, dan
mengevaluasi proses belajar mengajar bahasa Indonesia
Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar
4

3. Pengajaran
Menurut Jones A. Majid (dalam fisika79wordpress,online), pengajaran adalah
suatu cara bagaimana mempersiapkan pengalaman belajar bagi peserta didik. Dengan
kata lain pengajaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh para guru dalam
membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk memiliki pengalaman
belajar. Sependapat dengan Majid, menurut Tardif (dalam Muhibin,1987:35), pengajaran
adalah memberi arti instruction secara lebih rinci yaitu a pre-planned, goal directed
educational process designed to facilitate learning, artinya adalah sebuah proses
kependidikan yang sebelumnya direncanakan dan diarahkan untuk mencapai tujuan serta
dirancang untuk mempermudah belajar.

B. PENGERTIAN KURIKULUM
Kurikulum adalah suatu rencana pendidikan, yang memberikan pedoman tentang
jenis, lingkup, urutanisi, serta proses pendidikan. Dengan program itu para siswa
melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga terjadi perubahan dan perkembangan
tingkahlaku pada dirinya. Kurikulum sebagai rencana pembelajaran juga diartikan
sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Menurut Undang-undangNomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional Pasal 1 butir 19, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum biasanya dibedakan antara kurikulum sebagai rencana dengan kurikulum yang
fungsional. Rencana tertulis merupakan dokumen kurikulum, sedangkan kurikulum yang
dioperasikan di dalam kelas merupakan kurikulum fungsional (Nana Syaodih, 2009: 5).
5

 Peranan

1. Peranan konservatif

Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana


untuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan
dengan masa kini kepada anak didik sebagai generasi penerus.

2. Peranankreatif

Perkembangan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek lainnya senantiasa terjadi


setiap saat. Kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti
menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru.
Kurikulum harus dapat membantu setiap peserta didik dalam mengembangakan potensi
dirinya.

3. Peranan kritis dan evaluatif

Peranan ini dilatar belakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya
yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan
nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada peserta didik perlu disesuaikan kondisi yang ada
di masa sekarang.

 Fungsi Kurikulum

Fungsi Kurikulum merupakan sebagai alat dalam pendidikan memiliki berbagai


macam fungsi dalam pendidikan yang sangat berperan dalam kegunaannya. Berikut ini
fungsi kurikulum lebih jelasnya dibawah ini.

 Fungsi Penyesuaian ( The Adjustive Or Adaptive Function )


Kurikulum berfungsi sebagai penyesuaian ialah kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya karna lingkungan bersifat dinamis
artinya dapat berubah-ubah.
 Fungsi Integrasi ( The Integrating Function )
Kurikulum berfungsi sebagai penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum
6

merupakan alat pendidikan yang mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh yang
dapat dibutuhkan dan berintegrasi di masyarakat.
 Fungsi Diferensiasi ( The Diferentiating Function )
Kurikulum berfungsi sebagai diferensiansi ialah sebagai alat yang memberikan pelayanan
dari berbagai perbedaan di setiap siswa yang harus dihargai dan dilayani.
 Fungsi Persiapan ( The Propaeduetic Function )
Kurikulum berfungsi sebagai persiapan yang mengandung makna bahwa kurikulum
sebagai alat pendidikan mampu mempersiapkan siswa ke jenjang selanjutnya dan juga
dapat mempersiapkan diri dapat hidup dalam masyarakat, jika tidak melanjutkan
pendidikan.
 Fungsi Pemilihan ( The Selective Function )
Kurikulum berfungsi sebagai pemilihan ialah memberikan kesempatan bagi siswa untuk
menentukan pilihan program belajar yang sesuaidengan minat dan bakatnya.
 Fungsi Diagnostik ( The Diagnostic Function )
Kurikulum sebagai diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum ialah alat
pendidikan yang mampu mengarahkan dan memahami potensi siswa serta kelemahan
dalam dirinya. Apabila telah memahami potensi dan mengetahui kelemahannya, maka
dengan demikian diharapkan siswa bisa mengembangkan potensi dan memperbaiki
kelemahannya.

 Komponen Kurikulum

Untuk komponen kurikulum ini memiliki 4 unsur yang membentuk / penyusun


kurikulum. 4 unsur komponen kurikulum ialahs sebagai berikut.

 Komponen Tujuan

Kurikulum merupakan suatu sistem pembelajaran yang digunakan untuk


mencapai tujuan karena berhasil atau tidaknya sistem pembelajaran diukur dari
banyaknya tujuan-tujuan yang tercapai. Tujuan pendidikan menurut permendiknas No.22
Tahun 2007 pada tingkat satuan pendidikan dasar dan menengahialahsebagaiberikut.

 Tujuan pendidikan dasar ialah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,


akhlak mulia dan keterampilan hidup mandiri serta mengikuti pendidikan selanjutnya.
7

 Tujuan pendidikan menengah ialah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,


akhlak mulia dan keterampilan hidup mandiri serta mengikuti pendidikan selanjutnya.
 Tujuan pendidikan menengah kejurusan ialah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia dan keterampilan hidup mandiri serta mengikuti pendidikan
selanjutnya sesuai kejurusan.
 Tujuan pendidikan institusional ialah tujuan pendidikan yang dikembangkan di kurikuler
dalam setiap mata pelajaran disekolah.

 Komponen Isi ( BahanPengajaran )

Kurikulum dalam komponen isi ialah suatu yang diberikan kepada anak didik
untuk bahan bakar belajar mengajar guna mencapai tujuan. Kurikulum memiliki kriteria
yang membantu perencanaan pada kurikulum. Kriteria kurikulum ialah sebagai berikut.

 Sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa


 Mencerminkan kenyataan sosial
 Mengandung pengetahuan ilmiah yang tahan uji
 Menunjang tercapainya tujuan pendidikan

 Komponen Strategi

Kurikulum sebagai komponen strategi yang merujuk pada pendekatan dan metode
serta peralatan dalam proses belajar mengajar. Strategi dalam pembelajaran tergambar
dari cara yang ditempuh dalam pembelajaran, mengadakan penilaian pelaksanaan
bimbingan dan mengatur kegiatan baik umum maupun yang sifatnya khusus. Strategi
pelaksanaan ialah pengajaran, penilaian, bimbingan dan penyeluhan kegiatan sekolah.
Tercapainya tujuan ini diperlukan pelaksanaan yang baik dalam menghantarkan peserta
didik ke tujuan tersebut yang merupakan tolak ukur dari program pembelajaran (
kurikulum ).

 Komponen Evaluasi

Komponen evaluasi dalam kurikulum ialah memeriksa tingkat ketercapaian tujuan


suatu kurikulum dalam proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki peranan
penting dalam memberikan keputusan dari hasil evaluasi guna dalam pengembangan
8

model kurikulum sehingga mampu mengetahui tingkat keberhasilan suatu siswa dalam
mencapai tujuannya.

KURIKULUM 2013

Kunci kesuksesan dalam sebuah pendidikan dan pembelajaran tidak lain adalah seorang
guru. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah pendidikan. Mau tidak mau sebagi
seorang guru kita dituntut untuk mengaplikasikan Kurikulum 2013 ini dalam sebuah
pembelajaran. Pembahasan kali ini terkait dengan kurikulum 2013 yang berbasiskarakter dan
kompetensi yang mewajibkan anak untuk aktif dalam pembelajaran. karena yang kita
gunakan saat ini adalah kurikulum 2013 yang berbasis karakter ini karena krisis moral yang
dihadapi bangsa kita ini, korupsi, narkoba, dan lain-lain, yang dapat merusak bangsa kita ini,
yang dampaknya luar biasa maka dari itu kita seorang pendidik digunakan untuk merubah hal
itu,

(E. Mulyasa, 2013: 7) Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan


karakter, terutama pada tingkat dasar, yang akan menjadi pondasi bagi tingkat berikutnya.
Melalui pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi, kita
berharap bangsa ini menjadi bangsa yang bermartabat, dan masyarakatnya memiliki nilai
tambah (added value), dan nilai jual yang bisa ditawarkan kepada orang lain di dunia,
sehingga kita bisa bersaing, bersanding dan bahkan bertanding dengan bangsa-bangsa
lain dalam pencaturan global. Hal ini di mungkinkan, kalau implementasi kurikulum
2013 betul-betul dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, inovatif, dan
berkarakter.

Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan mutu proses
dan hasil pendidikan, yang mengarah pada budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik
secara utuh, terpadu, dan seimbang sesuai dengan standar kompetesi lulusan pada setiap
satuan pendidikan. Melalui implementasi kurikulum 2013 yang berbasis kompetensi
sekaligus berbasis karakter, dengan pendekatan tematik dan kontekstual diharapkan
peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya,
mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karater dan akhlak
9

mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.

Dalam implementasi kurikulum 2013, pendidikan karakter dapat di integrasikan dalam


seluruh pembelajaran pada setiap bidang studi yang teradapat dalam kurikulum. Materi
pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap bidang studi perlu
dikembangkan, di eksplisitkan, dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, pendidikan nilai, dan pembentuknan karakter tidak hanya dilakukan
pada tataran kognitif, tetapi menyentuh internalisasi, dan pengamalan nyata dalam
kehidupan sehari-hari. Pendidik karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada
pembentukan budaya sekolah / madrasah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga
sekolah / madrasah, dan masyarakat sekitarnya. Budaya sekolah/madrasah merupkan ciri
khas, karakter/watak, dan citra sekolah/madrasah tersebut di mata masyarakat luas.

Pola PikirKurikulum 2013

Kurikulum 2013 dibuat seiring dengan kemerosotan karakter bangsa Indonesia


pada akhir-akhir ini. Korupsi, penyalahgunaan obat terlarang, pembunuhan, kekerasan,
premanisme, dan lain-lain adalah kejadian yang menunjukkan kualitas pendidikan dan
sumber daya manusia yang rendah serta rapuhnya fondasi moral dan spiritual kehidupan
bangsa (Mulyasa, 2013:14). Selain itu, penyebab perlunya mengembangkan kurikulum
2013 adalah beberapa hasil dari riset internasional yang dilakukan oleh Global Institute
dan Programme for International Student Assessment (PISA) merujuk pada suatu
simpulan bahwa prestasi peserta didik Indonesia tertinggal dan terbelakang (Mulyasa,
2013: 60).

Tujuan dari pengembangan kurikulum 2013 menurut Kemendikbud adalah

(Permendikbud No. 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum
Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah): Tujuan Kurikulum 2013 adalah
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan
warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
10

berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban


dunia.

Kurikulum 2013 dikembangkan dari kurikulum 2006 (KTSP) yang dilandasi


pemikiran tentang tantangan masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan
pengetahuan dan pedagogi, kompetensi masa depan, dan fenomenanegatif yang
mengemuka (Pedoman Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, 2013: 4).

Kurikulum 2013 mempunyai empat kompetensi inti (KI) yang berisi tujuan dari
proses pembelajaran. Rumusan kompetensi inti menggunakan notasi sebagai berikut
(Permendikbud No. 69 Tahun 2013
Tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah
Aliyah):
1) Kompetensi Inti-1 (KI-1) untuk kompetensi inti sikap spiritual;
2) Kompetensi Inti-2 (KI-2) untuk kompetensi inti sikapsosial;
3) Kompetensi Inti-3 (KI-3) untuk kompetensi inti pengetahuan; dan
4) Kompetensi Inti-4 (KI-4) untuk kompetensi inti keterampilan.
11

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang berbasis karakter dan kompetensi


(Mulyasa, 2013: 163). Kurikulum 2013 tidak hanya menekankan kepada penguasaan
kompeten sisi siswa, melainkan juga pembentukkan karakter. Sesuai dengan kompetensi
inti (KI) yang telah ditentukan oleh Kemendikbud, KI 1 dan KI 2 berkaitan dengan tujuan
pembentukkan karakter siswa sedangkan KI 3 dan KI 4 berkaitan dengan penguasaan
kompetensi siswa.

Manfaat Kurikulum

Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan beberapa manfaat


kurikulum diantaranya seperti:

Manfaat bagi guru

Dapat menjadi pedoman untuk merancang, melaksanakan dan mengevaluasi


hasilkegiatan pembelajaran.

1. Dapat memberikan pemahaman kepada pengajar atau guru dalam menjalankan


tugasnya.

2. Dapat mendorong untuk lebih kreatif dalam penyelenggaraan program


pendidikan.

3. Dapat membantu dalam menunjang pengajaran supaya lebih baik.

Manfaat bagi sekolah

1. Dapat mendorong sekolah untuk menyukseskan penyelenggaraan pendidikan


KTSP(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).

2. Dapat memberikan peluang bagi sekolah plus untuk mengembangkan


kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan.3. Sebagai alat untuk mencapai tujuan
program pendidikan.

Manfaat bagi Masyarakat

1. Dapat menjadi acuan standar bagi orang tua untuk ikut serta
dalam membimbing anaknya dalam belajar.
12

2. Dengan kurikulum, masyarakat dapat ikut berpartisipasi dalam rangka


mengembangkan program pendidikan melalui kritik dan juga saran yang
membangun yang menyempurnakan program pendidikan.

Diperlukan pelaksanaan yang baik dalam menghantarkan peserta didik ke tujuan

tersebutyang merupakan tolak ukur dari program pembelajaran ( kurikulum ).

Komponen Evaluasi

Komponen evaluasi dalam kurikulum ialah memeriksa tingkat ketercapaian tujuan


suatukurikulum dalam proses dan hasil belajar peserta didik yang memiliki peranan
pentingdalam memberikan keputusan dari hasil evaluasi guna dalam pengembangan
modelkurikulum sehingga dapat mampu mengetahui tingkat keberhasilan suatu siswa
dalammencapai tujuannya.

Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan kurikulum


olehpengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan yang dilakukan agar
kurikulumyang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan acuan yang digunakan untuk
mencapaitujuan pendidikan nasional.

Landasan pengembangan kurikulum

Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat


strategisdalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan
kurikulum didalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka
dalam penyusunankurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang
kokoh dan kuat.Penggunaan landasan yang tepat dan kuat dalam mengembangkan
kurikulum tidak hanyadiperlukan oleh para penyusun kurikulum ditingkat pusat (makro),
akan tetapi terutamaharus dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para
pengembang kurikulumditingkat operasional (satuan pendidikan), yaitu para guru, kepala
13

sekolah, pengawaspendidikan (supervisor) dewan sekolah atau komite pendidikan dan


para guru serta pihak-pihak lain yang terkait (stacke holder).Berikut ini adalah beberapa
landasan dalam melakukan pengembangan
kurikulum. Landasan Filosofisb. Landasan Psikologisc. Landasan Yuridisd. Landasan So
sial Budaya

Prinsip Pengembangan kurikulum

Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum


padadasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu
kurikulum.Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang
telahberkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-
prinsipbaru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan
sangatmungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum
yangdigunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak
sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum. Sedangkan
Asep HerryHernawandkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan
kurikulum, yaitu:

1. Prinsip relevansi

Secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-


komponenkurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan
secara eksternalbahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan
tuntutan ilmu pengetahuandan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan dan
potensi peserta didik (relevansipsikologis) serta tuntutan dan kebutuhan
perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis).

2. Prinsip Fleksibilitas

Dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan


memiliki sifat luwes,lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan
14

terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat


dan waktu yang selalu berkembang,serta kemampuan dan latar bekang peserta
didik.

3. Prinsip kontinuitas

Adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun


secara horizontal.Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum
harus memperhatikankesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar
jenjang pendidikan, maupunantara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan.

4. Prinsip efisiensi

Mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat


mendayagunakan waktu,biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal,
cermat dan tepat sehinggahasilnya memadai.

5. Prinsip efektivitas

Mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan


tanpa kegiatanyang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas

C. CONTOH KURIKULUM SMK/A

Struktur Kurikulum SMA Negeri 2 Bantul

Struktur dan muatan kurikulum SMA Negeri 2 Bantul meliputi substansi


pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai
Kelas X sampai dengan Kelas XII. Disamping itu, dikembangkan kurikulum khusus
siswa cerdas istimewa, yaitu kurikulum pengayaan yang mengacu pada kurikulum 2013.
Siswa cerdas istimewa yang dilayani dalam kelas inklusi, menggunakan kurikulum dasar
sebagaimana siswa reguler, hanya saja terdapat eskalasi untuk mata pelajaran
matematika, fisika, kimia dan biologi sesuai ranah kognitif Bloom, mengacu pada bakat
utama siswa. Pengembangan kurikulum untuk siswa cerdas istimewa tidak mengubah
struktur yang ada. Pola yang dikembangkan adalah pola enrichment atau pengayaan tipe
1, tipe 2, dan tipe 3 yang dikembangkan berdasar kurikulum standar. Pengayaan tersebut
15

dilaksanakan pada tingkat muatan, materi ajar dan proses pencapaian tujuan tanpa
mengubah struktur.

1. Struktur Kurikulum Kelas X dan kelas XI

Kurikulum yang digunakan untuk kelas X dan XI adalah kurikulum 2013, yang
terdiri atas peminatan Matematika dan Ilmu Alam (MIA), Ilmu – Ilmu Sosial (IIS) dan
Lintas Minat yang didasarkan pada pemilihan minat peserta didik. Pengembangan diri
dilakukan melalui kegiatan ekstra dan Bimbingan Konseling, dengan kegiatan Pramuka
dan Conversation Bahasa Inggris sebagai ekstra kurikuler wajib.

Jumlah mata pelajaran untuk kelas X dan XI terangkum dalam tabel berikut :
No Jumlah Mata Pelajaran Kelas X MIA Kelas X IIS Kelas XI MIA Kelas XI IIS

1 Mata pelajaran wajib A 6 6 6 6

2 Mata pelajaran wajib B 4 4 4 4

3 Mata pelajaran peminatan 4 4 4 4

4 Mata pelajaran Lintas Minat 2 2 1 1

JUMLAH 16 16 15 15

Secara rinci, struktur kurikulum untuk kelas X dan XI sebagai berikut :

ALOKASI WAKTU TATAP MUKA PER


KOMPONEN
MINGGU (JP)

Mata Pelajaran X MIA X IIS

kelompok A ( Wajib)

1 Pendidikan Agama 3 3

2 PPKN 2 2

3 Bahasa Indonesia 4 4

4 Matematika 4 4

5 Sejarah Indonesia 2 2
16

ALOKASI WAKTU TATAP MUKA PER


KOMPONEN
MINGGU (JP)

Mata Pelajaran X MIA X IIS

6 Bahasa Inggris 2 2

Kelompok B (Wajib)

7 Seni Budaya (Seni Musik dan Seni Rupa) 2 2

Prakarya dan Kewirausahaan: Kerajinan dan


8 2 2
Rekayasa

9 Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan Kesehatan 3 3

10 Muatan Lokal Bahasa Jawa 2 2

Kelompok C ( Peminatan MIA)

11 Matematika 3

12 Biologi 3

13 Fisika 3

14 Kimia 3

Kelompok C ( Peminatan IIS)

11 Geografi 3

12 Sejarah 3

13 Sosiologi 3

14 Ekonomi 3

Mapel Lintas Peminatan

15 Bahasa Inggris 3 3

16 Ekonomi/Geografi 3

16 Fisika 3

Jml Jam Tatap Muka Per Minggu 44 44

Tabel Struktur Kurikulum Kelas XI


17

ALOKASI WAKTU TATAP MUKA PER


KOMPONEN
MINGGU (JP)

Mata Pelajaran XI MIA XI IIS

kelompok A ( Wajib)

1 Pendidikan Agama 3 3

2 PPKN 2 2

3 Bahasa Indonesia 4 4

4 Matematika 4 4

5 Sejarah Indonesia 2 2

6 Bahasa Inggris 2 2

Kelompok B (Wajib)

7 Seni Budaya (Seni Musik dan Seni Rupa) 2 2

Prakarya dan Kewirausahaan: Kerajinan dan


8 2 2
Rekayasa

Pendidikan Jasmani, Olah Raga, dan


9 3 3
Kesehatan

10 Muatan Lokal Bahasa Jawa 2 2

Kelompok C ( Peminatan MIA)

11 Matematika 4

12 Biologi 4

13 Fisika 4

14 Kimia 4

Kelompok C ( Peminatan IIS)

11 Geografi 4

12 Sejarah 4

13 Sosiologi 4

14 Ekonomi 4
18

ALOKASI WAKTU TATAP MUKA PER


KOMPONEN
MINGGU (JP)

Mata Pelajaran XI MIA XI IIS

Mapel Lintas Peminatan

15 Bahasa Inggris /Ekonomi/Geografi 4 4

Jml Jam Tatap Muka Per Minggu 46 46

Struktur Kurikulum Kelas XII

Kelas XII masih menggunakan kurikulum 2006. Siswa dikelompokkan dalam dua
program: (1) Program Ilmu Pengetahuan Alam, (2) Program Ilmu Pengetahuan Sosial.
Kelompok mata pelajaran yang diajarkan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1), yaitu:

1) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;

2) kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;

3) kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;

4) kelompok mata pelajaran estetika;

5) kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.

Struktur Kurikulum Kelas XII IPA (Reguler dan CI)


Kelas XII
Komponen
Smt 1 Smt 2

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4
19

Kelas XII
Komponen
Smt 1 Smt 2

4. Bahasa Inggris 5 5

5. Matematika 4 4

6. Fisika 5 5

7. Kimia 5 5

8. Biologi 5 5

9. Sejarah 1 1

1. Seni Budaya 2 2

1. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2 2

2. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2

3. KeterampilanMultimedia 2 2

1. Muatan Lokal : Bahasa jawa 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*)

Jumlah JP 43 43

Struktur Kurikulum Kelas XII IPS


Kelas XII
Komponen
Smt 1 Smt 2

A. Mata Pelajaran

1. Pendidikan Agama 2 2

2. Pendidikan Kewarganegaraan 2 2

3. Bahasa Indonesia 4 4

4. Bahasa Inggris 5 5

5. Matematika 4 4

6. Sejarah 3 3
20

Kelas XII
Komponen
Smt 1 Smt 2

7. Geografi 4 4

8. Ekonomi 6 6

9. Sosiologi 3 3

1. Seni Budaya 2 2

1. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 2 2

2. Teknologi Informasi dan Komunikasi 2 2

3. Keterampilan : Multimedia 2 2

B. Muatan Lokal : Bahasa Jawa 2 2

C. Pengembangan Diri 2*) 2*)

Jumlah JP 43 43

Alokasi waktu dalam struktur kurikulum SMA Negeri 2 Bantul untuk kelas XII
mengacu pada alokasi waktu tiap – tiap mata pelajaran pada Standar Isi, dengan
memanfaatkan penambahan 4 jam tatap muka sesuai kebutuhan sekolah.

Jml Jam Per Minggu


Penambahan
No Kelas Standar SMAN 2
jam
Isi Bantul Digunakan Untuk Mapel

XII Bahasa Inggris, Fisika, Kimia,


1 39 43 4
IPA Biologi

Bahasa Inggris, Geografi,Ekonomi


2 XII IPS 39 43 4
(2)

Penambahan 4 jam tatap muka per minggu didasarkan pada hasil analis SK/KD
pada masing – masing mata pelajaran yang meliputi kedalaman materi ajar, keluasan dan
ketajaman ranah berpikir pada masing – masing indikator pencapaian.
D. KURIKULUM 2013 REVISI
21

Berdasarkan rilis sosialisasi resmi Kemendikbud terdapat dua alasan penerapan


Kurikulum 2013 sebagai pengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, alasan
edukasional dan alasan sosio-ekonomis.

Alasan edukasional berbasis kepada pencapaian pelajar nasional di dalam The


IEA’s Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS). Mengutip rilis
Kemendikbud, di dalam tes tersebut 95% murid Indonesia hanya mampu menjawab soal
hingga tingkat kesulitan menengah di dalam semua mata pelajaran teruji (Matematika,
Ilmu Alam, Membaca Inggris) yang mengindikasikan terdapat kesenjangan bahkan
ketimpangan antara praktik dan materi ajar sekolah Indonesia dengan pendidikan
internasional pada umumnya.

Berdasarkan kepada hasil tes tersebut, Kurtilas dikembangkan dan diterapkan dengan
fokus menciptakan generasi masa depan Indonesia yang mampu berpikir dan
berkomunikasi jernih dan luas, toleran dan bertanggung jawab moral dalam setiap
langkah. Selain itu, berpandangan dan berminat luas dengan perspektif global.

Sementara itu dalam konteks sosio-ekonomis, penerapan Kurikulum 2013


ditujukan untuk menyiapkan generasi masa depan yang produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif dalam rangka menyambut ragam implementasi masyarakat ekonomi seperti WTO,
Komunitas ASEAN, CAFTA, APEC.

Perubahan Terkini dalam Kurikulum 2013 Revisi

Secara singkat terdapat empat poin perubahan yang dimiliki Kurikulum 2013
Revisi dibandingkan kurikulum asli. Empat poin tersebut terletak dalam:

1. Tanggung Jawab Penilaian Kompetensi Spiritual dan Sosial

Apabila di dalam Kurikulum 2013 setiap guru mata pelajaran wajib melakukan tes
dan menilai kompetensi spiritual dan sosial murid dalam konteks mata pelajaran, maka
dalam Kurtilas revisi tanggung jawab tes dan penilaian hanya diampu oleh guru Agama
(Kompetensi Spiritual) dan Budi Pekerti (Kompetensi Sosial). Guru mata pelajaran cukup
22

mencantumkan laporan pendekatan belajar kompetensi tersebut di dalam mata pelajaran


terkait.

2. Koherensi Kompetensi Inti

Efek berantai dari poin satu adalah Kompetensi Inti menjadi lebih koheren dengan
Kompetensi Dasar mata pelajaran. Dengan kompetensi inti yang lebih koheren, kembali
guru mata pelajaran terkait dikurangi bebannya sehingga dapat lebih fokus kepada
penguasaan materi dan kompetensi yang memang sesuai dan berbasis mata pelajaran,
sembari tetap menyisipkan karakter-karakter mulia di dalam praktik pengajaran.

3. Membuka Ruang Kreatif bagi Guru

Rantai efek selanjutnya dari poin satu dan poin dua adalah, guru menjadi lebih
fleksibel, lentur, dan leluasa merancang ragam pendekatan dan materi ajar. Tumpang
tindih antara KD Mata Pelajaran, KI Spiritual dan Sosial, berikut pendekatan 5 M
(mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, dan mencipta) kerap memaksa guru
kembali menghamba kepada buku paket Kurtilas. Diharapkan dengan revisi poin 1 dan
poin 2 membuka keran kreativitas guru dalam merancang pendekatan ajar.

4. Keluasan Taksonomi Kemampuan Peserta Didik

Pada Kurtilas edisi awal taksonomi, yang mengadopsi Bloom dibatasi per jenjang,
hanya sampai memahami untuk SD, menerapkan dan menelaah untuk SMP, dan
mencipta untuk SMA. Kini taksonomi tersebut secara utuh diterapkan di seluruh jenjang.
Jadi sangat dimungkinkan untuk seorang peserta SD dengan potensi dan bimbingan yang
tepat dapat saja mencapai tataran penciptaan di dalam praktik belajar.

E. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2013

Menurut beberapa ahli pendidikan, perubahan kurikulum dari masa ke masa, baik
di Indonesia maupun di negara lain, disebabkan karena kebutuhan masyarakat yang setiap
tahunnya selalu berkembang dan tuntutan zaman yang selalu berubah tanpa bisa dicegah.
23

Perkembangan kurikulum diharapkan dapat menjadi penentu masa depan anak


bangsa, oleh karena itu, kurikulum yang baik akan sangat diharapkan dapat dilaksanakan
di Indonesia sehingga akan menghasilkan masa depan anak bangsa yang cerah yang
berimplikasi pada kemajuan bangsa dan negara.

Kurikulum yang terbaru yaitu kurikulum 2013 yang mulai dilaksanakan pada
tahun ajaran 2013-2014 pada sekolah yang ditunjuk pemerintah maupun sekolah yang
siap melaksanakannya. Meskipun masih premature, namun ada beberapa hal yang
dirasakan oleh banyak kalangan terutama yang langsung berhadapan dengan kurikulum
itu sendiri.

Terdapat beberapah hal penting dari perubahan atau penyempurnaan kurikulum


tersebut yaitu keunggulan dan kekurangan yang terdapat disana-sini.

 Keunggulan kurikulum 2013

1. Siswa lebih dituntut untuk aktif, kreatif dan inovatif dalam setiap pemecahan
masalah yang mereka hadapi di sekolah.
2. Adanya penilaian dari semua aspek. Penentuan nilai bagi siswa bukan hanya
didapat dari nilai ujian saja tetapi juga didapat dari nilai kesopanan, religi,
praktek, sikap dan lain-lain.
3. Munculnya pendidikan karakter dan pendidikan budi pekerti yang telah
diintegrasikan ke dalam semua program studi.
4. Adanya kompetensi yang sesuai dengan tuntutan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional.
5. Kompetensi yang dimaksud menggambarkan secara holistic domain sikap,
ketrampilan, dan pengetahuan.
6. Banyak kompetensi yang dibutuhkan sesuai perkembangan seperti pendidikan
karakter, metodologi pembelajaran aktif, keseimbangan soft skills dan hard skills,
kewirausahaan.
24

7. Hal yang paling menarik dari kurikulum 2013 ini adalah sangat tanggap terhadap
fenomena dan perubahan sosial. Hal ini mulai dari perubahan sosial yang terjadi
pada tingkat lokal, nasional, maupun global.
8. Standar penilaian mengarahkan kepada penilaian berbasis kompetensi seperti
sikap, ketrampilan dan pengetahuan secara proporsional.
9. Mengharuskan adanya remediasi secara berkala.
10. Sifat pembelajaran sangat kontekstual.
11. Meningkatkan motivasi mengajar dengan meningkatkan kompetensi profesi,
pedagogi, sosial dan personal.
12. Ada rambu-rambu yang jelas bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
(buku induk)
13. Guru berperan sebagai fasilitator
14. Diharapkan kreatifitas guru akan semakin meningkat
15. Efisiensi dalam manajemen sekolah contohnya dalam pengadaan buku, dimana
buku sudah disiapkan dari pusat
16. Sekolah dapat memperoleh pendampingan dari pusat dan memperoleh koordinasi
dan supervise dari daerah
17. Pembelajaran berpusat pada siswa dan kontekstual dengan metode pembelajaran
yang lebih bervariasi
18. Penilaian meliputi aspek kognitif, afektif, psikomotorik sesuai proporsi
19. Ekstrakurikuler wajib Pramuka meningkatkan karakter siswa terutama dalam
kedisiplinan, kerjasama, saling menghargai, cinta tanah air dan lain-lain.

 Kelemahan kurikulum 2013

1. Guru banyak salah kaprah, karena beranggapan dengan kurikulum 2013 guru
tidak perlu menjelaskan materi kepada siswa di kelas, padahal banyak mata
pelajaran yang harus tetap ada penjelasan dari guru.
2. Banyak sekali guru-guru yang belum siap secara mental dengan kurikulum 2013
ini, karena kurikulum ini menuntut guru lebih kreatif, pada kenyataannya sangat
sedikit para guru yang seperti itu, sehingga membutuhkan waktu yang panjang
agar bisa membuka cakrawala berfikir guru, dan salah satunya dengan pelatihan-
25

pelatihan dan pendidikan agar merubah paradigm guru sebagai pemberi materi
menjadi guru yang dapat memotivasi siswa agar kreatif.
3. Kurangnya pemahaman guru dengan konsep pendekatan scientific
4. Kurangnya ketrampilan guru merancang RPP
5. Guru tidak banyak yang menguasai penilaian autentik
6. Tugas menganalisis SKL, KI, KD buku siswa dan buku guru belum sepenuhnya
dikerjakan oleh guru, dan banyaknya guru yang hanya menjadi plagiat dalam
kasus ini.
7. Tidak pernahnya guru dilibatkan langsung dalam proses pengembangan
kurikulum 2013, karena pemerintah cenderung melihat guru dan siswa
mempunyai kapasitas yang sama.
8. Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam
kurikulum 2013 karena UN masih menjadi factor penghambat.
9. Terlalu banyak materi yang harus dikuasai siswa sehingga tidak setiap materi bisa
tersampaikan dengan baik, belum lagi persoalan guru yang kurang berdedikasi
terhadap mata pelajaran yang dia ampu.
10. Beban belajar siswa dan guru terlalu berat, sehingga waktu belajar di sekolah
terlalu lama.
11. Timbulnya kecemasan khususnya guru mata pelajaran yang dihapus yaitu KPPI,
IPA dan Kewirausahaan dan terancam sertifikasiya dicabut.
12. Sebagian besar guru masih terbiasa menggunakan cara konvensional
13. Penguasaan teknologi dan informasi untuk pembelajaran masih terbatas.
14. Guru tidak tiap dengan perubahan
15. Kurangnya kekmampaun guru dalam proses penilaian sikap, ketrampilan dan
pengetahuan secara holistic.
16. Kreatifitas dalam pengembangan silabus berkurang
17. Otonomi sekolah dalam pengembangan kurikulum berkurang
18. Sekolah tidak mandiri dalam menyikapi kurikulum
19. Tingkat keaktifan siswa belum merata
20. KBM umumnya saat ini mash konvensional
21. Belum semua guru memahami sistem penilaian sikap dan ketrampilan.
22. Menambah beban kerja guru.
26

23. Citra sekolah dan guru akan menurun jika tidak berhasil menjalankan kurikulum
2013
24. Pramuka menjadi beban bagi siswa yang tidak menyukai Pramuka, sehingga ada
unsur keterpaksaan.

BAB III

PENUTUP

SIMPULAN
Berdasarkan uraian dari Bab sebelumnya, penulis menarik kesimpulan sebagai
berikut :
Pembentukan kurikulum berasaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia dan perubahan kurikulum merupakan bentuk pengembangan dari
kurikulum itu sendiri sesuai dengan kebutuhan zaman.
Pengaruh dan dampak dari perubahan kurikulum adalah semakin meluasnya ilmu
diiringi dengan rancangan pendidikan, sehingga para siswa cenderung tidak siap untuk
beradaptasi dengan sistem yang baru akibatnya terjadi penurunan nilai dan merosotnya
mental anak bangsa.
Hal yang mempengaruhi mutu pendidikan tidak hanya kurikulum, namun yang
lain diantaranya, latar belakang sosio-ekonomi, latar belakang kemampuan kognitif dan
kuantitatif, sikap belajar terhadap pendidikan, tingkat partisipasi siswa terhadap belajar,
dan peran guru dalam proses belajar mengajar
27

SARAN
Dampak negatif dari perubahan kurikulum dapat dicegah dengan
ikut berperannya keluarga, masyarakat dan pemerintah dalam rangka penyiapan kader
anak bangsa di masa mendatang.

ISTILAH-ISTILAH DALAM PENDIDIKAN

1. Afektif. Berkaitan dengan sikap, perasaan, dan nilai.

2. Anggaran pendidikan. Alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang dianggarkan melalui
kementerian negara/lembaga dan alokasi anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah,
termasuk gaji pendidik, namun tidak termasuk anggaran pendidikan kedinasan, untuk
membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggung jawab pemerintah.

3. Alokasi anggaran pendidikan. Alokasi yang melalui belanja pemerintah pusat dan transfer
ke daerah. Untuk yang melalui belanja pemerintah pusat dialokasikan kepada Departemen
Pendidikan Nasional, Departemen Agama, dan dua belas Kementerian Negara/Lembaga
lainnya (Departemen PU, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Perpustakaan Nasional,
Departemen Keuangan, Departemen Pertanian, Departemen Perindustrian, Departemen
ESDM, Departemen Perhubungan, Departemen Kesehatan, Departemen Kehutanan,
Departemen Kelautan dan Perikanan, Badan Pertanahan Nasional, Badan Meteorologi dan
Geofisika, Badan Tenaga Nuklir Nasional, Bagian Anggaran 69). Sementara anggaran
pendidikan melalui transfer ke daerah adalah DBH Pendidikan, DAK (Dana Alokasi
Khusus) Pendidikan, DAU (Dana Alokasi Umum) Pendidikan, Dana Tambahan DAU, dan
Dana Otonomi Khusus Pendidikan.

4. Autistik. Suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi, interaksi


sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun.

5. Anak autis. Anak yang mengalami hambatan dalam proses interaksi sosial, komunikasi,
perilaku, dan bahasa.

6. Anak berkebutuhan khusus. Anak yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses
pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan/atau memiliki potensi
kecerdasan dan bakat istimewa.

7. Anak Berkesulitan Belajar. Anak yang mengalami berbagai kesulitan dalam melakukan
pembelajaran seperti membaca, menulis, dan berhitung.

8. Anak-anak berkelainan. Anak-anak yang memiliki perbedaan secara fisik dari anak-anak
normal lainnya.
28

9. Belajar Aktif. Kegiatan mengolah pengalaman dan atau praktik dengan cara mendnegar,
membaca, menulis, mendiskusikan, merefleksi rangsangan, dan memecahkan masalah.

10. Belajar Mandiri. Kegiatan atas prakarsa sendiri dalam menginternalisasi pengetahuan,
sikap, dan keterampilan, tanpa tergantung atau mendapat bimbingan langsung dari orang
lain.

11. Biaya investasi. Biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya
manusia, dan modal kerja tetap.

12. Biaya operasi. Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat
pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, biaya operasi pendidikan tak
langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan srana dan orasarana, uang
lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi.

13. Biaya personal. Biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa
mengikurit proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

14. BOS adalah Bantuan Operasional Sekolah yang menggantikan program JPS

15. BOS Bantuan Operasional Sekolah, merupakan dana kompensasi pendidikan yang pola
distribusinya langsung ke sekolah. Keberadaannya membuka peluang bagi anak-anak
kurang mampu untuk bisa meneruskan pendidikan. BOS juga memberi sumbangan besar
bagi bertahannya sekolah/madrasah dalam penyelenggaraan sekolah akibat masih
terasanya krisis ekonomi.

16. BOS Buku adalah program untuk penyediaan buku teks pelajaran. Program BOS Buku
digulirkan karena salah satu komponen penting dalam pembiayaan pendidikan adalah buku.
Masyarakat kadang harus mengeluarkan biaya besar untuk mendapatkan buku paket
pelajaran yang bermutu.

17. Career Center. Pendidikan dan pelatihan yang diperuntukkan bagi tamatan Sekolah
Lanjutan Atas (SMA, SMK, MA). Semula bernama Community College.

18. Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah tertentu, dengan tujuan untuk
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional.

19. DIPA adalah Daftar Isian Pelaksana Anggaran

20. EFA adalah Education for All (EFA) yang diprakarsai UNESCO. EFA menargetkan pada
tahun 2015 semua penduduk dunia mempunyai akses yang sama dalam memperoleh
pendidikan dasar berkualitas.
29

21. FLS2N (Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional) adalah kegiatan akbar di bidang seni dan
budaya yang melibatkan seluruh siswa-siswi jenjang pendidikan dasar dan menengah di
Indonesia, sekali dalam satu tahun. Para pesertanya adalah siswa-siswi yang lolos seleksi
melalui kompetisi ketat dan fair mulai tingkat sekolah, kecamatan dan provinsi. Para juara
FLS2N nantinya akan dibina dalam pusat pelatihan nasional dan diupayakan bisa
mengikuti kejuaran seni internasional tingkat pelajar.

22. GBPP adalah Garis-garis Besar Program Pengajaran

23. Indikator Kompetensi. Bukti yang menunjukkan telah dikuasainya kompetensi dasar.

24. IPA Terpadu. Pengintegrasian antara dua atau lebih bidang kajian IPA (Fisika, Kimia,
Biologi) secara tematik dalam satu pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran IPA terpadu
dapat dilakukan oleh guru tunggal atau team teaching.

25. IPS Terpadu. Pengintegrasian antara dua atau lebih bidang kajian IPS (Sejarah, Geografi,
Ekonomi, Sosiologi) secara tematik dalam satu pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran
IPS terpadu dapat dilakukan oleh guru tunggal atau team teaching.

26. Jaring Pengaman Sosial (JPS) adalah program pemerintah untuk menuntaskan program
Wajib Belajar Sembilan Tahun saat krisis moneter pada tahun 1997. Program JPS ini
berupa pemberian beasiswa anak-anak miskin dan kucuran dana bantuan operasional ke
sekolah-sekolah, JPS berlangsung dari 1998 hingga 2003.

27. Kalender Pendidikan. Pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran peserta didik
selama satu tahun ajaran.

28. KBK adalah kurikulum yang lebih banyak memberi ruang pada pemerintah daerah.
Pemerintah pusat hanya menyusun kompetensi standar minimal, sementara elaborasi
silabus-nya diserahkan pada daerah, yang selanjutnya diserahkan kepada sekolah dan para
guru.

29. Kecakapan Hidup (Life Skills). Kecakapan-kecakapan yang diperlukan peserta didik
dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan.

30. Kegiatan Pembelajaran. Kegiatan yang melibatkan peserta didik dakam proses mental dan
fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan
sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Kegiatan yang
dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi
dan berpusat pada peserta didik. Kegiatan pembelajaran harus mengembangkan kecakapan
hidup yang perlu dikuasai peserta didik.

31. Ketuntasan Belajar. Tingkat ketercapaian kompetensi setelah peserta didik mengikuti
kegiatan pembelajaran.
30

32. Komite Sekolah/Madrasah. Lembaga mandiri yang beranggotakan orangtua/wali peserta


didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan.

33. Klasikal. Cara mengelola kegiatan belajar dengan sejumlah peserta didik dalam suatu kelas,
yang memungkinkan belajar bersama, berkelompok, dan individual.

34. Kognitif. Berkaitan dengan atau meliputi proses rasional untuk mengausai pengetahuan dan
pemahaman konseptual.
35. Kolaboratif. Kerjasama dalam pemecahan masalah dan atau penyelesaian suatu tugas di
mana tiap anggota melaksanakan fungsi yang saling mengisi dan melengkapi.

36. Kolokium. Suatu kegiatan akademik di mana seseorang mempresentasikan apa yang telah
dipelajari kepada suatu kelompok atau kelas, dan menjawab pertanyaan mengenai
presentasinya dari anggota kelompok atau kelas.

37. Komite Sekolah adalah unsur-unsur masyarakat yang diharapkan memberikan masukan
dalam pengembangan program sekolah, peningkatan fundrising, dan pengembangan
kurikulum. Mereka juga berhak memperoleh laporan kerja meski tidak berada dalam
struktur birokrasi sekolah, sehingga akuntabilitas manajemen sekolah dapat diketahui oleh
publik.

Keanggotaan komite sekolah bervariasi, ada yang hanya terdiri dari ahli pendidikan dan
tokoh masyarakat setempat, tapi ada pula yang memasukkan Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) hingga pengusaha.

38. Kompetensi. Seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di
bidang pekerjaan tertentu.

39. Kompetensi Dasar (KD). Kemampuan minimal yang diperlukan untuk melaksanakan
tugas atau pekerjaan dengan efektif.

40. Kooperatif. Kegiatan yang dilakukan dalam kelompok demi kepentingan bersama.

41. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Batas minimal pencapaian kompetensi pada setiap
aspek penilaian mata pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik.

42. KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan. KTSP ini merupakan perwujudan dari kurikulum pendidikan dasar dan
menengah, yang dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau
satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah, di bawah koordinasi dan supervisi Dinas
Pendidikan atau Kantor Departemen Agama tingkat kabupaten/kota untuk pendidikan
dasar, dan provinsi untuk pendidikan menengah.
31

KTSP berpedoman pada Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan, serta panduan
penyusunan kurikulum yang disusun oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

43. Kurikulum. Seperangkat rencana dan pengaturan mennegai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.

44. Kurikulum 1994 merupakan kurikulum yang disusun oleh pemerintah pusat dan hanya
memberi kewenangan pada pemerintah daerah sebesar 20% untuk menyusun kurikulum
muatan lokal.

45. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum operasional yang disusun
dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan
pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan
pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus.

46. Metakognisi. Kognisi yang lebih komprehensif, meliputi pengetahuan strategik (mampu
membuat ringkasan, menyusun struktur pengetahuan), pengetahuan tentang tugas kognitif
(mengetahui tintutan kognitif untuk berbagai keperluan), dan pengetahuan tentang diri.

47. MBS adalah bentuk otonomi manajemen pendidikan pada satuan pendidikan, yang dalam
hal ini kepala sekolah/madrasah dan guru dibantu oleh komite sekolah/madrasah dalam
mengelola kegiatan pendidikan.

MBS ini bertujuan; 1) mencapai mutu (quality) dan relevansi pendidikan yang setinggi-
tingginya, dengan tolok ukur penilaian pada hasil (output dan outcome) bukan pada
metodologi atau prosesnya; 2) menjamin keadilan bagi setiap anak untuk memperoleh
layanan pendidikan yang bermutu di sekolah yang bersangkutan; 3) meningkatkan
efektivitas dan efisiensi; dan 4) meningkatkan akuntabilitas sekolah dan komitmen
semua stake holders.

48. Medali Aviciena adalah penghargaan dari UNESCO terhadap keberhasilan Indonesia
melaksanakan wajib belajar enam tahun. Penghargaan ini diberikan pada tahun 1993.

49. Minggu Efektif Belajar. Jumlah minggu kegiatan pembelajaran untuk setiap tahun
pelajaran pada setiap satuan pendidikan, yaitu 34-38 minggu.

50. Misi Sekolah. Tindakan strategis yang akan dilaskanakan untuk mencapai visi sekolah.

51. Muatan Lokal. Kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan
dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak
dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada. Substansi mata pelajaran muatan
lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata poelajaran keterampilan.
32

52. O2SN (Olimpiade Olahraga Siswa Nasional) adalah kegiatan akbar di bidang olahraga
yang melibatkan seluruh siswa-siswi jenjang pendidikan dasar dan menengah di Indonesia,
sekali dalam satu tahun. Para pesertanya adalah siswa-siswi yang lolos seleksi melalui
kompetisi ketat dan fair mulai tingkat sekolah, kecamatan dan provinsi. Para juara O2SN
nantinya akan dibina dalam pusat pelatihan nasional dan diupayakan bisa mengikuti
kejuaran olahraga internasional tingkat pelajar.

53. OSN (Olimpiade Sains Nasional) adalah kegiatan akbar di bidang sains dan tekhnologi
yang melibatkan seluruh siswa-siswi jenjang pendidikan dasar dan menengah di Indonesia
kecuali SMK yang memiliki konsentrasi berbeda sekali dalam satu tahun.

Siswa yang mengikuti OSN adalah siswa yang telah lolos seleksi tingkat sekolah,
kabupaten dan provinsi. Para juara OSN nantinya akan dibimbing dan diikutsertakan pada
olimpiade-olimpiade tingkat internasional seperti; IPhO, IBO, IMO, IChO dan lainya.

54. Pembelajaran. Proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.

55. Pembelajaran Berbasis Masalah. Pengorganisasian proses belajar yang dikaitkan dengan
masalah konkret yang dapat ditinjau dari berbagai disiplin keilmuan atau mata pelajaran.

56. Pembelajaran Berbasis Proyek. Pengorganisasian proses belajar yang dikaitkan dengan
suatu objek konkret yang dapat ditinjau dari berbagai disiplin keilmuan atau mata pelajaran.

57. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

58. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global. Pendidikan yang memanfaatkan
keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa,
teknologi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan
kompetensi peserta didik agar mampu bersaing di tingkat global, nasional, dan
internasional.
59. Pendidikan Inklusif. Program pendidikan yang mengakomodasi semua peserta didik baik
anak normal maupun anak berkebutuhan khusus sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhannya.

60. Pendidikan Khusus. Pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam
mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial dan/atau
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

61. Pembiayaan pendidikan. Suatu analisa tentang sumber-sumber dan penggunaan biaya
yang diperuntukkan bagi pengelolaan pendidikan secara efisien guna mencapai tujuan.
33

62. Pendidik. Tenaga kependidikan yang berkualifukasi sebagai guru, dosen, konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, isntruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

63. Pendidikan Layanan Khusus (PLK). Pendidikan bagi peserta didik di daerah terpencil
atau terbelakang, masyarakat adat yang terpencil, dan/atau mengalami bencana alam,
bencana sosial, dan tidak mampu dari segi ekonomi.

64. Pengangguran Terdidik. Orang-orang yang mempunyai kualifikasi lulusan pendidikan


yang cukup namun masih belum memiliki pekerjaan. Mereka antara lain terdiri dari lulusan
SMA, SMK, program Diploma, dan Universitas.

65. Penilaian Otentik. Usaha untuk mengukur atau memberikan penghargaan atas kemampuan
seseorang yang benar-benar menggambarkan apa yang dikuasainya. Penilaian ini
dilakukan dengan berbagai cara seperti tes tertulis, kolokium, portofolio unjuk kerja, unjuk
tindak (berdiskusi, berargumentasi, dll), observasi, dll.

66. Permulaan Tahun Pelajaran. Waktu dimulainya kegiatan pembelajaran pada awal tahun
pelajaran pada setiap satuan pendidikan.

67. Perpustakaan. Tempat, gedung, atau ruang yang disediakan untuk pemeliharaan dan
penggunaan koleksi buku. Berisi koleksi buku, majalah, dan bahan kepustakaan lainnya
yang disimpan untuk dibaca, dipelajari, dan dibicarakan.

68. Perpustakaan Digital (Digital Library). Perpustakaan yang menyimpan data baik buku
(tulisan), gambar, maupun suara dalam bentuk file elektronik dan mendistribusikannya
dengan menggunakan protokol elektronik melalui jaringan komputer.

Ia merupakan gabungan ICT (Information and Communication Technology) dengan isi dan
program yang dibutuhkan untuk mereproduksi dan mengembangkan layanan yang biasa
disediakan oleh perpustakaan konvensional yang berbasis kertas atau material lainnya.

69. Perpustakaan Elektronik (Electronic Library). Sebuah sistem perpustakaan yang


menggunakan media elektronik dalam menyampaikan informasi dan sumber daya yang
dimilikinya. Media elektronik yang digunakan ini diartikan secara luas bisa melalui
komputer, telepon, internet, web, dan lain-lain.

70. Perpustakaan Modern. Perpustakaan yang menggunakan komputer dan jaringan komputer
sebagai alat bantu layanan perpustakaan dan pengelolaannya.

71. Perpustakaan Semi Modern. Perpustakaan yang sudah memiliki sistem katalog, peng-
index-an, dan klasifikasi secara manual dan automasi (disebut hybrid library).
34

72. Perpustakaan Tradisional. Perpustakaan yang memiliki koleksi buku tetapi tidak ada
sistem katalog.

73. Perpustakaan Virtual. Perpustakaan yang seluruh koleksinya dalam bentuk digital
(edocument) dan diakses melalui internet serta intranet (dalam suatu jaringan).

74. Persentase anggaran pendidikan. Perbandingan alokasi anggaran pendidikan terhadap


total anggaran belanja negara.

75. Peningkatan Mutu Pendidikan adalah suatu proses yang sistematis, yang dilakukan secara
terus-menerus dalam proses belajar-mengajar untuk mencapai tujuan sekolah. Peningkatan
mutu ini terkait dengan tiga aspek yang perlu dicermati, yaitu: peningkatan kualitas lulusan,
peningkatan kualitas proses belajar-mengajar, dan penciptaan kultur sekolah.

76. Portofolio. Suatu berkas karya yang disusun berdasarkan sistematika tertentu, sebagai bukti
penguasaan atas tujuan belajar.

77. Program Pengayaan. Program pendalaman kompetensi yang diberikan kepada peserta
didik yang sudah mencapai kriteria ketuntasan minimal agar peserta didik yang
bersangkutan memiliki kompetensi yang lebih luas dan tinggi.

78. Program Remedial. Kegiatan pembelajaran yang ditujukan untuk membantu peserta didik
mencapai atau menguasai kompetensi dasar dengan KKM yang ditetapkan. Program
Remedial dapat dilaksanakan setiap saat baik pada jam efektif maupun di luar jam efektif.
Penialaian kegiatan remedial dapat dilakukan melalui tes maupun penugasan.

79. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Penjabaran silabus yang menggambarkan


rencana prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar
yang ditetapkan dalam Standar Isi. RPP digunakan sebagai pedoman guru dalam
melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, dan/atau lapangan.

80. RKB adalah Ruang Kelas Baru. Pembangunan RKB digulirkan karena masih banyak
sekolah yang belum punya ruangan cukup untuk menampung siswa. Selain itu masih
banyak ditemukan sekolah yang menyelenggarakan pendidikan double shift; siswa
bergantian menggunakan ruang belajar menurut jadual siang-sore. Melalui pembangunan
RKB diharapkan proses belajar-mengajar berjalan baik dan lancar.

Pola pelaksanaan pembangunan RKB melalui metode imbal swadaya dan block grant.
Sekolah yang tergolong mampu, sistem yang digunakan adalah imbal swadaya. Jadi, ada
kesepakatan lebih dulu dengan pemerintah daerah, berapa persen yang ditanggung
pemerintah pusat dan yang ditanggung sekolah atau pemerintah daerah, misalnya pola
70:30. Sebaliknya pemerintah daerah yang belum mampu, boleh menggunakan pola block
grant.
35

81. SBI adalah sekolah yang telah menyelenggarakan pendidikan sesuai standar nasional
pendidikan (SNP) dan memenuhi indikator kinerja kunci minimal (IKKM), serta indikator
kinerja kunci tambahan (IKKT), sehingga lulusannya memiliki mutu/kualitas bertaraf
internasional. SBI berbeda dengan Sekolah Intenasional, yang merupakan sekolah yang
mengadopsi sistem, kurikulum dan tenaga pangajar dari negara asing.

Pada Sekolah Intenasional, siswa sama sekali tidak mengenal pelajaran yang sifatnya
lokal-nasional seperti Kebudayaan, Bahasa Indonesia dan Kewarganegaraan. Jenis mata
pelajaran yang berlaku benar-benar mata pelajaran dari negara asal. Sementara SBI tetap
mempertahankan kurikulum lokal-nasional, agar tamatan SBI senantiasa mengenal jati
dirinya sebagai bangsa Indonesia.

82. SD-SMP Satu Atap adalah program pemerintah untuk mengatasi kesulitan yang dialami
siswa-siswi tingkat SMP yang tinggal di daerah terpencil, terpencar, dan terisolasi dalam
mengakses sekolah yang rata-rata berdiri di daerah perkotaan dan jauh dari tempat tinggal
mereka.

Model sekolah ini merupakan implementasi konsep to reach the unreach (menjangkau
mereka yang tidak terjangkau) yang digulirkan UNESCO.

83. Sekolah Inpres adalah progam pembangunan sekolah pada tahun 1973/1974, secara besar-
besaran dari kota hingga pelosok desa. Pembangunan sekolah inpres juga diikuti dengan
rekrutmen guru besar-besaran.

84. Sekolah Inklusif. Sekolah yang menerapkan program pendidikan inklusif.

85. Silabus. Penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Silabus
mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, panilaian, alokasi waktu,
dan sumber belajar.

86. SMP Terbuka adalah bentuk pendidikan terbuka dan pendidikan jarak jauh, yang
diperuntukkan melayani anak-anak dari daerah pedalaman dan anak-anak yang bekerja
membantu orangtuanya. Metode belajar SMP Terbuka mandiri. Kendati demikian, tatap
muka guru-siswa tetap ada walau frekuensinya tidak terlalu sering. Pada intinya, proses
pembelajarannya tidak terikat tempat dan waktu.

SMP terbuka digulirkan pertama kali pada tahun 1979/1980. Saat itu, SMP Terbuka
pertama adalah; Kalianda (Lampung), Plumbon (Cirebon), Adiwerna (Tegal), Kalisat
(Jember), dan Terara (Lombok) Timur.

87. SNP adalah standar minimal pendidikan.


36

88. Standar Isi. Ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria
tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan
silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Standar ini disusun dan dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan oleh
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional.

89. Standar Kompetensi. Ketentuan pokok untuk dijabarkan lebih lanjut dalam serangkaian
kemampuan untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan secara efektif.

90. Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar ini disusun dan dikembangkan oleh BSNP
dan ditetapkan oleh Keputusan Menteri Pendidikan Nasional.

91. Standar Nasional Pendidikan (SNP). Kriteria minimal tentang sistem pendidikan di
seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang didukung oleh standar-
stanar: pengelolaan, kompetensi lulusan, isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana, dan penilaian.

92. Standar Pembiayaan. Standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi
satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Standar ini disusun dan dikembangkan
oleh BSNP dan ditetapkan oleh Keputusan Menteri Pendidikan Nasional.

93. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Kriteria pendidkan prajabatan dan
kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. Standar ini disusun dan
dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan oleh Keputusan Menteri Pendidikan Nasional.

94. Standar Pengelolaan Pendidikan untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Standar pengelolaan pendidikan untuk sekolah/madrasah yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaskanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan agar tercapai efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan pendidikan.

95. Standar Penilaian Pendidikan. Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur , dan instrumen penialaian hasil belajar peserta didik. Standar ini
disusun dan dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan oleh Keputusan Menteri Pendidikan
Nasional.

96. Standar Proses. Standar nasional pendidikan yang bekaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan.
Standar ini disusun dan dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan oleh Keputusan Menteri
Pendidikan Nasional.
97. Standar Sarana dan Prasarana. Standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, pepustakaan,
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber
belajar lain, yang diperlukan utnuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan
37

teknologi informasi dan komunikasi. Standar ini disusun dan dikembangkan oleh BSNP
dan ditetapkan oleh Keputusan Menteri Pendidikan Nasional.

98. Sumber Belajar. Segala sesuatu yang mengandung pesan, baik yang sengaja
dikembangkan atau yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan pengalaman dan atau
praktik yang memungkinkan terjadinya belajar. Sumber balajar dapat berupa narasumber,
buku, media non-buku, teknik dan lingkungan.

99. Struktur Kurikulum. Pola dan susunan mata pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta
didik dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata
pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai
peserta didik sesuaii dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum.

100. Tenaga Kependidikan. Anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan.

101. Tunadaksa. Mereka yang memiliki kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak
(tulang, otot, sendi, dan pada sisstem saraf pusat).

102. Tunagrahita. Mereka yang mengalami hambatan atau keterlambatan dalam


perkembangan mental disertai ketidakmampuan untuk belajar dan menyesuaikan diri.

103. Tunanetra. Mereka yang mengalami gangguan daya penglihatan berupa kebutaan
menyeluruh atau sebagian.

104. Tunarungu. Mereka yang mengalami kehilangan kemampuan pendengaran menyeluruh


atau sebagian.

105. Tunawicara. Mereka yang mengalami gangguan dalam berbicara diakibatkan oleh
kelainan/kerusakan pada organ bicara.

106. Tunalaras. Mereka yang mengalami gangguan emosi dan perilaku sehingga mengalami
kesulitan dalam bertingkah laku.

107. Tunaganda. Mereka yang memiliki dua atau lebih kelainan.

108. Ujian Nasional adalah evaluasi yang dilakukan dalam rangka pengendalian mutu
pendidikan secara nasional yang berpedoman pada standar nasional pendidikan (SNP)
sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.

109. USB adalah Unit Sekolah Baru. USB ini bagian dari tahapan-tahapan program Penuntasan
Wajib Belajar Sembilan Tahun. Pembangunan USB diperuntukkan bagi anak-anak usia
pendidikan dasar di daerah-daerah terpencil, terisolir, dan daerah yang termasuk kantong
kemiskinan, agar bisa dijangkau semua anak usia pendidikan dasar.
38

Pola pembangunan USB menggunakan mekanisme block grant, dan melibatkan peran serta
masyarakat secara langsung. Mereka dapat menentukan sendiri keperluan yang dibutuhkan
untuk mendirikan sebuah gedung sekolah yang baik. Mereka pun dapat mengawasi
pembangunannya sehingga kualitas bangunan terjaga, dan penyimpangan dana di lapangan
relatif rendah. Pembangunan USB juga melibatkan Pemerintah Daerah, sebab merekalah
nantinya yang bertanggung jawab atas keberlangsungan sekolah di daerahnya.

110. Visi Sekolah. Gambaran sekolah yang dicita-citakan di masa depan. Ia merupakan
rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan di masa yang akan datang. Visi
sekolah harus berorientasi pada tujuan pendidikan dasar dan tujuan pendidikan nasional.

111. Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun adalah program pendidikan yang
bertujuan memperluas dan memeratakan akses pendidikan untuk warga negara usia 7 s/d
15 tahun (SD/MI/pendidikan setara dan SMP/MTs/pendidikan setara).

Program ini digulirkan pertama kali pada tanggal 2 Mei 1994, dan merupakan realisasi dari
komitmen pemerintah Indonesia terhadap Deklarasi Dakar, Sinegal, (1994?) yang
menyatakan bahwa pada tahun 2015 negara di semua dunia harus menyelesaikan
pendidikan wajar 9 tahun.

112. Waktu Libur. Waktu yang ditetapkan untuk tidak diadakan kegiatan pembelajaran
terjawal pada satuan pendidikan yang dimakud. Waktu libur dapat berbentuk jeda tengah
semester, jeda antarsemester, libur akhir tahun pelajaran, hari libur keagamaan, hari libur
umum termasuk hari-hari besra nasional, dan hari libur khusus.

113. Waktu Pembelajaran Efektif. Jumlah jam pembelajaran setiap minggu, meliputi jumlah
jam pembelajaran untuk seluruh mata pelajaran termasuk muatan lokal, yaitu 32-36 jam
pembelajaran.

114. Web Catalogue (sistem informasi perpustakaan melalui web). Sebuah sistem informasi
dan transaksi perpustakaan melalui interface berbasis web

DAFTAR PUSTAKA

 Jendela Pendidikan dan Kebudayaan Edisi III – Juni 2016


 https://kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/Paparan/Paparan%20Wamendik.pdf
39

 https://news.detik.com/berita/2302125/6-perubahan-pada-kurikulum-2013-dibanding-
kurikulum-lama
 https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/06/revisi-kurikulum-2013-guru-lebih-
dimudahkan
 https://serambimata.com/2016/03/23/inilah-empat-poin-penting-pada-kurikulum-2013-
edisi-revisi-tahun-2016/

Anda mungkin juga menyukai