Anda di halaman 1dari 7

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No.

2 (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D204

Analisis Risiko Kecelakaan Kerja


Pada Proyek Spazio Tower II Surabaya
Menggunakan Metode Bowtie
Winda Bintang Veroza dan Cahyono Bintang Nurcahyo
Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
e-mail: bintang@ce.its.ac.id

Abstrak—Risiko didefinisikan sebagai suatu kemungkinan dari ± 77.834 meter persegi. Dari total lantai tersebut, terdapat Area
suatu kejadian yang akan mempengaruhi suatu tujuan. Proyek Parkir (Basement) 5 Lantai, Area Publik 2 Lantai, Area Kantor
konstruksi Spazio Tower II merupakan bangunan tingkat tinggi 12 lantai, Hotel 5 Lantai, dan Area Utilitas 2 Lantai
yang memiliki potensi risiko dalam hal kecelakaan kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menerapkan Metode
Penulisan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko
Bowtie dalam proses pembangunan Proyek Spazio Tower II
dominan, dan mengetahui faktor penyebab dan dampak dari
risiko dominan. Data eksisting yang diperoleh untuk mengetahui Surabaya, sehingga dapat menentukan Variabel risiko dominan
risiko kecelakaan kerja yang paling dominan dimulai dengan termasuk Probability, Impact, dan Faktor Eskalasi respon
penilaian risiko yaitu perhitungan probability dan impact, terhadap risiko yang mungkin terjadi.
menggunakan Risk Management Standard AS/NZ 4360:1999.
Metode yang digunakan untuk mengidentifikasi sumber
penyebab dan dampak terhadap risiko kecelakaan kerja II. METODOLOGI PENELITIAN
menggunakan Metode Bowtie. Hasil dari penelitian ini adalah A. Variabel Penelitian
mengetahui risiko kecelakaan kerja yang paling dominan yaitu, Variabel penelitian awal didapatkan dari studi literatur,
alat berat tergelincir ke lubang galian pada pekerjaan galian observasi di lapangan,dan wawancaradengan kontraktor, yang
tanah, pekerja jatuh dari ketinggian akibat saling gondola putus
pada pekerjaan pengecatan di ketinggian, dan pekerja tertimpa
kemudian akan disusun dalam kuesioner untuk melaksanakan
konstruksi baja akibat sling Tower Crane(TC) putus pada survei pendahuluan dan survei utama kepada responden.
pekerjaan struktur atap baja. Penyebab dari risiko kecelakaan B. Responden
kerja yang dominan berdasarkan Metode Bowtie adalah kondisi Pengambilan data dilakukan kepada 10 responden terpilih
fisik operator kurang baik, metode penggalian, hujan/gerimis,
keadaan mesin/alat berat kurang baik, keausan pada kawat sling
yang mempunyai kompetensi terhadap topik penelitian, yaitu:
gondola, cuaca ekstrem, kondisi kesehatan operator gondola, a) Site Manager, sebanyak 1 orang.
metode pengoperasian gondola, keausan dan korosi pada kawat b) Staff Teknik,sebanyak 4 orang.
sling TC, cuaca ekstrem, kondisi kesehatan operator TC, metode c) Drafter, sebanyak 1 orang
pengoperasian TC, dan berat beban konstruksi baja. Dampak d) Quality Control, sebanyak 3 orang
dari risiko kecelakaan kerja yang dominan berdasarkan Metode e) Unit K3, sebanyak 1 orang
Bowtie adalah operator mengalami luka memar akibat benturan
saat tergelincir, pekerja mengalami kematian akibat jatuh dari C. Survei Kuesioner
ketinggian, gondola mengalami kerusakan akibat jatuh dari Survei dilakukan untuk mengidentifikasi variabel risiko
ketinggian, dan pekerja mengalami kematian akibat tertimpa kecelakaan kerja, mengetahui probability, dan mengetahui
konstruksi atap baja. Faktor eskalasi dari risiko kecelakaan kerja impact dari risiko kecelakaan kerja.
yang dominan adalah lupa/menolak menggunakan Alat Pelindung Tahapan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1
Diri (APD), tidak adanya penambahan Safety Rope, dan berikut.
kurangnya komunikasi.

Kata Kunci—Analisis Risiko, Kecelakaan Kerja, Metode Bowtie.

I. PENDAHULUAN

P EMBANGUNAN proyek gedung tinggi merupakan salah


satu pembangunan yang memiliki potensi risiko dalam hal
kecelakaan kerja. Penggunaan metode pelaksanaan yang tidak
akurat serta kurang teliti dapat mengakibatkan risiko
kecelakaan kerja.
Metode Bowtie berkembang dari industri minyak dan gas
bumi pada sekitar akhir 1970-an untuk manajemen K3
(kesehatan&keselamatan). Royal Dutch Shell adalah
perusahaan besar yang pertama diketahui menerapkan analisis
ini dalam praktik bisnis mereka dalam sistem yang disebut
THESIS (The Health, Environment, Safety Information
System) [1].
Spazio Tower II Surabaya di Jl. Mayjend Yono Soewoyo
milik Intiland ini merupakan gedung perkantoran strata title
yang menjadi bagian dari pengembang Graha. Proyek Spazio
Tower II terdiri dari 29 lantai, dengan luas bangunan mencapai
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D205

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Berikut adalah contoh perhitungan impact indexpada variabel
risiko 1e (alat berat tergelincir ke lubang galian) untuk 1
III. ANALISIS DAN PEMBAHASAN responden menjawab 2 (Minor), 3 responden menjawab 3
(Moderat), 6 responden menjawab 4 (Major)
A. Identifikasi Risiko Kecelakaan
Langkah ini dilakukan melalui studi literatur, observasi di
lapangan,dan wawancara dengan kontraktor yang kemudian
disusun dalam bentuk kuisioner untuk melakukan survei
pendahuluan. Nilai probability index dan impact index yang didapatkan
B. Penilaian Risiko tersebut masih dalam bentuk prosentase, sehingga perlu untuk
Langkah ini dilakukan dengan tahap sebagai berikut. diklasifikasikan kembali melalui indeks [4].
1. Penyebaran survei utama hasil identifikasi risiko awal Klasifikasi dari skala penilaian pada indeks tersebut adalah
kepada responden terpilih, untuk menentukan sebagai berikut.
probability yang terjadi dan impact yang ditimbulkan Skala 1 : 0% <I ≤ 20%
dari risiko tersebut, Skala 2 : 20% <I ≤ 40%
2. Menentukan risiko dominan yaitu variabel risiko yang Skala 3 : 40% <I ≤ 60%
tergolong Very High risk pada hasil pemetaan pada Skala 4 : 60% <I ≤ 80%
matriks risiko. Skala 5 : 80% <I ≤ 100%
Penilaian risiko dilakukan dengan menggunakan tingkat Nilai PI sebesar 90% adalah masuk dalam extremely effective
probability dan impact [2] seperti yang dijelaskan pada Tabel 1 karena berada dalam range 80%< SI≤100%, sedangkan nilai II
dan tabel 2 berikut. sebesar 88% masuk dalam extremely effective karena masuk
dalam range 80%<SI ≤ 100%.
Tabel 3 dan tabel 4 secara berturut-turut menunjukkan contoh
Tabel 1.
Tingkat Probability
dari rekap kuesioner terhadap 10 responden, penilaian
Level Deskripsi Uraian probability index, dan penilaian impact index secara detail dan
5 Almost Certain Dapat terjadi setiap saat lengkap untuk variabel risiko 1e (alat berat tergelincir ke
4 Likely Sering lubang galian).
3 Possible Dapat terjadi sekali-sekali
2 Unlikely Jarang Tabel 3.
1 Rare Hampir tidak pernah, sangat Penilaian Probability Index
jarang terjadi
Item Variabel Tingkat Probability PI
Pekerjaa Risiko
Tabel 2. n 1 2 3 4 5 % Rank
Tingkat Impact
Pekerjaan 1e. Alat 0 0 1 2 7 9 5
Tingk Galian berat 0 (almost
Deskripsi Dampak
at Risiko tanah tergelinc certain)
Tidak Tidak ada cedera, kerugian finansial ir ke
1
signifikan sedikit lubang
a. Cedera ringan misal luka lecet galian
2 Minor
b. Kerugian finansial sedang
a. Cedera sedang, perlu penanganan medis
Tabel 4.
b. Kerugian finansial besar
3 Moderat Penilaian Impact Index
c. Setiap kasus yang memperpanjang
perawatan Item Variabe Tingkat Impact II
a. Cedera luas/berat > 1 orang Pekerjaan l Risiko
4 Major 1 2 3 4 5 % Rank
b. Kerugian besar, gangguan produksi
Fatal > 1 orang, kerugian sangat besar dan Pekerja 1e. Alat 0 0 1 3 6 8 5
5 Ekstrem dampak sangat luas, terhentinya seluruh an Galian berat 8 (extreme)
kegiatan tanah tergelincir
ke lubang
Data yang diperoleh dari kuesioner terhadap 10 responden, galian
kemudian diolah untuk mendapatkan nilai probability index
dan impacts index dengan menggunakan rumus Index Analysis Hasil penilaian Probability Index dan Impact Index tersebut
[3]. kemudian dipetakan pada matriks risiko [3], yang contohnya
4
dapat dilihat pada tabel 5 berikut ini.
 a .x i i
I  i 0
4
x100% Tabel 5.
4 xi Hasil Pemetaan Variabel Risiko 1 pada Matriks Risiko
i 0 Impact
Berikut adalah contoh perhitungan probability index pada Insig
Mod
variabel risiko 1e (alat berat tergelincir ke lubang galian) untuk -
Probability Min e- Majo Extr
1 responden menjawab 2 (Unlikely), 2 responden menjawab 3 nific
or rate r eme
ant
(Possible), 7 responden menjawab 4 (Likely). 2 3 4 5
1
Rare 1 L L L L M
Unlikely 2 L L M M H
Possible 3 L M M H H
Likely 4 L M H H VH
Almost Certain 5 M H H VH VH
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D206

Matriks analisa risiko kecelakaan pada item pekerjaan galian dalam kategori Very High.
tanah dengan risiko alat berat masuk ke lubang galian masuk
Tabel 6.
Hasil Penilaian Risiko Basement

Probability Impact Hasil Pemetaan


Item Pekerjaan Bahaya Potensi Risiko Rank Rank
Index (PI) Index (II) pada Matriks
Material jatuh kedalam 1a. Pekerja tertimpa
50% 3 30% 2 M
galian material yang digali
1b. Pekerja terpeleset 55% 3 43% 3 M
Tanah
Galian Tanah longsor/runtuhnya 1c. Alat berat
dinding samping tergelincir ke lubang 90% 5 88% 5 VH
galian
Pengangkatan material 1d. Pekerja tertimpa
43% 3 58% 3 M
menggunakan Crane material
Alat berat menabrak
Pemasangan 2a. Pekerja tertabrak 30% 2 48% 3 M
fasilitas/pekerja
dinding penahan
Sling TC putus yang
tanah (soldier 2b. Pekerja tertimpa
mengangkat material 40% 2 58% 3 M
pile) material
berat
Menggunakan concrete 3a. Pekerja
30% 2 20% 1 L
Pengecoran pump tersembur mortar
soldier pile Penggunaan Agritator 3b. Pekerja tertabrak
30% 2 33% 2 L
truck Agritator truck
Mengangkat material 4a. Pekerja tertimpa
33% 2 45% 3 M
berat menggunakan TC material
Pondasi Tiang
Kecepatan angin tinggi
Pancang 4b. Pekerja tertimpa
saat mobile crane 23% 2 50% 3 M
material
beroperasi
5a. Pekerja kejatuhan
40% 2 30% 2 L
Pemotongan secara potongan material
Pemotongan
manual menggunakan 5b. Pekerja
pondasi bawah
concrete cutter tergores/tertusuk besi 40% 2 40% 2 L
beton

Tabel 7.
Hasil Penilaian Risiko Lt.1-21
Hasil
Probabilit Impact
Item pekerjsan Bahaya Potensi Risiko Rank Rank Pemetaan pada
y Index (PI) Index (II)
Matriks
Mengangkat
1a. Pekerja
material berat
tertimpa 48% 3 60% 3 M
menggunakan
bekisting
TC
1b. Pekerja
Formwork
Pekerjaan tertimpa 50% 3 60% 3 M
collapse
struktur Kolom bekisting
Lt.1-21 1c. Pekerja
Perancah tidak
jatuh dari 40% 2 60% 3 M
kokoh
ketinggian
1d. Pekerja
Bekerja di
jatuh dari 50% 3 73% 4 H
ketinggian
ketinggian
2a. Pekerja
Bekerja di
jatuh dari 40% 2 45% 3 M
Pekerjaan ketinggian
ketinggian
struktur Balok
2b. Pekerja
Lt.1-21 Bekisting kayu
terperosok 33% 2 45% 3 M
keropos
kebawah
3a. Pekerja
Bekerja di
jatuh dari 48% 3 58% 3 M
Pekerjaan ketinggian
ketinggian
struktur Lantai
Material 3b. Pekerja
Lt.1-21
kayu/bekisting terperosok 33% 2 43% 3 M
keropos kebawah
Pembersihan
lokasi
4a. Terkena
pengecoran 40% 2 33% 2 L
paparan debu
dengan
compressor
Pengecoran Scaffolding 4b. Pekerja
belum terpasang jatuh dari 48% 3 55% 3 M
dengan benar ketinggian
Menggunakan 4c. Pekerja
38% 2 33% 2 L
concrete pump tersembur mortar
Pengaruh arus 4d. Pekerja 28% 2 35% 2 L
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D206

Hasil
Probabilit Impact
Item pekerjsan Bahaya Potensi Risiko Rank Rank Pemetaan pada
y Index (PI) Index (II)
Matriks
listrik dari tersengat aliran
penggunaan listrik
vibrator
Kabel
5a. Pekerja
mengeluarkan 40% 2 50% 3 M
tersengat listrik
percikan api
Main frame 5b. Pekerja
48% 3 38% 2 M
licin terpeleset
Pekerjaan Full body
MEP harness dan
5c. Pekerja
cross bracett 45% 3 50% 3 M
terjatuh
tidak terpasang
sempurrna
Pengelasan 5d. Pekerja
43% 3 53% 3 M
perpipaan terbakar
Perancah tidak 6a. Pekerja
53% 3 45% 3 M
Pekerjaan kokoh terjatuh
plafond 6b. Pekerja
Kait tidak kuat 48% 3 40% 2 M
tertimpa material
Pemotongan 7a. Terkena
53% 3 23% 2 M
keramik paparan debu
Pekerjaan
7b. Pekerja
pasang keramik Pecahnya roda
terkena mesin 40% 2 43% 3 M
gerinda
gerinda
8a. Pekerja
Pengecatan di menghirup bau
55% 3 33% 2 M
Pekerjaan ketinggian cat yang
pengecatan menyengat
(dinding dan Pengecatan
8b. Pekerja
plafond) diluar gedung
jatuh dari 75% 4 83% 5 VH
menggunakan
ketinggian
gondola
9a. Pekerja
Perancah tidak
jatuh dari 53% 3 70% 4 H
kokoh
Pemasangan ketinggian
acp untuk facade Material acp
9b. Pekerja
terbawa angin 58% 3 65% 4 H
tertimpa material
kencang
10a. Pekerja
Pengangkatan
tertimpa
konstruksi baja
Pekerjaan konstruksi baja 90% 5 80% 4 VH
menggunakan
struktur baja akibat sling TC
TC
(atap dan putus
cannopy) Ketidakstabila 10b. Pekerja
n struktur karena jatuh dari 73% 4 73% 4 H
angin ketinggian

D. Identifikasi Faktor Terjadinya Kecelakaan dengan Metode Perusahaan wajib menyediakan APD yang
Bowtie dibutuhkan pekerja
Dari tabel 6 dan tabel 7 tersebut, dapat ditentukan bahwa c. Pengaturan jadwal kerja yang ideal:
risiko dominan adalah variabel yang masuk pada kategori VH Pengaturan jadwal kerja yang ideal merupakan
(Very High Risk) yang kemudian digambarkan dengan diagram salah satu faktor yang mempengaruhi efisiensi
Bowtie [5]. kerja operator. Produktivitas normal alat berat
Pembahasan faktor Bowtie pada variabel risiko dominan pada umumnya adalah 8 jam/hari
beserta respon risikonya adalah sebagai berikut. 2. Metode Penggalian, dengan kontrol:
1. Pekerjaan galian tanah pada basement Proteksi galian:
a. Risiko : Alat berat tergelincir ke lubang Pemasangan pagar pengaman untuk penggalian:
galian Pihak kontraktor diwajibkan untuk membuat
b. Penyebab : metode pelaksanaan yang tepat pada saat
1. Kondisi fisik operator kurang baik, dengan kontrol: mengajukan penawaran pekerjaan.
a. Pemeriksaan kesehatan oleh tim K3: 3. Hujan/gerimis, dengan kontrol:
Memiliki Lisensi K3 adalah kartu tanda a. Pekerjaan dihentikan selama hujan/gerimis:
kewenangan seorang operator untuk Pekerjaan dihentikan sementara karena tanah
mengoperasikan pesawat angkat dan angkut yang terkena hujan akan mengakibatkan tanah
sesuai dengan jenis dan kualifikasinya atau menjadi licin dan mempengaruhi kinerja alat
petugas untuk penanganan pesawat angkat dan berat
angkut. b. Membuat lubang drainase yang cukup:
b. Penyediaan APD oleh pihak kontraktor:
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D205

Selama pekerjaan penggalian hingga timbunan, membuat lubang drainase yang cukup agar air
kondisi tanah harus dijaga tetap kering dengan

Gambar 2. Diagram Bowtie [6].

Gambar 4. Diagram Bowtie pada Pekerjaan Galian Tanah pada Basement


dengan Penyebab dan Kontrol

Gambar 3. Diagram Bowtie pada Pekerjaan Galian Tanah pada Basement. Gambar 5. Diagram Bowtie pada Pekerjaan Galian Tanah pada Basement
dengan Dampak dan Kontrol

hujan tidak jatuh langsung ke tanah yang dapat Pertolongan pertama merupakan tindakan pertolongan
mempengaruhi kondisi tanah. yang diberikan terhadap korban dengan tujuan mencegah
4. Keadaan mesin/alat berat kurang baik, dengan keadaan bertambah buruk.
kontrol: d. Faktor Eskalasi pada pekerjaan galian tanah:
a. Maintenance Supervision: Lupa/menolak menggunakan APD, dengan kontrol:
Melaksanakan pemeliharaan. o Kampanye penggunaan APD:
b. Pengaturan operasional alat berat: Kampanye ini merupakan bentuk peningkatan kesadaran
Kemampuan alat dalam melakukan kegiatan mengeruk, dan pemahaman karyawan akan pentingnya menggunakan.
menggusur, mengangkut atau memindahkan tanah dari satu 2. Pekerjaan pengecatan pada ketinggian
tempat ke tempat lain perlu memperhatikan kapasitas kerja a. Risiko : pekerja jatuh dari ketinggian akibat
alat yaitu kemampuan kerja satu kali operasi, dan produksi sling gondola putus
kerja alat yaitu kemampuan kerja dalam satu jam. b. Penyebab :
c. Pemeriksaan mesin/alat sebelum digunakan: - Keausan pada kawat sling gondola, dengan kontrol:
Perawatan preventif, perawatan berkala, dan perawatan o Pemeriksaan berkala:
harian Memeriksa semua bagian gondola secara visual, dan
c. Dampak: mencatat dalam daftar check list, memeriksa kondisi
Operator mengalami luka memar akibat benturan saat kompresor secara visual, memeriksa wire sling, penyangga
tergelincir, dengan kontrol: gondola, dan manila rope
1. Penggunaan APD yang benar: o Memberi minyak pelumas pada tali kawat:
Operator harus menggunakan APD yang benar seperti Untuk mengurangi gesekan menggosok dari kabel di tali
Helm, kacamata, sarung tangan, dan sepatu boots, serta ketika mereka bergerak relatif satu sama lain
respirator untuk pencegahan debu dari kegiatan penggalian o Maintenance Supervision:
terhirup langsung.
2. Tim pertolongan pertama:
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D209

o Tidak adanya penambahan Safety rope, dengan


kontrol:Kebijakan Perusahaan:
Penambahan Safety rope, perlu mengidentifikasi masalah
utama terlebih dahulu, menyusun alternatif yang akan dipilih
dan sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik.
3. Pekerjaan struktur atap baja
a. Risiko : pekerja jatuh dari ketinggian akibat sling
Gambar 6. Diagram Bowtie pada Pekerjaan Galian Tanah pada Basement gondola putus
dengan Faktor Eskalasi dan Kontrol Faktor Eskalasi b. Penyebab:
Setelah pemakaian gondola selesai, periksa kembali - Keausan dan korosi pada kawat sling TC, dengan
kelengkapan dan keandalan gondola kontrol:
- Cuaca ekstrem, dengan kontrol: o Pengecekan sling sebelum pengoperasian:
o Mengetahui informasi kondisi cuaca: Pengecekan sling untuk memastikan sling sebelum
Operator memeriksa kondisi cuaca dan angin di lokasi, digunakan dalam kondisi baik atau tidak rantas
Dapat memasang bendera dan mengamati pergerakan o Memberi minyak pelumas pada tali kawat:
bendera tersebut. Untuk cuaca saat hujan, bisa membuat Konstruksi yang rumit dan banyaknya beban kerja
perkiraan kapan hujan akan turun atau bisa minta tolong dibebankan pada wire ropes yang berarti bahwa seperti
kepada pihak BMKG. mesin.
o Pekerjaan dihentikan saat cuaca ekstrem: - Cuaca esktrem, dengan kontrol:
Pada saat hujan/gerimis yang disertai angin, harus menunda o Mengetahui informasi kondisi cuaca
pekerjaan untuk menghindari risiko kecelakaan kerja o Pekerjaan dihentikan saat cuaca ekstrem:
- Kondisi kesehatan operator gondola, dengan kontrol: Ketika hujan, penglihatan operator akan terganggu sehingga
o Penyediaan APD oleh pihak kontraktor operator cenderung untuk berhati-hati dalam pengoperasian
o Pemeriksaan kesehatan dan kesiapan sebelum TC, angin juga sangat berpengaruh pada aktifitas TC.
mengoperasikan gondola: - Kondisi kesehatan operator TC, dengan kontrol:
Keberadaan operator yang kompeten akan dapat o Pemeriksaan kesehatan dan kesiapan sebelum
meminimalkan risiko kecelakaan selama mengoperasikan mengoperasikan TC:
peralatan-peralatan tersebut. Dalam penerapan SMK3, diperlukan operator-operator TC
- Metode pengoperasian gondola, dengan kontrol: harus dalam keadaan bugar dan fit, cukup tidur dan tidak
o Pengarahan mengenai safety oleh tim K3: dalam mengkonsumsi obat, dilarang minum sesuatu yang
Safety talk merupakan salah satu sarana penunjang dalam beralkohol atau dalam keadaan mabuk.
upaya mencegah terjadinya bahaya di tempat kerja terutama o Penyediaan APD oleh pihak kontraktor
pada High Risk Building - Metode pengoperasian TC, dengan kontrol:
o Mengoperasikan sistem gondola sesuai Standard o Komunikasi antara mandor dengan operator:
Operating Procedure (SOP) Komunikasi untuk pekerjaan pengangkatan material yang
c.Dampak : akan dilakukan oleh operator TC harus baik, mana yang
- Pekerja mengalami kematian akibat jatuh dari lebih penting diangkat didahului
ketinggian, Control: o Mengoperasikan TC sesuai Standard Operating
o Penggunaan APD yang benar: Procedure (SOP)
Full body harness akan mengikat badan pekerja ke struktur - Berat beban konstruksi baja, dengan kontrol:
pengaman sehingga menghindarinya jatuh. Helm, lanyard o Menyesuaikan berat beban dengan kapasitas
safety harness, sepatu safety, dan kacamata merupakan APD pengangkatan:
yang wajib dikenakan oleh para pekerja di ketinggian Mengetes beban maksimal yang di angkut pada ujung
o Tim pertolongan pertama TCuntuk mengetahui seberapa besar berat beban yang dapat
o Menyiapkan ambulans dan rumah sakit terdekat diangkat oleh TC.
- Gondola mengalami kerusakan akibat jatuh dari c. Dampak :
ketinggian, dengan kontrol: - Pekerja mengalami kematian akibat tertimpa
o Penambahan Safety Rope: konstruksi atap baja, dengan kontrol:
Salah satu pada komponen gondola terdapat 4 buah o Penggunaan APD yang benar:
Wirerope (tali penggantung gondola), yaitu 2 Wirerope Pemakaian safety belt untuk menghindari hal-hal yang
utama (Hoist/Motor Gondola) dan 2 Wireropesafety/Safety tidak diinginkan
rope/Blockstop.Safety rope adalah alat pengaman gondola o Tim pertolongan pertama
yang berfungsi apabila terjadi penurunan level keranjang o Menyiapkan ambulans dan rumah sakit terdekat:
ataupun apabila Wirerope utamaputus. Untuk mengendalikan d. Faktor eskalasi pada pekerjaan struktur atap baja:
apabila gondola jatuh dari ketinggian, bisa dilakukan - Kurangnya komunikasi, dengan kontrol:
penambahan Safety rope yang dikaitkan pada tiang o Briefing sebelum pengoperasian:
penggantung gondola yang berada di Rooftop Dilakukan briefing sebagai bentuk pengarahan untuk
d. Faktor eskalasi pada pekerjaan pengecatan: menghindari adanya mis komunikasi pada saat
- Lupa/menolak menggunakan APD, dengan kontrol: pengoperasian
o Kampanye penggunaan APD: - Lupa/menolak menggunakan APD dengan kontrol:
Kampanye ini merupakan bentuk peningkaan kesadaran o Kampanye penggunaan APD:
dan pemahaman karyawan akan pentingnya menggunakan Menggunakan APD seperti safety belt, sepatu safety, dan
APD seperti Full Body Harness, helm, kacamata. kacamata
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D210

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 3. Pekerjaan Struktur atap baja dengan bahaya pengangkatan
Risiko dominan terkait kecelakaan kerja pada proyek Spazio konstruksi baja menggunakan TC, dengan risiko pekerja
Tower II Surabaya berdasarkan The Australia/New Zealand tertimpa konstruksi baja akibat sling putus
Standard for Risk Management 1999 adalah: a. Penyebab: Keausan dan korosi pada kawat sling TC,
1. Pekerjaan Galian tanah dengan bahaya tanah rawan Cuaca ekstrem, Kondisi kesehatan operator TC, Metode
longsor, dengan risiko alat berat tergelincir ke lubang galian pengoperasian TC, Berat beban konstruksi baja
a. Penyebab: Kondisi fisik operator kurang baik, Metode b. Dampak: Pekerja mengalami kematian akibat tertimpa
Penggalian, Hujan/gerimis, Keadaan mesin/alat berat konstruksi atap baja, Konstruksi baja rusak akibat sling
kurang baik TC putus
b. Dampak: Operator mengalami luka memar akibat c. Faktor eskalasi: Kurangnya komunikasi, Lupa/menolak
benturan saat tergelincir penggunaan APD Penyebab, dampak, dan faktor
c. Faktor eskalasi: Lupa/menolak menggunakan APD eskalasi disertai dengan kontrol
2. Pekerjaan Pengecatan, dengan bahaya pengecatan dinding
diluar gedung menggunakan gondola, dengan risiko pekerja DAFTAR PUSTAKA
jatuh dari ketinggian akibat sling gondola putus [1] S. S. Alizadeh and P.Moshashaei, “The Bowtie method in safety
a. Penyebab: Keausan pada kawat sling gondola, Cuaca management system,” Sci. J. Rev., 2015.
ekstrem, Kondisi kesehatan operator gondola, Metode [2] The Australian and New Zealand Standard, “AS/NZS 4360:1999,”
pengoperasian gondola 1999.
[3] Long and et al, “Delay and Cost Overruns in Vietnam Large
b. Dampak: Pekerja mengalami kematian akibat jatuh dari Construction Project: A Comparison with Other Selected Countries
ketinggian, Gondola mengalami kerusakan akibat jatuh Korean Society of Civil Engineering,” J. Civ. Eng., vol. 12, 2008.
dari ketinggian [4] I. Al-Hammad, “Criteria for Selecting Construction Labour Market
c. Faktor eskalasi: Lupa/menolak menggunakan APD, in Saudi Arabia,” 2008.
[5] N. Munier, Risk Management for Engineering Projects. Spain:
Tidak adanya penambahan Safety rope Springer International Publishing Switzerland, 2014.

Anda mungkin juga menyukai