Isi Laporan PKL Menuju Cetak 1 A5 Sudah Di Mirror PDF
Isi Laporan PKL Menuju Cetak 1 A5 Sudah Di Mirror PDF
PENDAHULUAN
1
manajemen pemeliharaan dilaksanakan dengan baik
(Prihanto, 2009). Faktor manajemen inilah yang
memegang peranan penting dalam usaha peternakan sapi
perah. Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini diharapkan
dapat mengetahui semua manajemen yang diterapkan di
perusahaan.
PT. Ultra Peternakan Bandung Selatan atau
disingkat dengan PT. UPBS bergerak di bidang
peternakan sapi perah yang berlokasi di Kampung
Mekarbakti, Rt. 01/Rw.01, Desa Margamekar, kecamatan
Pengalengan, Kabupaten Bandung Selatan. PT. Ultra
Peternakan Bandung Selatan merupakan salah satu
perusahaan peternakan sapi perah terbaik di Indonesia
yang memiliki tujuan dalam pemenuhan kebutuhan susu
nasional. Peternakan ini merupakan peternakan sapi perah
yang menjalin kerjasama dengan PT. Ultra Jaya Milk,
Tbk. PT Ultrajaya Milk Industry merupakan perusahaan
yang bergerak di bidang pengolahan susu sapi perah yang
berada di Padalarang Kabupaten Bandung Barat.
Praktek Kerja Lapang diharapkan dapat mengetahui
dan mengkaji seluruh manajemen yang berkaitan dengan
perusahaan peternakan sehingga dapat diperoleh produksi
susu dengan kualitas dan kuantitas yang optimal. Praktek
Kerja Lapang sangat penting bagi mahasiwa guna
menambah pengetahuan, keterampilan dan pengelaman di
lapangan sebelum terjun kedunia kerja perusahaan
peternakan maupun penerapan secara langsung dalam
masyarakat.
2
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan
3
yang berada di PT. Ultra Peternakan Bandung
Selatan.
1.4. Kegunaan
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
untuk pejantan bobotnya sebesar 1800 pound (816 kg).
(Cole dan Null, 2003).
7
mengubah pakan menjadi susu (Blakely, 1998).
Kelangsungan hidup pedet sangatlah penting karena
pedet merupakan calon pengganti induk baik untuk
bibit maupun untuk betina dengan produksi susu
tinggi (Rahayu, 2014). Pedet yang baru lahir
tubuhnya tertutup lendir, sehingga perlu di
bersihkan agar pernafasan pedet tidak terganggu,
dengan membersihkan lendir di sekitar hidung dan
mulutnya menggunakan kain atau jerami (Hidajati,
2009).
8
produksi yang dihasilkan. Konsumsi bahan kering
(BK) akan berpengaruh pada tercukupinya
kebutuhan nutrisi pakan dan jumlah zat pakan yang
dikonsumsi serta digunakan untuk memenuhi
kebutuhan pertumbuhan. Kualitas pakan (hijauan
dan konsentrat) yang rendah untuk sapi perah akan
berdampak negatif terhadap produksi susu.
Peningkatan kualitas ransum diharapkan dapat
meningkatkan kecernaan nutrisi dan produksi susu.
Utomo (2010) melaporkan bahwa dengan
peningkatan kadar protein dalam ransum akan
diikuti dengan kecernaan protein kasar yang lebih
tinggi, sebagai akibat meningkatnya asupan protein
yang dapat dicerna. Meningkatnya kecernaan
diperkirakan memberi peluang adanya tambahan
asupan nutrisi yang akan digunakan untuk sintesis
susu.
Kandang dibersihkan setiap hari agar sapi
senantiasa bersih dan bebas dari kotoran sehingga
susu yang diperoleh tidak rusak dan tercemar.
Pemerahan di awali dengan pembersihan lantai
kandang, tempat pakan, tempat minum, dan
membersihkan bagian ambing. Susu mudah
menyerap bau sehingga di perlukan kegiatan
pembersihan kandang secara rutin. Masa awal
laktasi menyebabkan bobot badan menurun, karena
sebagian dari zat-zat makanan yang dibutuhkan
untuk pembentukan susu diambil dari tubuh. Sapi
9
laktasi mengalami kesulitan untuk memenuhi zat-zat
makanan yang dibutuhkan karena nafsu makannya
rendah, oleh karena itu pemberian ransum
konsentrat ditingkatkan untuk perbaikan gizi pada
sapi perah awal laktasi.
2.2.2 Perkandangan
2.2.2.1 Lokasi
10
Perusahaan sapi perah harus dikelilingi pagar
yang rapat setinggi 1.75 m diatas tanah dan
berjarak 5 m dari kandang terluar.
11
ganda yang terdiri dari dua baris berhadapan
(Head to head) atau berlawanan (Tail to tail).
Tipe kandang Head to Head dirancang untuk
mempermudah pemberian pakan dan
efisiensi waktu. Tipe kandang Tail to Tail
bertujuan untuk mempermudah pelaksanaan
sanitasi dan pembersihan feses. Kandang
sapi perah berdasarkan bentuk atapnya
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu kandang
tipe tunggal yang memiliki bentuk atap
tunggal atau terdiri dari satu baris kandan,
sehingga sapi yang ditempatkan di kandang
ini mengikuti bentuk atap yang hanya satu
baris. Kandang tipe ganda konstruksi
kandang tipe ini memiliki bentuk atap ganda
atau baris yang posisinya dapat saling
berhadapan.
12
tubuh untuk memproduksi susu dan kehilangan
berat badan ketika pakan yang di berikan tidak
memenuhi kebutuhan nutrisi. Seekor sapi perah
dalam memproduksi 40 kg susu/hari memerlukan
2,5 kali energi lebih tinggi dari pada yang di
butuhkan untuk pemeliharaan tubuh oleh karena itu
ransum harus mengandung keseimbangan protein,
energi , hijauan dan mineral yang tepat.
Pakan sapi perah terdiri dari hijauan dan
konsentrat, hijauan pakan diberikan berasal dari
limbah pertanian dan rumput lapang yang
berkualitas rendah. Konsentrat yang diberikan harus
berkualitas tinggi untuk mencapai kemampuan
berproduksi susu yang tinggi. Ketetapan Standar
Nasional Indonesia (SNI), konsentrat yang bagus
mengandung kadar protein kasar minimal 18 %dan
energi TDN minimal 75 % dari bahan kering
(Siregar, 1996).
Konsentrat berfungsi sebagai suplai energi
tambahan dan protein, lebih lanjut dijelaskan bahwa
protein ransum bervariasi langsung dengan
kandungan protein hijauannya, dimana campuran
konsentrat dari bahan pakan protein dan energi
kandungannya bervariasi antara 12% dan 18% PK.
Pemberian konsentrat dilakukan dua kali sehari
sebelum pemerahan. Jumlah air minum yang
diberikan pada sapi perah laktasi sebaiknya adalah
ad libitum karena tidak akan menimbulkan efek
13
negatif bahkan dapat meningkatkan produksi air
susu.
2.3.1.1 Endometritis
2.3.1.2 Mastitis
14
Staphylococcus sp., dan Coliform serta jamur
seperti Candida sp. (Sani, dkk, 2010).
Bakteri Streptococcus agalactiae, S.
disgalactiae, S. uberis, S. zooepidermicus,
Staphylococcus aureus, Escherichia coli,
Enterobacter aerogenes dan Pseudomonas
aeruginosa serta Mycoplasma sp., Candida
sp., Geotrichum sp. dan Nocardia sp.
menyebabkan kerusakan sel-sel alveoli pada
ambing, sehingga kerusakan tersebut akan
menurunkan produksi susu dan menurunkan
dari kualitas susu yang dihasilkan (Riyanto,
dkk., 2016).
Teat dipping berpengaruh terhadap
kejadian mastitis pada sapi perah FH karena
setelah proses pemerahan selesai kemudian
dilakukan upaya untuk menjaga kesehatan
ambing, salah satunya adalah dengan
melakukan teat dipping atau pencelupan
puting dengan larutan antiseptik, hal ini agar
tidak ada bakteri yang masuk dalam lubang
puting( Mahardika, dkk, 2016).
15
yang sehat, adanya keseimbangan dalam
produksi gas, difusi gas, dan transportasi gas,
jika hal ini tidak terjadi keseimbangan maka
akan terjadi akumulasi gas di dalam
abomasum, sehingga menyebabkan
pergeseran abomasum (Winden, S. V.,
2002). Pemberian kalium yang tinggi pada
masa kering selama 2 sampai 3 minggu
sebelum melahirkan juga dapat
mengakibatkan displasi abomasum
(Yanuartono, dkk., 2016).
16
Apabila belum menampakkan hasil, maka
dapat diberikan preparat yang mengandung
magnesium (Safitri, 2011).
2.3.1.5 Footroot
2.3.1.6 Diare
17
sehingga dapat menyebabkan kematian
(Chotiah, S., 2008).
Tindakan pengendalian penyakit
diare yang dapat dilakukan antara lain
pengobatan dengan antibiotik, menekan
tingkat pencemaran agen penyebab, sanitasi
lingkungan, peningkatan kualitas kolostrum
dan pakan tambahan saat musim dingin.
Pengobatannya dengan pemberian
avante,duphafral, vetadryl, dan biosolamine
(Rahayu, I.D., 2014).
2.3.2 Vaksinasi
18
keadaan lingkungan tidak bau dan lembab
(Ernawati,2000).
2.4.1 Sanitasi Tubuh Sapi Perah
19
Mikroba yang mengkontaminasi susu juga
dapat disebabkan oleh faktor eksternal akibat
sanitasi kandang dan peralatan susu yang tidak
higienis. Mikroba yang sering mengkontaminasi
susu adalah Streptococcus, Staphylococcus,
Coliform, Pseudomonas, Corynebacterium,
Clostridium Mycobacterium, dan Nocardia
(Prasetyo dan Herawati, 2011). Sanitasi kandang
berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
terjadinya penyakit mastitis. Ambing sapi yang
terinfeksi mastitis akan meningkatkan jumlah
bakteri dalam susu. Peternak yang melakukan
sanitasi lantai kandang dengan frekuensi 3 kali/hari
menghasilkan susu yang lebih bersih sehingga
susu berada pada grade 1 dengan perkiraan
500.000 sel/ml. Sampel susu pada grade 2 dan 3
berasal dari peternak yang melakukan sanitasi
kandang dengan frekuensi 2 kali/hari (Utami,
2014).
20
peroleh kualitas susu yang bersih, tidak mudah asam
atau rusak (Ernawati, 2000).
21
2.5.1.1. Persiapan Pemerahan dan Sarana
Pemerahan
22
bertujuan untuk mengeluarkan susu pancaran pertama
yang sudah bercampur dengan cairan iodine dan atau
untuk tujuan pengecekkan mastitis klinis. Setelah itu
stripping (pemerahan awal) sebanyak 3-4 kali pada
setiap puting. Stripping dilakukan untuk mengetahui
apakah ada gumpalan, untuk mengetahui apakah
ternak mengidap penyakit mastitis. Pemerahan awal
adalah mengeluarkan 3–4 pancaran susu dari masing-
masing puting dengan tujuan sebagai berikut:
1. Mengeluarkan air susu yang kotor, mikroba
berkumpul pada susu yang pertama kali diperah.
2. Mengetahui adanya perubahan pada susu seperti
adanya gumpalan atau susu encer serta suhu susu
yang tinggi (Putra, 2009).
Rata-rata pemerahan dalam sehari dilakukan
sebanyak dua kali, yaitu pada pagi dan sore hari
(Firman, 2010). Pemerahan sapi dapat dilakukan tiga
kali dalam satu hari, namun produksi yang dihasilkan
harus melebihi 25 liter per hari. Jarak pemerahan yang
tidak sama akan menyebabkan jumlah susu yang
dihasilkan pada sore hari akan lebih sedikit daripada
susu yang dihasilkan pada pagi hari. Pemerahan pada
pagi hari mendapatkan susu sedikit berbeda
komposisinya daripada susu hasil pemerahan sore
hari (Sudono, 2003).
Selang waktu pemerahan yang tetap
mempengaruhi produksi susu yang optimal
(McKusick, 2002). Semakin sering sapi diperah,
23
maka hasil produksi susu akan semakin banyak,
Sehingga untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas
susu yang optimal dibutuhkan manajemen pemerahan
dengan selang waktu yang baik (Resti, 2009).
24
(Putra, 2009). Susu dengan kadar lemak yang lebih
rendah dari standar yang telah ditentukan, maka susu
dikatakan tidak normal (Mardalena, 2008). Kualitas
susu dipengaruhi oleh manajemen setelah pemerahan.
Manajemen setelah pemerahan yang dilakukan
meliputi pencucian puting, mencatat produksi susu,
menyaring susu, dan mengumpulkan susu ke TPS
(Hidayat, 2002).
Pencegahan kerusakan pada susu adalah dengan
cara pemanasan (pasteurisasi) dengan suhu tinggi
maupun suhu rendah yang dapat diterapkan pada
peternak. Pemanasan diharapkan dapat membunuh
bakteri patogen yang membahayakan kesehatan
manusia dan meminimalisir perkembangan bakteri
lain, baik selama pemanasan maupun pada saat
penyimpanan (Saleh, 2004). Penyaringan susu
bertujuan untuk mendapatkan susu yang terbebas dari
kotoran. Pengujian kualitas susu dilakukan dengan
penyaringan dan pendinginan karena merupakan hal
yang terpenting untuk mengetahui kualias susu yang
dihasilkan.
2.6 Pengorganisasian
25
dalam menjalankan roda perusahaan untuk
mencapai suatu keberhasilkan perusahaan.
Perusahaan memerlukan suatu perencanaan akan
kebutuhan sumber daya manusia. Tenaga kerja yang
dapat diandalkan umumnya harus melalui suatu
proses yang dimulai dari bagaimana calon tenaga
kerja itu mamasukan lamaran sampai proses akhir
yaitu penilaian apakah calon tenaga kerja tersebut
sesuai dengan pendidikan dan keahliannya yang
dibutuhkan oleh perusahaan. Tenaga kerja yang
dibutuhkan tersebut perlu dilakukan penyeleksian
dan penerimaan tenaga kerja yang berkualitas, yaitu
dengan melalui beberapa tahapan tertentu. Setiap
tahapan tersebut akan didapatkan tenaga kerja yang
berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan
( Sinambela, 2011).
26
nanti akan berpengaruh pada produktivitas kerja,
pendidikan dan pelatihan pada karyawan (Flippo,
1980) yang menyebutkan: “Pendidikan dan latihan
dapat meningkatkan produktivitas kerja dalam
kuantitas maupun kualitas. Kecakapan yang lebih
tinggi dapat meningkatkan hasil dan dapat
menghasilkankualitas yang baik”. Produktivitas
bagi setiap perusahaan selalu menjadi pemikiran
utama, karena keberhasilan perusahaan ditentukan
oleh produktivitas tenaga kerjanya. Masalah
produktivitas sangat ditentukan oleh faktor manusia
sebagai karyawan. Karyawan merupakan faktor
utama keberhasilan perusahaan-perusahaan dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan (Prajitiasari,
2012).
Faktor penting yang dapat dijadikan sebagai
indikator utama dalam menentukan proses
rekrutmen dan seleksi adalah kompetensi. Alasan
digunakannya kompetensi sebagai dasar rekrutmen
dan seleksi di masa depan adalah kompetensi dapat
ditujukan bagi pemenuhan berbagai tujuan
organisasi, seperti kompetensi dapat menawarkan
suatu cara yang dapat mengikat dan
mengintegrasikan elemen-elemen yang ada secara
bersama-sama dari strategi sumberdaya yang
progresif. Sistem penilaian yang didasarkan pada
kompetensi yang diharapkan dapat mendorong
27
penerapan bentuk-bentuk pendekatan tertentu dalam
bekerja (Prajitiasari, 2012).
28
2.7 Pengolahan Limbah
29
adalah pupuk yang berasal dari hewan atau tumbuhan
yang sudah mengalami fermentasi. Senyawa organik
pada proses fermentasi terurai menjadi senyawa yang
lebih sederhana seperti gula, gliserol, asam lemak dan
asam amino. Penguraian senyawa organik atau
dekomposisi dapat dilakukan dengan penambahan starter
(Ni’am, 2015).
30
BAB III
METODE KEGIATAN
31
milking, dan kesehatan di PT. UPBS Pangalengan,
Jawa Barat.
3. Wawancara (interview), merupakan upaya yang
dilakukan peserta mendapatkan informasi,
keterangan yang diperlukan untuk data laporan
dengan cara tanya jawab langsung dengan
pembimbing (supervisor dan staf karyawan) PT.
UPBS Pangalengan, Jawa Barat.
4. Dokumentasi, merupakan pengumpulan dokumen-
dokumen dan data sesuai dengan obyek
pembahasan. Data yang dikumpulkan
meliputi sejarah PT. UPBS Pangalengan,
Jawa Barat, struktur organisasi, ketenagakerjaan
dan data yang berkaitan dengan obyek penelitian.
5. Studi Kepustakaan, merupakan pengumpulan
informasi dan data dengan bantuan berbagai
macam material yang ada seperti buku, literatur,
catatan, serta berbagai laporan yang berkaitan
dengan obyek permasalahan yang akan ditelaah.
32
akan diperoleh pemecahan terhadap permasalahan yang
ada.
33
8. LDA atau Left Displaced Abomasum adalah
kosongnya rongga perut dan timbuanan gas
sehingga abomasum mudah sekali bergeser.
9. Lot adalah standart untuk menentukan
penyapihan.
10. Milking Parlour sistem adalah pemerahan yang
berlangsung di suatu ruang khusus yang
disiapkan untuk pemerahan.
11. MPC (Monitor Probable Count) adalah alat
yang digunakan untuk menampilkan nomor ear
tag atau ID sapi dan status sapi dan produksi
susu.
12. Recording adalah pencatatan kejadian atau
informasi penting tentang individu atau
sekelompok ternak.
13. Metritis adalah penyakit peradangan metrium
atau uterus yang terjadi akibat terlambatnya
pengeluaran placenta, sehingga terjadi
pembusukan placenta didalam organ
reproduksi betina.
14. Retensi adalah placenta yang tertahan setelah
kelahiran lebih dari 24 jam.
15. Sortgate adalah pintu yang digunakan untuk
memisahkan sapi karena sapi akan mendapat
treatment seperti sinkronisasi, cek kesehatan,
potong kuku ataupun pemeriksaan kebuntingan.
34
16. TMR (Total Mixed Ratio) adalah metode
pemberian pakan dengan mencampurkan semua
bahan pakan.
35
BAB IV
HASIL DAN EVALUASI KEGIATAN
37
Tabel 2. Total populasi sapi perah di PT.UPBS
38
4.1.3 Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
39
posisi kepemimpinan yang ada dalam organisasi.
Pertimbangan dan kesadaran tentang pentingnya
perencanaan atas penentuan kekuasaan, tanggung
jawab, spesialisasi setiap anggota organisasi.
Perlunya proses pengorganisasian dan proses
tercermin dalam struktur organisasi, mencakup aspek-
aspek penting antara lain: 1) pembagian kerja; 2)
departementalisasi; 3) bagan organisasi formal; 4)
rantai perintah dan kesatuan perintah; 5) tingkat-
tingkat hierarki manajemen; 6) saluran komunikasi;
7) penggunaan komite; dan 8) rentang manajemen dan
kelompok-kelompok infromal yang tidak dapat
dihindarkan.
Supervisor di setiap bagian membawahi
operator yang berfungsi membantu supervisor dalam
hal teknis. Direktur membawahi manajer yang
bertugas dalam hal finansial atau keuangan dan
menganalisis usaha di PT. UPBS. Menurut Yovita
dkk. (2016) Departemen HRD berperan dalam
melakukan persiapan dan seleksi tenaga kerja
(persiapan, rekruitmen tenaga kerja/recruitment,
seleksi tenaga kerja/selection), pengembangan dan
evaluasi karyawan, memberikan kompensasi dan
proteksi pada pegawai. Manajemen sumber daya
manusia merupakan suatu prosedur yang
berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu
organisasi atau perusahaan dengan orang-orang yang
40
tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang
tepat pada saat organisasi memerlukannya.
PT. UPBS memiliki tiga golongan
ketenagakerjaan meliputi karyawan tetap, pekerja
harian dan pekerja borongan. Karyawan tetap adalah
tenaga kerja yang mendapatkan bayaran setiap
bulannya dan telah termasuk dalam karyawan tetap
diperusahaan, sehingga tidak memerlukan tanda
tangan kontrak kerja. Tenaga kerja harian adalah
tenaga kerja yang mendapat bayaran setiap
minggunya, pekerja ini ditempatkan di bagian gudang
pakan, pembuatan silase dan tenaga kerja borongan
ditempatkan di bagian kebun rumput.
Karyawan di PT. UPBS memilliki latar
belakang yang beragam mulai dari lulusan SD sampai
lulusan Sarjana. Jam kerja bagian kantor HRD dari
hari senin sampai jumat dimulai pukul 08.00 – 16.00
WIB dan dari hari sabtu dimulai dari pukul 08.00 –
14.00 WIB. Jam kerja kantor milking dan karyawan
tetap dari hari senin sampai sabtu dimulai pukul 07.00
– 16.00 WIB dan hari libur ditetapkan oleh
manajemen. Jam kerja karyawan dibagi menjadi tiga
shift (waktu bekerja) Shift pertama dimulai pukul
07.00 – 14.00 WIB, shift kedua dimulai pukul 14.00 -
22.00 WIB dan shift ketiga dimulai dari pukul 22.00
– 07.00 WIB. Jam kerja operator kandang dan milking
terbagi juga menjadi dua shift yaitu shift pertama yang
41
dimulai dari pukul 07.00 – 19.00 WIB dan shift ketiga
dimulai dari pukul 19.00 – 07.00 WIB.
42
merupakan bangsa sapi yang berasal dari Belanda
yaitu Provinsi North Holand dan West Friesland
yang memiliki padang rumput yang sangat luas.
Letak strategis dengan suhu yang pas untuk
dijadikan tempat pemeliharaan sapi perah FH.
Lokasi strategis seperti saat ini maka sebagian sapi
yang dipelihara adalah sapi perah jenis FH di PT.
UPBS dianggap paling menguntungkan karena
produksinya yang tinggi. Dematewewa (2007)
menyatakan bahwa, di PT populasi bangsa sapi FH
terbesar di antara bangsa sapi-sapi perah yang lain,
secara taksonomi sapi perah masuk dalam kingdom
Animalia, filum Chordata, kelas Mammalian, ordo
Artiodactylia, sub ordo Ruminansia, family
Boviadae, genus Bos, dan spesies Bos taurus. Sapi
FH berasal dari nenek moyang sapi liar Bos Taurus
yang merupakan jenis sapi yang tidak berpunuk.
Sapi FH di PT. UPBS sebagian besar impor dari
Australia, akan tetapi ada juga yang merupakan
persilangan dengan bangsa sapi lain atau sering
disebut dengan sapi Peranakan FH. Total sapi
perah pada tanggal 25 September 2017 di PT. Ultra
Peternakan Bandung Selatan sebanyak 3715 ekor.
2. Sapi Jersey
43
berbeda dengan sapi FH sehingga menjadikan
manajemen pemeliharaan kurang efisien. Postur
tubuh sapi FH yang lebih besar dari sapi jersey
menjadikan adanya dominasi dalam kandang. FH
memiliki ukuran tubuh lebih besar dibandingkan
dengan sebagian besar jenis sapi perah yang
lainnya. Bobot lahir anak mencapai 43 kg dan bisa
mencapai bobot lahir 48 kg bobot untuk sapi betina
dewasa mencapai 682 kg dan jantan 1000 kg
(Sudono, 2003). Peralatan kandang tidak
mendukung untuk jenis sapi jersey, seperti posisi
headlock pada kandang jepit yang terlalu tinggi
menjadikan kepala sapi jersey tidak bisa masuk.
44
Gambar 1. Tipe kandang free stall head
lock untuk sapi perah periode
laktasi
Kandang juga di lengkapi dengan bedding
seperti pada Gambar 2. Bedding kandang di PT.UPBS
yaitu alas tidur berupa karpet untuk meningkatkan
kenyamanan sapi ketika istirahat. Bedding pada
kandang memiliki ketebalan 4-5 cm terbuat dari
tumpukan spons yang dilapisi dengan kain kanvas.
Bedding di PT.UPBS cukup tahan lama karena terbuat
dari material berkualitas, Bedding juga di lapisi kapur
untuk menekan jumlah kejadian mastitis.
45
Gambar 2. Bedding pada lantai kandang di
PT.UPBS
46
penggunaan tipe atap monitor adalah untuk
memperlancarkan sirkulasi udara dalam kandang
sehingga kadar amonia dalam kandang dapat
diminimalisasi, karena kadar amonia yang tinggi
dapat menimbulkan ganguan pada saluran pernafasan
ternak. Tipe atap kandang monitor ini terbuat dari
seng dikarenakan sifatnya yang kuat dan ekonomis.
47
• Peralatan Pemerahan (Milking)
• Peralatan Kandang
48
spet, pencukur bulu, glove dan alat injection. Fresh
cow juga menggunakan sistem head lock dalam
pengecekan kesehatan untuk mempermudah
penanganan ternak dan menghindari tingkat
kecelakaan kerja. Peralatan yang digunakan di sub
divisi breeding adalah peralatan IB, countainer
straw, alat inject, chalk yang berfungsi untuk
penandaan sapi estrus atau tidak, dan peralatan cek
PKB. Peralatan yang digunakan di sub divisi hoof
trimming adalah rennet, tang kuku, lem, dan wood
block.
1. Perencanaan (Planning)
50
bahan kering. Konsumsi bahan kering = pakan
yang diberikan (g) - sisa pakan (g) x % bahan
kering pakan. berdasarkan NRC (2001) bahwa
kebutuhan konsumsi bahan kering sapi laktasi
sebesar 12,4 kg dapat menghasilkan susu sebanyak
10kg.
PT. UPBS merencakan bahan baku pakan
melihat dari segi kebutuhan ternak tiap ekor, waktu
pemesanan bahan baku, estimasi waktu
kedatangan bahan baku pakan, dan perlakuan saat
bahan baku pakan telah datang. Pemesanan bahan
baku pakan di PT.UPBS dilakukan oleh
supervisior bagian pakan. Pemesanan dapat
dilakukan satu minggu sebelum bahan baku pakan
yang tersedia di bunker habis. Bahan baku pakan
di datangkan secara bertahap untuk menjaga
kontinuitas, bahan baku yang datang melewati
beberapa tahapan antara lain supir truk pengangkut
bahan baku pakan melapor ke staf bagian pakan
yang berada di kantor, setelah staff menerima
laporan tersebut truk yang bahan baku pakan
ditimbang di jembatan timbangan yang telah
tersedia di PT.UPBS, dilakukan pengecekan
kualitas bahan baku pakan oleh staff senior bagian
pakan, selanjutnya menyerahkan sampel bahan
baku pakan sebanyak 1 plastik klip besar ke bagian
laboratorium nutrisi untuk dilakukan pengecekan
dry matter yang ditangani oleh karyawan yang
51
bertugas di laboratorium nutrisi. Pengujian
tersebut digunakan untuk mengetahui standar
kandungan dry matter yang sesuai dengan batasan
masing-masing dry matter bahan baku pakan di
PT.UPBS seperti bahan baku pakan berupa biscuit
batasan bahan kering sekitar 33,7%, batasan bahan
kering untuk bahan baku pakan lainnya bisa dapat
dilihat pada Tabel 3., mengetahui kadar air
sehingga pakan layak di terima atau tidak,
menentukan harga, dan menetukan dalam
konsumsi bahan kering atau dry matter intake.
Bahan baku pakan yang terima langsung diarahkan
menuju bunker di gudang penyimpanan bahan
pakan untuk disimpan.
52
Tabel 3. Batasan kadar bahan kering pada bahan
pakan di PT. UPBS
Nama Bahan
No Keterangan
Pakan Kering (%)
1 Alfalfa 16
Fresh
2 Alfalfa 90
Hay
3 Biscuit 94
4 Copra 94
5 DDGS 90
6 Jerami 25
Segar
7 King 11
Grass
8 Molases 75
9 Rice 85 Jerami
Straw Kering
10 SBM 92 Soy Bean
Meal
11 Tebon 33,7 Jagung
Fresh
12 Wheat 88 Gandum
53
Bahan pakan berupa tebon jagung langsung
menuju tempat chopper untuk kemudian di olah
menjadi silase. Pembuatan silase harus
direncanakan dengan baik karena pembuatan silase
membutuhan waktu 21 hari untuk proses
fermentasi. Ketika jabon datang langsung
dilakukannya pencopperan untuk proses
pembuatan silase. Metode pembuatan silase
mengguanakan metode first in first out, artinya
silase yang masuk pertama dikeluarkan pertama.
Bahan pakan hijauan yang digunakan di PT.UPBS
antara lain king grass, alfalfa, rumput odot, jabon
jagung dan pucuk tebu. King grass dan alfalfa
berasal dari lahan PT. UPBS sendiri yang memiliki
luas ±32 hektar untuk lahan hijauan. Supervisior
bagian hijauan memperhitungkan ketersediaan
hijauan yang ada di lahan. Jika ketersediaan
hijauan di lahan PT.UPBS masih belum
mencukupi untuk kebutuhan sapi perah yang
dipelihara maka dilakukannya pemesanan dari
pihak luar.
2. Pengorganisasian (Organizing)
3. Pelaksanaan (Actuating)
55
manajemen yang paling utama karena actuating
merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota
kelompok sedemikian rupa sehingga mereka
berkeinginan dan berusaha untuk mencapai
sasaran perusahaan yang telah di rencanakan.
Pelaksanaan tidak lain merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan
dengan melalui berbagai pengarahan dan
pemotivasian agar setiap karyawan dapat
melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai
dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Tahapan pelaksanaan manajemen pakan di
PT. UPBS berdasarkan pengalaman magang yang
kami lakukan adalah sebagai berikut:
A. Pemberian Pakan
56
B. Pembuatan Silase
57
diberi tumpukan ban bekas sehingga tidak ada
udara yang bisa masuk ke dalam bunker. Silase
dapat dipanen setelah 3 minggu penyimpanan di
dalam bunker. Silase memliki daya simpan
sampai 6 bulan apabila proses penyimpanan
berlangsung dengan baik.
Pembuatan silase di PT. UPBS
menggunakan metode last in first out, artinya
silase yang masuk terakhir akan dikeluarkan
pertama. Metode ini memiliki keuntungan yaitu
pengontrolan keluar masuk lebih mudah karena
hanya satu pintu, akan tetapi untuk silase metode
ini juga kurang efisien karena silase yang masuk
pertama menjadi lebih lama karena semakin
tertimbun dan dapat mengalami resiko
kerusakan.
C. Konsentrat
58
bahan baku konsentrat impor yaitu gandum.
Pembuatan konsentrat dibuat sendiri oleh
PT.UPBS bukan membeli konsentrat sudah jadi,
hanya saja bahan baku konsentrat didatangkan
langsung dari supplier. Pembuatan konsentrat
untuk sapi laktasi tersusun atas berbagai berbagai
bahan baku konsentrat yang terdiri dari rumput
laut, mineral, pipil jagung, biscuit, coustic wheat,
SBM, dan DDGS. Sapi laktasi dibedakan
menjadi 3 antara lain hight, medium, dan low,
sehingga pembuatan konsentrat berbeda. Letak
perbedaan terletak pada mineral dan takaran
coustic wheat. Konsentrat digunakan sebagai
bahan penyusunan TMR pakan komplit untuk
memenuhi kebutuhan gizi bagi ternak sapi
laktasi.
Penyusunan konsntrat di PT. UPBS di
awali dengan formulasi bahan yang di gunakan
kemudian di lakukan pencampuran bahan baku,
mulai dari bahan sumber energi, protein dan
mineral. Konsentrat di berikan secara langsung
pada pedet sebagai bahan untuk melatih
penyapihan, sedangkan untuk ternak dewasa
konsentrat di berikan dengan cara di formuladi
ulang di jadikan TMR (Total Mix Ratio)
59
D. TMR (Total Mix Ratio)
60
3. TMR Low yaitu pakan yang di peruntukkan
untuk sapi-sapi dengan genetik yang
memiliki produksi susu rendah.
4. TMR Fresh merupakan pakan komplit
yang di berikan untuk sapi-sapi pasca
partus hingga DIM 21 dengan tujuan
perbaikan nutrisi pasca partus.
5. TMR Heifer atau pakan untuk sapi dara,
pakan pada heifer terdiri atas TMR Heifer
A dan Heifer B. Heifer A di peruntukkan
pada sapi dara pada fase pertumbuhan
sedangkan Heifer B untuk sapi dara
bunting.
6. TMR pedet yang di berikan untuk pedet-
pedet yang baru di lakukan penyapihan,
sebagai upaya untuk membiasakan pedet
terhadap pakan TMR. Dari ke enam TMR
tersebut yang menjadi pembeda adalah
komposisi mineral penyusunya, hal ini di
karenakan kebutuhan mineral masing-
masing ternak berbeda.
4. Pengawasan (Controlling)
61
sebagai ketentuan kualitas bahan pakan. Bahan
pakan yang memenuhi kualitas langsung di
lakukan pembongkaran dari truk dan di letakkan di
empat bunker bahan pakan. Bahan pakan yang
tidak sesuai dengan ketentuan dari PT.UPBS maka
di lakukan pembatalan sehingga bahan pakan di
kembalikan ke supplier.
Pengawasan pada bahan pakan terhadap
kualitas bahan silase juga penting, pengawasan
pada silase di lakukan dengan cara berkala yaitu di
lakukan pengujian bahan kering dan pH secara
rutin yakni tiap pagi sebelum di lakukan
pencampuran dengan bahan pakan lainya, hal ini di
lakukan untuk menjaga kualitas pada silase
sehingga dapat di pastikan silase yang di berikan
merupakan kualitas terbaik. TMR juga dilakukan
pengecekan secara rutin mulai dari kadar air dan
particel size tiap pakan masing masing kandang.
Indukan)
62
karena pedet ini merupakan calon pengganti induk
baik untuk bibit maupun untuk produksi susu bagi
pedet betina.
1. Perencanaan (Planning)
63
Pemeliharaan bakalan juga meliputi pemeliharaan
sapi dara yaitu umur 1-2 tahun. Sapi lepas sapih
sebelum di masukkan ke kandang sapi dara di
lakukan adaptasi terlebih dahulu di kandang
adaptasi. Sapi dara di berikan pakan dengan
kandungan nutrisi yang tinggi untuk
mempersiapkan pertumbuhan organ reproduksi
sehingga tercipta indukan yang baik.
2. Pengorganisasian (Organizing)
64
3. Pelaksanaan (Actuating)
A. Pedet
65
mendapatkan antibodi dari kolostrum, oleh
karena itu sangatlah penting untuk mendapatkan
kolostrum dalam waktu 7 jam pertama setelah
lahir karena saluran pencernaanya dapat secara
maksimal menyerap immunoglobulin.
Pedet ditempatkan pada single pen selama
0 – 5 hari. Pedet mendapat kolostrum dari induk
pada umur 1 jam, 6 jam, dan 24 jam setelah
pemberian kolostrum terakhir pedet mendapat
milk replacer. Kondisi pedet yang sudah bisa
minum dengan baik dipindahkan ke pen yang
terdapat calf feeder agar pedet dapat belajar untuk
meminum susu dari teat bar. Pedet berada dalam
calf feeder 1 sampai umur 30 hari. Pedet di PT.
UPBS sudah dikenalkan konsentrat pada umur 5
hari, hal ini berfungsi agar pedet dapat mengenali
konsentrasi dari bau, warna dan bentuk serta agar
dapat merangsang pertumbuhan rumen. Calf
feeder 1 ini atau pedet yang berumur 3 – 30 hari
pedet diberikan milk replacer dan tanin dengan
kadar pemberian 6,8 liter per ekor per hari serta
diberikan konsentrat untuk pengenalan. Umur 30
- 50 hari pedet dipindahkan ke calf feeder 2
dengan kadar pemberian susu 10,4 liter per ekor
per hari dan di calf feeder 2 pedet diberikan
konsentrat secara adlibitum.
Pedet yang berumur 60 hari sudah
dikenalkan dengan Total Mix Ratio (TMR)
66
karena pedet masuk masa lepas sapih. Masa
pengenalan TMR, pakan diberikan dalam jumlah
sedikit dikarenakan pada umur tersebut jika pedet
diberi pakan yang mengandung serat kasar (SK)
tinggi dapat menyebabkan penyumbatan pada
saluran pencernaan karena lambung pedet belum
bisa mencerna SK secara sempurna dan baik.
Umur 60 – 90 hari pedet tidak lagi diberikan milk
replacer, pedet hanya diberi konsentrat dan TMR
secara adlibitum, hal ini sesuai dengan penjelasan
Hidajati (2009) Peternak sapi perah di Amerika
melakukanpenyapihan terhadap pedet yang besar
dan sehat pada umur 3 - 4 minggu. Umumnya
penyapihan dilakukan pada umur 6 minggu atau
paling lambat umur 12 minggu (untuk pedet yang
kecil dan agak lemah) .
67
0,8 per hari atau 24 kg per bulan, dengan target
tersebut diharapkan dara akan mencapai berat
badan yang sesuai dengan umur standar PT.
UPBS adalah pada usia 12 bulan bobot sapi dara
Frisien Holstain mencapai 350 kg dan untuk sapi
jersey sekitar 290 kg), hal ini dilakukan dengan
asumsi bobot badan yang sesuai dengan umur
akan berpengaruh pada kesiapan tubuh dan organ
reproduksi dara tersebut untuk diinseminasi dan
bunting pada umur 14 bulan.
Sapi dara pertama kali dikawinkan umur 12
bulan dan mencapai bobot badan 350 kg, karena
PT. UPBS mempunyai target 2 tahun sudah
menghasilkan anak, jika melebihi dari 2 tahun
akan terjadi keterlambatan waktu bunting
sehingga bisa menimbulkan kerugian dari segi
produksi bagi suatu perusahaan sapi perah.
Pemberian pakan dalam bentuk TMR (Total Mix
Ratio) yang berisi campuran hijauan, konsentrat,
vitamin dan premix yang mendukung untuk
pertumbuhan tubuh dan organ reproduksi dara.
Pakan yang diberikan baik, sapi dara
menunjukkan birahi pertama sekitar 9-10 bulan,
hari ke-40 setelah inseminasi buatan sapi dara
dilakukan PKB yaitu pemeriksaan kebuntingan
dengan metode palpasi rektal. Sapi heifer yang
positif bunting selanjutnya akan dipindahkan ke
kandang kering khusu sapi heifer, hal tersebut
68
tidak sesuai dengan pendapat Widiawati (2011)
bahwa periode yang paling menentukan
tercapainya potensi genetik sapi perah adalah
periode pembesaran mulai dari umur lepas sapih
(4 – 5 bulan) sampai siap untuk dikawinkan
pertama kali (15 – 16 bulan).
4. Pengawasan (Controlling)
69
supervisor kandang untuk menghindari adanya
kerusakan yang menimbulkan kerugian.
A. Sinkronisasi Estrus
70
penggunaan inseminasi buatan, efisien deteksi
berahi dan untuk memperbaiki reproduktivitas.
Sinkronisasi estrus bertujuan untuk
menyerentakkan berahi, manipulasi siklus estrus
secara hormonal dan menyingkatkan waktu
berahi. Ratnawati dan Affandhy (2008)
menyatakan, sinkronisai berahi merupakan cara
untuk menyeragamkan program perkawinan
dalam periode tertentu dan dapat diramalkan
pada sekelompok hewan. Mekanisme kerja
hormon yang dapat digunakan diantaranya
mencegah kejadian birahi dan memperpanjang
siklus estrus. Mekanisme kerja yang lain adalah
mendukung kejadian estrus atau mempersingkat
masa siklus estrus (Prostaglandin) dan
mendorong ovulasi atau mendukung
perkembangan folikel ovarium (GnRH). Dampak
yang terjadi dengan adanya sinkronisasi estrus
dan ovulasi tersebut diantaranya kelahiran lebih
awal dimusim kelahiran, mengurangi distokia,
pemanfaatan pejantan unggul dan meningkatkan
bobot sapi pedet. Breeding yang dilakukan PT.
UPBS menggunakan metode G6G Gambar 3.
Metode G6G yaitu metode yang digunakan untuk
program sinkronisasi estrus, jadi pada DIM 25-31
sapi diberikan PGF1 yang fungsinya unruk
melisiskan corpus luteum dan akan membentuk
folikel baru, kemudian pada DIM 52-58 sapi
71
disuntikkan dengan GnRh yang fungsinya untuk
menstimulasi hipotalamus untuk menghasilkan
FSH dan LH, setelah 6 hari kemudian akan
disuntikkan GnRH lagi, kemudian pada DIM 67-
73 akan dilakukan IB.
74
Tabel 4. Periode estrus pada sapi perah
Fase Estrus Waktu
Proestrus 2-3 hari
Estrus 12-48 jam
Metestrus 3-4 hari
Diestrus 14 hari
75
Kerugian biaya pemeliharaan akibat
kelainan birahi dapat diminimalisir dengan
mengganti sistem deteksi birahi dengan chalk
system. Chalk system adalah proses deteksi birahi
dengan cara pemberian kapur warna pada
pangkal ekor dan bulu-bulu yang terdapat d
pangkal ekor tersebut diberdirikan. Secara
fisiologis, berlangsungnya siklus berahi ini
melibatkan aktivitas sistem syaraf dan sistem
hormonal dalam tubuh sapi, sehingga dapat
dikatakan bahwa reproduksi sapi berlangsung
secara neuro hormonal. Sapi tersebut masuk
dalam pengecekan satu siklus berahi (±18-23
hari), tanda chalking orange pada pangkal ekor
menghilang, vulva terlihat bengkak, panas, dan
merah maka sapi tersebut dapat dikawinkan,
untuk memastikan estrus lebih tepat lagi, cervix
dapat diraba, jika agak keras (tegang) maka sapi
tersebut positif estrus dan harus segera
dikawinkan sebelum terlambat.
Sistem perkawinan di PT. UPBS
menggunakan sistem perkawinan alam dan
inseminasi buatan. Perkawinan alam dengan
menempatkan bull pada salah satu kandang di
gunakan apabila inseminasi buatan yang di
lakukan pada sapi betina sering kali mengalami
kegagalan karena mengalami silent heat.
Perkawinan inseminasi buatan dilakukan
76
terhadap sapi-sapi periode laktasi untuk
mempersingkat masa kosong. Pemeriksaan
kebuntingan sapi pertama setelah inseminasi
Buatan di PT. UPBS pada umur kebuntingan 40
hari. Pemeriksaan dilakukan dengan cara palpasi
rektal yaitu memasukkan tangan pada bagian
rektal, jika ovarium terasa asimetris atau adanya
pembesaran di salah satu ovarium, bisa dikatakan
sapi tersebut bunting. Perabaan dapat dilakukan
pada bagian fetal membrane (percabangan uteri)
yang terasa membesar (Purba, 2008). Sapi
diperiksa kebuntingan ke 2 pada umur
kebuntingan 90 hari, hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya abortus yang mungkin
terjadi dan tidak diketahui oleh pihak manajemen
perusahaan. Pemeriksaan kebuntingan umur 90
hari apabila dinyatakan sapi bunting maka
pemeriksaan kebuntingan dilakukan terakhir
ketika umur kebuntingan sapi 230 hari (sebelum
di kering kandang) untuk memastikan bahwa sapi
benar-benar bunting.
Tinggi rendahnya produksi ternak
tergantung bagaimana reproduksinya. Secara
keseluruhan penurunan daya reproduksi dan
kematian merupakan masalah reproduksi yang
belum ditangani secara baik. Umur melahirkan
pertama kali dapat dipengaruhi oleh pakan,
sehingga membuat siklus berahi selanjutnya tidak
77
normal (lebih panjang/pendek). Gangguan
reproduksi secara umum dipengaruhi oleh
lingkungan, hormonal, genetik (anatomi), dan
penyakit/infeksi.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan IB :
a. Keterampilan Inseminator
b. Kualitas semen
c. Pemilihan sapi akseptor
78
mengalami kebuntingan maka segera di
lakukan sinkronisasi estrus kembali untuk
kemudian bisa di IB selanjutnya. Kontrol juga
dilakukan terhadap peralatan IB seperti suhu
pada thawing heater dan countainer untuk
menjaga kualitas semen yang di gunakan.
Evaluasi pada keberhasilan IB di lakukan
dengan cara melakukan pemeriksaan
kebuntingan setelah 40 hari inseminasi buatan
yang telah di lakukan. Kebuntingan yang di
hasilkan rendah maka perlu adanya evaluasi
lanjutan terhadap pelaksanaan SOP
sinkronisasi estrus dan inseminasi buatan.
Evaluasi juga di lakukan terhadap kualitas
semen yang di datangkan, yang bertugas pada
evaluasi ini adalah staff breeding dengan
pengawasan langsung supervisor kandang.
in Pregnant)
79
datang menjadi lebih baik. Tujuan di laksanakannya
masa kering pada sapi perah yang bunting adalah
untuk mengembalikan kondisi tubuh atau memberi
istirahat sapi dan mengisi kembali kebutuhan vitamin
serta mineral dan menjamin pertumbuhan foetus.
80
liter maka dilakukan pemuasaan terlebih dahulu
agar produksi susu menurun dan mendukung untuk
sapi sehat dan terhindar dari penyakit mastitis
selama fase dry.
81
Sapi-sapi pada kandang Dry In Pregnant
juga dilakukan pencelupan kuku seminggu sekali
ke dalam larutan kimia. Pencelupan kuku
menggunakan cupri sulfat atau tembaga II Sulfat
(CuSO4) dan formalin secara berselang yang
dilakuakan seminggu sekali dengan komposisi 75
kg CuSO4 dan 750 liter air yang berfungsi untuk
mencegah terjadinya infeksi dan penyakit foot rot
dan formalin dengan komposisi 5% formalin : 100
liter formalin + 610 liter air dan 3% formalin : 50
liter formalin + 660 liter air yang berfungsi untuk
mengeraskan kuku.
Sapi-Sapi pada kandang Dry In Pregnant di
PT. UPBS juga dilakukan pembersihan kandang
secara intensif yang dilakukan seminggu sekali
yang dilakukan bersamaan dengan pencelupan
kaki. Pembersihan kandang dry dilakukan dengan
cara:
1. Sapi digiring untuk diarahkan ke
pencelupan kaki
2. Setelah kandang sudah kosong
dilakukan flushing dengan limbah cair
dan dilakukan penyikatan pada
kandang
3. Setelah bersih di siramkan caustic
soda (25 : 75 ) dan didiamkan hingga
10 menit. Penyiraman caustic soda ini
82
berfungsi agar lantai kandang tidak
licin untuk mencegah terjadinya split
dan abortus pada sapi.
4. Kemudian di flushing lagi dengan air
limbah cair agar caustic soda hilang.
Sapi Dry In Pregnant akan
dipindahkan pada kandang transisi 21
hari sebelum melahirkan untuk
persiapan melahirkan.
83
karena infeksi mastitis yang sangat merugikan hasil
dari kualitas susu.
1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
84
bertugas mulai dari jam 07.00 – 09.00 WIB dan
membantu proses pemerahan di bagian milking
parlour. Tempat penampungan susu sementara
sebelum susu dikirim ke PT. Ultra Jaya terdapat
satu karyawan yang bertugas untuk
mengoperasikan pipa saluran yang terhubung dari
milking parlour ke milk can.
Sanitasi kandang dan peralatan pemerahan
yang bertugas ada satu karyawan, mulai dari
kebersihan lantai kandang di area milking parlour,
kebersihan area pipa saluran milk can, dan juga
peralatan pemerahan dibersihkan setiap kali
selesai pemerahan.
3. Pelaksanaan (Actuating)
Pemerahan
86
susu (cooling unit) dan pembukaan jalur sapi
untuk jalan keluar sapi menuju tempat
pemerahan. Karyawan mengacu pada SOP
perusahaan dengan memakai penutup kepala,
masker, dan sarung tangan. Di milking parlour
terdapat selang selang air yaitu larutan HCL
yang digunakan untuk membersihkan milking
parlour yang mulai kotor dan untuk
membersihkan tangan peternak. Larutan HCL
(Hydrocloric acid) juga berfungsi untuk
mencuci tangan karyawan sebelum memakai
sarung tangan lateks untuk mengurangi
bakteri yang ada di tangan, terdapat pula
penutup bagian belakang sapi, sehingga feses
tidak sepenuhnya jatuh di lantai milking
parlour, hal ini sesuai dengan Widaningrum
(2006) penetapan titik-titik kritis ini
dilakukan dengan asumsi sapi perah dalam
keadaan sehat, sumber air bersih, kualitas
pakan baik dan tidak tercemar, lingkungan di
luar kandang bersih, serta operator dalam
keadaan sehat sehingga keamanan susu hanya
dipengaruhi oleh proses pemerahan dan
kebersihan lingkungan di dalam kandang serta
alat-alat yang digunakan dalam proses
pemerahan.
87
• Persiapan Sapi Diperah
88
sanitasi puting sapi (teat), agar puting bersih
sehingga mengurangi pencemaran kontaminasi
bakteri, sekaligus merupakan penyembuhan luka
dan penutupan puting dari kemungkinan bakteri
masuk kedalamnya. Bahan yang digunakan pada
proses pembuatan larutan dipping dengan bahan
iodine povidone 10% per ml dan air dengan
perbandingan 1 : 9. Bahan yang digunakan pada
proses pembuatan larutan dipping dengan bahan
neo antiseptik 1% per ml dan air dengan
perbandingan 2,6 : 17,4. Desinfektan Iodine
Povidone di PT. UPBS digunakan setiap hari
senin sampai kamis sedangkan desinfektan
dengan bahan neo antisep digunakan pada hari
jumat sampi dengan hari minggu, fungsi
keduanya sama namun kedua bahan tersebut
tidak dicampur dalam penggunaannya dilihat dari
segi ekonomi dan ketersediaan barangnya. Neo
antisep dan Iodine povidone digunakan dengan
konsentrasi yang berbeda. Milking parlour
Gambar 5. merupakan tempat yang di gunakan
untuk mempermudah proses pemerahan dan
aman dari resiko cidera.
89
Gambar 5. Milking parlour di PT.UPBS
90
a) Mengeluarkan air susu yang kotor.
Mikroba berkumpul pada susu yang
pertama kali diperah.
b) Mengetahui adanya perubahan pada
susu seperti adanya gumpalan atau
susu encer serta suhu susu yang
tinggi.
91
Gambar 6. MPC (Monitor probable count)
92
pendapat Soedono (2003), semakin sering sapi
diperah, maka hasil produksi susu akan semakin
banyak. Untuk mendapatkan kualitas dan
kuantitas susu yang optimal dibutuhkan
manajemen pemerahan dengan selang waktu
yang baik (Resti, 2009).
Pencatatan produksi susu dilakukan dengan
menggunakan Alpro Herd Management System.
Data produksi susu yang didapatkan ialah data
individu setiap sapinya. Sapi yang akan diperah
di milking parlour akan melewati sensor RFID
untuk mendeteksi nomor ID sapi yang nantinya
diterima oleh sistem Alpro Herd Management
System dan dicatat hasil produksi susu tiap
masing-masing sapi. Produksi susu yang
dihasilkan PT. UPBS tiap harinya berkisar antara
47 ton bahkan pernah lebih. Susu yang dihasilkan
PT. UPBS termasuk susu yang berkualitas baik,
sebab diperah dengan menggunakan mesin perah
yang otomatis dengan pencatatan recording sapi
yang jelas.
93
oleh manajemen setelah pemerahan. Manajemen
setelah pemerahan yang dilakukan di PT.UPBS
pencelupan putting dengan iodin, pencatatan
produksi susu, menyaring susu, dan
mengumpulkan susu ke TPS (Hidayat, 2002), hal
ini sesuai dengan kegiatan yang dilakukan
dilapangan. Cluster akan terlepas dari puting
setelah pemerahan telah selesai, akan tetapi
cluster seringkali terlepas sebelum susu dalam
ambing habi, sehingga perlu diulangi proses
pemasangan cluster. Pemberian iodine (dipping)
di lakukan setelah proses pemerahan selesai
untuk mencegah bakteri E. Coli masuk ke puting
dan menyebabkan mastitis.
Sapi yang selesai diperah digiring untuk
memasuki kandang kembali, sapi digiring
melewati sort gate untuk penyortiran sapi yang
akan lakukan pemotongan kuku maupun akan
dilakukan pemeriksaan kebuntingan (PKB) dan
juga melawati breeding rail untuk dilakukan cek
birahi dan atau dilakukan inseminasi buatan.
Susu hasil pemerahan akan ditampung di
tabung penampung atau receiver selanjutnya susu
dipompa dan disaring. Penyaringan susu
menggunakan white filter. Penyaringan
dilakukan untuk menyaring benda asing seperti
feses, bulu, benda-benda kecil dan lain-lain. Susu
yang telah disaring masuk dalam PHE (Plate
94
Heat Exchanger) dengan tujuan agar suhu susu
dari 37oC menjadi 20oC. Kemudian ditampung di
tangki pendingin (cooling unit). Cooling unit
yang berada di PT. UPBS sebanyak 4 tangki, 3
tangki berkapasitas 5 ton dan 1 tangki
berkapasitas 8 ton. Susu yang ada di cooling unit,
didinginkan hingga mencapai suhu ± -1oC.
Cooling Unit mampu menyimpan untuk 5000
liter sebelum dilakukan pengangkutan susu.
95
penampung susu dibersihkan dengan air hangat
bersuhu 60-70oC untuk menghilangkan lemak
dan membersihkannya dari mikroba (Usmiati,
2009).
E. Pengangkutan Susu
F. Cleaning In Place
97
cluster bagian luar, dilakukan pemasangan
cluster pada tempatnya. Pastikan semua cluster
tertutup rapat dan saluran lain dalam keadaan
tertutup. Cleaning in place yang dilakukan di
milking area PT. UPBS berdurasi ± 60 menit.
Sedangkan untuk pergantian cluster sendiri setiap
2500 jam harus diganti dengan yang baru.
4. Pengawasan (Controlling)
98
laktasi maupun low laktasi setiap kali sapi diperah
dilakukan sanitasi kandang mulai dari beeding,
lantai kandang dan juga tempat minum sapi
dibersihkan. Sapi akan diperah menuju area
milking parlour dan terdapat dua karyawan yang
bertugas untuk membersihkan beeding dengan
kapur untuk mencegah sapi terkena mastitis,
kemudian dilakukan flushing pada lantai kandang
untuk mencegah sapi terpleset disebabkan karena
lantai kandang yang masih licin karena feses
menumpuk.
Karyawan yang bertugas dalam
mengontrol kualitas susu yang berda di
laboratorium terdapat satu orang yang menguji
kualitas susu meliputi kandungan fat, lactose,
protein, sel somatic count, density, solid, total
solid, f.point, watering capacity, antibiotik dan
juga organoleptik. Uji kualitas susu untuk
mengetahui kualitas sampel susu yang akan
dikirim ke PT. Ultra Jaya. Proses pemerahan di
milking parlour ditangani lebih dari 10 karyawan
yang masih dibagi lagi dalam dua shift yaitu shif
pagi dan shift malam.
Sistem manajamen pemerahan di PT.
UPBS sangat baik dari SOP yang diberlakukan
untuk setiap karyawan yang bertugas untuk
mencegah kontaminasi langsung dengan susu,
sehingga higienitas pada susu tersebut terjaga
99
kualitasnya. Bagian pemerahan data produksi susu
setiap harinya dicatat dalam sistem rekording mis
data untuk mengetahui jika adanya penurunan
produksi maupun peningkatan produksi.
Penurunan produksi susu dapat dilihat mulai dari
suhu hingga pengecekan matitis melalui stripping,
jika terkena mastitis segera diberi perlakuan seperti
pemberian antibiotik. Jika dalam suatu waktu
produksi susu mengalami peningkatan maka
sistem pemerahan yang dilakukan sudah benar dan
diharuskan terdapat peningkatan produksi susu
setiap harinya karena di PT. UPBS sendiri
memiliki target mencapai 60 ton per hari.
100
4. Perencanaan (Planning)
101
5. Pengorganisasian (Organizing)
B. Fresh Cow
103
RDA. Tim fresh cow sering menangani
endometritis, mastitis, dan milk fever dan lain
sebagainya.
C. Hooftrim
104
6. Pelaksanaan (Actuating)
A. Endometritis
105
uterus menggunakan insemination gun dan spet
yang bertujuan untuk membersihkan bakteri di
dalam uterus, apabila berkelanjutan maka diberi
bolus yang diberikan lewat rectal dan
penyuntikan antibiotic pada vulva.
B. Mastitis
106
menunjukkan keabnormalan susu tidak kelihatan
kecuali dengan alat bantu atau metode deteksi
mastitis. Gejala yang ditimbulkan pada mastitis
klinis antara lain ambing terasa panas bila
dipegang, pembengkakan ambing, peningkatan
suhu tubuh, apabila dilakukan stripping akan
keluar cairan bening, susu yang menggumpal,
bahkan nanah.
Pencegahan mastitis di PT. UPBS dengan
menempatkan sapi-sapi di badding yang alasnya
terdapat kapur, fungsi dari kapur ini mengurangi
terjadinya mastitis. Sapi-sapi dilakukan
pemerahan dan petugas kebersihan secara rutin
membersihkan alas bedding dengan
penyemprotan larutan PA dan penaburan kapur.
Pencegahan selanjutnya dapat dilakukan dengan
melalui post dipping setelah pemerahan dengan
penyemprotan antiseptik berupa iodine ke bagian
putting ambing untuk mencegah terjadinya
kontaminasi bakteri. Menurut Mahardika, (2016)
Teat dipping berpengaruh terhadap kejadian
mastitis pada sapi perah FH karena setelah proses
pemerahan selesai kemudian dilakukan upaya
untuk menjaga kesehatan ambing, salah satunya
adalah dengan melakukan teat dipping atau celup
puting dengan larutan antiseptik, hal ini agar
tidak ada bakteri yang masuk dalam lubang
puting.
107
Penanganan sapi-sapi yang terkena mastitis
dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Mastitis
subklinis di ketahui dengan cara pengujian CMT
(California Mastitis Test). Pengujian CMT
menggunakan alat paddle dengan penambahan
reagent CMT, dikatakan positif susu yang diuji
akan menggumpal. Sapi-sapi yang terkena
mastitis kemudian dilakukan pemerahan pada
divisi hospital yang sekaligus akan dilakukannya
pengobatan. Tahapan pengobatan pada sapi-sapi
mastitis yaitu sapi digiring ke tempat pemerahan
hospital seperti pada Gambar 10., untuk
penampungan susu dipisahkan dengan susu yang
normal, setelah pemerahan diberikan antibiotik
melalui intramamae. Antibiotik tersebut antara
lain lactolocx 5 ml untuk sapi mastitis pada
tingkat keparahan rendah, terrexine 10ml pada
sapi e.coli dan synulox 3 ml sapi mastitis pada
tingkat keparahan tinggi. Penandaan puting yang
terkena mastitis dilakukan dengan pemberian
rantai kaki dengan tiga warna antara lain kuning
(kiri depan), merah (kiri belakang), dan biru
(mastitis subklinis). Sapi-sapi yang terkena
mastitis tetap dilakukan pemerahan jika produksi
susu masih tinggi, namun puting yang terkena
mastitis tidak dipasang cluster.
108
Gambar 10. Pemerahan di hospital
109
foetus keluar maka terdapat cukup space yang
berpotensi membuat abomasum bebas bergerak
(displaced abomasum). Displaced abomasum
diawali dengan adanya timbunan gas di dalam
abomasum sehingga memudahkan pergeseran
abomasum. Sedangkan menurut Winden (2002)
terjadinya displaced abomasum jika difusi tidak
cukup untuk menurunkan jumlah gas maka
motilitas abomasum harus melepaskan diri dari
gas. Pada sapi sehat, adanya keseimbangan dalam
produksi gas, difusi gas, dan transportasi gas.
Keseimbangan yang tidak teratur menyebabkan
terjadinya akumulasi gas di dalam abomasum,
sehingga menyebabkan pergeseran abomasum.
Left Displaced Abomasum tidak hanya
disebabkan timbunan gas dan kekosongan ruang
setelah foetus keluar, melainkan juga disebabkan
karena kekurangan nutrisi akibat dari penurunan
nafsu makan, sehingga kebutuhan nutrisi ternak
belum tercukupi. Sedangkan pemberian kalium
yang tinggi pada masa kering selama 2 sampai 3
minggu sebelum melahirkan juga dapat
mengakibatkan displasia abomasum
(Yanuartono, dkk., 2016).
Displaced abomasum dapat diketahui
melalui pemeriksaan ping sound dengan
menggunakan stetoskop yang dilakukan dengan
cara menyentil pada rusuk ke 12, jika terdengar
110
bunyi ping, maka terjadi kelainan displaced
abomasum. Penanganan displaced abomasum di
PT. UPBS dengan cara operasi seperti pada
Gambar 11. Operasi LDA dilakukan oleh dokter
hewan dan paramedik di divisi hospital. Teknik
operasi yang digunakan yakni left flank
abomasopexy. Teknik tersebut mempunyai
kelebihan yaitu ternak dalam keadaan berdiri dan
cara terbaik dalam penanganan left displaced
abomasum pada masa kebuntingan tua.
D. Milk Fever
111
munyatakan bahwa, kalsium berperan penting
pada sapi perah terutama kebutuhan tertinggi
pada masa laktasi, kadar kalsium normal pada
sapi adalah 9-12mg/dL. Milk fever juga disebut
dengan hipokalsemia klinis ditandai dengan
penurunan kadar kalsium mencapai kisaran 3-
5mg/dL, secara klinis ternak ambruk dan tidak
dapat berdiri. Gejala sapi yang terkena milk fever
antara lain sapi terlihat lemah, waktu berdiri
tampak berat, terjatuh, dan lain sebagainya.
Penanganan milk fever di PT. UPBS yaitu
pemberian calciject dengan cara diinjeksikan
melalui subcutan. Pemberian calciject dilakukan
2 kali sehari selama 3 hari dan diberikan setelah
dilakukan pemerahan. Pemberian calciject
tersebut merupakan asupan sumber kalsium bagi
ternak yang kekurangan kalsium. Hal ini berbeda
dengan Safitri (2011) bahwa Pengobatan sapi
yang menampakkan gejala milk fever adalah
dengan menyuntikan 1000 ml calcium
brogluconas 40% secara intravena pada vena
jugularis, suntikkan dapat diulangi kembali
setelah 8-12 jam, apabila belum menampakkan
hasil, maka dapat diberikan preparat yang
mengandung magnesium.
112
E. Footroot
113
pencegahan footroot dapat dilakukan dengan
perendaman kuku dengan larutan copper
sulphate 3%, atau larutan formalin 10%.
Penanganan pada sapi yang terkena
footroot di PT. UPBS ialah pemotongan jaringan
kuku yang terkena footroot agar tidak menyebar
dan diberikan treatment inject limoxin LA dan
penyemprotan limoxin spray pada bagian
footroot yang telah dilakukan pemotongan.
Kondisi footroot terlihat parah maka sapi tersebut
dipasang new wootblock pada bagian kuku yang
sehat, agar kuku terkena footroot tidak
bersentuhan langsung dengan lantai dan sapi
tersebut tidak dikembalikan ke group asalnya
melainkan digembalakan di padang
penggambalaan untuk mengurangi infeksi yang
terlalu parah.
F. Diare
114
Chotiah, S. (2008) timbulnya kejadian diare yaitu
kegagalan dalam penyerapan cairan dari usus ke
dalam tubuh dan sebaliknya terjadi pengeluaran
tubuh ke dalam usus. Cairan tubuh yang keluar
membawa garam-garam mineral atau elektrolit,
sehingga anak sapi tersebut mengalami dehidrasi.
Akibat dari kurangnya cairan elektrolit bisa
terjadi asidosis, sehingga dapat menyebabkan
kematian. PT. UPBS Selatan ternak yang sering
mengalami diare yaitu pada pedet. Pedet yang
mengalami diare menunjukan gejala feses yang
dikeluarkan cair tidak seperti feses normal,
kondisi pedet lemah, konsumsi susu menurun,
dan suhu tubuh meningkat.
Penanganan diare pada pedet di PT. UPBS
yaitu melihat tingkat keparahan dari kondisi
diare. Jika kondisi diare tidak begitu parah pedet
hanya diberi suplemen untuk meningkatkan daya
tahan tubuh dan antibiotik. Kondisi diare yang
parah parah, maka pedet akan diinfus untuk
penambahan ion tubuhnya melalui vena leher.
Tindakan pengendalian penyakit diare yang dapat
dilakukan antara lain pengobatan dengan
antibiotik, menekan tingkat pencemaran agen
penyebab, sanitasi lingkungan, peningkatan
kualitas kolostrum dan pakan tambahan saat
musim dingin. Pengobatannya dengan pemberian
115
avante, duphafral, vetadryl, dan biosolamine
(Rahayu, I.D., 2014).
7. Pengawasan (Controlling)
116
ovarium, infeksi ovasri, dan pembengkakan
disaluran ovarium), sering mengalami pincang,
terinfeksi mastitis lebih dari 5 kali, berproduksi
rendah dan komposisi susunya rendah.
4.2.7 Vaksinasi
117
Tabel 5. Program vaksinasi
Umur/Berat Dosis Keterangan
V1 7 hari 1 Bravoxin
V2 30 Hari 1 Bravoxin
V3 6 bulan 1 Bravoxin
V4 >250 kg 1 Brucella
V5 V4 + 3 1 Brucella
minggu
119
perkembangan penyakit dikarenakan badan ternak
yang terlalu kotor, oleh karena itu diperlukan sanitasi
agar bibit penyakit tidak mudah menyerang ternak
tersebut.
1. Perencanaan (Planning)
120
teratur, kandang dan lingkungan harus selalu
kering dan bersih, sirkulasi udara lancar,
dipisahkan ternak yang sakit dan yang sehat dan
bila terlihat ternak yang sakit segera dilakukan
pengecekan dan pengobatan. Sanitasi ternak di PT.
UPBS meliputi celup kaki footh bath, pemotonga
kuku, teat dipping, pencukuran bulu pada pangkal
ekor dan pemotongan ekor.
Sanitasi peralatan dan fasilitas kandang di
PT. UPBS selalu diperhatikan dengan serius
karena hal ini menjadi kunci penting dalam
kenyamanan ternak yang dipelihara, sanitasi
peralatan dan fasilitas kandang meliputi tempat
minum, pakan dan kasur sebagai alas kandang.
Sanitasi karyawan mutlak dilakukan di dalam
seluruh lingkup dan jenis peternakan tak terkecuali
di PT. UPBS, biosecurity yang diterapkan untuk
mengontrol sanitasi pada karyawan dilakukan di
pintu masuk kandang dan gerbang kandang yang
khusus untuk kendaraan keluar masuk kanadang
serta tamu atau pengunjung.
2. Pengorganisasian (Organizing)
121
jawab kandang yaitu bapak Mikaiel, sedangkan
bagian kebersihan mayoritas dijalani oleh warga
sekitar peternakan yang direkrut oleh perusahaan
sebagai tanggung jawab perusaan atas tersedianya
lapangan pekerjaan bagi penduduk lokal. Sanitasi
ternak dilakukan oleh setiap divisi atau bagian
yang berbeda sebagai contoh footbath dilakukan
oleh 3 bagian yaitu pada sapi heifer dilakukan oleh
divisi heifer, pada sapi laktasi dilakukan oleh divisi
milking dan untuk sapi mastitis serata sapi pasca
partus dilakukan oleh bagian fresh. Pemotongan
kuku dilakuakan oleh bagian hooftrim yang mana
mengontrol dan memotong kuku-kuku sapi. Teat
deeping dilakukan oleh divisi milking dan hospital
sebelum dan setelah proses pemerahan.
Pencukuran bulu dipangkal ekor dilakukan oleh
divisi fresh saat pengecekan kesehatan dan divisi
heifer saat proses penimbangan bobot badan
sebelum pindah kandang dan untuk pemotongan
ekor hanya dilakukan oleh bagian heifer yang
bersamaan dengan pencukuran bulu saat
penimbangan.
Sanitasi peralatan dan fasilitas kandang
seperti tempat minum dilakuakan oleh bagian
kebersihan dan maintenance, untuk pembersihan
tempat pakan dan karpet kandang hanya dilakukan
oleh bagian maintenance, jika terjadi kerusakan
peralatan kandang seperti yang telah disebutkan
122
serata pagar ataupun pintu kandang yang rusak
karyawan hanya cukup melaporkannya pada
bagian maintenance. Higiene terhadap karyawan di
PT. UPBS yaitu saat memasuki area kandang
karyawan diharuskan melakukan dipping atau
pencelupan sepatu dengan antiseptik di pintu
tempat masuk keluarnya karyawan dan larangan
merokok untuk karyawan. Sanitasi kendaraan yang
masuk dilakukan pencelupan ban kendaraan
sebagai tindakan biosecurity dan tamu atau
pengunjung harus melewati biosecurity yang telah
desediakan oleh perusahaan.
3. Pelaksanaan (Actuating)
123
• Disingkirkan kotoran yang menumpuk
dansusah dibersihkan. Kegiatan ini bias
dilakukan dengan menggunakan sorok atau
hand tractor.
• Dibilas lantai kandang dengan dengan air
flushing untuk membersihkan sisa kotoran
yang sudah disimgkirkan dengan sorok dan
hand tractor
• Dibersihkan kapur bekas pada matras
kandang disapu menggunakan boreco
• Disemprotkan larutan Peroxid Acid dan
ditburkan kapur pada matras kandang
dengan mengggunakan boreco.
124
bulan dan sedangkan pada kandang Pasca
sapih penggantian dilakukan setiap hari.
127
sapi heifer, hal ini dilakukan pada tanggal
20,21 dan 23 setiap bulanya.
• Laktasi dilakukan pencukuran pada saat
pasca partus dan ternak tersebut masih
dalam pemeriksaan divisi fresh, sedangkan
waktu pencukuranya tidak ditentukan
hanya melihat kondisi ternak tersebut.
128
peternakan. Di PT. UPBS telah menerapkan
biosecurity dengan adanya penyediaan bak dipping
alas kaki di pintu masuk kandang, bak dipping
kendaraan pengangkut, dan kran pencuci tangan.
Higiene merupakan salahsatu faktor pendukung
dalam keberhasilan biosecurity. Tindakan higiene
wajib dilakukan untuk mengurangi jumlah
kontaminasi bakteri yang dapat menyerang ternak
secara langsung maupun tidak langsung. Tindakan
higiene yang terdapat di PT. UPBS antara lain :
• Higiene terhadap karyawan di PT. UPBS
yaitu saat memasuki area kandang
karyawan diharuskan melakukan dipping
atau pencelupan sepatu booth dengan
antiseptik di pintu tempat masuk keluarnya
karyawan dan larangan merokok untuk
karyawan. Karyawan dibagian pemerahan
atau milking yang harus dilakukan
mencelupkan sepatu booth ke dalam
antiseptik kembali di pintu masuk milking,
karyawan milking memakai perlengkapan
sebelum melakukan kegiatan pemerahan
antara lain masker, sarung tangan (gloves),
celmek, dan penutup kepala. Semua itu
berguna untuk menjaga kebersihan diri dan
mencegah dari terkontaminasi bakteri.
Menurut Wijiastutik (2012) bahwa higiene
pemerah merupakan faktor penting yang
129
dapat mempengaruhi kualitas susu sapi
agar kontaminasi bakteri yang berasal
pekerja yang sakit maupun dari pekerja
yang tidak bersih dapat dihindari dan
dikurangi. Pemerahan di lakukan
memperhatikan kebersihan diri seperti
kebersihan kuku tangan, tangan, pakaian
dan kesehatan pekerja.
130
4. Pengawasan (Controlling)
131
menanyakan alasan atau kendala belum
terselesaikanya perbaikan. Pengontrolan sanitasi
karyawan dilakukan oleh bagian security yang
menjaga pintu masuk kandang untuk memastrikan
bahwa karyawan, kendaraan dan tamu melakukan
rangkaian prosedur biosecurity perusahaan.
Karyawan, kendaraan ataupun tamu yang tidak
melakukan biosecurity maka akan diberikan sanksi
berupa larangan masuk ke dalam area kandang.
Evaluasi yang dilakukan untuk sanitasi
kandang ialah pembatasan jumlah populasi
sehingga tidak menimbulkan kapasitas kandang
berlebih yang dapat menimbulkan kematian akibat
tingkat persaingan individu yang tinggi serta kadar
amoniak dalam kandang kandang yang lebih.
Ternak harus selalu dalam keadaan bersih
sehingga mengurangi terjadinya penyebaran
penyakit akibat ternak yang tidak pernah
dibersihkan, untuk itu PT. UPBS berupaya dengan
memandikan sapi sehingga tiadak ada sapi yang
kotor dan sakit.
Peralatan kandang sering terjadi kerusakan
yang diakibatkan oleh kurangnya kepedulian
karyawan dan rusak akibat ternak itu sendiri, hal
ini tentu dapat menimbulkan pengeluaran yang
lebih oleh perusahaan serta menambah pekerjaan
bagian maintenance dalam memperbaiki peralatan
dan fasilitas kandang yang rusak. Penerapan
132
biosecurity masih belum efektif karena sebagian
karyawan masuk dan tidak melalui celup kaki serta
lengahnya pihak security dalam mengontrol
biosecurity sehingga hal demikian sering terjadi.
133
yang kering dan renyah dan sudah bisa disebut pupuk
kompos yang dimanfaatkan untuk pemupukan hijauan
makanan ternak ataupun dijual ke petani lokal.
134
pupuk yang langsung di siramkan ke hijauan makanan
ternak dan sebagian dialirkan menuju torn-torn di dekat
kandang yang airnya dimanfaatkan untuk proses flushing
(pembersihan kandang dengan cara disiramkan pada lantai
kandang). Menurut Permana (2011), pupuk organik cair
dapat dibuat dari bahan-bahan organik berbentuk cair
dengan cara mengomposkan dan memberi aktivator
pengomposan sehingga dapat dihasilkan pupuk organik
cair yang stabil yang stabil dan mengandung unsur hara
lengkap, pupuk cair dapat diproduksi dari limbah industri
peternakan (limbah cair dan setengah padat atau slurry)
yaitu melalui pengomposan dan aerasi. Pupuk organik
cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak
beredar di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan
diaplikasikan melalui daun atau disebut pupuk cair foliar
yang mengandung unsur hara makro dan mikro esensial
(N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn dan bahan
organik).
135
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
136
menerapkan semua aspek manajemen.
Sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.
5.2. Saran
137
DAFTAR PUSTAKA
138
Hastuti D., 2008. Tingkat keberhasilan inseminasi buatan
sapj potong di tinjau dari angka konsepsi dan
service per conception. 4(1):12-20.
139
Mardalena. 2008. Pengaruh Waktu Pemerahan dan
Tingkat Laktasi terhadap Kualitas Ssusu Sapi
Perah Peranakan Fries Holstein. Jurnal ilmu-ilmu
Peternakan. 11: 107-111.
140
Putra, A. 2009. Potensi Penerapan Produksi Bersih Pada
Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus
Pemerahan Susu Sapi Moeria Kudus Jawa
Tengah).Tesis. Ilmu Lingkungan Undip.
Semarang.
141
Resti, Y. 2009. Pengaruh Selang Waktu Pemerahan
Terhadap Produksi Susu Sapi Fries Holland.
Respository IPB. Bogor.
142
Safitri, Winda. 2011. Hipokalsemia pada Sapi.
Pekanbaru: Penerbit Balai Pengkajian
Teknologi,Pertanian Riau.
143
Syarief, M. Z dan C. D. A. Sumoprastowo. 1990. Ternak
Perah. Jakarta : C.V. Yasaguna.
144
Wulansari, R., S. Palanisamy, H. Pisestyani, M. B.
Sudarwanto, dan A. Atabany. 2017. Kadar Kalsium
pada Sapi Perah Penderita Mastitis Subklinis di
Pasir Jambu, Ciwidey. Acta Veterinaria
Indonesiana. 5(1) : 16-21.
145
Lampiran 1. Struktur Organisasi
146
Lampiran 2. Denah Menuju ke Lokasi PT.UPBS dari
Kota Bandung
147
BUS
1. Terminal Leuwi Panjang : Dari Terminal Leuwi
Panjang langsung naik bis jurusan Pengalengan –
ojek (sampai di Pengalengan naik ojek ke
Alba/Babakan/Cieuri.
2. Tegalega : Dari terminal Leuwi panjang naik
angkot KUNING jurusan Tegalega
(Pemberhentian di halte Tegalega) – naik Elf
Pengalengan – Ojek (sampai di Pengalengan naik
ojek ke Alba/Babakan/Cieuri).
3. Grabcar/GoCar/Mobil carteran/Taxi : Dari
Terminal Leuwi Panjang langsung pesan
Grabcar/GoCar/Mobil carteran/Taxi – langsung
sampai di PT Ultra Peternakan Bandung Selatan.
148
Lampiran 3. Denah Kandang Keseluruhan Di PT.UPBS
KENDARAAN
149
sepatu booth dengan antiseptik sebelum
memasuki area kandang.
Keluar : Karyawan yang keluar dari area kandang harus
tetap menggunakan sepatu booth dan wearpack,
karyawan yang akan keluar lewat pintu sebelah
pintu dipping masuk.
Keluar masuk kendaraan
Masuk : Kendaraan pengangkut baik mengangkut pakan,
sisa pakan, ternak dan lain sebagainya yang
masuk ke area kandang harus melewati bak
dipping antiseptik yang berada di depan
gerbang pintu kendaraan. Pintu gerbang
harus selalu tertutup, jika ada kendaraanyang
akan masuk dan keluar pintu gerbang akan
dibuka oleh satpam.
Keluar : Kendaraan pengangkut yang keluar area
kandang harus melewati bak dipping
antiseptik yang berada di depan gerbang
kendaraan.
150
Lampiran 4. Denah Satuan Kandang Di PT.UPBS
151
Lampiran 5. Alur Sanitasi (Flushing) Di PT.UPBS
152
separator, kemudian limbah padat akan menumpuk
dibawah separator dan limbah cair akan masuk ke dalam
lagoon. Kemudian limbah cair dalam lagoon akan dibawa
naik ke melalui pipa untuk digunakan flushing kembali.
153
Lampiran 6. Produksi Susu Bulanan di PT.UPBS
No Jumlah Rata- Jumlah Jumlah
Sapi rata Produksi Sapi
yang di DIM Susu Bunting
Perah
1 2186 216,8 46863 1064
2 2178 217,5 46980 1068
3 2178 217,5 57295 1075
4 2163 217,5 43448 1068
5 2141 216,7 45280 1053
6 2145 216,6 47713 1063
7 2157 216,2 47689 1094
8 2150 216,6 43904 1045
9 2157 215,8 47708 1093
10 2151 215,1 47180 1082
11 2140 216,3 44385 1041
12 2136 215 43926 1035
13 2149 216,2 45321 1047
14 2169 216,1 48618 1064
15 2169 216,7 48467 1067
16 2168 216,8 46863 1064
17 2178 217,5 46980 1068
18 2178 217,5 47295 1075
19 2157 217 44635 1060
20 2157 216,8 44910 1059
21 2175 217,6 44518 1075
22 2150 216,4 45560 1049
23 2150 216,4 45443 1046
24 2164 217,3 47409 1055
25 2161 217,4 47676 1073
26 2133 215,8 43798 1052
27 2132 215,8 45054 1049
154
28 2155 216,7 45916 1078
29 2146 216 48948 1073
30 2146 216,3 46901 1071
155
Lampiran 7. Data Pemeriksaan Kebuntingan
ID HASIL
NO DIM
SAPI PKB
1 3022 - 156
2 KAIMI 3399 - 229
3 3477 + 240
4 10559 - 108
5 24996 - 113
6 3122 - 720
7 3147 - 133
8 ASRE 1079 - 167
9 BESEY 1940 - 111
10 DADIC 2629 - 111
11 MADDY 3045 + 109
12 SOZIZ 2959 - 84
13 3467 + 259
14 3032 - 111
15 3415 + 189
16 EMBUN 2568 + 216
17 3082 + 223
18 3118 - 225
19 3343 - 341
20 3257 - 203
21 82956 + 398
22 24109 - 108
23 BELIA 2407 + 345
24 DISU 3330 - 299
25 GENIUS 2952 - 112
26 GINO 2403 + 340
27 LINDA 3277 + 228
28 LUCY 2068 + 108
29 MARISA 3523 + 209
156
30 NIJI 2928 + 105
31 NORMA 1113 + 226
32 PELANGI 2247 - 394
33 SIZE 3651 - 112
34 SMASH 0319 + 128
35 TERRY 2865 + 151
36 TINAI 2240 - 260
37 TIWI 2903 - 111
38 VENUS 3158 - 292
39 DONITA 3208 + 261
40 IRFI 3746 + 107
41 KANDA 3687 + 128
42 MILA 3642 - 168
43 MILKY 3353 + 166
44 NEEDLE 3590 + 113
45 NIAT 3676 + 109
46 TAKSA 3449 + 159
47 VERDA 3611 + 111
48 22967 + 244
49 1163 - 203
50 52928 - 87
51 SITA 0381 - 113
52 OLIVIA 1933 - 353
157
Lampiran 8. SOP Pengelolaan Kandang
158
Lampiran 9. SOP Pengunjung ke Area PT. UPBS
159
Lampiran 10. Treatment Mastitis
160
Lampiran 11. Inseminasi Heifer
161
Lampiran 12. Pemisahan Induk dengan Pedet saat
Kelahiran
162
Lampiran 13. Pemberian Vaksin Bravoxin
UPBS Standard Operating
Procedure Revised date
Cow Management pemberian vaksin
Bravoxin 23.11.2013
163
Penanganan Pemerahan Sapi Mastitis dan Sehat
1. Tujuan
Agar susu yang dihasilkan dari sapi mastitis dapat
dipisahkan dengan susu yang dihasilkan dari sapi
yang sehat, serta sapi mastitis bisa cepat sehat seperti
semula
2. Ruang lingkup
2.1 Pemisahan & Pemerahan
2.2 Cleaning dan sanitasi
3. Tahapan Penanganan
3.1 Pakai Bucket Milk BMS yang telah di bersihkan dan
didisinfeksi dengan PA
3.2 Perah sapi yang sehat terlebih dahulu, kemudian
setelah selesai ,perah sapi yang mastistis
3.3 Pisahkan hasil perahan antara susu mastitis, dan susu
sehat
3.4 Setelah selesai pemerahan maka lakukan cleaning dan
sanitasi tempat dan alat : risapol dan PA
4. Tahapan Pemerahan
4.1 Pemerahan Sapi sehat
Tip Dipping→ Stripping→ Towel→ Milking→
Tip Dipping
164
4.2 Pemerahan sapi mastitis
Tip Dipping→ Stripping→ Towel→ Milking→
Tip Dipping- Injection
Bucket milk dibersihkan dan Cluster dicelupkan
kedalam PA, tangan pemerahan juga harus
dibersihkan dan celupkan kedalam PA
Susu hasil pemerahan disaring dan dimasukan
kedalam Milk can
4.3 Cleaning dan sanitasi
Bersihkan semua bucket milk berikut clusternya
dengan air biasa dan risapol, kemudian dibilas
dengan air bersih dan celupkan cluster dengan PA
165
Lampiran 15. Penentuan Sapi Fresh yang Sudah Sehat
166
berikut sudah dinyatakan bagus dalam periode 3
hari berturut-turut :
Rumen Turn Over Setidaknya 2.5
167