Anda di halaman 1dari 3

BAB VIII

PEMBAHASAN UMUM

Lumpur pemboran merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
menjalankan operasi pemboran. Lumpur pemboran mempengaruhi kelancaran,
efisiensi, keselamatan serta pembiayaan dari operasi pemboran tersebut. Dalam
praktikum ALP dianalisa pengaruh penambahan zat additive serta adanya
kontaminasi pada lumpur pemboran terhadap densitas, viskositas, gel strength,
kadar minyak, kadar padatan, volume filtrat, ketebalan mud cake, komposisi
kimia serta kapasitas tukar kation (KTK).
Besar densitas lumpur pemboran harus sesuai dengan kondisi dan sifat dari
formasi yang akan ditembus. Jika besar densistas lumpur pemboran terlalu besar,
maka akan mengakibatkan terjadinya loss circulation. Jika besar densitas lumpur
pemboran terlalu kecil, maka akan menyebabkan kick. Dalam pengukuran
densitas lumpur pemboran dengan menggunakan alat mud balance , hal-hal yang
harus diperhatikan adalah :
1. Berat per Volume komponen penyusun lumpur.
2. Pengadukan yang merata.
3. Isi lumpur dalam mud balance harus mewakili lumpur yang diukur.
4. Kebersihan disekitar cup dan balance arm.
Densitas lumpur yang dibuat juga diperhitungkan dalam persamaan
hidrostatik lumpur (pH) sehingga diharapkan pH sama dengan tekanan (P)
formasi. Jika tidak memenuhi syarat tersebut maka densitas lumpur harus
disesuaikan lagi dengan berbagai additive. Selain itu penambahan pasir juga
dapat meningkatkan % sand content sekaligus densitasnya. Pada penentuan kadar
cairan tapisan dengan retort kit yang menggunakan steel wool dan wetting agent.
Pada percobaan dengan menggunakan alat marsh funnel digunakan untuk
mengukur besar viskositas kinematik lumpur pemboran. Viskositas lumpur
pemboran juga berpengaruh terhadap pengangkatan cutting, sirkulasi lumpur,
penetration rate, pressure loss serta penahanan cutting hasil pemboran supaya

121
122

tidak mengendap. Hubungan antara gel strength dengan viskositas adalah semakin
tinggi viskositas maka akan semakin tinggi pula besar gel strength lumpur bor
tersebut, hal ini disebabkan karena sifat kedua lumpur tersebut berhubungan
langsung dengan gaya tarik menarik antar partikel-partikel clay dalam lumpur
Filtration loss adalah kehilangan sebagian fasa cair dari lumpur yang masuk
kedalam formasi selama lumpur disirkulasikan. Penambahan additive yang berupa
PAC-L menyebabkan lumpur dasar semakin turun filtrat, tebal mud cake, pH,
tetapi jika ditambahkan spersen pH akan stabil. Selain itu additive PAC-L dan
sparsen berfungsi sebagai pengontrol filtration loss, menipiskan terjadinya mud
cake. Filtration loss dapat menyebabkan damage dan masalah produksi karena
filtration loss apabila bertemu clay maka ia akan mengembang dan menghimpit
pipa bor sehingga pipa bor akan sulit untuk diputar dan diangkat, selain itu
problem skin atau pengurangan permeabilitas efektif minyak atau gas yang
berkurang disekitar lubang bor sehingga produksi dapat tersendat-sendat atau
tidak lancar. Mud cake yang tebal juga akan membuat masalah pada lubang bor .
Mud cake yang tebal dapat membuat pipa bor terhimpit dan susah untuk
digerakkan. Filtration loss dan mud cake adalah dua kejadian yang saling
berhubungan erat baik waktu kejadian dan sebab akibat sehingga pengukuranya
dilakukan bersamaan. Apabila keduanya tidak terkontrol maka perlu dilakukan
kerja ulang.
Sifat atau komposisi lumpur pemboran secara langsung akan mempengaruhi
sifat lumpur pemboran itu sendiri dengan mengetahui sifat-sifat kimia lumpur
yang meliputi harga pH, alkalinitas, kesadahan serta kandungan ion-ion tertentu,
dapat diketahui gambaran tentang sifat-sifat fisik dari lumpur pemboran tersebut.
Prinsip kerja pada percobaan alkalinitas adalah dengan melakukan titrasi, yaitu
mereaksikan dan menggabungkan satu larutan dengan larutan yang lainnnya yang
telah diketahui konsentrasinya (larutan standar ).
Masuknya material-material yang tidak diinginkan kedalam lumpur
pemboran (kontaminasi) dapat menyebabkan berubahnya sifat-sifat fisik dari
lumpur pemboran. Kontaminan oleh garam akan menyebabkan kenaikan
viskositas, yield point, gel strength dan filtration loss. Hal ini disebabkan oleh
123

proses flokulasi (penggumpalan) akibat adanya ion Na+ yang cukup tinggi,
penurunan pH juga dapat terjadi dengan naiknya kandungan garam.
Pengontrolan dan pemeliharaan sifat fisik maupun sifat kimia lumpur harus
atau perlu dilakukan tiap waktu untuk mengoptimalkan operasi pemboran. Oleh
karena itu, problem – problem ini dapat ditanggulangi dengan menyesuaikan
kembali sifat – sifat fisk lumpur yang mengalami perubahan yaitu dengan
menambah zat additive ke dalam lumpur pemboran. Misalnya: Untuk kontaminasi
NaCl, penanggulangannya dengan menambahkan NaOH. Untuk kontaminasi
gypsum, penanggulangannya dilakukan dengan penambahan soda ash agar mud
cake menjadi lebih tipis sehingga akan menjadi bantalan bagi pipa pemboran.
Untuk kontaminasi semen penanggulangannya dengan menambahkan
monosodium.
Reaksi pertukaran kadang-kadang bersamaan dengan terjadinya swelling,
dimana swelling adalah pengembangan clay yang disebabkan oleh pengembangan
air pada permukaan partikel-partikelnya, sehingga menyebabkan peningkatan
volume 10 kali atau bahkan lebih. Swelling ini dapat Untuk mengatasi masalah
swelling adalah dengan melakukan perbaikan sifat fisik lumpur yaitu dengan
menambahkan Chemical Potassium Chlorida (KCL). Selain itu ada masalah
sloughing. Untuk mengatasi masalah sloughing adalah dengan cara memakai
lumpur dengan volume filtrat yang sangat rendah, serta menjaga pH lumpur
tersebut agar tetap bersifat basa diangka 8.5 - 9.5.

Anda mungkin juga menyukai