Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
penting yang dapat di abaikan di usia keemasan anak. Anak emas (Golden ages) adalah
usia dimana seorang anak berada pada rentang usia lahir sampai dengan usia kurang
lebih 6 tahun. Sehingga pada rentang usia inilah anak perlu medapatkan stimulasi
maksimal bagi seluruh aspek perkembangannya. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
dewasa ini semakin banyak mendapat perhatian, bak dari pemerintah maupun
masyarakat. Hal ini merupakan angin segar bagi dunia penddidikan anak usia dini,
karna pendidikan anak selanjutnya, PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang di
tunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
Anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun,
ketika memulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat
mngatur diri dalam buang air (toilet training), dan mengenal beberapa hal yang
belajar yang kondusif bagi pengembangan potensi peserta didik. Melalui berbagai
terhadap nilai-nilai budaya, memiliki kepribadian, serta karakter yang sesuai dari
lingkungannya. Selain itu juga memiliki keterampilan yang dipopulerkan oleh dirinya,
Ilmu pengetahuan dan pendidikan anak usia dini sangat penting dalam
menghadapai tantangan diera global medoernisasi saat ini dan kemajuan zaman
teknologi, hal ini merupakan barometer dunia pendidikan. Berawal dari sumber daya
manusia melalui pendidikan anak usia dini yang merupakan pendidikan paling
mendasar dan strategis dalam membentuk mental dan karakter anak di usia dini. Dalam
undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat
14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
Menurut data hasil survey Taman Kanak-kanak (TK) tahun 2016-2017 jumlah
TK yang terdapat di Indonesia sebanyak 85.174 Tk, sedangkan di Nusa Tenggara Barat
Tabel 1.1 Jumlah TK atau PAUD Formal Kabupaten Lombok Barat tahun Pelajaran
2015-2016
TK/PAUD Formal
No Kecamatan
Negeri Swasta Jumlah
1 Sekotong 1 1 2
2 Lembar 1 2 3
3 Gerung 3 9 12
4 Kediri 2 12 14
5 Kuripan 1 5 6
6 Labu api 1 9 10
7 Narmada 1 17 18
8 Lingsar 2 2 4
9 Gunung sari 2 11 13
10 Batulayar 1 7 8
Jumlah 15 75 90
Terpinggirkannya permainan tradisional sebagai pilihan hiburan bagi anak
Menurut gubernur yang akrab disapa Dr. Zul tersebut hal ini merupakan
tantangan bagi manusia modern yang hidup di antara kemudahan teknologi. ‘’Memang
kenyataan zaman ini main begini-an (permainan tradisional, Red) bisa pakai online
Permainan tradisional sebagai warisan budaya pada masyarakat adat suku sasak
sudah mulai banyak dilupakan. Generasai muda dan anak-anak saat ini lebih gemar
bermain dengan permainan yang dianggap canggih dan modern seperti play station
(PS), games online, video game dan berbagai macam permainan yang membutuhkan
biaya namun sedikit memiliki makna bagi perkembangan kepribadiaan dan sosial anak.
setiap hari selama tiga bulan, dengan memainkan beberapa tokoh yang berbeda.
tersebut kehilangan kendali atas kontrol identitas dan kehidupan sosialnya Renggani
(dalam ikawati,dkk,2018)
sosial, emosi, dan kepribadian anak. Nilai-nilai kearifan budaya lokal dalam permainan
tradisional sangat penting untuk menjadikan pembelajaran semakin bermakna. Arti
masyarakat suku sasak sebagai sumber pembelajaran telihat pada dua hal penting.
Pertama, minat dan gairah belajar peserta didik mengalami peningkatan. Kedua, guru
dan buku tidak lagi sebagai sumber pembelajaran utama sebab permainan tradisional
karena permainan tradisional tidak hanya memberi nilai rekreasi atau bersenang-
senang saja. Lebih dari itu, permainan tradisional juga memiliki nilai pendidikan
karakter seperti kejujuran, kerja keras, berkerja dalam tim, disiplin, berjiwa sosial dan
taat aturan.
gerak irama lagu dan kata-kata yang sesuai arti dan gerakan.8Melalui aktifitas bermain
anak akan mengekspresikan semua yang ada dalam pikirannya sehingga akan
dkk. (dalam ikawati,dkk. 2018) permainan tradisional adalah salah satu genre atau
bentuk folklore yang berupa permainan anak-anak, yang beredar secara lisan diantara
anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi turun temurun serta
banyak mempunyai variasi. Oleh karena termasuk folklore, maka sifat atau ciri dari
permainan tradisional anak sudah tua usianya, tidak diketahui asal-usulnya, siapa
penciptanya dan dari mana asalnya. Biasanya disebarkan dari mulut ke mulut dan
kadang-kadang mengalami perubahan nama atau bentuk meskipun dasarnya sama. Jika
dilihat dari akar katanya, permainan tradisional tidak lain adalah kegiatan yang diatur
oleh suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari generasi terdahulu
dilakukan oleh kelompok masyarakat tertetu sebagai bagian dari kebiasaan atau adat
istiadat yang menggunakan alat yang tersedia disekitar lingkungan tempat bermain.
permainan tradisional tidak hanya memberi nilai rekreasi atau bersenang-senang saja.
teknis dan ketelitian sehingga menjadi sejalan dengan apa yang di amanatkan oleh
Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN), yang
sebelumnya telah ada dengan PP. No. 70 tahun 1991 tentang Pendidikan Muatan Lokal,
berarti sudah jelas bahwa pengembangan muatan lokal perlu terus dikembangkan untuk
(Sutjipto dalam ikawati,dkk.2018). Lebih dari itu, permainan tradisional juga memiliki
nilai pendidikan karakter seperti kejujuran, kerja keras, berkerja dalam tim, disiplin,
tradisional suku sasak yang berkembang dan sering dimainkan anak-anak zaman
dahulu. Kelima belas jenis permainan tersebut terdapat beberapa perbedaan nama
antara satu daerah dengan daerah lain. Meski berbeda nama tapi cara memainkannya
masih sama, sebagai contoh permainan „gatrik„, di daerah puyuh kecamatan jonggat
kabupaten lombok tengah permainan ini dikenal dengan nama „asit‟ sedangkan di
kecamatan janaparia permainan ini disebut „maen gatrik‟. Semua jenis permainan
Permainan Tradisional Suku Sasak di Pulau Lombok. Buku yang dihasilkan ini sifatnya
sangat sederhana karena masih perlu disempurnakan dengan memberikan
gambargambar visual pada setiap jenis permainan sehingga lebih menarik dan mudah
Adapun kelima belas jenis permainan tradisional tersebut yaitu: (1) Maen Batun Bagek,
(2) Ceprak, (3) Kal Kadang atau Selodor, (4) Maen Godekan, (5) Maen Gatrik, (6)
Maen Jingklak, (7) Bejangkrikan, (8) Presean, (9) Belanjakan, (10) Betempelekan, (11)
Sepok Siat atau Ceplok, (12) Ngumang, (13) Betete Kantir, (14) Menciwe, (15) Maen
Cungklik.(dalam ikawati,dkk.2018)
perubahan motorik dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku
dan kemampuan motorik. Begitu juga pendapat Aisyah (dalam Anggraeni, dkk 2018)
motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian
besar atau seluruh anggota tubuh yang di pengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.
kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu
kaki,berjalan dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkak, dan
Bidang fisik motorik pada anak usia 4-5 tahun sesuai dengan Peraturan Menteri
No.58 Tahun 2009 dibagi menjadi dua bidang yaitu Perkembangan motorik meliputi
motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang
menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang
dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Sedangkan motorik halus adalah
gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang
koordinasi motorik atau otot kasar meliputi kegiatan seluruh atau sebagian tubuh. Di
yang menggunakan otot-otot besar dan keterampilan koordinasi motorik kasar juga
kekuatan.
dalam menjalani proses tumbuh kembangnya. Pada masa ini, anak mengalami proses
tumbuh kembang yang luar biasa, baik dari segi fisik motorik, emosi, kognitif, maupun
perkembangan tersebut perlu distimulasi dengan tepat agar anak dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal. Anak yang kurang terstimulasi akan mengalami hambatan
kegiatan pada pusat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Pada saat anak berumur 4-5
tahun anak dapat mengendalikan gerakan secara kasar yang melibatkan bagian badan
seperti berjalan, berlari melompat dan lain-lain. Setelah usia 5 tahun perkembangan
besar dalam pengendalian koordinasi lebih baik yang juga melibatkan otot kecil yang
menggunakan otot-otot besar pada diri anak yang menjadi dasar untuk mengikuti
seluruh aktivitas gerak dasar lokomotor ataupun non lokomotor yang tersusun dari otot
lurik sehinggah dapat berfungsi untuk melakukan aktivitas gerak dasar yang
yunista,dkk.2016).
Tiga tahapan tersebut adalah pertama tahap kognitif. Taha kognitif yaitu
dilakukan sebelumnya. Kedua, yaitu “trial and error” anak akan mencoba
gerakannya sendiri. Ketiga adalah adalah autonomous, yaitu anak sudah secara
tempat, seperti berjalan, berlari, melompat dan meluncur. Tahap non lokomotor,
hal ini dapat dilihat dari kemampuan anak dalam bermain lempar tangkap bola.
Aspek perkembangan motorik kasar anak adalah gerak dasar yang dapat
dikembangkan sejak awal, dan berhubungan dengan kesehatan dan kebugaran fisik
Negeri 3 PEMDA Lombok Barat pada tanggal 05-10 september 2019 dengan
orang tua siswa menunjukan 7 anak dari 10 anak menujukkan anak aktif dan
tidak betah dengan satu permainan yang durasinya terlalu lama (OW,05-10
september 2019)
dan di sekolah aktif. Tetapi 7 anak dari 10 anak tidak betah mengerjakan atau
melakukan aktifitas yang membutuhkan durasi atau waktu yang terlalu lama.
Selain itu anak di rumah terkadang lebih sering main di luar rumah, karna
lingkungan rumah yang banyak anak sebaya atau yang tidak beda jauh umur
2019)
Lombok Barat.
1.3 Tujuan penelitian
Barat.
1.4.2 Perawat
kasar pada anak mereka sendiri sehingga dapat membuat anak lebih
percaya diri.
1.4.4 Masyarakat
dilingkungannya.
Adapun subyek dalam penelitian ini adalah Anak Tk Negeri 3 PemDa Lombok
Barat. Alat ukur yang digunakan yaitu skala / kuesioner . Desain ini
hasil antara pre-test dan post-test dianggap sebagai efek perlakuan (treatment).
Penelitian ini akan dilakukan pada sekelompok anak Tk sebanyak 32 anak yang
dipilih dengan tehnik purposive sampling. Adapun jumlah populasi dari anak