Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan anak usia dini (AUD) merupakan faktor

penting yang dapat di abaikan di usia keemasan anak. Anak emas (Golden ages) adalah

usia dimana seorang anak berada pada rentang usia lahir sampai dengan usia kurang

lebih 6 tahun. Sehingga pada rentang usia inilah anak perlu medapatkan stimulasi

maksimal bagi seluruh aspek perkembangannya. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

dewasa ini semakin banyak mendapat perhatian, bak dari pemerintah maupun

masyarakat. Hal ini merupakan angin segar bagi dunia penddidikan anak usia dini,

karna pendidikan anak selanjutnya, PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang di

tunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

melalui pemberin rangsangan pendidikan utuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut menurut UU Sisdiknas, No.20 ( dalam Sumiyati,2018)

Anak usia prasekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 2-6 tahun,

ketika memulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat

mngatur diri dalam buang air (toilet training), dan mengenal beberapa hal yang

dianggap berbahaya (mencelakakan dirinya).(LN yusuf,2014:162-163)

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar yang kondusif bagi pengembangan potensi peserta didik. Melalui berbagai

kegiatan, diharapkan PAUD khususnya di Taman Kanak-kanak memiliki apresiasi

terhadap nilai-nilai budaya, memiliki kepribadian, serta karakter yang sesuai dari

lingkungannya. Selain itu juga memiliki keterampilan yang dipopulerkan oleh dirinya,

masyarakat, bangsa, dan Negara sesuai dengan adat-istiadat di lingkungannya.


Kegiatan ini menjadi salah satu sarana untuk mengenalkan anak Taman Kanak-kanak

pada nilai-nilai budaya ( dalam karyanto,dkk.2018).

Ilmu pengetahuan dan pendidikan anak usia dini sangat penting dalam

menghadapai tantangan diera global medoernisasi saat ini dan kemajuan zaman

teknologi, hal ini merupakan barometer dunia pendidikan. Berawal dari sumber daya

manusia melalui pendidikan anak usia dini yang merupakan pendidikan paling

mendasar dan strategis dalam membentuk mental dan karakter anak di usia dini. Dalam

undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat

14 menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut (dalam karyanto,dkk.2018)

Menurut data hasil survey Taman Kanak-kanak (TK) tahun 2016-2017 jumlah

TK yang terdapat di Indonesia sebanyak 85.174 Tk, sedangkan di Nusa Tenggara Barat

(NTB) sebanyak 1.698 Tk dan di Kabupaten Lombok Barat terdapat 85 Tk.

Tabel 1.1 Jumlah TK atau PAUD Formal Kabupaten Lombok Barat tahun Pelajaran
2015-2016
TK/PAUD Formal
No Kecamatan
Negeri Swasta Jumlah
1 Sekotong 1 1 2
2 Lembar 1 2 3
3 Gerung 3 9 12
4 Kediri 2 12 14
5 Kuripan 1 5 6
6 Labu api 1 9 10
7 Narmada 1 17 18
8 Lingsar 2 2 4
9 Gunung sari 2 11 13
10 Batulayar 1 7 8
Jumlah 15 75 90
Terpinggirkannya permainan tradisional sebagai pilihan hiburan bagi anak

menarik perhatian Pemprov NTB. Bekerjasama dengan Lembaga Perlindungan Anak

Indonesia (LPAI) dan PT Johnson & Jhonson Indonesia, Pemprov NTB

mengkampanyekan kembali permainan tradisional.

Menurut gubernur yang akrab disapa Dr. Zul tersebut hal ini merupakan

tantangan bagi manusia modern yang hidup di antara kemudahan teknologi. ‘’Memang

kenyataan zaman ini main begini-an (permainan tradisional, Red) bisa pakai online

sekarang, tanpa harus loncat-loncat,’’ ujarnya (Suarantb.com,18 juli 2019)

Permainan tradisional banyak mengandung gerak, keterampilan, dan asah otak

yang dapat meningkatkan kemampuan beradaptasi, kebersamaan, kecanggihan,

kejujuran, dan saling menghargai (dalam karyanto,dkk.2018)

Permainan tradisional sebagai warisan budaya pada masyarakat adat suku sasak

sudah mulai banyak dilupakan. Generasai muda dan anak-anak saat ini lebih gemar

bermain dengan permainan yang dianggap canggih dan modern seperti play station

(PS), games online, video game dan berbagai macam permainan yang membutuhkan

biaya namun sedikit memiliki makna bagi perkembangan kepribadiaan dan sosial anak.

Hasil penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Hanover Jerman menemukan

bahwagames online bisa menyebabkan seseorang mengalami kepribadianganda. Hal

ini diperoleh berdasarkanpenelitian pada seorang wanita yang bermaingames online

setiap hari selama tiga bulan, dengan memainkan beberapa tokoh yang berbeda.

Ternyata, tokoh-tokoh imajinasi itu mengambil alih kepribadiannya sehingga wanita

tersebut kehilangan kendali atas kontrol identitas dan kehidupan sosialnya Renggani

(dalam ikawati,dkk,2018)

Permainan game online sangat berbeda dengan permainan tradisional, hasil

penelitianoleh Iswinarti (dalam ikawati,dkk,2018) menunjukkan bahwa permainan

anak tradisional mempunyai hubungan yang erat dengan perkembangan intelektual,

sosial, emosi, dan kepribadian anak. Nilai-nilai kearifan budaya lokal dalam permainan
tradisional sangat penting untuk menjadikan pembelajaran semakin bermakna. Arti

penting nilainilai kearifan budaya yang terkandung di dalam permainan tradisional

masyarakat suku sasak sebagai sumber pembelajaran telihat pada dua hal penting.

Pertama, minat dan gairah belajar peserta didik mengalami peningkatan. Kedua, guru

dan buku tidak lagi sebagai sumber pembelajaran utama sebab permainan tradisional

juga memiliki makna nilai-nilai pendidikan (Efendi: dalam ikawati,dkk.2018). Lebih

lanjut menurut Haerani (dalam ikawati,dkk.2018) permainan tradisional dapat

dijadikan sebagai suatu alternative untuk menciptakan generasi berkarakter unggul

karena permainan tradisional tidak hanya memberi nilai rekreasi atau bersenang-

senang saja. Lebih dari itu, permainan tradisional juga memiliki nilai pendidikan

karakter seperti kejujuran, kerja keras, berkerja dalam tim, disiplin, berjiwa sosial dan

taat aturan.

Menurut Ismail, permainan Tradisional mengandung keterampilan dan

kecekatan kaki dan tangan mengunakan kekuatan tubuh, ketajaman penglihatan,

kecerdasaan pikiran, keluwesan gerak tubuh, menirukan alam lingkungan ,memadukan

gerak irama lagu dan kata-kata yang sesuai arti dan gerakan.8Melalui aktifitas bermain

anak akan mengekspresikan semua yang ada dalam pikirannya sehingga akan

menemukan pengalaman belajar yang sangat berguna bagi mas perkembangannya

Permainan tradisional merupakan aktivitas yang dilakukan oleh komunitas

masyarakat tertentu dengan tujuan untuk bermaian/hiburan. Menurut Al Juk Ja‟far,

dkk. (dalam ikawati,dkk. 2018) permainan tradisional adalah salah satu genre atau

bentuk folklore yang berupa permainan anak-anak, yang beredar secara lisan diantara

anggota kolektif tertentu, berbentuk tradisional dan diwarisi turun temurun serta

banyak mempunyai variasi. Oleh karena termasuk folklore, maka sifat atau ciri dari

permainan tradisional anak sudah tua usianya, tidak diketahui asal-usulnya, siapa

penciptanya dan dari mana asalnya. Biasanya disebarkan dari mulut ke mulut dan

kadang-kadang mengalami perubahan nama atau bentuk meskipun dasarnya sama. Jika
dilihat dari akar katanya, permainan tradisional tidak lain adalah kegiatan yang diatur

oleh suatu peraturan permainan yang merupakan pewarisan dari generasi terdahulu

yang dilakukan manusia (anak-anak) dengan tujuan mendapat kegembiraan.

Berdasarkan pendapat diatas, permainan tradisional merupakan jenis permainan yang

dilakukan oleh kelompok masyarakat tertetu sebagai bagian dari kebiasaan atau adat

istiadat yang menggunakan alat yang tersedia disekitar lingkungan tempat bermain.

Menurut Haerani (dalam ikawati,dkk.2018) permainan tradisional dapat dijadikan

sebagai suatu alternative untuk menciptakan generasi berkarakter unggul karena

permainan tradisional tidak hanya memberi nilai rekreasi atau bersenang-senang saja.

Pada kebanyakan permainan tradisional juga mengedepankan sisi olahraga, taktik,

teknis dan ketelitian sehingga menjadi sejalan dengan apa yang di amanatkan oleh

Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN), yang

sebelumnya telah ada dengan PP. No. 70 tahun 1991 tentang Pendidikan Muatan Lokal,

berarti sudah jelas bahwa pengembangan muatan lokal perlu terus dikembangkan untuk

meningkatkan mutu lulusan pendidikan dasar (Dikdas) dan pengembangan IPTEKS

(Sutjipto dalam ikawati,dkk.2018). Lebih dari itu, permainan tradisional juga memiliki

nilai pendidikan karakter seperti kejujuran, kerja keras, berkerja dalam tim, disiplin,

berjiwa sosial dan taat aturan.

Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan setidaknya ada 15 jenis permainan

tradisional suku sasak yang berkembang dan sering dimainkan anak-anak zaman

dahulu. Kelima belas jenis permainan tersebut terdapat beberapa perbedaan nama

antara satu daerah dengan daerah lain. Meski berbeda nama tapi cara memainkannya

masih sama, sebagai contoh permainan „gatrik„, di daerah puyuh kecamatan jonggat

kabupaten lombok tengah permainan ini dikenal dengan nama „asit‟ sedangkan di

kecamatan janaparia permainan ini disebut „maen gatrik‟. Semua jenis permainan

tradisional tersebut telah didokumentasikan dalam bentuk draft Buku Deskripsi

Permainan Tradisional Suku Sasak di Pulau Lombok. Buku yang dihasilkan ini sifatnya
sangat sederhana karena masih perlu disempurnakan dengan memberikan

gambargambar visual pada setiap jenis permainan sehingga lebih menarik dan mudah

dipelajari. Penyempurnaan tersebut akan dilakukan pada tahap penelitian berikutnya

yaitu berbarengan dengan pembuatan video (VCD) ilustrasi permainan tradisional.

Adapun kelima belas jenis permainan tradisional tersebut yaitu: (1) Maen Batun Bagek,

(2) Ceprak, (3) Kal Kadang atau Selodor, (4) Maen Godekan, (5) Maen Gatrik, (6)

Maen Jingklak, (7) Bejangkrikan, (8) Presean, (9) Belanjakan, (10) Betempelekan, (11)

Sepok Siat atau Ceplok, (12) Ngumang, (13) Betete Kantir, (14) Menciwe, (15) Maen

Cungklik.(dalam ikawati,dkk.2018)

Menurut Samsudin (dalam Anggraeni, dkk 2018) perkembangan merupakan

perubahan motorik dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku

dan kemampuan motorik. Begitu juga pendapat Aisyah (dalam Anggraeni, dkk 2018)

motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian

besar atau seluruh anggota tubuh yang di pengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.

Perkembangan motorik kasar masa prasekolah ini dapat diawali dengan

kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu

kaki,berjalan dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkak, dan

berjalan dengan bantuan (wong, dalam hidayat alimul,2011).

Bidang fisik motorik pada anak usia 4-5 tahun sesuai dengan Peraturan Menteri

No.58 Tahun 2009 dibagi menjadi dua bidang yaitu Perkembangan motorik meliputi

motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang

menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang

dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Sedangkan motorik halus adalah

gerakan yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang

dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih (Fikriyati, dalam

rochmani,2016). Bidang pembembangan motorik kasar sangat erat kaitannya dengan


perkembangan kemampuan gerak anak. Gerak merupakan unsur utama dalam

pengembangan motorik anak.

Sedangkan menurut Jamaris (dalam Anggraeni, dkk 2018) keterampilan

koordinasi motorik atau otot kasar meliputi kegiatan seluruh atau sebagian tubuh. Di

samping itu, keterampilan koordinasi motorik kasar juga mencakup ketahanan,

kecepatan, kelenturan, ketangkasan, keseimbangan, dan kekuatan.

Jadi bisa dikatakan perkembangan motorik halus merupakan gerakan tubuh

yang menggunakan otot-otot besar dan keterampilan koordinasi motorik kasar juga

mencakup ketahanan, kecepatan, kelenturan, ketangkasan, keseimbangan, serta

kekuatan.

Setiap anak akan memiliki responsif mental dan karakteristik sendiri-sendiri

dalam menjalani proses tumbuh kembangnya. Pada masa ini, anak mengalami proses

tumbuh kembang yang luar biasa, baik dari segi fisik motorik, emosi, kognitif, maupun

psikososial, perkembangan tersebut berlangsung secara menyeluruh, karena itu aspek

perkembangan tersebut perlu distimulasi dengan tepat agar anak dapat tumbuh dan

berkembang secara optimal. Anak yang kurang terstimulasi akan mengalami hambatan

dalam berinteraksi dengan orang lain (dalam yosinta,dkk,2018).

Perkembangan motorik kasar merupakan perkembangan jasmani yang melalui

kegiatan pada pusat syaraf, dan otot yang terkoordinasi. Pada saat anak berumur 4-5

tahun anak dapat mengendalikan gerakan secara kasar yang melibatkan bagian badan

seperti berjalan, berlari melompat dan lain-lain. Setelah usia 5 tahun perkembangan

besar dalam pengendalian koordinasi lebih baik yang juga melibatkan otot kecil yang

digunakan untuk melempar dan lain sebagainya.

Berbagai kegiatan motorik yang menggunakan tangan, pergelangan tangan dan

kaki merupakan perkembangan yang dapat diperediksi dengan melalui kegiatan

bermain yang diharapakan anak mampu dalam kemampuan ketangkasan, seperti:


melempar, meloncat, dan berlari yang dimana kaki dan tangan akan sangat digunakan

pada saat bermain.

Proses motorik kasar adalah suatu kegiatan atau pelaksanaan yang

menggunakan otot-otot besar pada diri anak yang menjadi dasar untuk mengikuti

seluruh aktivitas gerak dasar lokomotor ataupun non lokomotor yang tersusun dari otot

lurik sehinggah dapat berfungsi untuk melakukan aktivitas gerak dasar yang

terkoordinasi melalui otak, sehinggah dapat merangsang dan melakukan kegiatan

seperti; berjalan, melompat, menendang, berlari, memukul, melempar, mendorong,

menarik sehinggah dapat terkoordinasi melalui gerakan tubuh (Acroni,dalam

yunista,dkk.2016).

Setidaknya ada tiga tahap penting dalam perkembngan motorik kasar.

Tiga tahapan tersebut adalah pertama tahap kognitif. Taha kognitif yaitu

tahapan dimana anak berusaha mengingat gerakan-gerakan yang pernah

dilakukan sebelumnya. Kedua, yaitu “trial and error” anak akan mencoba

berbagai gerakan, mengulang-ulang gerakan tersebut, dan mengoreksi gerakan-

gerakannya sendiri. Ketiga adalah adalah autonomous, yaitu anak sudah secara

otomatis dapat menampilkan atau melakukan gerakan-gerakan dengan sedikit

kesalahan yang dibuatnya.

Para pakar mengelompokkan gerakan motorik kasar ke dalam tiga hal

pokok, yaitu tahap lokomotor, yaitu gerakan yang mengakibatkan perpindahan

tempat, seperti berjalan, berlari, melompat dan meluncur. Tahap non lokomotor,

yaitu gerakan yang tidak memerlukan perpindahan tempat, seperti mengangkat,

mendorong, menarik, dan berayun. Selanjutnya adalah tahap memproyeksi, yaitu

tahap memproyeksikan sesuatu benda seperti gerakan melempar dan menangkap,

hal ini dapat dilihat dari kemampuan anak dalam bermain lempar tangkap bola.

Aspek perkembangan motorik kasar anak adalah gerak dasar yang dapat
dikembangkan sejak awal, dan berhubungan dengan kesehatan dan kebugaran fisik

anak (Bambang Sujiono, dalam ikawati,dkk.2018)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Tk

Negeri 3 PEMDA Lombok Barat pada tanggal 05-10 september 2019 dengan

jumlah siswa 42 orang ,didapatkan berupa observasi dan wawancara kepada 10

orang tua siswa menunjukan 7 anak dari 10 anak menujukkan anak aktif dan

tidak betah dengan satu permainan yang durasinya terlalu lama (OW,05-10

september 2019)

Ketika dilakukan wawancara terhadap 10 orangtua anak di Tk Negeri 3

PemDa Kab. Lombok Barat dan 3 Guru mengenai aktifitas 10 anak

menunjukkan keaktifan berbicara dan bermain bersama dengan teman di rumah

dan di sekolah aktif. Tetapi 7 anak dari 10 anak tidak betah mengerjakan atau

melakukan aktifitas yang membutuhkan durasi atau waktu yang terlalu lama.

Selain itu anak di rumah terkadang lebih sering main di luar rumah, karna

lingkungan rumah yang banyak anak sebaya atau yang tidak beda jauh umur

dengan anak tersebut meskipun kebanyakkan anak tinggal di BTN. (OW.07, 10

2019)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang tersebut maka peneliti dapat merumuskan

masalah penelitian sebagai berikut: Apakah Pengaruh Permainan Tradisional

Sasak Terhadap Kemampuan Motorik Kasar pada Anak TK Negeri 3 PEMDA

Lombok Barat.
1.3 Tujuan penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui Pengaruh Permainan Tradisional Sasak Terhadap

Kemampuan Motorik Kasar pada Anak TK Negeri 3 PEMDA Lombok

Barat.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan anak TK Negeri 3 PEMDA Lombok

Barat tentang permainan tradisional sasak

2. Mengidentifikasi tingkat kemampuan motorik kasar anak TK Negeri

3 PEMDA Lombok Barat terhadap permainan tradisional sasak

3. Mengidentifikasi tingkat keaktifan anak TK Negeri 3 PEMDA

Lombok Barat terhadap permainan tradisional sasak.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Institusi Pendidikan

Memberi masukan pada institusi pendidikan, khususnya program

keilmuan keperawatan anak, tentang Pengaruh Permainan Tradisional

Sasak Terhadap Kemampuan Motorik Kasar pada Anak sehingga

informasi ini dapat digunakan untuk menyusun langkah-langkah strategi

dalam meningkatkan kemampuan motorik anak yang nantinya dapat

memberikan kontribusi dalam mengembangkan materi perkuliahan.

1.4.2 Perawat

Mampu memberikan pelayanan tentang upaya meningkatkan

kemampuan motorik kasar pada anak.


1.4.3 Orang Tua

Mampu mengetahui cara untuk meningkatkan kemampuan motorik

kasar pada anak mereka sendiri sehingga dapat membuat anak lebih

percaya diri.

1.4.4 Masyarakat

Dapat memberikan pengetahuan bagi pihak masyarakat tentang

Pengaruh Permainan Tradisional sasak terhadap Kemampuan Motorik

Kasar pada Anak, agar masyarakat dapat menerapkan hal tersebut

dilingkungannya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini akan meneliti Pengaruh Permainan Tradisional Sasak

terhadap kemampuan Motorik Kasar Pada Anak TK Negeri 3 PEMDA

Kabupaten Lombok Barat. Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup

penelitian keperawatan anak yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh

permainan tradisional sasak pada Anak TK Negeri 3 PemDa Lombok Barat.

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah variabel independen yaitu

Permainan Tradisional Sasak, dan variabel dependen yaitu Motorik Kasar.

Adapun subyek dalam penelitian ini adalah Anak Tk Negeri 3 PemDa Lombok

Barat. Alat ukur yang digunakan yaitu skala / kuesioner . Desain ini

menggunakan rancangan pre eksperimental dalam penelitian ini menggunakan

desain perlakuan ulang satu kelompok (one-group pre-test – post-test design).


Desain perlakuan ulang satu kelompok ini merupakan desain eksperimen

yang hanya menggunakan satu kelompok perlakuan (kelompok eksperimen)

dengan melakukan pengukuran sebelum dan sesudah perlakuan. Perbedaan

hasil antara pre-test dan post-test dianggap sebagai efek perlakuan (treatment).

Penelitian ini akan dilakukan pada sekelompok anak Tk sebanyak 32 anak yang

dipilih dengan tehnik purposive sampling. Adapun jumlah populasi dari anak

di TK Negeri 3 PemDa kabupaten Lombok Barat sebanyak 42 anak. Alat ukur

yang digunakan dalam penelitian ini adalah questioner.

1.6 Keaslian Penelitian

Tabel 1.2 Keaslian Penelitian

No Peneliti Judul Metode Variabel Hasil Penelitian Persamaan dan


Penelitia Perbedaan
n
1 Sumiyati Metode Jenis -variabel Berdasarkan hasil Persamaan: -variabel
(2018) pengemba penelitian indevend penelitian dependent yaitu motorik
ngan adalah en: ana didapatkan: kasar
motorik kuantitatif usia dini Perkembangan
kasar anak . Teknik -variabel aspek motorik Perbedaan :
usia dini pengambi dependen kasar anak di TK - variabel independen yaitu
lan t: Bina Bhakti Sari anak Tk Negeri 3 PemDa
sampel motorik Pati belum Kab. Lombok barat
yang kasar terlaksana secara sedangkan dalam
digunakan maksimal penelitian ini variabel
adalah independen yaitu anak usia
kualitatif dini -Metode penelitian
dengan yaitu kuantitatif
wawancar korelasional. sedangkan
a dn dalam penelitian ini metode
obsrvasi quasi eksperimental
2 Made Ayu Pengaruh Kuantitati -Variabel Hasil penelitin Persamaan :
Anggraeni Permainan f independ -Variabel dependent yaitu
1
, Yunus Tektinik en: menunjukkan motorik kasar
Tradisiona
Karyanto2, pengambi Permaina perkembangan
l Lompat
Wadiatu lan n motorik kasar Perbedaan :
Tali
Khairati Terhadap sampel: tradision (melompat) (post -variabel independen yaitu
A.S3 Porposive al lompat test) maka permainan tradisional
Perkemba
(2018) Sampel / tali kecerdasan anak lompat tali
ngan
Non sedangkan dalam
Motorik tersebut meningkat
Random -Variabel penelitian ini variabel
Kasar Sampling dependen dengan nilai rata- independen yaitu konseling
Anak : rata 13,8 dengan permainan tradisional
Anak Usia Motorik simpangan baku sasak
5-6 Tahun kasar sebesar 1,64. Skor -Metode penelitian yaitu
kuantitatif. sedangkan
bermain lompat tali dalam penelitian ini metode
terendah dari 20 quasi eksperimental
subyek adalah 10
dan tertinggi 16.

3 Hastuti Ragam wawancar -Variable ditemukan Persamaan :


Diah Permainan a independ setidaknya ada 15 -variabel independen yaitu
Ikawati, Tradisiona en jenis permainan permainan tradisonal
Ary l Suku :permain tradisional suku
Purmadi, Sasak Di an sasak yang
Zulfakar Pulau tradision berkembang dan Perbedaan:
(2018) al sering dimainkan -variabel dependen yaitu
Lombok
anak-anak zaman suku sasak sedangkan
-variabel dahulu. Kelima dalam penelitian ini
dependen belas jenis variabel dependen yaitu
: suku permainan tersebut motorik kasar
sasak terdapat beberapa Metode penelitian adalah
perbedaan nama wawancara, sedangkan
antara satu daerah dalam penelitian ini yaitu
dengan daerah lain. quasi eksperimental
Meski berbeda
nama tapi cara
memainkannya
masih sama, sebagai
contoh permainan
„gatrik„, di daerah
puyuh kecamatan
jonggat kabupaten
lombok tengah
permainan ini
dikenal dengan
nama „asit‟
sedangkan di
kecamatan janaparia
permainan ini
disebut „maen
gatrik‟.
4 Septi Islinia Mening -Variable motorik kasar Persamaan :
observas
Yosinta, M. katkan independ (keseimbangan -variabel dependen yaitu
i,
Nasirun dan Motorik en tubuh) anak dapat motorik kasar
dengan
Norman Kasar :permain ditingkatkan dengan
teknik
Syam an bermain lompat Perbedaan:
Melalui analisis
(2016) tradision kodok melalui -variabel independen yaitu
Permai data
al lompat kegiatan berdiri dua permainan tradisonal
nan menggu
kodok kaki dengan sedangkan dalam
Tradisi nakan
seimbang, berdiri penelitian ini variabel
onal rata-rata
-variabel satu kaki dengan independen yaitu
Lompat dan
dependen seimbang, permainan trdisional
persenta
Kodok : motorik melompat dengan lompat kodok
se
kasar satu kaki dengan Metode penelitian adalah
seimbang, dan observasi dan teknik
mengambil gundu analisa data, sedangkan
di dalam petak dalam penelitian ini yaitu
dengan seimbang quasi eksperimental
pada anak
kelompok B RA
Permata Insani
Bengkulu

Anda mungkin juga menyukai