Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Diabetes Melitus

Menurut Perkeni tahun 2015, Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka
panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung
dan pembuluh darah
2.2 Komplikasi Diabetes Melitus
a. Akut
Komplikasi akut dari diabetes melitus antara lain koma hipoglikemia, ketoasidosis dan koma
hiperosmolar non ketotik.
b. Kronis

 Makroangiopati (mengenai pembuluh darah besar): pembuluh darah jantung, pembuluh


darah tepi dan pembuluh darah otak
 Mikroangiopati (mengenai pembuluh darah kecil): retinopati diabetik, nefropati diabetik
 Neuropati diabetik
 Rentan infeksi, seperti tuberkolusis paru, ginggivitis dan infeksi saluran kemih.
 Kaki diabetik

2.3 Definisi Ulkus Diabetikum

Ulkus diabetikum merupakan salah satu komplikasi kronik diabetes melitus pada
lapisan kulit sampai ke dalam dermis, yang biasanya terjadi di kaki.
2.4 Epidemiologi

Menurut The National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease,
diperkirakan 16 juta orang Amerika Serikat diketahui menderita diabetes, dan jutaan
diantaranya beresiko untuk menderita diabetes. Dari keseluruhan penderita diabetes, 15%
menderita ulkus di kaki, dan 12-14% dari yang menderita ulkus di kaki memerlukan amputasi.

Separo lebih amputasi non trauma merupakan akibat dari komplikasi ulkus diabetes,
dan disertai dengan tingginya angka mortalitas, reamputasi dan amputasi kaki kontralateral.
Bahkan setelah hasil perawatan penyembuhan luka bagus, angka kekambuhan diperkirakan
sekitar 66%, dan resiko amputasi meningkat sampai 12%.

3
Menurut Medicare, prevalensi diabetes sekitar 10% dan 90% diantaranya adalah
penderita diabetes tipe II. Neuropati diabetik cenderung terjadi sekitar 10 tahun setelah
menderita diabetes, sehingga kelainan kaki diabetik dan ulkus diabetes dapat terjadi setelah
waktu itu.

2.5 Etiologi

Beberapa etiologi yang menyebabkan ulkus diabetes meliputi neuropati, penyakit


arterial, tekanan dan deformitas kaki.
2.6 Patofisiologi

a. Neuropati Perifer

Neuropati perifer pada diabetes adalah multifaktorial dan diperkirakan merupakan


akibat penyakit vaskuler yang menutupi vasa nervorum, disfungsi endotel, defisiensi
mioinositol-perubahan sintesis mielin dan menurunnya aktivitas Na-K ATPase,
hiperosmolaritas kronis, menyebabkan edema pada saraf tubuh serta pengaruh peningkatan
sorbitol dan fruktose.

Perubahan neuropati yang telah diamati pada kaki diabetik merupakan akibat langsung
dari kelainan pada sistem persarafan motorik, sensorik dan autonomik. Hilangnya fungsi
sudomotor pada neuropati otonomik menyebabkan anhidrosis dan hiperkeratosis. Kulit yang
terbuka akan mengakibatkan masuknya bakteri dan menimbulkan infeksi. Berkurangnya
sensibilitas kulit pada penonjolan tulang dan sela-sela jari sering menghambat deteksi dari luka-
luka kecil pada kaki.

Neuropati autonomik mengakibatkan 2 hal yaitu anhidrosis dan pembukaan arteriovenous (AV)
shunt. Neuropati motorik paling sering mempengaruhi otot intrinsik kaki sebagai akibat dari
tekanan saraf plantaris medialis dan lateralis pada masing-masing lubangnya (tunnel).
b. Penyakit Arterial

Penderita diabetes, seperti orang tanpa diabetes, kemungkinan akan menderita penyakit
atherosklerosis pada arteri besar dan sedang, misalnya pada aortailiaca, dan femoropoplitea.
Alasan dugaan bentuk penyakit arteri ini pada penderita diabetes adalah hasil beberapa macam
kelainan metabolik, meliputi kadar Low Density Lipoprotein (LDL), Very Low Density
Lipoprotein (VLDL), peningkatan kadar faktor von Willbrand plasma, inhibisi sintesis
prostasiklin, peningkatan kadar fibrinogen plasma, dan peningkatan adhesifitas platelet. Secara
4
keseluruhan, penderita diabetes mempunyai kemungkinan besar menderita atherosklerosis,
terjadi penebalan membran basalis kapiler, hialinosis arteriolar, dan proliferasi endotel.

Peningkatan viskositas darah yang terjadi pada pasien diabetes timbul berawal pada
kekakuan mernbran sel darah merah sejalan dengan peningkatan aggregasi eritrosit, Karena sel
darah merah bentuknya harus lentur ketika melewati kapiler, kekakuan pada membran sel darah
merah dapat menyebabkan hambatan aliran dan kerusakan pada endotelial. Glikosilasi non
enzimatik protein spectrin membran sel darah merah bertanggungjawab pada kekakuan dan
peningkatan aggregasi yang telah terjadi. Akibat yang terjadi dari dua hal tersebut adalah
peningkatan viskositas darah. Mekanisme glikosilasi hampir sama seperti yang terlihat dengan
hemoglobin dan berbanding lurus dengan kadar glukosa darah.

Penurunan aliran darah sebagai akibat perubahan viskositas memacu meningkatkan


kompensasinya dalam tekanan perfusi sehingga akan meningkatkan transudasi melalui kapiler
dan selanjutnya akan meningkatkan viskositas darah. Iskemia perifer yang terjadi lebih lanjut
disebabkan peningkatan afinitas hemoglobin terglikolasi terhadap molekul oksigen. Efek
merugikan oleh hiperglikemia terhadap aliran darah dan perfusi jaringan sangatlah signifikan.

5
c. Deformitas kaki

Perubahan destruktif yang terjadi pada kaki Charcot menyebabkan kerusakan arkus
longitudinal medius, dimana akan menimbulkan gait biomekanik. Perubahan pada calcaneal
pitch menyebabkan regangan ligamen pada metatarsal, cuneiform, navicular dan tulang kecil
lainnya dimana akan menambah panjang lengkung pada kaki. Perubahan degeneratif ini
nantinya akan merubah cara berjalan (gait), mengakibatkan kelainan tekanan tumpuan beban,
dimana menyebabkan kolaps pada kaki. Ulserasi, infeksi, gangren dan kehilangan tungkai
merupakan hasil yang sering didapatkan jika proses tersebut tidak dihentikan pada stadium
awal.
d. Tekanan

Diabetes dapat memberikan dampak buruk pada beberapa sistem organ termasuk sendi
dan tendon. Hal biasanya tejadi pada tendon achiles dimana advanced glycosylated end
prodruct (AGEs) berhubungan dengan molekul kolagen pada tendon sehingga menyebabkan
hilangnya elastisitas dan bahkan pemendekan tendon. Akibat ketidakmampuan gerakan
dorsofleksi telapak kaki, dengan kata lain arkus dan kaput metatarsal mendapatkan tekanan
tinggi dan lama karena adanya gangguan berjalan (gait).

Hilangnya sensasi pada kaki akan menyebabkan tekanan yang berulang, injuri dan
fraktur, kelainan struktur kaki, misalnya hammertoes, callus, kelainan metatarsal, atau kaki
Charcot; tekanan yang terus menerus dan pada akhirnya terjadi kerusakan jaringan lunak. Tidak
terasanya panas dan dingin, tekanan sepatu yang salah, kerusakan akibat benda tumpul atau
tajam dapat menyebabkan pengelepuhan dan ulserasi. Faktor ini ditambah aliran darah yang
buruk meningkatkan resiko kehilangan anggota gerak pada penderita diabetes.

2.7 Diagnosis Klinis

Penanganan ulkus diabetes terdiri dari penentuan dan perbaikan penyakit dasar
penyebab ulkus, perawatan luka yang baik, dan pencegahan kekambuhan ulkus. Penyebab
ulkus diabetes dapat ditentukan secara tepat melalui anamnesa riwayat dan pemeriksaan fisik
yang cermat.
2.8 Riwayat

Gejala neuropati perifer meliputi hipesthesia, hiperesthesia, paresthesia, disesthesia,


radicular pain dan anhidrosis. sebagian besar orang yang menderita penyakit atherosklerosis
pada ekstremitas bawah tidak menunjukkan gejala (asimtomatik), Penderita yang menunjukkan
gejala didapatkan claudicatio, nyeri iskemik saat istirahat, luka yang tidak sembuh dan nyeri
6
kaki yang jelas. Kram, kelemahan dan rasa tidak nyaman pada kaki sering dirasakan oleh
penderita diabetes karena kecenderungannya menderita oklusi aterosklerosis tibioperoneal.
2.9 Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada penderita dengan ulkus diabetes dibagi menjadi 3 bagian yaitu:

 Pemeriksaan ulkus dan keadaan umum ekstremitas


 Penilaian kemungkinan isufisiensi vaskuler
 Penilaian kemungkinan neuropati perifer

Mengingat diabetes mellitus merupakan penyakit sistemik, oleh karena itu pemeriksaan fisik
secara menyeluruh pada pasien sangat penting untuk dilakukan.

a.Pemeriksaan Ekstremitas

Ulkus diabetes mempunyai kecenderungan terjadi pada beberapa daerah yang menjadi
tumpuan beban terbesar, seperti tumit, area kaput metatarsal di telapak, ujung jari yang
menonjol (pada jari pertama dan kedua). Ulkus dapat timbul pada malleolus karena pada
daerah ini sering mendapatkan trauma.
b. Isufisiensi arteri perifer

Pemeriksaan fisik rnemperlihatkan hilangnya atau menurunnya nadi perifer dibawah


level tertentu. Penemuan lain yang berhubungan dengan penyakit aterosklerosis meliputi
adanya bunyi bising (bruit) pada arteri iliaka dan femoralis, atrofi kulit, hilangnya rambut pada
kaki, sianosis jari kaki, ulserasi dan nekrosis iskemia, kedua kaki pucat pada saat kaki diangkat
setinggi jantung selama 1-2 menit.
c. Neuropati Perifer

Tanda neuropati perifer meliputi hilangnya sensasi rasa getar dan posisi, hilangnya
reflek tendon dalam, ulserasi tropik, foot drop, atrofi otot, dan pemembentukan calus
hipertropik khususnya pada daerah penekanan misalnya pada tumit. Status neurologis dapat
diperiksa dengan menggunakan monofilament Semmes-Weinsten untuk mengetahui apakah
penderita masih memiliki "sensasi protektif', Pemeriksaan menunjukkan hasil abnormal jika
penderita tidak dapat merasakan sentuhan monofilamen ketika ditekankan pada kaki dengan

7
tekanan yang cukup sampai monofilamen bengkok (Gambar 6).

2.10 Pemeriksaan Laboratorium

 Pemeriksaan darah : lekositosis mungkin menandakan adanya abses atau infeksi lainnya
pada kaki. Penyembuhan luka dihambat oleh adanya anemia. Adanya insufisiensi
arterial yang telah ada, keadaan anemia menimbulkan nyeri saat istirahat.
 Profil metabolik : pengukuran kadar glukosa darah, glikohemoglobin dan kreatinin
serum membantu untuk menentukan kecukupan regulasi glukosa dan fungsi ginjal
 Pemeriksaan laboratorium vaskuler noninvasif : Pulse Volume Recording (PVR), atau
plethymosgrafi.

8
2.11 Pemeriksaan Radiologis

 Pemeriksaan foto polos pada kaki diabetik dapat menunjukkan demineralisasi dan sendi
Charcot serta adanya ostomielitis.
 Computed Tomographic (CT) scan dan Magnetic Resonance Imanging (MRI):
meskipun pemeriksa yang berpengalaman dapat mendiagnosis abses dengan
pemeriksaan fisik, CT scan atau MRI dapat digunakan untuk membantu diagnosis abses
apabila pada pemeriksaan fisik tidak jelas.
 Bone scaning masih dipertanyakan kegunaannya karena besarnya hasil false positif dan
false negatif. Penelitian mutakhir menyebutkan 99mTc-IabeIed ciprofolxacin sebagai
penanda (marker) untuk osteomielitis.
 Arteriografi konvensional: apabila direncanakan pembedahan vaskuler atau
endovaskuler, arteriografi diperlukan untuk memperlihatkan luas dan makna penyakit
atherosklerosis. Resiko yang berkaitan dengan injeksi kontras pada angiografi
konvensional berhubungan dengan suntikan dan agen kontras.

2.12 Klasifikasi Patologi dan Tatalaksana Ulkus Diabetikum


1. Klasifikasi
Penilaian dan klasifikasi ulkus diabetes sangat penting untuk membantu perencanaan
terapi dari berbagai pendekatan dan membantu memprediksi hasil. Beberapa sistem klasifikasi
ulkus telah dibuat yang didasarkan pada beberapa parameter yaitu luasnya infeksi, neuropati,
iskemia, kedalaman atau luasnya luka, dan lokasi. Sistem klasifikasi yang paling banyak
digunakan pada ulkus diabetes adalah Sistem Klasifikasi Ulkus Wagner-Meggit yang
didasarkan pada kedalaman luka dan terdiri dari 6 grade luka

University of Texas membagi ulkus berdasarkan dalamnya ulkus dan membaginya lagi
berdasarkan adanya infeksi atau iskemi. Adapun sistem Texas ini meliputi :
9
TABEL 2
2. Talaksanaan Ulkus Diabetikum

Tujuan utama dalam penatalaksanaan ulkus diabetes adalah penutupan luka.


Penatalaksanaan ulkus diabetes secara garis besar ditentukan oleh derajat keparahan ulkus,
vaskularisasi dan adanya infeksi. Dasar dari perawatan ulkus diabetes meliputi 3 hal yaitu
debridement, offloading dan kontrol infeksi.

a. Debridement

Debridement menjadi salah satu tindakan yang terpenting dalam perawatan luka.
Debridement adalah suatu tindakan untuk membuang jaringan nekrosis, callus dan jaringan
fibrotik. Jaringan mati yang dibuang sekitar 2-3 mm dari tepi luka ke jaringan sehat.
Debridement meningkatkan pengeluaran faktor pertumbuhan yang membantu proses
penyembuhan luka.
b. Offloading

Offloading adalah pengurangan tekanan pada ulkus, menjadi salah satu komponen
penanganan ulkus diabetes. Ulserasi biasanya terjadi pada area telapak kaki yang mendapat
tekanan tinggi. Bed rest merupakan satu cara yang ideal untuk mengurangi tekanan tetapi sulit
untuk dilakukan
c. Penanganan Infeksi

Ulkus diabetes memungkinkan masuknya bakteri, serta menimbulkan infeksi pada luka.
Karena angka kejadian infeksi yang tinggi pada ulkus diabetes, maka diperlukan pendekatan
sistemik untuk penilaian yang lengkap. Diagnosis infeksi terutama berdasarkan keadaan klinis
seperti eritema, edema, nyeri, lunak, hangat dan keluarnya nanah dari luka.

Penentuan derajat infeksi menjadi sangat penting. Menurut The Infectious Diseases
Society of America membagi infeksi menjadi 3 kategori, yaitu:

 Infeksi ringan : apabila didapatkan eritema < 2 cm

10
 Infeksi sedang: apabila didapatkan eritema > 2 cm

 Infeksi berat : apabila didapatkan gejala infeksi sistemik.

Ulkus diabetes yang terinfeksi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu:

 Non-limb threatening : selulitis < 2cm dan tidak meluas sampai tulang atau sendi.

 Limb threatening : selulitis > 2cm dan telah meacapai tulang atau sendi, serta
adanya infeksi sistemik.

Penelitian mengenai penggunaan antibiotika sebagai terapi ulkus diabetes masih


sedikit, sehingga sebagian besar didasarkan pada pengalaman klinis. Terapi antibiotik harus
didasarkan pada hasil kuftur bakteri dan kemampuan toksistas antibiotika tersebut.

Pada infeksi yang tidak membahayakan (non-limb threatening) biasanya disebabkan


oleh staphylokokus dan streptokokus. Infeksi ringan dan sedang dapat dirawat poliklinis
dengan pemberian antibiotika oral, misalnya cephalexin, amoxilin-clavulanic, moxifloxin atau
clindamycin.

Sedangkan pada infeksi berat biasanya karena infeksi polimikroba, seperti


staphylokokus, streptokokus, enterobacteriaceae, pseudomonas, enterokokus dan bakteri
anaerob misalnya bacteriodes, peptokokus, peptostreptokokus. Pada infeksi berat harus dirawat
dirumah sakit, dengan pemberian antibiotika yang mencakup gram posistif dan gram negatif,
serta aerobik dan anaerobik. Pilihan antibiotika intravena untuk infeksi berat meliputi
imipenem-cilastatin, B-lactam B-lactamase (ampisilin-sulbactam dan piperacilin- tazobactam),
dan cephalosporin spektrum luass.
2.13 Cara Mencegah Terjadinya Ulkus Diabetikum
Pencegahan ulkus diabetikum dimulai dengan mengidentifikasi faktor - faktor resiko pada pasien,
kemudian memberikan bimbingan tentang bagaimana meminimalkan resiko-resiko tersebut.
a. Identifikasi Resiko
Pemeriksaan kaki dan pelajaran tentang perawatan kaki merupakan bahan yang paling
penting untuk dibicarakan ketika menghadapi pasien yang beresiko tinggi mengalami infeksi
kaki. Hilangnya sensasi (penurunan sensibilitas) memang merupakan salah satu faktor utama
resiko terjadinya ulkus, tetapi terdapat beberapa faktor resiko lain yang juga turut berperan yaitu:

1. Keadaan hiperglikemia yang tidak terkontrol

11
2. Usia pasien yang lebih dari 40 tahun
3. Riwayat ulkus kaki atau amputasi
4. Penurunan denyut nadi perifer
5. Riwayat merokok
6. Deformitas anatomis atau bagian yang menonjol (seperti bunion dan kalus) Manajemen
Perawatan Kaki

Dengan perawatan kaki yang tepat dan perubahan posisi yang sering pasien dapat menjaga
kesehatan kulit dengan mencegah penekanan di satu titik. Disamping itu, perawatan juga harus
dilakukan dengan program latihan. Pasien dengan neuropati disarankan untuk memilih program
pelatihan yang sesuai seperti senam aerobic, berenang, bersepeda atau menari (yoga). Berikut ini
adalah program perawatan kaki yang harus dilakukan pasien dengan diabetes melitus:

1. Pemeriksaan dan perawatan kaki diabetes secara mandiri

Pemeriksaan dan perawatan kaki diabetes merupakan semua aktivitas khusus (senam kaki,
memeriksa dan merawat kaki) yang dilakukan oleh para diabetesi atau individu yang beresiko
sebagai upaya dalam mencegah timbulnya ulkus diabetikum. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan
secara rutin dan minimal sekali sehari.

1.1 Cara melakukan pemeriksaan kaki diabetes (inspeksi)

o Menggunakan cermin untuk memeriksa seluruh bagian kaki yang sulit dijangkau terutama
telapak kaki dari luka atau kelainan yang lain
o Menggunakan kaca pembesar (lop) untuk mengetahui hasil yang lebih baik
o Jika penglihatan pasien berkurang, maka pasien dapat meminta bantuan anggota keluarga
atau orang lain untuk memeriksanya.

1.2 Area pemeriksaan kaki

 Kuku jari: periksa adanya kuku tumbuh di bawah kulit (ingrown nail), robekan atau
retakan pada kuku

 Kulit: periksa kulit di sela-sela jari (dari ujung hingga pangkal jari), apakah ada kulit
Telapak kaki: Periksa kemungkinan adanya luka pada telapak kaki, apakah terdapat kalus
(kapalan), palantar warts, atau kulit telapak kaki yang retak (fisura)

12
 Kelainan bentuk tulang pada kaki: periksa adanya kelainan kaki seperti kaki bunion,
charchot’s atropathy, hammer toe, clawed
 Kelembaban kulit: periksa kelembaban kulit dan cek kemungkinan adanya kulit berkerak
dan kekeringan kulit akibat luka
 Bau: periksa kemungkinan adanya bau dari beberapa sumber pada daerah kaki

 Menyiapkan air hangat: uji air hangat dengan siku untuk mencegah cedera
 Cuci kaki dengan sabun yang lembut (sabun bayi atau sabun cair) untuk menghindari
cedera ketika menyabun.
 Keringkan kaki dengan handuk bersih, lembut. Keringkan sela-sela jari kaki, terutama
sela jari kaki ke-3-4 dan ke-4-5.
 Oleskan lotion pada semua permukaan kulit kaki untuk menghindari kulit kering dan
pecah pecah Jangan gunakan lotion di sela-sela jari kaki. Karena akan meningkatkan
kelembapan dan akan menjadi media yang baik untuk berkembangnya mikroorganisme
(fungi).

1.3 Perawatan kuku kaki

 Potong dan Rawat kuku secara teratur. Bersihkan kuku setiap hari pada waktu mandi dan
berikan cream pelembab kuku.
 Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak terlalu pendek atau
terlalu dekat dengan kulit, kemudian kikir agar kuku tidak tajam. Jika ragu, Anda bisa
meminta bantuan keluarga atau dokter untuk memotong kuku Anda
 Hindarkan terjadinya luka pada jaringan sekitar kuku.

1.4 Hal-hal yang harus dihindari dalam perawatan kaki diabetes

 Jangan berjalan tanpa menggunakan alas kaki


 Hindari penggunaan plester pada kulit
 Jaga agar kaki tidak kontak dengan air panas (jangan gunakan botol panas atau peralatan
listrik untuk memanaskan kaki ketika mengalami nyeri)
 Jangan gunakan batu /silet untuk mengurangi kapalan (callus)
 Jangan gunakan pisau /silet untuk memotong kuku kaki
 Jangan membiarkan luka kecil di kaki, sekecil apa pun luka tersebut

2. Pemilihan alas kaki yang baik

13
Sepatu memiliki peranan yang penting dalam kehidupan kita. Kaki menahan berat yang
keseluruhan sama dengan beberapa ton setiap harinya. Karena itulah kaki lebih sering terluka
dibandingkan bagian tubuh yang lain, sehingga penting untuk merawat kaki dan memakai sepatu
yang tepat. Berikut adalah cara dalam memilih sepatu yaitu:

 Pakai alas kaki sepatu atau sandal untuk melindungi kaki agar tidak terjadi luka, tidak
terkecuali di dalam rumah
 Jangan memakai sepatu baru lebih dari satu jam dalam sekali pakai dan pastikan sepatu
tidak ada jahitan yang lepas atau rusak.
 Pilih sepatu dengan ukuran dan lebar yang sesuai, pastikan bagian terlebar dari kaki
terpasang pada sepatu dengan aman dan nyaman (sepatu yang agak lebar) jangan yang
lancip dan khususnya wanita jangan dengan sepatu hak tinggi. Sepatu sebaiknya 0,5 inchi
lebih panjang dari jari kaki terpanjang (jempol kaki) untuk menghindari cedera
 Periksa bagian dalam sepatu sebelum pemakaian: tumit sepatu, telapak kaki, bagian atas,
bagian dalam dasar (alas) dan tepi.
 Jangan mempergunakan kaos kaki yang terlalu ketat/ elastik, gunakan kaos kaki yang
terbuat dari kapas, wol, atau campuran kapas dan wol. Khusus pada wanita dianjurkan
untuk tidak memakai stocking.
 Lepas sepatu setiap 4 - 6 jam serta gerakkan pergelangan dan jari-jari kaki agar sirkulasi
darah tetap baik

2.14 Perawatan Luka

Penggunaan balutan yang efeklif dan tepat menjadi bagian yang penting untuk
memastikan penanganan ulkus diabetes yang optimal. Pendapat mengenai lingkungan sekitar
luka yang bersih dan lembab telah diterima luas. Keuntungan pendekatan ini yaitu mencegah
dehidrasi jaringan dan kematian sel, akselerasi angiogenesis, dan memungkinkan interaksi
antara faktor pertumbuhan dengan sel target. Pendapat yang menyatakan bahwa keadaan yang
lembab dapat meningkatkan kejadian infeksi tidak pernah ditemukan.

Beberapa jenis balutan telah banyak digunakan pada perawatan luka serta didesain
untuk mencegah infeksi pada ulkus (antibiotika), membantu debridement (enzim), dan
mempercepat penyembuhan luka.

Prinsip perawatan luka yaitu menciptakan lingkungan moist wound healing atau menjaga agar
luka senantiasa dalam keadaan lembab.Bila ulkus memroduksi sekret banyak maka untuk
pembalut (dress-ing) digunakan yang bersifat absorben. Sebaliknya bila ulkus kering maka
14
digunakan pembalut yang mampu melembabkan ulkus. Bila ulkus cukup lembab, maka dipilih
pembalut ulkus yang dapat mempertahankan kelembaban.

Disamping bertujuan untuk menjaga kelembaban, penggunaan pembalut juga selayaknya


mempertimbangkan ukuran, ke- dalaman dan lokasi ulkus. Untuk pembalut ulkus dapat
digunakan pembalut kon- vensional yaitu kasa steril yang dilembab- kan dengan NaCl 0,9%
maupun pembalut modern yang tersedia saat ini. Beberapa jenis pembalut modern yang sering
dipakai dalam perawatan luka, seperti: hydrocol- loid, hydrogel, calcium alginate, foam dan
sebagainya. Pemilihan pembalut yang akan digunakan hendaknya senantiasa memper-
timbangkan cost effective dan kemampuan ekonomi pasien.

15
16

Anda mungkin juga menyukai