Anda di halaman 1dari 18

Bumi dan Sejarahnya

2 BUMI DAN
SEJARAHNYA

BUMI SEBAGAI ANGGOTA TATA SURYA


Umumnya bangsa Yunani dan orang-orang abad pertengahan dulu
berpegang pada teori Geosentris, yaitu teori yang menganggap bahwa bumi
sebagai pusat alam semesta berada dalam keadaan diam dan planet-planet lain
bergerak mengitarinya. Teori ini bertahan cukup lama (sampai Abad 14). Baru
pada tahun 1540-an, seorang Astronom Polandia bernama Nicolaus Copernicus
menyatakan teori Heliosentris, yaitu teori yang menganggap Matahari sebagai
pusat dan planet-planet termasuk Bumi sebagai anggotanya bergerak mengitari
Matahari. Selain oleh planet-planet, benda-benda antarplanet seperti komet,
asteroid, dan meteoroid juga bergerak mengitari Matahari. Sistem dengan
Matahari sebagai pusat yang dikitari oleh planet-planet dan benda-benda antar
planet, komet, asteroid, dan meteoroid dinamakan Tata Surya.
Bumi merupakan salah satu dari planet-planet yang menyusun tata
surya dan bergerak mengelilingi matahari pada suatu bidang datar, yaitu suatu
bidang elipstik yang membentuk sudut yang besarnya sekitar 7o terhadap
ekuator matahari. Para ilmuan telah sepakat bahwa benda-benda angkasa dan
tata surya khususnya telah terbentuk dari unsur yang sama. Mengenai proses
terbentuknya tata surya, ada beberapa ilmuan dengan berbagai hipotesa yang
telah muncul, diantaranya :
1. Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1755 menyebutkan bahwa “alam
raya ini merupakan zat padat yang berada pada keadaan diam, tetapi
perbedaan massa dan kepadatannya oleh karena adanya kekuatan saling
tarik-menarik dan tolak-menolak. Partikel-partikel tersebut bergerak dan
mulai mengkondensasi yang pada akhirnya membentuk matahari dan
planet-planet anggotanya”.

4
Bumi dan Sejarahnya

2. Pierre LaPlace tahun 1776 mengajukan suatu hipotesa tentang


pembentukan tata surya, ia mengatakan bahwa ”matahari, planet-planet dan
sateli-satelit pada awalnya berasal dari nebula (gumpalan awan panas yang
mengembun) yang berotasi akibat adanya gaya tarik sesama partikel,
nebula ini mengkondensasi menjadi matahari dan orbit-orbit planet tersebut
terletak pada bidang yang sama”.
3. Otto Schmidt tahun 1944 menyatakan bahwa ”planet-planet yang berada
dalam gugusan tata surya berasal dari nebula yang tertarik oleh matahari
pada saat ia bergerak dalam ruang angkasa. Partikel-partikel meteorit yang
bergerak mengitari matahari berpadu karena pengaruh gravitasi dan
menyebabkan terbentuknya planet-planet. Proses pemampatan planet
berlangsung terus-menerus dengan intensif selama gas dan debu tersebut
saling berdekatan”. Tetapi dua milyar tahun terakhir tambahan curahan
batu, debu serta gas berkurang. Hipotesis Schmidt ini cukup beralasan dan
dapat menjelaskan hal-hal yang bersifat struktural dalam tata surya seperti
orbit yang menyerupai revolusi dari planet-planet, pembagian planet
menjadi dua bagian yaitu planet kecil dan planet besar, sehingga pertanyaan
mengenai distribusi massa dan distribusi momentum telah terpecahkan.

Selain teori-teori diatas, masih ada teori lain yang mencoba


menerangkan kejadian tata surya. Dari hipotesis-hipotesis yang telah ada dapat
memjelaskan tentang keteraturan yang ada di tata surya, diantaranya :
1. Matahari mengandung lebih dari 99,8% dari total massa yang ada di
tata surya.
2. Planet-planet mengelilingi matahari dengan arah yang sama pada orbit
yang berbentuk elips dan orbit-orbit ini terletak pada bidang yang sama.
3. Planet-planet tersebut berotasi dengan arah yang sama seperti arah
revolusi mereka, kecuali Uranus. Selain itu, sebagian besar satelit
mereka berputar pada arah yang sama.
4. Jarak planet-planet dari matahari memperlihatkan keteraturan.

Ada tiga cara pengelompokan planet-planet.

5
Bumi dan Sejarahnya

- Pertama, planet-planet dikelompokkan dengan bumi sebagai pembatas,


yaitu: planet inferior dan planet superior. Planet inferior adalah planet--
planet yang orbitnya terletak di dalam orbit bumi mengitari matahari. Yang
termasuk planet inferior hanya dua planet: Merkurius dan Venus. Planet
superior adalah planet-planet yang orbitnya terletak di luar orbit bumi
mengitari matahari. Yang termasuk planet superior adalah Mars, Jupiter,
Saturnus, Uranus, Neptunus, dan Pluto.
- Kedua, planet-planet dikelompokkan dengan lintasan Asteroid sebagai
pembatas, yaitu: planet dalam (inner planets) dan planet luar (outer
planets). Planet dalam adalah planet-planet yang orbitnya di sebelah dalam
lintasan asteroid. Yang termasuk planet dalam adalah: Merkurius, Venus,
Bumi, dan Mars. Planet luar adalah planet-planet yang orbitnya di sebelah
luar lintasan asteroid. Yang termasuk planet luar adalah: Jupiter, Saturnus,
Uranus, Neptunus, dan Pluto.
- Ketiga, planet-planet dikelompokkan berdasarkan ukuran dan komposisi
bahan penyusunnya, yaitu: planet terrestrial dan planet jovian. Planet
terrestrial adalah planet-planet yang ukuran dan komposisi penyusunnya
(batuan) mirip dengan Bumi. Yang termasuk planet terrestrial adalah
Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars. Planet jovian atau planet raksasa
adalah planet-planet yang ukurannya besar dan komposisi penyusunnya
mirip Yupiter, yaitu terdiri dari sebagian besar es dan gas hidrogen. Yang
termasuk Planet Jovian adalah Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.
Pluto tidak mirip dengan Bumi atau Jupiter dan banyak astronom telah
mengusulkan agar Pluto dikelompokkan sebagai sebuah asteroid (planet
kecil).

Dewasa ini, objek pembentukan tata surya masih merupakan objek


studi yang bersifat spekulatif. Tetapi yang jelas, berdasarkan studi
spectroscope, radiasi dan analisis meteorit dapat diperkirakan bahwa unsur-
unsur penyusun tata surya secara relatif adalah sama dengan penyusun bumi,
walaupun pada tempat-tempat tertentu dari anggota tata surya memperlihatkan
adanya perbedaan yang mungkin. Tetapi dari bukti empiris diatas telah
disimpulkan bahwa tata surya berasal dari material yang sama.
STRUKTUR DAN KOMPOSISI BUMI

6
Bumi dan Sejarahnya

Hingga sekarang pengetahuan tentang struktur dan komposisi bumi


belum dapat dipecahkan dengan penyelidikan langsung. Informasi tentang
struktur dan komposisi yang diperoleh secara langsung salah satunya melalui
pemboran, adapun pemboran yang paling dalam hanya dapat mencapai
kedalaman 7 km. Selain itu, penyelidikan tentang struktur dan komposisi bumi
adalah melalui penyelidikan kegiatan magma di permukaan, tetapi seperti yang
kita ketahui, bukti-bukti ini tidak cukup untuk mewakili struktur dan komposisi
bumi secara keseluruhan. Oleh karena keterbatasan diatas, maka untuk
memperoleh informasi tentang struktur dan komposisi bumi, digunakan
berbagai sifat-sifat bumi, hukum fisika yang berkaitan dengan gravitasi,
perambatan gelombang, kelistrikan dan fenomena lainnya. Sumber informasi
utama diperoleh dari :
1. Percepatan gravitasi pada permukaan bumi dan konstanta gravitasi
sehingga densitas bumi dapat ditentukan.
2. Kesamaan waktu siang dan malam sehingga momen inersia bumi dapat
diperoleh.
3. Data seismologi yang menunjukan adanya diskontinuitas didalam bumi
dan merupakan sumber informasi konstanta elastisitas material bumi.
4. Data heat flow (aliran panas) yang menerangkan keberadaan dan
distribusi dari unsur radioaktif.

Lapisan bumi
Fakta-fakta ini bersama dengan analisis laboratorium menjadi dasar
bagi teori tentang struktur dan komposisi bumi.
7
Bumi dan Sejarahnya

LAPISAN BUMI
Dari hasil analisis data-data yang ada diperoleh bahwa secara fisika dan
komposisi kimia interior bumi terbagi kedalam dua bagian yaitu :

Lapisan bumi berdasarkan komposisi kimia dan komposisi fisikanya (Skinner 2004)

Lapisan bumi berdasarkan chemical properties (sifat-sifat kimia), terbagi


kedalam :
1. Crust (kerak), kerak merupakan bagian terluar bumi yang memiliki
komposisi dan ketebalan yang berbeda dan beragam dari satu tempat ke
tempat lain. Tebal kerak bumi di daerah deretan pegunungan adalah sekitar
70 km. Bagian atas kerak bumi disebut lapisan SIAL yang terutama disusun

8
Bumi dan Sejarahnya

oleh unsur-unsur oksigen, silika dan alumunium, sedangkan bagian


bawahnya terdiri atas lapisan SIMA, mineral utama yang dikandungnya
adalah silika dan magnesium. Batuan kerak bumi bersifat kristalin dengan
berat jenis keseluruhan tidak melebihi 3,4. kontak antara kerak bumi yang
terdiri atas lapisan sial dan sima dengan mantel dipisahkan oleh bidang
diskontinuitas Mohorovicic. Terdapat dua jenis kerak bumi yaitu :
a. Continental crust (kerak benua), ketebalannya 10-70 km, umumnya
berkomposisi granitik, terdiri dari batuan yang ringan yang
mengandung banyak silika (SiO2), dan terdiri dari batuan kristalin
dengan unsur-unsur utama Si dan Al. Kerak benua disebut juga lapisan
granitis karena batuan yang membentuk kerak tersebut susunan
utamanya terdiri dari batuan granit walaupun tidak seluruhnya.
b. Oceanic crust (kerak samudra), ketebalannya 8-13 km, umumnya
berkomposisi basaltik, terdiri dari batuan yang sangat padat, berwarna
gelap dan tersusun dari unsur Si dan Mg. Kerak samudera dapat
disebut juga lapisan basaltis karena batuan penyusunnya terutama
basalt.
2. Mantle (mantel), mantel bumi merupakan lapisan yang terletak dibawah
lapisan kerak bumi yang merupakan bagian yang dicirikan dengan
peningkatan gelombang-gelombang panas, memiliki ketebalan 3.488 km.
Material komposisi mantel lebih homogen, bersifat semi cair dan banyak
mengandung mineral dan feromagnesa. Mantel bumi terdiri atas dua bagian
yaitu :
a. Upper mantle (mantel bagian atas) dengan berat jenis 3,6-4 dan bersifat
plastis atau semiplastis yang disusun oleh batuan peridotit-dunit yang
memiliki ketebalan 400 km dan zona transisi yang ketebalannya 670
km
b. Lower mantle (mantel bagian bawah) dengan berat jenis 5-6, terdiri atas
bahan yang kaya akan unsur nikel dan besi pada kedalaman antara
1.000-2.900 km.

9
Bumi dan Sejarahnya

Lapisan mantel bumi

3. Core (inti bumi), inti bumi terletak di bawah mantel bumi pada kedalaman
2.900-6.730 km, tersusun atas besi (Fe) dan nikel (Ni) yang diketahui dari
rekaman gelombang seismik, eksperimen, dan komposisi iron meteorites
(besi meteorit). Inti bumi dapat dibagi menjadi menjadi 2 bagian, yaitu :
a. Inti luar, memiliki kedalaman ± 2900-5100 km tersusun oleh komposisi
sedikit silika, belerang dan O2, bersifat cair.
b. Inti dalam, memiliki kedalaman ± 5100-6730 km, berkomposisi besi
padat(Fe), dan nikel(Ni), bersifat padat.

Inti bumi : inti dalam (kiri) dan inti luar (kanan)

Selanjutnya adalah lapisan bumi berdasarkan physical properties (sifat


fisika) yang terbagi menjadi :
1. Lithosphere (litosfer)
2. Asthenosphere (astenosfer)

10
Bumi dan Sejarahnya

3. Mesosphere (mesosfer)
4. Outer core (inti luar)
5. Inner core (inti dalam)

Lapisan bumi berdasarkan sifat fisika

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU GEOLOGI


Penemuan-penemuan baru tentang ilmu kegeologian saat ini seharusnya
tidak membuat kita lupa akan masa lalu. Segala sesuatu yang telah kita ketahui
saat ini bertumpu dari apa yang ada pada masa lalu karena segala sesuatu
tentang ilmu geologi saat ini berasal dari pengembangan pemikiran-pemikiran
terdahulu. GJadi bisa dikatakan para ahli geologi modern tidak lebih pintar
dibanding pendahulunya,
a hanya saja mereka dibantu oleh teknik dan metode
yang lebih canggih. Perkembangan ilmu geologi pada masa lalu ditandai oleh
m
ba
lahirnya berbagai
r
konsep dan teori yang berbeda-beda dari paham yang telah
ada sebelumnya.
Int Berikut ini adalah beberapa teori yang pernah berkembang
dalam sejarah
i ilmu geologi.
Lu
ar
1. Uniformity of Nature
Pada akhir tahun 1700-an, James Hutton menyatakan bahwa “The
Present is The Key to The Past”, yang berarti kejadian sekarang adalah
cerminan atau hasil dari kejadian pada zaman dahulu, sehingga segala kejadian
11
Bumi dan Sejarahnya

alam (evolusi bumi) terjadi melalui perubahan secara perlahan-lahan dan


berkesinambungan dengan proses-proses yang kini sedang berlangsung.
Dengan kata lain, proses-proses alam yang terjadi sekarang merefleksikan
proses yang terjadi pada masa lampau dengan intensitas yang berbeda. Teori ini
kemudian oleh Charles Lyell disebut teori uniformitarisma.

2. Neptunist dan Volkanist


Pada akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19 muncul teori yang
menyatakan bahwa semua batuan yang ada di muka bumi berasal dari
presipitasi air yang berarti bahwa pada awal pembentukan bumi segalanya
berupa air dengan berbagai unsur yang kemudian karena sebab tertentu
mengendap membentuk batuan yang berlapis. Teori ini pun ada yang
menentangnya, yang menyatakan bahwa semua batuan berasal dari aliran lava
yang membeku. Teori ini didasarkan pada penyelidikan di lapangan yang
mengamati secara langsung proses pembekuan lava yang keluar dari gunungapi
kemudian menghasilkan batuan beku yang berwarna hitam gelap yang dikenal
dengan basalt. Kemudian James Hutton memimpin observasi lapangan dan
menemukan batuan beku berwarna terang dengan kristal yang besar yang
disebut granit. Batuan ini juga diperkirakan berasal dari materi cair yang
diinjeksikan kedalam batuan, tetapi tidak pernah keluar ke permukaan bumi
sehingga membeku dengan perlahan. Dengan adanya bukti tersebut, Hutton
berspekulasi bahwa interior bumi merupakan material cair. Spekulasi Hutton
kemudian menjadi inspirasi bagi geologi modern.

3. Teori Katatrofisma
Pada abad ke-19, Baron Georges Cuvier menyatakan bahwa perubahan
yang dialami oleh bumi terjadi secara tiba-tiba melalui suatu bencana. Ia
berpendapat bahwa flora dan fauna dari tiap zaman itu berjalan tidak berubah,
dan sewaktu terjadinya revolusi maka hewan-hewan ini musnah. Sesudah
malapetaka tadi muncul hewan dan tumbuhan baru atau akan terbentuk
kembali suatu sistem yang baru yang berbeda dari yang sebelumnya. Teori ini
digugurkan oleh Charles Lyell yang menganut teori uniformitarisma setelah
diperkuat oleh bukti bahwa pembentukan gunungapi terjadi secara perlahan-
lahan.

12
Bumi dan Sejarahnya

4. Teori Ketetapan Benua dan Samudera


Teori ini diajukan oleh James Dwight Dana yang menyatakan bahwa
bumi pada saat pembentukannya bersifat cair, kemudian secara perlahan-lahan
mengalami penurunan suhu kemudian terbentuklah kulit bumi. Tetapi
penurunan suhu terus berlanjut sehingga bumi semakin menciut. Akibat
penciutan ini kulit bumi mengalami perlipatan dan pengangkatan sebagai
kompensasi dari penciutan sehingga terbentuklah rantai pegunungan.

5. Teori Geosinklin
Teori ini diajukan oleh James Hall yang menyebutkan bahwa benua dan
samudra terjadi secara bersamaan, tidak mengalami pergeseran. Benua dan
daratan kemudian menjadi sumber material sedimen bagi cekungan
(samudera). Lalu cekungan ini mengalami penurunan secara perlahan hingga
sedimen didalamnya terlipat dan terangkat membentuk suatu pegunungan.

6. Teori Tektonik Lempeng


Jauh sebelum munculnya Plate Tectonic Theory (Teori Tektonik
Lempeng), ide dan pikiran mengenai pergerakan kerak bumi yang keras diatas
suatu material yang cair telah muncul, diantaranya :
a.Alfred J. Wagener (1915) mengemukakan hipotesisnya bahwa ada
pergerakan horizontal dari suatu lapisan sial (kulit bumi) yang menyebabkan
terjadinya evolusi dari kulit bumi diatas suatu mozaik. Maksudnya, lapisan
benua mengapung diatas suatu kerak samudra sehingga dapat bergerak, ia
beranggapan bahwa seluruh benua yang ada saat ini dahulu kala adalah satu
yang disebut sebagai supercontinent Pangea yang kemudian saling terpisah
menjadi Laurasia dan Gondwana, hal ini didasarkan atas adanya kesamaan
garis pantai timur bagian selatan Benua Amerika dengan garis pantai barat
Benua Afrika (Antonio Schnieder pada tahun 1888 juga mengemukakan hal
yang sama), garis pantai Amerika Utara dengan Eropa, dan Australia dengan
Antartika. Teori ini disebut teori Continental Drift. Alfred J. Wagener juga
mengatakan bahwa kerak bumi (SiAl-SiMg) ibarat rakit yang mengapung di
air, yaitu mantel bumi yang mengandung Ni dan Fe. Walaupun saat teori ini
banyak ditentang oleh para ahli lain, namun banyak pula yang mendukung

13
Bumi dan Sejarahnya

dan mengembangkan pemikiran yang serupa, diantaranya adalah Arthur


Holmes.

Atas : Alfred Wegener : continental drift


(1915)

Kiri : rekonstruksi supercontinent Pangea oleh


Alfred J. Wagener tahun 1915 (Miller, 1983).

b. Arthur Holmes (1931) menerangkan mekanisme apungan benua,


menurutnya terdapat arus konveksi di bagian atas mantel yang bersifat semi
padat kemudian arus konveksi ini turun didaerah subduksi.

Adanya arus pada mantel


bumi menyebabkan
pemekaran kerak benua
(Arthur Holmes, 1931)

c.Bruce Heezen dan Mary Tharp (1959-1965)


memimpin ekspedisi penelitian dan pemetaan
dasar samudera dan menemukan adanya suatu
oceanic ridges systems (sistem jalur

14

Heezen and Tharp :


sea floor mapping (1961-1963)
Bumi dan Sejarahnya

pegunungan samudera) yang merekah. Penemuan ini berkembang menjadi


Sea Floor Spreading Theory (teori pemekaran samudera) yang menyatakan
bahwa proses pertumbuhan samudera mendorong benua bergerak ke arah
tertentu.

Peta pertama yang menggambarkan mid oceanic ridge system sepanjang 65000 km yang dibuat
oleh Bruce Heezen dan Mary Tharp (Skinner, 2004)

d. Robert Dietz (1961) menyatakan bahwa evolusi benua dan lautan oleh
adanya pemekaran lantai samudera.
e.Harry Hess (1962) menerangkan bahwa cekungan samudera terbentuk
karena adanya pemekaran lantai samudera.

Kanan : Fred Vine :


magnetic stripping
of MOR (1963)

15
Bumi dan Sejarahnya

Kiri : Harry Hess :


sea floor spreading (1962)

f. Frederick Vine (1963) menemukan anomali-anomali magnetik di sepanjang


punggungan samudera.
g. John Tuzo Wilson (1963) juga menyatakan bahwa Kepulauan Hawaii
merupakan hot spots, ia juga menyebutkan jenis sesar baru, yaitu transform
fault di jalur punggungan samudera yang terbentuk akibat adanya pemekaran
lantai samudera.

Kiri : Tuzo Wilson :


transform fault
of MOR and
hotspots (1965)

Kanan : Allan cox :across-


continents palaeomagnetism

h. Allan Cox (1973) menemukan adanya paleomagnetisma dan


geomagnetisma yang berulang pada batuan di sepanjang punggungan
samudera.

TEORI TEKTONIK LEMPENG


Semua teori inilah yang menjadi dasar Teori Tektonik Lempeng yang
membuka paradigma baru dalam geologi modern. Teori Tektonik Lempeng
pada dasarnya menyatakan bahwa :

16
Bumi dan Sejarahnya

1. Litosfer terbelah menjadi lempeng-lempeng besar dan lempeng-


lempeng kecil.
2. Lempeng-lempeng tersebut terdiri dari kerak benua atau kerak
samudera atau gabungan keduanya.
3. Lempeng-lempeng bergerak karena pengaruh arus konveksi yang
ditimbulkan dari lapisan astenosfer.
4. Teori Tektonik Lempeng berhubungan dengan mekanisme pergerakan
dan seluruh implikasi kegeologian yang ditimbulkannya.

Pergerakan lempeng terbagi menjadi tiga macam yaitu :


1. Convergence (pergerakan lempeng mendekat)
Batas Konvergen dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

17
Bumi dan Sejarahnya

a. Zona Subduksi (Subduction Zone), yaitu batas pertemuan


lempeng dimana terjadi interaksi antara lempeng benua dengan lempeng
samudera. Pada batas pertemuan lempeng ini, lempeng samudera
menujam kebawah lempeng benua. Hal ini disebabkan karena berat jenis
lempeng benua lebih kecil daripada lempeng samudera. Contoh Bukit
Barisan (Sumatera).
b. Collision, yaitu batas lempeng samudera dengan lempeng
samudera dan lempeng benua dengan lempeng benua. Contoh
Pegunungan Himalaya.

Batas lempeng konvergen :oceanic vs continent (a), oceanic vs oceanic (b), continent vs
continent (c)
2. Divergence (pergerakan lempeng menjauh)
Batas divergen disebut juga zona pemekaran (Spreading Zone).
Contohnya adalah pematang tengah samudera (Mid Oceanic Ridge).

18
Bumi dan Sejarahnya

Batas lempeng divergen : sea floor spreading (a) dan continental rifting (b)

3. Transform (pergerakan lempeng yang berpasangan)

Batas lempeng transform


Plate margin (tepi lempeng) merupakan pencerminan dari yang
ditimbulkan oleh pergerakan lempeng. Plate margin terbagi menjadi tiga
macam yaitu :

19
Bumi dan Sejarahnya

1. Destructive, dua lempeng saling bertemu dan terjadi perusakan di tubuh


keduanya (plates collusion, plates subduction, convergent movement).
2. Constructive, penambahan lantai samudera yang diakibatkan oleh
pergerakan dua lempeng yang saling menjauh (Mid Oceanic Ridge,
divergent movement).
3. Conservative, tidak ada penambahan dan perusakan kerak (transform
faults).

Teori Tektonik Lempeng merupakan suatu revolusi dalam ilmu


kebumian dan membawa suatu perubahan dan pemahaman baru bagi kita
tentang bumi ini. Teori ini juga menjelaskan dan menjawab hampir semua
fenomena kegeologian seperti keberadaan rantai pegunungan, penyebaran
aktivitas magmatisma (vulkanisma dan plutonisma), busur kepulauan, palung,
Mid Ocean ridge (MOR). Selain itu, teori ini menjelaskan pula mengenai
distribusi episentrum gempa, konsentrasi mineral-mineral penting di kerak
bumi, dan keberadaan cekungan dimana minyak bumi terakumulasi. Begitu
pula implikasinya pada segi ekonomi dan juga bagi keselamatan manusia dari
bencana geologi.

CONVERGENT (COLLISION)

CONVERGENT (SUBDUCTION)

DIVERGENT 20 TRANSFORM FAULT

Plates of the lithosphere and their kinds of margins


Skinner et al. (2004)
AWANG H. SATYANA - BPMIGAS
Bumi dan Sejarahnya

TRANSFORM FAULT

CONVERGENT (SUBDUCTION)

DIVERGENT

Plates of the lithosphere and their kinds of margins


Skinner et al. (2004)
AWANG H. SATYANA - BPMIGAS

21

Anda mungkin juga menyukai