Anda di halaman 1dari 9

Jusniati, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol.

3 (2017) : 58-66 58

PEMBUATAN ABON DARI JANTUNG PISANG (MUSA PARADISIACA) DENGAN


PENAMBAHAN IKAN TONGKOL (EUTHYNNUS AFFINIS)
Making Of The Banana Blossom's Abon (Musa Paradisiaca) By Addition Mackarel
Tuna (Euthynnus Affinis)
Jusniati 1), Patang 2), Kadirman 3).
Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian
Fakultas Teknik
Universitas Negeri Makassar
Jusniunhy@yahoo.co.id
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan ikan tongkol
terhadap mutu organoleptik dan karakteristik kimia abon jantung pisang terbaik. Penelitian
meggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL). Parameter yang diamati meliputi
kadar air, protein, lemak, karbohidrat, serat kasar dan organoleptik meliputi rasa, warna,
aroma dan tekstur, data dianalisis dengan analisis ragam. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa abon jantung pisang yang paling disukai panelis adalah abon jantung pisang yang
dihasilkan pada perlakuan A dengan perbandingan jantung pisang 50% dan ikan tongkol
50%.

Kata Kunci : Jantung Pisang, Ikan Tongkol, Abon Jantung Pisang

Abstract
This research aims to determine the influence addition mackarel tuna on
organoleptic quality and chemical characteristic of the best banana blossom's abon. The
research used completely randomized design method. Parameter that was observed
consist of water content, protein, fat, carbohydrate, crude fibers and organoleptic consist
of taste, colour, aroma anf texture. Analysis data using variety analysis. The result of the
research was show that banana blossom's abon that really like of panelists is the banana
blossom's abon that resulting on A treatment by comparison 50% of the banana blossom
anf 50% of the mackarel tuna.
Keywords : Banana blossom’s, Mackarel tuna, Banana blossom's abon.

PENDAHULUAN atau di kebun. Pada umumnya hampir


semua bagian dari pisang dapat
Bagi masyarakat Indonesia, dimanfaatkan, mulai dari buah pelepah,
tanaman pisang sudah dikenal karena daun, akar, dan jantung pisang.
pisang dapat tumbuh subur di Indonesia. Jantung pisang merupakan salah
Walaupun tidak diusahakan, sebagian satu bagian dari tanaman pisang yang
besar warga masyarakat kita memiliki masih kurang pemanfaatannya. Jantung
pohon pisang baik di halaman rumah pisang berpotensi untuk diolah lebih
Jusniati, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) : 58-66 59

lanjut karena rasa yang dihasilkan tidak yang khas. Selain itu, proses pembuatan
kalah dengan produk masakan yang lain. abon merupakan proses pengurangan
Jantung pisang kebanyakan diolah kadar air dalam bahan pangan yang
dalam bentuk berkuah tetapi belum bertujuan untuk memperpanjang proses
dikembangkan untuk pengolahan penyimpanan.
dengan cara lain, misalnya abon jantung
pisang seperti yang telah dilakukan oleh Tujuan Penelitian
Fachruddin (1997) yang melakukan 1. Untuk mengetahui pengaruh
penelitian pembuatan dendeng dari penambahan ikan tongkol pada
jantung pisang. Demikian pula hasil pembuatan abon jantung pisang
penelitian Kusumaningtyas dkk, (2010) terhadap mutu abon yang dihasilkan
yang melakukan penelitian pembuatan 2. Untuk mengetahui penerimaan
abon jantung pisang yang ditambahkan panelis terhadap penambahan ikan
ikan layang. tongkol dalam pembuatan abon
Ikan merupakan sumber protein jantung pisang yang dihasilkan.
hewani utama dalam menu di seluruh
Indonesia dengan harga yang relatif METODE PENELITIAN
murah. Protein ikan merupakan sumber Jenis penelitian ini adalah
protein hewani yang lebih lengkap penelitian eksperimen kuantitatif.
dibandingkan dengan protein nabati. Rancangan percobaan yang digunakan
Ikan mempunyai kandungan protein dalam penelitian ini adalah Rancangan
tinggi, tetapi rendah kandungan Acak Lengkap (RAL) dengan
lemaknya sehingga memberikan banyak menggunakan tabel angka random, serta
manfaat kesehatan bagi tubuh manusia. 3 perlakuan dan kontrol yaitu 3ˣ4 serta 3
Berbagai jenis ikan sering dikonsumsi kali ulangan, maka jumlah unit
dan beraneka ragam cara pengolahan percobaan yang akan diperoleh
maupun penyajiannya. Salah satu jenis sebanyak 12. Adapun formulasi
ikan yang telah masyarakat olah menjadi penggunaan jantung pisang dan ikan
abon yakni adalah jenis ikan tongkol. tongkol.
Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan Peralatan yang digunakan dalam
dikaji pembuatan abon jantung pisang penelitian ini yaitu: Pisau stainless,
dengan penambahan daging ikan Ember plastik, Panci, Baskom, Kompor,
tongkol. Sudek, Sendok, Penggorengan,
Abon merupakan salah satu Desikator, Timbangan digital, Blender,
produk olahan yang sudah dikenal Gelas kimia, Gas Elpiji, Cawan Porselen
banyak orang. Menurut SNI 01-3707- dan Cawan Aluminium, Saringan timbel,
1995, abon adalah suatu jenis makanan Spinner.
kering berbentuk khas yang dibuat dari Bahan yang digunakan dalam
daging ikan yang direbus dan disayat- penelitian ini yaitu; Jantung pisang kapok
sayat, diberi bumbu, digoreng, kemudian 150 g, Ikan tongkol 150 g, Santan kelapa
dipres. Pada prinsipnya, abon 50 ml, Bawang merah 5 g, Bawang putih
merupakan suatu produk pengawetan, 5 g, Minyak bimoli, Sereh 5 g, Gula
yaitu kombinasi antara perebusan dan merah 20 g, Cabe merah 5 g, Garam 6 g
penggorengan dengan menambahkan dan cuka.
bumbu-bumbu. Produk yang dihasilkan Tahap pertama yaitu alur
mempunyai tekstur, aroma, dan rasa pembuatan serat jantung pisang: 1)
Jusniati, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) : 58-66 60

Jantung pisang dibersihkan dengan sangat tidak suka, (3) tidak suka, (4)
mengeluarkan bagian yang tidak bisa agak tidak suka, (5) netral, (6) agak
digunakan, 2)Jantung pisang diiris-iris suka, (7) suka, (8) sangat suka, (9) amat
kecil, 3) Jantung pisang yang telah diiris sangat suka, sebagai parameter
kecil kemudian direndam dalam larutan penentuan suatu kesan dari suatu
garam dan cuka selama 30 menit dan rangsangan yang ditimbulkan oleh
dicuci bersih, 4) Jantung pisang direbus produk. Data dikumpulkan dengan
selama 30 menit, kemudian didinginkan, menggunakan angket (hedonic scale
5) Setelah itu dicincang sampai menjadi scoring).
serat. Penelitian ini dilaksanakan di
Tahap kedua pembuatan setat ikan Laboratorium Pendidikan Teknologi
tongkol yaitu: 1) Ikan yang utuh dan Pertanian Fakultas Teknik Universitas
segar dipisahkan dengan tulang Negeri Makassar.
menggunakan pisau stainless steel, 2) Data pada penelitian ini diperoleh
Daging ikan yang telah dipisahkan dari hasil pengujian karakteristik
kemudian dicuci dengan air sampai organoleptik dengan menggunakan
bersih, 3) Ikan yang telah dibersihkan metode uji hedonik (kesukaan) yang
kemudian dikukus selama 15 menit, 4) dilakukan dengan menguji seberapa jauh
Daging ikan yang sudah matang, tingkat kesukaan panelis terhadap
kemudian didinginkan setelah dingin karakteristik abon jantung pisang yang
dicabik-cabik dagingnya sampai menjadi meliputi tekstur, cita rasa, warna dan
serat-serat. aroma. Panelis yang dilibatkan dalam
Tahap pembuatan abon jantung pengujian ini yaitu panelis yang terdiri
pisang yaitu: Serat jantung pisang dan dari 25 orang. Data yang diperoleh
serat daging ikan tongkol yang telah dianalisis menggunakan analisis statistik
dikukus dan dicabik-cabik dicampur sidik ragam ANOVA yang dilanjutkan
sampai homogen berdasarkan perlakuan dengan uji lanjut DMRT.
yang dicobakan, kemudian ditumis
dengan ditambahkan santan dan rempah HASIL DAN PEMBAHASAN
- rempah (untuk 100g jantung pisang:
santan kelapa 50 ml, garam 6g, bawang Kadar Air
merah 5g, bawang putih 5g, sereh 5g, Air merupakan salah satu
gula merah 20g, cabe 5g) yang telah komponen bahan pangan yang harus
dihaluskan dan kemudian digoreng diperhatikan dalam pengolahan karena
selama 25 menit dengan api kecil sambil memberikan pengaruh terhadap daya
terus diaduk, digoreng sampai berubah tahan bahan pangan dalam proses
warna menjadi kecokelatan selama 25 penyimpanan
menit.
Untuk mengetahui tingkat
kesukaan responden, jenis uji
organoleptik yang digunakan yaitu
metode uji kesukaan (hedonik)
berdasarkan tingkat kesukaannya
terhadap produk meliputi warna, aroma,
tekstur dan rasa dengan skala penilaian
1-9 yaitu (1) amat sangat tidak suka, (2)
Jusniati, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) : 58-66 61

18.3 Kadar Protein


20
12.4 13.00 Kadar protein pada abon
15 10.20 merupakan komponen yang menentukan
Kadar air (%)

10
kualitas bahan dan produk pangan.
5
0 40 30.56
K A B C 30 25.53
21.64

Kadar Protein(%)
20
Perlakuan 10 6.29
0
Gambar. 1 K A B C
Analisis Kadar Air Abon Jantung Pisang
Perlakuan

Ket: Gambar. 2
K: 100% Jantung Pisang Analisis Protein Abon Jantung Pisang
A: 50% Jantung pisang dan 50% Ikan
Tongkol Ket:
B: 55% Jantung Pisang dan 45% Ikan K: 100% Jantung Pisang
Tongkol A: 50% Jantung pisang dan 50% Ikan
C: 65% Jantung Pisang dan 35% Ikan Tongkol
Tongkol B: 55% Jantung Pisang dan 45% Ikan
Tongkol
Tingginya kadar air pada perlakuan C: 65% Jantung Pisang dan 35% Ikan
kontrol (K) diduga karena semakin tinggi Tongkol
konsentrasi jantung pisang maka kadar
air yang dihasilkan pada abon semakin Tingginya kadar protein pada
tinggi, karena jantung pisang lebih perlakuan A diduga disebabkan semakin
banyak mengikat air, sehingga air masih tinggi konsentrasi ikan tongkol maka
terdapat dalam jumlah banyak (Gambar. semakin tinggi kadar protein yang
1). Hal ini sesuai pernyataan Muchtadi dihasilkan (Gambar 2). Kandungan
(2010), bahwa komposisi bahan pangan protein juga dipengaruhi oleh faktor
yang digoreng akan menentukan jumlah jumlah ikan yang digunakan, tentunya
minyak yang diserap. Bahan pangan untuk mendapat nilai protein tinggi harus
dengan kandungan air yang tinggi, akan menggunakan ikan yang banyak pula.
lebih banyak menyerap minyak karena Hal ini sesuai pernyataan Departemen
semakin banyak ruang kosong yang perindustrian (1995), bahwa kadar
ditinggalkan oleh air yang menguap protein abon dapat digunakan sebagai
selama penggorengan. Hal ini tidak petunjuk berapa jumlah daging yang
sesuai dengan SNI 01-3707-1995 digunakan. Hal ini sesuai dengan syarat
dimana kadar air maksimal 7%, maka mutu abon menurut SNI 01-3707-1995
kadar air abon harus di bawah standar dimana kadar protein abon minimal 15%.
dikarenakan jika melebihi dapat merusak
karakteristik produk dan mempercepat Kadar Lemak
proses kerusakan seperti tumbuhnya Kadar lemak merupakan salah
jamur. satu komponen bahan pangan yang
dibutuhkan tubuh. Dimana lemak
merupakan sumber energi bagi tubuh.
Jusniati, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) : 58-66 62

Lemak mempunyai fungsi untuk abon menurut SNI 01-3707-1995 dimana


penghasil energi, sebagai penghasil kadar lemak maksimal adalah 30%.
lemak esensial, dan lain-lain. Analisis
kadar lemak perlu dilakukan untuk Karbohidrat
mengetahui kadar lemak yang Kadar karbohidrat merupakan
terkandung dalam suatu bahan pangan. komponen yang sangat dibutuhkan
tubuh. Karbohidrat merupakan sumber
40
30.19
energi bagi tubuh manusia.
Kadar Lemak (%)

27.26 29.48
30 23.77
40 37.88
20 26.39

Karbohidrat (%)
30 24.78
10 21.12
20
0
10
K A B C
0
Perlakuan K A B C
Gambar. 3. Perlakuan
Analisis Kadar Lemak Abon Jantung
Pisang
Gambar 4.
Ket: Analisis Karbohidrat Abon Jantung
K: 100% Jantung Pisang Pisang
A: 50% Jantung pisang dan 50% Ikan Ket:
Tongkol K: 100% Jantung Pisang
B: 55% Jantung Pisang dan 45% Ikan A: 50% Jantung pisang dan 50% Ikan
Tongkol Tongkol
C: 65% Jantung Pisang dan 35% Ikan B: 55% Jantung Pisang dan 45% Ikan
Tongkol Tongkol
Tingginya kadar lemak pada C: 65% Jantung Pisang dan 35% Ikan
perlakuan C Hal ini diduga karena Tongkol
jantung pisang lebih banyak mengikat
lemak saat penggorengan abon. Pada Tingginya karbohidrat pada
proses penggorengan akan terjadi perlakuan kontrol (K) diduga disebabkan
penguapan air kemudian digantikan oleh karena banyaknya jantung pisang pada
minyak yang digunakan. Semakin lama penelitian tersebut. Karbohidrat dalam
proses penggorengan akan penelitian ini berkisar 21,12-37,88%.
menyebabkan penyerapan minyak juga Dengan demikian perlakuan yang masih
akan semakin banyak (Gambar 3). Hal sesuai dengan standar SNI adalah
ini sesuai pernyataan Ketaren (1986), perlakuan A dan B dengan nilai
bahwa selama proses penggorengan karbohidrat masing-masing 21,12% dan
sebagian minyak masuk ke dalam bahan 24,78%. Sedangkan perlakuan C dan
pangan dan mengisi ruang kosong yang Kontrol belum memenuhi standar SNI
pada mulanya diisi oleh air. abon. Dimana abon menurut SNI 01-
Kadar lemak pada abon jantung 3707-1995 dimana nilai rata-rata
pisang pada penelitian ini tergolong karbohidrat abon maksimal 25%.
layak atau sesuai dengan syarat mutu
Jusniati, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) : 58-66 63

Serat kasar
Serat Kasar merupakan 10.00
7.96
komponen yang sangat dibutuhkan 8.00 7.33 6.68

Rasa abon (%)


5.43
tubuh. serat merupakan sumber energi 6.00
bagi tubuh manusia. 4.00
25 22.32 2.00
18.79
20 16.26 -
13.75
15 K A B C
Kadar Serat (%)

10 Perlakuan
5
0
K A B C Gambar 6.
Organoleptik Rasa Abon Jantung Pisang
Perlakuan
Ket:
Gambar 5. K: 100% Jantung Pisang
Analisis Serat Kasar Abon Jantung A: 50% Jantung pisang dan 50% Ikan
Pisang Tongkol
B: 55% Jantung Pisang dan 45% Ikan
Ket: Tongkol
K: 100% Jantung Pisang C: 65% Jantung Pisang dan 35% Ikan
A: 50% Jantung pisang dan 50% Ikan Tongkol
Tongkol
B: 55% Jantung Pisang dan 45% Ikan Rasa merupakan salah satu
Tongkol atribut mutu yang menentukan dalam
C: 65% Jantung Pisang dan 35% Ikan penerimaan konsumen terhadap suatu
Tongkol produk. Rasa dapat diperoleh dengan
penambahan bahan tambahan seperti
Tingginya kadar serat pada bumbu ataupun dari bahan baku produk
perlakuan C diduga disebabkan itu sendiri maupun dari proses
banyaknya jantung pisang yang pengolahan yang digunakan. Umumnya
digunakan pada perlakuan dimana pada produk seperti abon memiliki cita
jantung pisang memiliki kandungan serat rasa yang khas dengan penambahan
yang tinggi (Gambar 5). Hal ini tidak bumbu-bumbu tertentu.
sesuai dengan mutu abon yang Berdasarkan (Gambar 6)
dipersyaratkan menurut SNI 01-3707- tertinggi pada perlakuan B, hal ini
1995 dimana nilai maksimal serat abon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yaitu 1,04%. penerimaan panelis terhadap abon
jantung pisang yang dihasilkan. Rasa
Organoleptik dapat dipengaruhu oleh beberapa faktor
yaitu senyawa kimia, suhu, konsentrasi
Rasa dan interaksi dengan komponen rasa
Cita rasa makanan merupakan yang lain Winarno (1997).
salah satu faktor penentu bahan
makanan. Makanan yang memiliki rasa Warna
yang enak dan menarik akan disukai Warna merupakan atribut
oleh konsumen (Winarno, 2008). pertama dilihat oleh konsumen dalam
Jusniati, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) : 58-66 64

membeli atau mengkonsumsi suatu warna pada minyak menjadi gelap dan
produk. akan mempengaruhi warna hasil
penggorengan. Hal ini sesuai pernyataan
8.00 7.32
(Winarno, 1993) bahwa Penggorengan
Nilwarna abon (%)

6.75 6.68
6.00 5.43 berpengaruh terhadap warna abon
jantung pisang yang dihasilkan (coklat).
4.00
Warna abon paling disukai panelis yaitu
2.00 kuning kecoklatan seperti pada produk
- abon umumnya.
K A B C
Perlakuan Aroma
Menurut Winarno (2008), aroma
Gambar 7. makanan umumnya menentukan
Organoleptik Warna Abon Jantung kelezatan bahan makanan dan banyak
Pisang berhubungan dengan indra penciuman.

Ket: 7.40
7.17
K: 100% Jantung Pisang 7.20
A: 50% Jantung pisang dan 50% Ikan 7.00
Aroma abon (%)

6.72 6.76
6.80
Tongkol 6.59
6.60
B: 55% Jantung Pisang dan 45% Ikan 6.40
Tongkol 6.20
C: 65% Jantung Pisang dan 35% Ikan K A B C
Tongkol Perlakuan
warna merupakan kesan
pertama karena menggunakan indera
penglihatan. Warna yang menarik akan Gambar 8.
mengundang selera panelis atau Organoleptik Warna Abon Jantung
konsumen untuk mencicipi produk Pisang
tersebut. Setelah penampilan atau
warna, rasa makanan merupakan faktor Ket:
kedua yang menentukan cita rasa K: 100% Jantung Pisang
makanan itu sendiri. Apabila penampilan A: 50% Jantung pisang dan 50% Ikan
makanan yang disajikan merangsang Tongkol
syaraf melalui indera penglihatan B: 55% Jantung Pisang dan 45% Ikan
sehingga mampu membangkitkan selera, Tongkol
maka pada tahap selanjutnya rasa C: 65% Jantung Pisang dan 35% Ikan
makanan itu akan ditentukan oleh Tongkol
rangsan terhadap penciuman dan indera
perasa (Winarno,1997). Berdasarkan Aroma sangat menentukan
(Gambar 7) warna abon jantung pisang tingkat penerimaan panelis dari suatu
tertinggi pada perlakuan A, warna yang produk. Aroma yang enak atau khas
dihasilkan tergantung dari suhu dan lama akan meningkatkan selera konsumen.
penggorengan yang dilakukan. Semakin Melalui aroma, panelis atau masyarakat
lama waktu yang digunakan dalam dapat mengetahui bahan-bahan yang
penggorengan menyebabkan perubahan terkandung dalam suatu produk.
Jusniati, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) : 58-66 65

Berdasarkan (Gambar 8) aroma abon akan berbentuk seperti serat-serat halus.


tertinggi terletak pada perlakuan A, Berdasarkan (Gambar 9) tertinggi pada
diduga karena konsentrasi jantung perlakuan A, hal ini diduga karena
pisang dan ikan tongkol seimbang konsentrasi jantung pisang dan ikan
sehinggan saat penggorengan aroma tongkol seimbang karena ikan tongkol
ikan tongkol lebih terasa dibanding umumnya memiliki daging yang berserat
jantung pisang. Hal ini sesuai dengan banyak sehingga pada saat
pernyataan Soekarto (1985), bahwa penggorengan jantung pisang yang lebih
aroma yang dihasilkan dari bahan banyak mengikat air akan tertutupi oleh
makanan banyak menentukan kelezatan serat ikan.
makanan tersebut.
KESIMPULAN
Tekstur Kesimpulan yang dapat diambil
Untuk produk yang digoreng, dalam penelitian ini adalah
kerenyahan menandakan kesegaran dan 1. Penambahan ikan tongkol pada
kualitas tinggi. Makanan yang renyah pembuatan abon jantung pisang
sebaiknya keras, mudah digigit, dan berpengaruh terhadap mutu abon
memberikan suara garing (Moreira, seperti kadar air terendah terletak
1999). pada perlakuan B, protein tertinggi
7.60 7.49 pada perlakuan A, lemak dan serat
7.40 7.41 kasar tertinggi pada perlakuan C,
Tekstur abon (%)

7.20
7.17 sedangkan karbohidrat tertinggi
7.04 terletak pada perlakuan K.
7.00 2. Penerimaan panelis terhadap mutu
6.80 abon melalui uji organoleptik
K A B C menunjukkan parameter rasa paling
disukai pada perlakuan B (gurih),
Perlakuan
sedangkan warna, aroma dan
Gambar 9. tekstur paling disukai pada
Organoleptik Tekstur Abon Jantung perlakuan A, yaitu Warna (kuning
Pisang kecoklatan), aroma (khas abon) dan
tekstur (garing).
Ket:
K: 100% Jantung Pisang
A: 50% Jantung pisang dan 50% Ikan DAFTAR PUSTAKA
Tongkol Departemen Perindustrian, 1995.
B: 55% Jantung Pisang dan 45% Ikan Standar Mutu Abon yang Baik.
Tongkol Google Books.
C: 65% Jantung Pisang dan 35% Ikan http://www.scribd.com/doc/babII-
Tongkol Tinjauan Pustaka Part Akhir.
Akses tanggal 2 Desember 2012.
Tekstur merupakan salah satu Makassar.
parameter dalam pengujian organoleptik
yang dapat dirasakan melaui kulit atau Fachrudin, L., 1997, Membuat Aneka
pun dalam indera pencecap. Tekstur Abon, Kanisius, Yogyakarta.
pada daging yang disuwir umumnya
Jusniati, Et al / Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 3 (2017) : 58-66 66

Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi


Minyak dan Lemak Pangan.
Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta.

Kusumaningtyas, D. R., W. D. P. Rengga


dan H. Suyitno,2010. Pengolahan
Limbah Tanaman Pisang (Musa
paradisiaca) menjadi Dendeng
dan Abon Jantung Pisang sebagai
Peluang Wirausaha Baru bagi
Masyarakat Pedesaan.Jurnal
Penerapan Teknologi dan
Pembelajaran, Volume 8 No.2.

Moreira, R.G., M.E.C. Perez. & M.A.


Barrufe. (1999). Deep Fat Frying:
Fundamentals and Applications.
Aspen Publishers, Inc. Maryland.

SNI 01-3707-1995. Syarat Mutu Abon.


Badan Standarisasi Nasional
Indonesia.

Soekarto, ST, 1985. Penilaian


Organoleptik untuk Industri.
Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Muchtadi, D., 2010. Teknik Evaluasi Nilai


Gizi Protein. Penerbit Alfabeta.
Bandung. 190 hlm

Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan


Gizi edisi terbaru, Bogor M-brio
press

Winarno, F.G. 1993. Pangan (Gizi,


Teknologi dan Konsumen).
Gramedia Pustaka Utama

Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan


Gizi. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai