Catatan Kuliah Akuntansi Biaya PDF
Catatan Kuliah Akuntansi Biaya PDF
AKUNTANSI BIAYA
RINGKASAN MATERI :
Biaya Dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomis, yang diukur dalam satuan
uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam
arti sempit biaya merupakan bagian daripada harga pokok yang dikorbankan di dalam usaha
untuk memperoleh penghasilan.
Biaya dapat digolongkan menjadi beberapa golongan atas dasar, yakni sebagai berikut :
a. Obyek Pengeluaran
b. Fungsi-Fungsi Pokok Perusahaan.
c. Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai.
d. Atas Dasar Tingkah Lakunya terhadap Perubahan Volume Kegiatan.
e. Jangka Waktu
a) Produksi atas dasar pesanan menggunakan metode harga pokok pesanan (job order cost
method) .
b) Produksi massa menggunakan metode harga pokok proses (proses cost method) .
(1) Full Costing metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua
unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi baik yang bersifat variabel maupun tetap.
(2) Variable Costing. metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi.
5. Perbandingan Laporan Laba Rugi Perusahaan Manufaktur dengan Laporan Laba Rugi
Perusahaan Dagang.
Untuk mendapatkan barang dagangan, perusahaan dagang mengeluarkan biaya, yang dalam
laporan laba rugi dikelompok kan menjadi 3 golongan yakni :
Kegiatan pengolahan bahan baku, menjadi produk jadi memerlukan 3 kelompok pengorbanan
sumber ekonomi, yakni :
Dalam pemasaran produk jadi, juga memerlukan pengorbanan sumber ekonomi, yakni
(1) Biaya produksi : terdiri biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik.
(2) Biaya pemasaran
(3) Biaya administrasi dan umum.
Persamaan :
1. Kedua tipe akuntansi tersebut merupakan sistem pengolah informasi yang menghasilkan
informasi keuangan.
2. Sebagai penyedia informasi keuangan yang bermanfaat bagi seseorang untuk
pengambilan keputusan
Perbedaan.:
Perbedaan pokok antara akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen terletak pada:
Gambar berikut ini merupakan penjelasan mengenai perbedaan antara kedua tipe tersebut :
Siklus Siklus
Pembuatan Produk Akuntansi Biaya
Metode pengumpulan biaya produksi tergantung dari sifat pengolahan produk. Pengolahan
produk dibedakan menjadi 2 golongan,: pengolahan produk berdasarkan pesanan dan
pengolahan produk yang merupakan produksi massa.
Oleh karena itu metode pengumpulan biaya produksi dibedakan menjadi dua, yi:
(1). Metode Harga Pokok Pesanan (Job order cost method)
(2). Metode Harga Pokok Proses (Process cost method)
Harga pokok per satuan Pada akhir bulan/periode Apabila pesanan telah
produk dihitung penentuan harga pokok selesai diproduksi
produk
Rumus perhitungan harga Jumlah biaya produksi yang Jumlah biaya produksi yang
pokok per satuan telah dikeluarkan selama telah dikeluarkan untuk
bulan/periode tertentu dibagi pesanan tertentu dibagi
dengan jumlah satuan dengan jumlah satuan
produk yang dihasilkan produk yang diproduksi
selama bulan/periode ybs. dalam pesanan ybs.
AKUNTANSI BIAYA BERDASARKAN METODE HARGA POKOK PESANAN
Perusahaan yang berproduksi atas dasar pesanan, memulai kegiatan produksinya setelah
menerima order dari pembeli, tetapi sering juga terjadi, perusahaan mengeluarkan order
produksi untuk mengisi persediaan di gudang.
Untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan digunakan Kartu Harga Pokok (Job Cost
Sheet), yang merupakan rekening/buku pembantu bagi rekening kontrol Barang Dalam
Proses.
7. BOP dalam metode harga pokok pesanan harus dibebankan kepada setiap pesanan
berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
9. BOP yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan selama satu tahun yang sama, kemudian pada
akhir tahun dibandingkan dengan yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif
13. Biaya produksi yang telah dikumpulkan dalam Kartu Harga Pokok dijumlah dan dikeluarkan
dari rekening Barang Dalam Proses dengan jurnal sbb:
14. Harga Pokok Produk jadi dicatat dalam Kartu Persediaan (Finish Goods Ledger Card) dan
Kartu Harga Pokok Pesanan tersebut dipindahkan ke dalam arsip Kartu Harga Pokok
Pesanan yang telah selesai.
Contoh Kasus :
SOAL 1
PT. Aksa Sejahtera adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang percetakan dengan
menggunakan metode harga pokok pesanan. Pada bulan September 2012 perusahaan mendapat
pesanan untuk mencetak kartu undangan sebanyak 2200 lembar dari PT. Raka dengan harga
yang dibebankan adalah Rp.2000,- per lembar. Pada bulan yang sama perusahaan juga menerima
pesanan sebanyak 200 spandoek dari PT. Mahendri dengan harga Rp.200.000,- per buah.
Pesanan dari PT. Raka diberi nomor KU-01 dan pesanan dari PT. Mahendri diberi nomor SP-02.
Data Kegiatan dan Produksi
1. Pada tanggal 2 September 2012 dibeli bahan baku dan penolong dengan cara kredit yakni
sebagai berikut :
Bahan baku
Kertas untuk undangan Rp.2.400.000
Kain putih 600 meter Rp.4.125.000
Bahan penolong
Bahan penolong X1 Rp. 200.000
Bahan penolong X2 Rp. 160.000
2. Dalam pemakaian bahan baku dan penolong untuk mem proses pesanan KU-01 dan SP-
02 diperoleh informasi sebagai berikut :
Bahan baku kertas dan bahan penolong X2 digunakan untuk memproses pesanan no KU-
01, sedangkan bahan baku kain dan bahan penolong X1 dipakai untuk memproses pesanan
no SP-02
3. Untuk penentuan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh departemen produksi
menggunakan dasar jam tenaga kerja langsung dengan perhitungan sbb :
Upah langsung untuk pesanan KU-01 180 jam a. Rp.5000 dan upah langsung untuk
pesanan SP-02 menghabiskan sebanyak 1000 jam a. Rp.5000,-. Sedangkan untuk upah
tidak langsung adalah Rp. 2,9 juta.
Untuk gaji karyawan Bagian pemasaran dikeluarkan sebesar Rp. 7.500.000,- dan gaji
karyawan administrasi dan umum Rp. 4.000.000,-
4. Pencatatan Biaya Overhead Pabrik. Perusahaan dalam hal ini menggunakan tarif BOP
sebesar 160 % dari biaya tenaga kerja langsung, baik pesanan KU-01 dan SP-02.
Biaya overhead pabrik sesungguhnya terjadi dalam kaitannya dengan pesanan di atas,
adalah sebagai berikut
5. Pencatatan harga pokok produk jadi. Berdasarkan informasi untuk pesanan no KU-01
telah selesai dikerja kan
2. Pencatatan harga pokok produk dalam proses. Berdasarkan informasi diketahui bahwa
untuk pesanan no SP-02 masih dalam proses penyelesaian.
3. Pencatatan harga pokok produk yang dijual. Pesanan no KU-01 telah diserahkan kepada
pemesan. Dan dari penyerahan tersebut pemesan akan membayar dengan cara kredit.
Diminta
Berdasarkan informasi di atas, buatlah jurnal yang diperlukan berdasarkan metode harga
pokok pesanan.
Penyelesaian :
Selisih BOP :
Untuk menentukan selisih BOP dicari dengan cara memban- dingkan antara jumlah BOP yang
dibebankan dengan jml seluruh BOP yang sesungguhnya terjadi.
4. Biaya Bahan
Pencatatan pemakaian Bahan Baku di Departemen A:
a. BOP pada Metode Harga Pokok Proses adalah biaya produksi selain biaya bahan
baku, biaya bahan penolong, dan biaya tenaga kerja, baik langsung maupun tak
langsung yang terjadi di departemen produksi.
b. BOP dapat dibebankan kepada produk atas dasar tarif dan dapat juga dibebankan atas
dasar BOP yang sesungguhnya terjadi dalam satu periode.
c. Pembebanan BOP sesungguhnya kepada produk dapat dilakukan jika:
i. Produksi relatif stabil dari periode ke periode
ii. BOP, terutama yang tetap, bukan merupakan bagian yang berarti
dibandingkan dengan jumlah seluruh biaya produksi
iii. Hanya diproduksi satu macam produk.
d. Pencatatan berbagai jenis BOP di Departemen Produksi:
Metode Harga Pokok Proses
Proces Cost Method
SOAL 1
A. Produk diolah melalui satu departemen. Dalam ketentuan ini anggapan yang digunakan ;
CV Aksa dalam pengolahan produknya dilakukan secara massal dan melalui satu departemen
produksi. Berikut ini disajikan data produksi dan kegiatan selama bulan September 2012, yakni
sbb ;
Produk yang dimasukkan dlm proses 5.000 unit
Produk jadi 3.800 unit
Produk dlm proses dengan
tkt penyelesaian Bhn baku dan
penolong 100 %; biaya
konversi 40 %. 1.200 unit
5. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang.
6. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk yang masih dalam proses akhir :
Persediaan produk dlm proses Rp. 309.600
BDP- Biaya Bahan Baku Rp. 72.000
BDP- Biaya Bahan Penolong Rp. 108.000
BDP- Biaya Tenaga Kerja lgs Rp. 57.600
BDP- Biaya Overhead Pabrik Rp. 72.000
PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI
Metode Variable Costing & Full Costing
Perbandingan Metode Full Costing dengan Metode Variable Costing.
Full Costing
Yakni merupakan metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya
produksi baik yang berperilaku tetap maupun variabel kepada produk. Dikenal juga dengan
Absortion atau Conventional Costing.
Perbedaan tersebut terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi tetap, dan akan mempunyai
akibat pada :
(3). Biaya Overhead pabrik baik yang variabel maupun tetap, dibebankan kepada produk
atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada kapasitas normal atau atas dasar biaya
overhead yang sesungguhnya.
(4). Selisih BOP akan timbul apabila BOP yang dibebankan berbeda dengan BOP yang
sesungguh- nya terjadi.
Catatan :
Pembebanan BOP lebih (overapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang
dibebankan lebih besar dari BOP yang sesungguhnya terjadi.
Pembebanan BOP kurang (underapplied factory overhead), terjadi jika jml BOP yang
dibebankan lebih kecil dari BOP yang sesungguhnya terjadi.
Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual, maka
pembebanan biaya overhead pabrik lebih atau kurang tsb digunakan untuk mengurangi
atau menambah harga pokok yang masih dalam persediaan (baik produk dalam proses
maupun produk jadi)
Metode ini akan menunda pembebanan biaya overhead pabrik tetap sebagai biaya
sampai saat produk yang bersangkutan dijual.
Variable Costing :
Merupakan suatu metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya
produksi variabel saja. Dikenal juga dengan istilah : direct costing
Biaya Overhead pabrik tetap diperlakukan sebagai period costs dan bukan sebagai unsur harga
pokok produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode
terjadinya.
Dalam kaitannya dengan produk yang belum laku dijual, BOP tetap tidak melekat pada
persediaan tersebut tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya.
Penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat jika dengan penundaan tersebut
diharapkan dapat dihindari terjadinya biaya yang sama periode yang akan datang.
Laporan Laba-Rugi
( Metode Full Costing )
Ket :
Laporan Laba-rugi tsb menyajikan biaya-biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi pokok
dalam perusahaan manufaktur, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi
dan umum.
Laporan Laba-Rugi
( Metode Variable Costing )
Dalam jangka pendek, biaya tetap tidak berubah dengan adanya perubahan volume kegiatan,
sehingga hanya biaya variabel yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen
Laporan laba-rugi variable costing menyajikan dua ukuran penting : (1) laba kontribusi dan
(2) operating laverage.
Laporan laba rugi yang memisahkan biaya tetap dan variabel, memungkinkan juga
manajemen melakukan analisis hubungan biaya, volume dan laba.
Discretionary fixed cost merupakan biaya yang berperila- ku tetap karena kebijakan
manajemen. Dalam jangka pendek biaya ini dapat dikendalikan oleh manajemen.
Sedangkan committed fixed cost merupakan biaya yang timbul dari pemilikan pabrik,
ekuipmen dan organisasis pokok. Dalam jangka pendek biaya tersebut tidak dapat
dikendalikan oleh manajemen.
I. Pengertian
Biaya-biaya produksi yang tidak dapat di kategorikan kedalam biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung atau yang wujud riilnya adalah biaya bahan baku tidak langsung dan
biaya tenaga kerja tidak langsung serta biaya pabrik lainnya dikelompokkan tersendiri yang
disebut biaya overhead pabrik.
Memilih dasar pembebanan biaya overhead pabrik kepada produk terbagi atas dasar
pembebanan sebagai berikut:
a) Produk atau Satuan Produk
Taksiran BOP
Tarip BOP = ———————————————————
Taksiran Jumlah Produk Yang Dihasilkan
Taksiran BOP
Tarip BOP = ————————————— x 100%
Taksiran BBB yang dipakai
Taksiran BOP
Tarip BOP = ————————————————— x 100%
Taksiran biaya tenaga kerja langsung
Taksiran BOP
Tarip BOP = ————————————— x 100%
Taksiran jam kerja langsung
e) Jam Mesin
Hal ini apabila BOP berhubungan dengan waktu kerja mesin untuk membuat produk.
Taksiran BOP
Tarip BOP = x 100%
Taksiran jam mesin
Apabila perusahaan mempunyai lebih dari satu departemen produksi maka proses penentuan
tarip BOP adalah sebagai berikut :
1. Ditentukan anggaran BOP untuk masing-masing departemen produksi tersebut.
2. Ditentukan dasar pembebanan BOP tersebut, sesuai dengan sifat departemen produksi yang
bersangkutan.
3. Ditetapkan tarip BOP berdasarkan anggaran BOP dibagi dengan dasar pembebanan.
SA = BOPsesg - FKSB
atau
SA = BOP sesg - [ Btb + (KS X TV) ]
= bop SESG - [ (KN x TT) + (KS x TV) ]
atau
SA = BOP sesg - (KN x TT) - (KS x TV)
SA = Selisih anggaran
FKBS = Fleksibel budget BOP pada kapasitas sesungguhnya
BTb = BOP tetap dibudgetkan
TV = Tarip BOP variabel
KN = Kapasitas nornal
KS = Kapasitas sesungguhnya
TT = Tarip BOP tetap
Apabila BOP sesungguhnya lebih besar dibandingkan dengan fleksibel budget pada
kapasitas sesungguhnya, maka selisih anggaran bersifat tidak menguntungkan.
Sebaliknya apabila biaya overhead paabrik sesungguhnya lebih kecil maka selisih
anggaran bersifat menguntungkan.
b) Selisih Kapasitas
Selisih kapasitas berhubungan dengan BOP tetap yang disebabkan kapasitas
sesungguhnya yang dicapai lebih kecil dibandingkan kapasitas yang dipakai untuk
menghitung tarip.
SK = FBKS - BOPsesg
atau
SK = (KN - KS) TT
Rugi-laba xxx
Selisih BOP xxx
Laba yg ditahan xxx
Rugi-laba xxx
CONTOH SOAL
PT “AKSA SEJAHTERA” menentukan tarip BOP ditentukan dimuka bulan januari 2011,
perusahaan membuat angggaran BOP dengan kapasitas normal 30.000 jam mesin dengan data
produksi sebagai berikut :
Diminta :
PENYELESAIAN :
2. Rp 4.600.000
Tarif BOP tetap = = Rp 153,3 jam mesin.
30.000
Rp 6.775.000
Tarif BOP variabel = = Rp 225,8 jam mesin.
30.000
e. Unit produksi :
Tarif BOP = Rp 11.375.000 = Rp 189,6
60.000
c. Selisih Anggaran :
BOP sesungguhnya Rp 10.600.000.
BOP dianggarkan pada kapasitas :
BOP variabel (27.500 x Rp 218,2) = Rp 6.000.500
BOP tetap Rp 4.600.000
Rp 10.600.500.
Laba (Rp 500).
Selisih kapasitas :
(metode 1)
BOP tetap dianggarkan Rp 4.600.000.
BOP tetap dibebankan pd produk (27.500 x Rp 153,3) Rp 4.215.750.
Rugi Rp 384.250.
(metode 2)
Kapasitas dianggarkan 30.000 jam mesin.
Kapasitas dicapai 27.500
2.500 jam mesin.
Tarif BOP tetap : Rp 153,3
Selisih kapasitas : (Rp 153,3 x 2500) = Rp 383.250
4. Mencatat pembebanan BOP :
BDP – BOP Rp 10.425.250 -
BOP yang dibebankan - Rp 11.425.250
Mencatat BOP sesungguhnya :
BOP sesungguhnya Rp 10.600.500 -
Berbagai rekening di kredit - Rp 10.600.500
3). Penentuan Tarif BOP Departemen & Metode Alokasi Biaya Departemen Jasa
Karakteristik departemen menyebabkan pemicu biaya yang berbeda, yang digunakan sebagai
dasar pembebanan biaya, sehingga berpengaruh pada perhitungan tarif setiap departemen.
Contoh departemen produksi yang banyak menggunakan mesin, maka tarif BOP lebih tepat
menggunakan jam mesin. BOP departemen produksi terdiri atas BOP departemen produksi
dan alokasi biaya dari departemen jasa yang digunakan. Oleh karena itu, perlu
mengalokasikan biaya departemen jasa pada departemen produksi terlebih dahulu sebelum
menghitung tarif BOP departemen.
Langkah-langkah penentuan tarif BOP departemen:
1). Menyusun anggaran BOP departemen produksi dan anggaran biaya departemen
jasa.
Anggaran BOP departemen produksi dan biaya departemen jasa terdiri atas anggaran biaya
langsung dan biaya tidak langsung, baik yang bersifat variabel maupun tetap. Contoh biaya
langsung adalah supervisor, bahan penolong, pemeliharaan, bahan bakar dan telepon, karena
pemakaiannya dapat ditelusuri langsung melalui alat pengukur. Contoh biaya tidak langsung
adalah depresiasi gedung yang dipakai bersama-sama oleh beberapa departemen. Depresiasi
gedung tersebut dialokasikan pada setiap departemen berdasarkan luas lantai.
Contoh: biaya depresiasi gedung Rp70.600. Data luas lantai masing-masing departemen
sebagai berikut:
Departemen Luas Lantai (m2)
Departemen A 150
Departemen B 100
Departemen 1 63
Departemen 2 40
Jumlah 353
Contoh:
Keterangan
Departemen Produksi Departemen Jasa
A B 1 2
BOP sebelum alokasi Rp120.000 Rp160.000
Biaya Departemen Jasa Rp72.600 Rp40.000
Dasar alokasi:
Departemen 1 (jumlah 40 40 20
karyawan) 200 500 300
Departemen 2 (jumlah kwh)
Keterangan
Total Departemen Produksi Departemen Jasa
A B 1 2
BOP sebelum alokasi Rp280.000 Rp120.000 Rp160.000
Biaya Departemen Jasa Rp112.600 Rp72.600 Rp40.000
Rp392.600
Alokasi departemen jasa:
Departemen 1 Rp36.300 Rp36.300 *(Rp72.600)
Departemen 2 11.429 28.571 **(Rp40.000)
BOP setelah alokasi Rp392.600 Rp167.729 Rp224.871 0 0
*(40/80)xRp72.600 ke Dept A dan B
**(200/700)xRp40.000 ke Dept A, (500/700)xRp40.000 ke Dept B
Keterangan
Total Departemen Produksi Departemen Jasa
A B 1 2
BOP sebelum alokasi Rp280.000 Rp120.000 Rp160.000
Biaya Departemen Jasa Rp112.600 Rp72.600 Rp40.000
Rp392.600
Alokasi departemen jasa:
Departemen 1 Rp29.040 Rp29.040 *(Rp72.600) Rp14.520
Departemen 2 15.577 38.943 **(Rp54.520)
BOP setelah alokasi Rp392.600 Rp164.617 Rp227.983 0 0
*(40/100)xRp72.600 ke Dept A dan B, (20/100)xRp72.600 ke Dept 2
**(200/700)xRp54.520 ke Dept A, (500/700)xRp54.520 ke Dept B
Y = 72.600 + 0,30Z
Z = 40.000 + 0,20Y
Z = 40.000 + (0,20x90.000)
Z = 58.000
Keterangan
Total Departemen Produksi Departemen Jasa
A B 1/Y 2/Z
BOP sebelum alokasi Rp280.000 Rp120.000 Rp160.000
Biaya Departemen Jasa Rp112.600 Rp72.600 Rp40.000
Rp392.600
Alokasi departemen jasa:
Departemen 1 Rp36.000 Rp36.000 *(Rp90.000) Rp18.000
Departemen 2 11.600 29.000 Rp17.400 **(Rp58.000)
BOP setelah alokasi Rp392.600 Rp167.600 Rp225.000 0 0
*(40/100)xRp90.000 ke Dept A dan Dept B, (20/100)xRp90.000 ke Dept 2
**(200/1000)xRp58.000 ke Dep A, (500/1000)xRp58.000 ke Dept B,
(300/1000)xRp58.000 ke Dept 1
4). Menghitung tarif BOP departemen produksi dengan cara membagi BOP
departemen setelah alokasi dengan dasar pembebanan setiap departemen.
Contoh:
Perhitungan tarif BOP menggunakan metode langsung dalam mengalokasikan biaya
departemen jasa, jika diketahui estimasi jumlah jam mesin pada departemen produksi A
adalah 1000 jam dan estimasi jumlah jam kerja langsung pada departemen produksi B adalah
1500 jam.
Keterangan
Total Departemen Produksi Departemen Jasa
A B 1 2
BOP sebelum alokasi Rp280.000 Rp120.000 Rp160.000
Biaya Departemen Jasa Rp112.600 Rp72.600 Rp40.000
Rp392.600
Alokasi departemen jasa:
Departemen 1 Rp36.300 Rp36.300 *(Rp72.600)
Departemen 2 11.429 28.571 **(Rp40.000)
BOP setelah alokasi Rp392.600 Rp167.729 Rp224.871 0 0
Dasar pembebanan
1000 JM 1500 JKL
Tarif
Rp167,73 Rp224,88
JM (jam mesin), JKL (jam kerja langsung)
Soal-soal:
1. PT Sukses terdiri atas dua departemen produksi, pemotongan dan perakitan, dan dua departemen
jasa, pemeliharaan dan administrasi. Biaya departemen pemeliharaan didistribusikan berdasarkan
kaki persegi, dan biaya departemen administrasi didistribusikan berdasarkan jumlah karyawan.
Biaya departemen jasa hanya didistribusikan ke departemen produksi. Tarif BOP departemen
produksi dihitung berdasarkan jam mesin. Buat distribusi BOP dan hitung tarif BOP berdasarkan
data tahunan yang diestimasikan sebagai berikut:
2. PT Ikhtiar memiliki dua departemen produksi, pencampuran dan penyelesaian, serta dua
departemen jasa, kafetaria dan desain produk. Perusahaan membebankan biaya departemen jasa
ke departemen jasa lain, tetapi setelah biaya suatu departemen telah didistribusikan, tidak ada
biaya yang dibebankan kembali ke departemen tersebut. Kafetaria didistribusikan pertama kali,
berdasarkan jumlah karyawan, dan desain produk didistribusikan berdasarkan jumlah pesanan
produk. Dalam menghitung tarif BOP yang telah ditentukan sebelumnya, jam mesin digunakan
sebagai dasar di kedua departemen produksi. Hitung tarif BOP yang ditentukan sebelumnya
untuk departemen pencampuran dan departemen penyelesaian berdasarkan data yang diestimasi
sebagai berikut:
Kafetaria Desain Produk Pencampuran Penyelesaian
Anggaran BOP Rp10.000 Rp50.000 Rp104.000 Rp200.000
Jumlah karyawan 10 5 65 130
Jumlah pesanan produk 100 200
Jam mesin 40.000 60.000
3. BOP departemen yang diestimasikan untuk departemen produksi S dan T, serta biaya yang
diestimasikan untuk departemen jasa E, F dan G (sebelum distribusi dari departemen jasa
manapun) adalah:
1. Pengertian
Bahan baku (raw material) adalah bahan yang digunakan dalam membuat produk dimana
bahan tersebut secara menyeluruh tampak pada produk jadinya (atau merupakan bagian terbesar
dari bentuk barang ).
Biaya bahan baku (raw material cost) adalah seluruh biaya untuk memperoleh sampai dengan
bahan siap untuk digunakan yang meliputi harga bahan, ongklos angkut, penyimpanan dan lain-
lain.
Unsur harga pokok bahan yang dibeli adalah semua biaya untuk memperoleh bahan
baku dan untuk menempatkan dalam keadaan siap pakai. Harga beli dan biaya angkut
merupakan unsur yang mudah diperhitungkan sebagai harga pokok bahan baku sedangkan biaya
pesan, biaya penerimaan, pembongkaran, pemeriksaan, asuransi, pergudangan dan biaya
akuntansi biaya merupakan unsur yang sulit diperhitungkan sehingga pada prakteknya harga
pokok bahan baku yang dicatat sebesar harga beli menurut faktur dari pemasok sebagai
akibatnya biaya penyiapan bahan baku diperhitungkan dalam biaya overhead pabrik.
Selisih Bahan Baku = Biaya Bahan Baku Sesungguhnya - Biaya Bahan Baku Standar
Pembelian
Tanggal Jumlah Harga /
(Kg) Kg
2 Sep 2012 400 Rp 250
20 Sep 2012 600 Rp 300
30 Sep 2012 200 Rp 400
Pemakaian
Tanggal Jumlah
10 Sep 2012 400
25 Sep 2012 200
Catatan:
28 Sep 2012 Dikembalikan ke suplier sebanyak 100 Kg berasal dari pembelian tanggal 25
Sep 2012
29 Sep 2012 Diterima oleh gudang bahan sebanyak 50 Kg dari bahan yang diminta tanggal 28
September dan berasal dari persediaan awal
Perhitungan fisik 30 Sep 2012 sebanyak 750 Kg
Dari data diatas saudara diminta menghitung bahan baku yang dipakai (raw material used) bulan
Sep 2012 dengan metode pencatatan fisik maupun Perpetual serta metode penilaian persediaan :
a. Metode FIFO
b.Metode LIFO
c.Metode Average
JAWABAN : *** CONTOH SOAL BIAYA BAHAN BAKU ***
Harga perolehan Bahan siap pakai (raw material available to use)1.300 Kg Rp 370.000
Persediaan Bahan per 30 Sep 2012
200 x Rp 400 = Rp 80.000
550 x Rp 300 = Rp 165.000
Rp 245.000
Harga perolehan bahan baku yang dipakai 350 Kg Rp 125.000
B. 2. Perpetual LIFO