Anda di halaman 1dari 13

Versi online / URL:

Volume 4, Nomor 1 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2380

TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN PERILAKU CARING PERAWAT

Nurse working stress with nurses’ caring behavior

Riza Desima

Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Malang
Jalan Bendungan Sutami 188A Malang 65145
email: rhiza_ners@yahoo.com

ABSTRAK

Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang di selenggarakan oleh pemerintah
dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan
upaya kesehatan penunjang. Perawat yang yang bekerja di ruang rawat inap sering kali mengalami stres
akan mengalami kehilangan motivasi, kejenuhan yang berat dan tidak masuk kerja lebih sering, sehingga ini
akan berdampak pada penurunan kualitas kerja terutama terhadap perilaku caring yang ditunjukkan oleh
perawat terhadap pasien, khususnya bagi perawat yang berada di Instalasi Rawat Inap yang menghadapi
berbagai macam keluhan pasien. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain Cross Sectional. Sempel
yang di gunakan sebanyak 42 perawat rawat inap dan 42 pasien di ruang rawat inap dengan teknik pengambilan
sampel Total Sampling, data di ambil dengan cara kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah Uji
statistik Chi Square. Hasil analisis menggunakan Uji statistik Chi Square yang sudah dilakukan (continuity
correction) dengan p Value pada kolom Asymp sing = 0,001 p value lebih kecil dari nilai alpha (5% atau 0,05)
sehingga H1 diterima. Ada hubungan antara tingkat stres kerja dengan perilaku caring perawat Di Istalansi
Rawat Inap Rumah Sakit Islam Malang. Dengan demikian tingkat stres kerja perawat mempengaruhi perilaku
caring perawat.

Kata kunci: Tingkat Stres Kerja, Perilaku Caring Perawat.

ABSTRACT

Hospital is one of health means, either that is organized by government or by society that served to
do basic health effort or referenced health and supporting health efforts. Nurses that work at the
hospitalization installation room often feel stress, motivation loss, saturated and often absent, so it will
decrease the work quality especially toward caring behavior that is shown by nurse to the patient,
especially for the nurse at the hospitalization installation room that facing various patients complaints.
The research was cross sectional research. It has 42 samples of hospitalization installation nurses and 42
in patients with total sampling technique, data taken by questionnaire. Data analysis was done by using
chi square statistical test. The analysis results by chi square statistical test that is given continuity
correction with p value at Asymp sing column = 0.001 p value that is smaller than alpha value (5% or
0.05) so H1 is accepted. The analysis results shown that the relation between working stress level with
caring behavior of nurse at Hospitalization installation room of Malang Islamic Hospital. So the working
stress levels of nurse influence the nurse caring.

Keywords : working stress level, nurse caring behavior

LATAR BELAKANG rujukan dan upaya kesehatan penunjang.


Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya
Rumah sakit merupakan salah satu diharapkan senantiasa memperhatikan fungsi
bentuk sarana kesehatan, baik yang di sosial dalam memberikan pelayanan
selenggarakan oleh pemerintah dan atau kesehatan pada masyarakat. Keberhasilan
masyarakat yang berfungsi untuk melakukan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya di
upaya kesehatan dasar atau kesehatan tandai dengan adanya mutu pelayanan prima

Tingkat Stres Kerja Perawat Dengan Perilaku Caring Perawat 43


Riza Desima JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit diberikan oleh perawat dan pedoman
sangat di pengaruhi oleh beberapa faktor, observasi pelaksanaan tindakan keperawatan
diantaranya yang paling dominan adalah (Depkes RI, 1997).
sumber daya manusia (Depkes RI, 2002). Caring yang merupakan inti dalam
Dengan demikian kualitas pelayanan praktek keperawatan, memperkirakan ¾
kesehatan ditentukan oleh mutu pelayanan pelayanan kesehatan adalah caring
keperawatan dengan peran perawat berdasar sedangkan ¼ adalah curing. Hal ini
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan menunjukkan bahwa perilaku Caring sangat
Aparatur Negara Nomor: 94/Kep/M.PAN/ berperan dalam upaya proses kesembuhan
II/2001 BAB II pasal 4, bahwa tugas pokok pasien, disebabkan perilaku caring perawat
perawat adalah memberikan pelayanan lebih menekankan pada rasa peduli, hormat
keperawatan berupa asuhan keperawatan dan menghargai orang lain yang dibantu
atau kesehatan kepada individu, keluarga, (Wedho, 2000).
kelompok dan masyarakat dalam upaya Sedangkan perilaku caring menurut
kesehatan, pencegahan penyakit, Watson (1979) berfokus pada Human
penyembuhan penyakit, pemulihan dan Science dan Human Care yang dilaksanakan
pembinaan peran serta masyarakat dalam berdasarkan 10 carative faktor. (1)
rangka kemandirian dibidang keperawatan Pembentukan nilai humanistik-altruistik, (2)
atau kesehatan, yang menjadi salah satu Menanamkan kepercayaan dan harapan, (3)
faktor penentu citra institusi pelayanan Mengembangkan sensitivitas pada diri sendiri
kesehatan dimata masyarakat dan dan orang lain, (4) Membangun hubungan
menunjukkan pelayanan keperawatan saling membantu dan percaya, (5)
profesional. Sedangkan dalam mewujudkan Meningkatkan dan menerima pengekspresian
suatu perawat profesional diperlukan perasaan baik positif maupun negatif, (6)
kemampuan dalam memberikan asuhan Menggunakan metode pemecahan masalah
keperawatan yang bermutu. (Nurrachamah, yang sistematik dalam pengambilan
2001). keputusan, (7) Meningkatkan pengalaman
Untuk meningkatkan pelayanan yang belajar dan mengajar interpersonal, (8)
optimal dan berkualitas rumah sakit Menyediakan dukungan, melindungi dan atau
melaksanakan pelayanan rawat jalan dan memperbaiki lingkungan mental, fisik,
rawat inap. Dalam pelayanan rawat inap sosiokultural dan spiritual, (9) Membantu
pasien di kelompokkan berdasarkan kondisi, memenuhi kebutuhan dasar manusia, (10)
status dan golongan yang disebut dengan Menghargai kekuatan eksistensial dan
klasifikasi pasien. Tiap klasifikasi pasien fenomenologikal (Nurachmah,2001).
dirawat di ruang rawatan yang merupakan Dalam hal ini caring merupakan
central dari kegiatan pokok dalam proses perwujudan dari semua faktor yang digunakan
penyembuhan pasien (Parry Potter, 2004) perawat dalam memberikan pelayanan
Pelaksanaan klasifikasi pasien ruang kesehatan pada klien. Kemudian caring juga
rawat inap merupakan salah satu upaya menekankan harga diri individu, artinya dalam
peningkatan kualitas pelayanan keperawatan melakukan praktik keperawatan, perawat
yang diberlakukannya melalui SK Menkes senantiasa selalu menghargai klien dengan
No. 436/Menkes/SK/VI/1993 tentang Standar menerima kelebihan maupun kekurangan
pelayanan di rumah sakit dan standar asuhan klien. Watson juga mengemukakan bahwa
keperawatan yang diperlukan melalui SK respon setiap individu terhadap suatu masalah
Dirjen Yanmed No.00.03.2.6.7637 tahun 1993 kesehatan unik, artinya dalam praktik
yaitu pedoman studi dokumentasi asuhan keperawatan, seorang perawat harus mampu
keperawatan, angket pelayanan yang memahami setiap respon yang berbeda dari

44 Januari 2013: 43 - 55
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 1 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2380

klien terhadap penderitaan yang dialaminya langsung maupun tidak langsung terhadap
dan memberikan pelayanan kesehatan yang aspek fisik, psikologis maupun perilaku. Setiap
tepat dalam setiap respon yang berbeda baik orang dalam kekuatan untuk bisa bertahan
yang sedang maupun akan terjadi. Selain itu, terhadap stres atau nilai ambang frustasi stres
caring hanya dapat ditunjukkan dalam itu berbeda-beda (Hakim,2010). Pekerjaan
hubungan interpersonal yaitu hubungan yang seorang perawat merupakan pekerjaan yang
terjadi antara perawat dengan klien, dimana memiliki stres yang tinggi, karena dalam
perawat menunjukkan caring melalui bekerja, perawat berhubungan langsung
perhatian, intervensi untuk mempertahankan dengan berbagai macam pasien dengan
kesehatan klien dan energi positif yang diagnosa penyakit dalam respon yang
diberikan pada klien. Watson juga berpendapat berbeda-beda (Nurul, 2003).
bahwa caring meliputi komitmen untuk Setiap orang memiliki tingkat
memberikan pelayanan keperawatan yang penyusuaian diri terhadap stres yang berbeda-
didasarkan pada ilmu pengetahuan. Dalam beda. Hal itu disebabkan masing-masing orang
praktiknya, perawat di tantang untuk tidak memilki perbedaan atau tuntutan hidupnya
ragu dalam menggunakan pengetahuan yang sehari-hari sehingga kemampuan seseorang
dimilikinya dalam praktik keperawatan. dari terhadap stres tergantung dari : Umur, Jenis
Pembahasan tersebut menunjukkan bahwa kelamin, Pekerjaan, status sosial, emosi,
teori caring yang dikemukakan oleh Watson kepribadian dan intelegensi (Hakim, 2010).
menekankan akan kebutuhan klien secara Menurut National Safety Council
jasmani dan kebutuhan pendekatan spiritual (2003) Penyebab terpenting seseorang
bagi iman klien. menjadi stres dikelompokkan kedalam tiga
Dengan demikian, perawat dituntut kategori yaitu, penyebab organisasional,
untuk mengenal dirinya sendiri secara individual dan lingkungan . Sedangkan
spiritual dan menerapkannya dalam profesi menurut sumber stres kerja berasal dari
keperawatan dalam memberikan perawatan adanya beban kerja yang berlebihan, kesulitan
dengan cinta dan caring. Jadi, dari teori caring berhubungan dengan staf lain, kesulitan terlibat
menurut Watson dapat disimpulkan bahwa dalam merawat pasien kritis, berhubungan
adanya keseimbangan antara aspek jasmani dengan perawatan dan merawat pasien yang
dan spiritual dalam asuhan keperawatan. gagal membaik.
Kondisi kerja berupa situasi kerja yang Tingginya stres yang dialami perawat
mencakup fasilitas, peraturan yang dalam bekerja menjadikan perawat jenuh dan
diterapkan, hubungan sosial kerjasama antar bosan, akhirnya berpengaruh terhadap
petugas yang dapat mengakibatkan ketidak produktivitas kerja dan penurunan kinerja
nyamanan bagi pekerja. Demikian juga perawat dan juga caring dari perawat itu
dengan beban kerja baik secara kuantitas sendiri. Menurut survey PPNI tahun 2007,
dimana tugas-tugas yang harus dikerjakan sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat
terlalu banyak/sedikit maupun secara kualitas propinsi mengalami stres kerja, sering pusing,
dimana tugas yang harus dikerjakan tidak bisa istirahat karena beban kerja yang
membutuhkan keahliahan. Bila banyaknya terlalu tinggi dan menyita waktu, serta gaji
tugas tidak sebanding dengan kemampuan rendah tanpa diikuti insentif yang memadai.
baik fisik maupun keahlian dan waktu yang Tetapi keadaan yang paling mempengaruhi
tersedia maka akan menjadi sumber stres stres perawat adalah kehidupan kerja (PPNI,
(Wedho, 2000). 2008).
Stres merupakan segala masalah atau Dari hasil observasi pada Ruang rawat
tututan penyusuaian diri. Stres kerja yang inap Rumah Sakit Islam Malang Kepala
terjadi dapat menimbulkan dampak secara ruangan mengatakan bahwa adanya beban

Tingkat Stres Kerja Perawat Dengan Perilaku Caring Perawat 45


Riza Desima JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

kerja yang tinggi bagi perawat. Dimana oleh pasien. Kepekaan, kecepatan dan
beberapa perawat mengeluhkan seringnya ketepatan menanggapi permasalahan pasien
terjadi keluhan di pasien. Hal ini di dukung juga masih kurang. Adapun didapatkan bawah
dengan data mengenai keluhan pasien yang perawat mengeluhkan adanya beban kerja
ada di Rumah Sakit Islam Malang yang berlebih di runagan rawat inap sehingga
menunjukan bahwa keramahan, kesabaran, tidak dapat melakukan caring dengan baik
perhatian perawat masih sering dikeluhkan dimana didapatkan data tabel di bawah ini.
Tabel 1 Ketuhuhan Tenaga Keperawatan RS Islam Malang
Tenaga Kebutuhan Tenaga Rata-rata
Unit Kekurangan
Sekarang Sesuai Standar Pasien / hari
Irna Kelas I & II 17 19 3 22
Irna Kelas III A 14 14 - 16
Irna Kelas III B 11 12 2 13
(Sumber : Indah, Kepala Bidang Keperawatan RS Islam Malang, 2010)

Dari tabel ini dapat dilihat bahwa adanya aspek lingkungan fisik dan lingkungan
beban kerja tinggi karena ada kekurangan psikososial yang tinggi dari pekerjaan.
kebutuhan tenaga keperawatan di ruang Sehingga kemungkinan besar akan terjadi
rawat inap sehingga ini menjadikan salah satu stress pada perawat karena beban kerja yang
penyebab dari stres kerja dan juga dapat berlebih. Atas dasar uraian tersebut dan
mempengaruhi caring perawat. Dapun beberapa fakta di atas maka peneliti tertarik
berdasarkan observasi hasil data pada tahun untuk melakukan penelitian hubungan tingkat
2010 di ruang rawat inap RS. Islam Malang stres kerja perawat terhadap perilaku caring
pada 42 orang perawat melalui Self perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Assessment di temukan bahwa gambaran Islam Malang.
stresor perawat adalah beban kerja berlebih
(82,3%), peran ganda (62,2%), konflik dengan METODE
karyawan (15,2%), hubungan kerja tidak
menunjang (30,8%), tidak ada umpan balik Penelitian Ini menggunakan desain
dengan pasien (46,2%), dan konflik peran penilitian Cross sectional dengan teknik
(15,4%). Adapun data kepuasan pasien sampling menggunakan Total Sampling pada
secara keseluruhan yaitu pasen yang merasa seluruh perawat di istalansi rawat inap Kelas
tidak puas sebanyak (52,2%), pasien yang I, II, IIIA dan IIIB Rumah sakit Islam
merasa cukup puas sebanyak (32,21%) malang.besar Sample sebanyak 42 Perawat
sedangkan pasen yang merasa sangat puas yang bekerja di ruang rawat inap Rumah sakit
sebanyak (14,82%). (Laporan umpan balik Islam Malang.
Kepala Bidang Keperawatan RS. Islam Pengumpulan data di lakukan dengan
Malang). Oleh karena itu sikap dan perilaku menggunakan alat ukur kuesioner yang di
perawat sangat mempengaruhi kondisi dan susun berdasarkan alat ukur Tingkat Stres
respon kepuasan pasien. Kerja (Nursalam, 2003), dimana
Hal itu menunjukkan bahwa kondisi parameternya adalah gejala Fisiologis yaitu
emosional perawat berpengaruh terhadap Gejala muncul pada saat stres berupa merasa
persepsi klien, mempengaruhi kinerja perawat lelah, insomnia, nyeri kepala, otot kaku dan
dan caring perawat. Reaksi emosional yang tegang (terutama leher, tengkuk, bahu dan
muncul pada diri perawat dapat berupa stres punggung bawah), berdebar-debar, nafas
kerja. Berdasarkan fenomena yang terjadi, pendek, gangguan lambung dan pencernaan,
perawat memiliki stresor yang tinggi karena gemetar tangan, kaki terasa dingin, wajah
perawat setiap hari akan berhadapan dengan terasa panas, berkeringat dan menstruasi

46 Januari 2013: 43 - 55
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 1 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2380

terganggu, mondar-mandir, gelisah menggigit HASIL DAN PEMBAHASAN


kuku. Mengerak-gerakkan anggota badan
atau jari-jari, perubahan pola makan dan Hasil
Gejala Psikologis muncul pada saat stres
dapat berupa berkurangnya konsentrasi dan Karakteristik Responden Berdasarkan
daya ingat, ragu-ragu, bingung, kehilangan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan
rasa humor, cemas, depresi, putus asa, mudah Terakhir Perawat, Status Perawat, Lama
marah, ketakutan, frustasi, tiba- tiba menangis, Kerja dan Jumlah Perawat.
fobia, merasa tidak berdaya, menarik diri dari
pergaulan dan menghindari kegiatan yang Dari Tabel 2. di dapatkan jenis kelamin
disenangi. Pada perawat yang bekerja di responden paling banyak adalah wanita yaitu
Ruang rawat inap sekala ukurnya adalah 74%, usia responden paling banyak adalah
ordinal dengan hasil scoring di bagi atas stres 20-30 tahun yaitu 83%, pendidikan responden
kerja ringan, stres kerja sedang dan stres kerja sebagian besar adalah AKPER (D3) yaitu
berat. 95%, pada RS Islam Malang status perawat
Sedangkan instrument untuk mengukur yang bekerja sebagian besar adalah Pegawai
Perilaku Caring Perawat menggunakan Tetap yaitu 76%, sedangkan rata – rata lama
kuisioner yang di buat sendiri oleh peneliti kerja perawat sebanyak lebih dari 3 tahun
berdasarkan teori 10 Carative faktor Caring yaitu 43 % dan jumlah perawat per unit
yang di kemukakan oleh Watson, dengan ruangan sebagian besar berada di rungan Irna
sekala ukur ordinal dan Hasil Skor e” mean Kelas I dan 2 yaitu 41%.
= Caring Baik atau d” mean = Caring
Kurang.
Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Pendidikan Terakhir Perawat,
Status Perawat, Lama Kerja dan Jumlah Perawat.
Karakteristik Frekuensi Prosentase (%)
Jenis Kelamin Laki – Laki 11 26
Wanita 31 74
Jumlah 42 100
Usia 20-30 tahun 35 83
31-65 tahun 7 17
Jumlah 42 100
Pendidikan SPK 2 5
AKPER (D3) 40 95
S1 0 0
Jumlah 42 100
Status Perawat Honorer 10 24
Pegawai Tetap 32 76
Jumlah 42 100
Lama Kerja 6 bulan - 1 Tahun 8 19
1-3 Tahun 16 38
>3 Tahun 18 43
Jumlah 42 100
Jumlah Perawat Pada Irna kelas I & II 17 41
Masing – masing Unit Irna Kelas IIIA 14 33
Irna Kelas IIIB 11 26
Jumlah 42 100

Tingkat Stres Kerja Perawat Dengan Perilaku Caring Perawat 47


Riza Desima JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

Karakteristik Responden berdasarkan standar kuanlitatif menunjukan nilai minimum


Ringkat stress kerja perawat dan pada perilaku caring perawat yaitu 10, nilai
Perilaku Caring Perawat maksimum 27, mean (rata – rata) sebesar
16,48 median (nilai tengah) 16,00 sedangkan
Pada Table 3 di dapatkan hasil tenelitian Std. Deviation 4,391. Sehingga (table 5) rata
terhadap variable stress kerja menunjukan – rata perawat yang bekerja di ruangan
61,90% perawat mengalami stress kerja Istalansi rawat inap di Rumah sakit Islam
sedang dan 38,10% perawat mengalami stres Malang 71,43% mengalami perilaku Caring
kerja sedang. Sedangkan (Table 4) perilaku yang kurang baik.
caring perawat dengan menggunakan
Tabel 3. Tingkat Stres Kerja Perawat di Ruangan Istalasi Rawat Inap
Tingkat Stres Kerja Perawat Jumlah Prosentase (%)
Ringan 16 38,10
Sedang 26 61,90
Berat 0 0
Total 42 100
Tabel 4. Deskripsi Statistik Perilaku Caring Perawat
Variabel Mean Median Min-Maks SD
Stres Kerja 16,48 16,00 10-27 4,391
Tabel 5. Kategori Perilaku Caring Perawat di Istalansi Rawat Inap
Perilaku Caring Perawat Jumlah Prosentase (%)
Baik 12 28,57
Kurang Baik 30 71,43
Total 42 100
Karakteristik Responden menurut
simpulkan bawah perawat di ruang rawat inap
stress kerja perawat dan perilaku Caring
rumah sakit islam malang lebih banyak
Perawat
mengalami stres kerja sedang sebanyak 26
orang perawat, sedangkan perawat yang
Berdasarkan Table 6 ruangan rawat
mengalami stres kerja ringan hanya terdapat
Inap di dapatkan stress kerja sedang dengan
16 orang Dan sebanyak 12 orang perawat
perilaku caring yang kurang baik sebanyak
lebih banyak melakukan perilaku caring yang
13 orang pada Irna Kelas I dan II , dan pada
baik sedangkan 30 perawat melakukan
Irma Kelas IIIA responden dengan stress
perilaku caring kurang baik. Sedangkan tidak
kerja sedang dengan perilaku caring kurang
ada perawat yang mengalami stres kerja
baik ada 6 orang sehingga adapun dapat di
berat.
Tabel 6. Sampel Menurut Tingkat Stres Kerja Perawat dan Perilaku Caring Perawat berdasarkan
Ruang rawat Inap
Irna Kelas I Irna Klas Irna Klas
Kategori Total
& II IIIA IIIB
Responden dengan Stres kerja Ringan :
 Perilaku Caring Baik 3 4 3 10
 Perilaku caring Kurang baik - 3 3 6

Responden dengan Stres kerja Sedang :


 Perilaku Caring Baik 1 1 - 2
 Perilaku caring Kurang baik 13 6 5 24
Jumlah 17 14 11 42

48 Januari 2013: 43 - 55
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 1 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2380

Berdasarkan Table 7 rata – rata sampel mengalami perlaku caring kurang baik
menurut tingkat Tres kerja perawat dan sebanyak 30 orang (71,43%). Sedangkan
perilaku caring perawat pada tingkat caring tidak terdapat perawat yang mengalami stres
perawat yang mengalami perilaku caring kerja berat di ruang instalasi rawat inap rumah
baik sebanyak 12 orang (28,57%) dan yang sakit Islam Malang.

Tabel 7. Sampel Menurut Tingkat Stres Kerja Perawat dan Perilaku Caring Perawat di ruang
rawat inap
Stres Kerja Perawat Tingkat Perilaku Caring Perawat Total
Baik Kurang Baik
N % N % N %
Ringan 10 23,81 6 14,29 16 38,10
Sedang 2 4,76 24 57,14 26 61,90
Berat - - - - - -
Jumlah 12 28,57 30 71,43 42 100
Untuk mengetahui Tidak ada perilaku caring kurang baik di bandingkan
Hubungan antara antara tingkat stres kerja perawat yang stres ringan. Dari hasil analisa
peserta perawat dengan perilaku caring di peroleh nilai koefisien kontingensi sebesar
peserta perawat di instalasi rawat Rumah 0,508 yang berada lebih besar dari 0,05 maka
Sakit Islam Malang berdasarkan analisa data dapat di tarik sesimpulan bahwa ada hubungan
secara manual, dapat nilai value 14,57. Dari yang kuat antara dua variabel tersebut yaitu
hasil analisa di peroleh pada OR = 0,050 hubungan tingkat stres kerja perawat dengan
artinya perawat yang stres sedang perilaku caring perawat di ruang istalasi
mempunyai peluang 0,050 untuk melakukan rawat inap rumah sakit islam malang.
Tabel 8. Tabulasi silang
Tingakat Stres Kerja Tingkat Caring Perawat
Jumlah
Perawat Baik Kurang Baik
Ringan 10 6 16
4,57 11,43
Sedang 2 24 26
7,43 18,57
Jumlah 12 30 42

Pembahasan prestasi kerja cenderung rendah, sejalan


dengan meningkatnya stres, prestasi kerja
Berbagai situasi dan kondisi kerja dapat juga naik, karena stres membantu perawat
menjadi sumber potensial munculnya stres untuk mengerahkan segala sumber daya
karena setiap aspek dalam lingkungan kerja dalam memenuhi berbagai persyaratan atau
dapat dirasakan sebagai stres oleh pekerja. kebutuhan pekerjaan. Stres pada tingkat
Cara pandang perawat dalam melihat situasi tertentu bertindak sebagai stimulus atau
kerja akan menentukan besarnya stres yang dorongan untuk bertindak, namun ketika stres
dialami perawat. Stres ditempat kerja meningkat sampai pada fase kelelahan maka
adakalanya berguna untuk menimbulkan prestasi kerja dapat menurun secara dratis.
persaingan yang dinamis dalam rangka (Rasmun, 2004). Kondisi ini terjadi karena
meningkatkan kinerja, tetapi juga merupakan perawat akan lebih banyak menggunakan
penghalang bagi kreatifitas dan prestasi kerja waktunya untuk melawan stres dari pada
jika stres kerja tidak dikelola dengan baik. Jika untuk melaksanakan tugasnya.
tidak ada stres, tantangan kerja juga tidak ada,

Tingkat Stres Kerja Perawat Dengan Perilaku Caring Perawat 49


Riza Desima JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

Stres kerja menunjukkan bahwa faktor propinsi mengalami stres kerja, sering pusing,
penyebab atau sumber stres kerja adalah tidak bisa istirahat karena beban kerja yang
faktor internal dan eksternal, faktor internal terlalu tinggi dan menyita waktu, serta gaji
terdiri dari pendidikan, motivasi, pengetahuan, rendah tanpa diikuti insentif yang memadai.
hubungan interpersonal, sikap dan perilaku, Tetapi keadaan yang paling mempengaruhi
kreativitas dan kondisi kesehatan dalam stres perawat adalah kehidupan kerja (PPNI,
bekerja. Sedangkan faktor eksternal adalah 2008).
lingkungan kerja, tingkat penghasilan, jaminan Hal inilah yang mendasari pengambilan
sosial manajemen, efisiensi tenaga kerja, sampel dari perawat dan pasien, dimana
kesempatan berprestasi dan teknologi. sampel yang diambil adalah sebanyak 42
Stresor yang ada akan mengakibatkan pearawat untuk stres kerja dan 42 pasien
terjadinya stres pada seseorang apabila untuk pengukuran caring perawat di ruang
mekanisme kopingnya tidak mampu rawat inap Rumah sakit Islam Malang.
beradaptasi terhadap stresor, dan berpengaruh
pada kondisi fisik dan psikologis orang Karakteristik Perawat di Ruang Rawat
tersebut. Selain itu stresor yang muncul akan Inap
mempengaruhi perilaku caring yang
diberikan pada pasien yang merupakan Karakteristik usia perawat yang
kewajiban dalam melaksanakan pekerjaan terbanyak pada usia dewasa awal (83%)
sebagai perawat. dalam usia ini perubahan bersifat baik efisiensi,
Sedangkan mengenai perilaku caring kesehatan dan kekuatan tenaga fisik
dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor mencapai puncaknya, secara psikis muncul
internal dan faktor eksternal. Faktor internal keinginan dan usaha pemantapan, sering
yaitu pengetahuan, persepsi, emosi, motivasi mengalami ketegangan emosi karena
dan sebagainya yang berfungsi untuk kompleksitas persoalan, kemampuan mental
mengolah rangsangan dari luar dan faktor seperti penalaran mengingat dan kreatif pada
eksternal meliputi lingkungan sekitar, baik fisik posisi puncak (Indriyani, 2009)
maupun non fisik seperti : iklim, manusia, Karakteristik masa kerja yang terbanyak
social, ekonomi, kebudayaan dan sebagainya pada 20-30 tahun(50%), hal ini memberikan
(Notoatmodjo, 2005). pengaruh terhadap kematangan pengalaman
Dan adanya hubungan antara tingkat perawat di rungan, tetapi bila terlalu lama
stres kerja perawat terhadap perilaku caring dapat menimbulkan kebosanan, terutama bila
perawat yaitu menurut (Petry & Potter, 2004), lingkungan kerja kurang menyenangkan maka
menyatakan bahwa perawat yang tidak kondisi ini akan menimbulkan stres (Indriyani,
mampu menghilangkan stres akan berdampak 2009)
pada menurunnya penampilan kerja dan Karakteristik latar belakang pendidikan
memburuknya pelayanan terhadap pasien. terbanyak adalah Diploma (95%). Tingkat
Dalam pelayanan kesehatan, perawat yang pendidikan akan berpengaruh terhadap
mengalami stres berat akan mengalami kualitas dalam bekerja. Kualitas yang
kejenuhan dan kehilangan motivasi dalam terendah dapat mengakibatkan beban kerja
bekerja. Tingginya stres yang dialami perawat menjadi bertambah, dan menimbulkan stres
dalam bekerja menjadikan perawat jenuh dan Mangkunegara, 2006).
bosan, akhirnya berpengaruh terhadap Karakteristik berdasarkan status
produktivitas kerja dan penurunan kinerja perawat yang ternamyak adalah PNS (76%).
perawat (Hamid, 2006). Dengan status PNS perawat akan lebih
Menurut survey PPNI tahun 2007, terbuka dalam berkomunikasi karena sistem
sekitar 50,9% perawat yang bekerja di empat yang berlaku dilingkungan PNS tidak seperti

50 Januari 2013: 43 - 55
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 1 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2380

yang di lingkungan militer yang selalu tunduk ini sesuai dengan teori yang menyatakan
dan patuh kepada perintah atasan (butir dalam bahwa Setiap orang memiliki tingkat
Sapta Marga). Hal ini bermanfaat dalam penyusuaian diri terhadap stres yang berbeda-
kebebasan berkomunikasi untuk dengan beda. Hal itu disebabkan masing-masing orang
tujuan tercapainya pelayanan kesehatan yang memilki perbedaan atau tuntutan hidupnya
baik. sehari-hari sehingga kemampuan seseorang
terhadap stres tergantung dari : Umur, Jenis
Stres Kerja Perawat kelamin,Pekerjaan, status sosial, emosi,
kepribadian dan intelegensi (Nurul, 2003).
Stres kerja adalah perasaan tertekan Sehingga Karakteristik stres kerja
yang dialami oleh karyawan dalam perawat yang paling banyak pada fase
menghadapi pekerjaan atau dengan kata lain resistensi (stres sedang) yaitu (61,90%). Pada
adalah sesuatu yang terlihat sebagai ancaman fase resistensi perawat mencoba berbagai
baik nyata maupun imajinasi, di mana persepsi macam mekanisme penanggulangan
berasal dari perasaan takut atau marah. Di psikologis dan pemecahan masalah serta
tempat kerja, perasaan ini dapat muncul mengatur strategi untuk mengatasi stresor.
berupa sikap yang pesimis, tidak puas, Tubuh berusaha mengimbangi proses fisiologis
produktivitas rendah dan sering tidak hadir. yang telah dipengaruhi selama reaksi
Emosi, sikap dan perilaku yang waspada untuk sedapat mungkin kembali
mempengaruhi stres dapat menimbulkan kekeadaan normal dan pada waktu yang
masalah kesehatan, namun ketegangan dapat sama tubuh mengatasi faktor-faktor penyebab
dengan mudah muncul akibat kejenuhan yang stres. Bila teratasi gejala stres akan menurun
timbul dari beban kerja yang berlebihan. Pada tepati bila tidak stressor akan berjalan terus
kenyataannya, setiap pekerjaan memiliki dan ketahanan tubuh untuk beradaptasi akan
tingkat tantangan dan kesulitan yang berbeda- habis karena ketahanan tubuh ada batasnya
beda. Manajemen stres kerja yang efektif dalam beradaptasi. Bila ketahanan tubuh habis
dapat mempertahankan rasa pengendalian diri maka akan berpengaruh terhadap kognitif dan
dalam lingkungan kerja, sehingga beberapa emosi ini memacu terjadinya perubahan
urusan akan diterima sebagai tantangan bukan perilaku terutama bila stres ter jadi
ancaman (National Safety Council, 2003). berkepanjangan. Perubahan ini meliputi
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian penurunan minat dan aktivitas penurunan
yang telah dilakukan peneliti, Sehingga dapat energi, tidak masuk atau terlambat, cenderung
di simpulkan dari total 42 perawat yang mengepreksikan pandangan sinis pada pasien
bekerja di ruang rawat inap kelas I, II, IIIA atau teman kerja cenderung melemahkan
dan IIIB didapatkan (38,10%) perawat yang tanggung jawab terhadap kekurangan pada
mengalami stres kerja ringan sedangkan orang lain, serta mengalami gangguan tidur
sebanyak 16 orang, sedangkan (61,90%) (Susilowati, 2004)
perawat mengalami stres kerja sedang
sebanyak 26 orang dan tidak terdapat Perilaku Caring Perawat
perawat yang mengalami stres kerja berat
dalam ruang rawat inap rumah sakit islam Caring merupakan sebagai rasa peduli,
malang. sehingga dapat disimpulkan bahwa hormat dan menghargai orang lain, dimana
perawat yang bekerja di ruang rawat inap di artinya memberi perhatian dan mempelajari
rumah sakit islam malang lebih banyak kesukaan-kesukaan seseorang dan
mengalami stres kerja sedang di bandingkan bagaimana seseorang berpikir, bertindak dan
stres ringan. Namun tingkat stres kerja ini berperasaan (Wedho, 2000). Dari hasil
dapat di pengaruhi oleh berbagai faktor hal

Tingkat Stres Kerja Perawat Dengan Perilaku Caring Perawat 51


Riza Desima JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

penelitian yang telah dilakukan kepada pasien hubungan tingkat stres kerja perawat dengan
untuk penilaian pada perawat yang telah perilaku caring perawat di ruang istalasi
memberikan perawatan, di dapatkan bahwa rawat inap rumah sakit islam malang.
terdapat adanya tingakat caring baik dan
kurang baik. Sehingga dapat di simpulkan Implikasi untuk Keperawatan
bahwa dari total 42 perawat yang bekerja di
ruang rawat inap terdapat 12 perawat Stres kerja merupakan salah satu
(28,57%) memberikan perilaku caring yang masalah yang hampir dialami oleh semua
Baik, sedangkan 30 perawat (71,43%) perawat yang bekerja khususnya pada ruang
memberikan perilaku caring yang Kurang rawat inap. stres yang disebabkan oleh
Baik. Namun perilaku caring ini dapat di pekerjaan akan berpengaruh terhadap hasil
pengaruhi oleh berbagai faktor hal ini sesuai kerja perawat tersebut dalam melaksanakan
dengan teori yang menyatakan bahwa Faktor pekerjaannya. Dengan menyadari bahwa
lingkungan memiliki kekuatan besar dalam dalam setiap pekerjaan, dalam kenyataannya
menentukan perilaku, bahkan kadang-kadang memiliki tingkat kesulitan dan tantangan yang
kekuatan lebih besar dari pada karakteristik berbeda-beda. maka setiap perawat di
individu. Hal inilah yang menjadikan prediksi Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam
perilaku lebih kompleks (Forland & Leirenger, Malang akan menyikapi dan memandang
2002). segala hal yang bersifat negatif tanpa
menimbulkan suatu beban dan tekanan yang
Hubungan Tingakat Stres Kerja Perawat berat sehingga mereka terhindar dari stres.
dengan Perilaku Caring Perawat Di Selain itu, penerapan manajemen rumah sakit
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam tentang lingkungan kerja perawat yang efektif
Malang akan mempertahankan rasa pengendalian diri
dalam lingkungan kerja, sehingga beberapa
Berdasarkan analisa data dengan hal yang bersifat negatif dianggap sebagai
menggunakan Uji Chi Square yang sudah suatu tantangan. Selain itu mekanisme koping
dilakukan koreksi (continuity correction) perawat yang bisa beradaptasi terhadap
dengan p value Asymp sing. P valuenya = segala tekanan yang negatif akan mampu
0,001 p value lebih kecil dari nilai alpha (5% menghindarkan perawat dari stres kerja yang
atau 0,05). Sehingga dapat disimpulkan ada berdampak pada kualitas perilaku caring
pengaruh yang signifikan antara tingkat stres perawat.
kerja perawat dengan perilaku caring perilaku caring mempunyai hubungan
perawat di istalansi rawat inap. Artinya, yang positif terhadap kepuasan pasien.
semakin tinggi tingkat stres kerja perawat perilaku caring yang diberikan perawat pada
dalam menjalankan tugasnya sebagai pasien juga tergantung pada lingkungan
perawat maka perilaku caring yang mereka dimana perawat tersebut bekerja, karena
tunjukkan cenderung semakin kurang baik, dengan lingkungan kerja yang nyaman
begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat merupakan hal yang menentukan dan
stres kerja perawat maka semakin baik kekuatan yang lebih besar bagi seorang
perilaku caring perawat yang diberikan pada perawat untuk berperilaku caring. Sehingga
pasien. Adapun dari hasil analisa di peroleh apabila seseorang merasa tertekan dan
nilai koefisien kontingensi sebesar 0,508 yang merasa tidak nyaman terhadap lingkungan
berada lebih besar dari 0,05 maka dapat di dimana orang tersebut bekerja maka akan
tarik sesimpulan bahwa ada hubungan yang menimbulkan stres kerja yang berdampak
kuat antara dua variabel tersebut yaitu pada penurunan kualitas dan mutu pelayanan
keperawatan yang profesional. Emosi, sikap

52 Januari 2013: 43 - 55
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 1 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2380

dan perilaku yang mempengaruhi stres dapat • Melakukan peninjauan kembali terhadap
menimbulkan masalah kesehatan baik secara job description bawahannya untuk
langsung, personal, interaktif, perilaku sehat mengetahui apakah tugas yang diberikan
dan perilaku sakit. telah dilaksanakan dengan baik ataukah
Hal ini akhirnya akan berpengaruh sebaliknya. Dan jika sebaliknya perlu
terhadap produktifitas kerja dan penurunan dicarikan solusi yang terbaik bagi rumah
kinerja perawat dan juga perilaku caring sakit maupun perawat.
dari perawat itu sendiri. dalam hal ini adalah
: KESIMPULAN DAN SARAN
• Untuk mengatisipasi di perlukan
Menyusun program kegiatan berupa Setelah dilakukan penelitian pada 42
pelatihan peningkatan motivasi bagi perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
perawat dan memfasilitasi adanya Islam Malang, maka dapat disimpulkan
diskusi dengan tim kesehatan lain dalam sebagai berikut : Berdasarkan hasil penelitian
rangka menurunkan tingkat stres kerja yang telah dilakukan diketahui bahwa 26
perawat dan pengaturan mengenai orang perawat (61,90%) di Instalasi Rawat
pelaksanaan kerja perawat untuk lebih Inap Rumah Sakit Islam Malang, mengalami
menekankan pelaksanaan caring dalam tres kerja sedang. Berdasarkan hasil
merawat pasien sehingga dapat penelitian diketahui bahwa perilku caring
memberikan pelayanan yang terbaik bagi perawat di Instalasi Instalasi Rawat Inap
pasien. Rumah Sakit Islam Malang memiliki 13 orang
• Adapun dibuat suatu sistem (71,43%)perilaku caring perawat Kurang
penghargaan dan kontrol terhadap Baik. Pada hasil pengujian dengan Uji Chi
pelayanan yang diberikan oleh perawat Square (Uji kebebasan), menunjukkan bahwa
pada pasien apakah perawat sudah antara tingkat stres kerja dengan perilaku
berperilaku caring atau belum. caring perawat di Instalasi Rawat Inap
Berdasarkan dokumentasi tersebut akan Rumah Sakit Islam Malang didapatkan hasil
diketahui mengenai tingkat kualitas p-value = 0,001 yang mana p-value <0,05 (á).
perilaku caring yang dilaksanakan oleh Sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh
perawat. Kemudian perawat akan yang signifikan antara tingkat stres kerja
memperoleh penghar gaan berupa perawat dengan perilaku caring perawat di
insentif yang sesuai dengan pelayanan istalansi rawat inap.
keperawatan yang diberikan, sehingga Berdasarkan kesimpulan dan hasil
dengan dapat meningkatkan kualitas dan pengujian yang telah dilakukan dari penelitian
mutu pelayanan kesehatan bagi pasien dapat diketahui bahwa ada hubungan yang
dan rumah sakit juga mendapatkan signifikan (bermakna) antara tingkat stres
keuntungan khususnya dalam hal ini kerja dengan perilaku caring perawat di
rumah sakit islam malang. Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Islam
• Adanya tingkat stress pada perawat Malang. Sehingga diberikan beberapa saran
sebaiknya pihak r umah sakit yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan
memberikan fasilitas-fasilitas pemutar masukan, sebagai berikut : 1) Bagi Istitusi
music dan pemberian ruangan khusus Pelayanan Kesehatan (a) Dibuat suatu sistem
agar perawat dapat rileks. penghargaan dan kontrol terhadap pelayanan
• Mengadakan pertemuan berkala antara yang diberikan oleh perawat pada pasien
pihak manajemen dengan karyawan/ apakah perawat sudah berperilaku caring
perawat untuk membahas berbagai atau belum. Berdasarkan dokumentasi
kendala yang di hadapi selama ini. tersebut akan diketahui mengenai tingkat

Tingkat Stres Kerja Perawat Dengan Perilaku Caring Perawat 53


Riza Desima JURNAL KEPERAWATAN, ISSN 2086-3071

kualitas perilaku caring yang dilaksanakan Departement Kesehatan (Depkes). 2002


oleh perawat. Kemudian perawat akan Profil Kesehatan Indonesia 2002
memperoleh penghargaan berupa insentif (Online), http;//www.depkes.go.id/
yang sesuai dengan pelayanan keperawatan dowload.php?file+download/pusdatin
yang diberikan. (b) Menyusun program Farland M & Leininger M. 2002.
kegiatan berupa pelatihan peningkatan Transcultural Nursing, Concept,
motivasi bagi perawat dan memfasilitasi Theories, Research & Practice. Mc.
adanya diskusi dengan tim kesehatan lain Grow-Hill Companies.
dalam rangka menurunkan tingkat stres kerja George B. Julia. 1995. Nursing Theories:
perawat dan pengaturan mengenai The Base Professional Nursing
pelaksanaan kerja perawat untuk lebih Practice. 4th edition. Connecticut :
menekankan pelaksanaan caring dalam Appleton&Lange.
merawat pasien sehingga dapat memberikan Hamid, A.Y, S. 2006. 50,9 Persen Perawat
Alami Stres Kerja. Jakarta : PPNI
pelayanan yang terbaik bagi pasien. (c)
Hawari. 2001. Manajemen Stres, Cemas
Menerapkan rotasi kerja secara periodik agar
dan Depresi. Jakarta : FK Universitas
tidak timbul kebosanan bila berada di ruang
Indonesia.
rawat inap dengan kondisi yang kurang
Hidayat, AA 2007. Riset Keperawatan dan
menyenangkan dan beban kerja yang berat
Tehnik Penulisan Ilmiah, Edisi 2.
selain itu rotasi kerja dapat memberi motivasi
Salemba Medika, Jakarta.
kerja bagi perawat. (d) Memberikan
Indriana. 2000. Pengelolaan Stres
kesempatan kepada perawat untuk
Pekerjaan. Bina Sehat PPNI No. 02/
meningkatkan pendidikan dan pengetahuan B5/ PPNI/99-2000.
terutama yang masih berpendidikan SPK guna Indriyani, A. 2009. Pengaruh Konflik Peran
meningkatkan kemampuan dalam Ganda dan Stres Kerja Terhadap
menghadapi kondisi dan beban kerja yang Kinerja Perawat. Wanita di RS.
semakin komplek. (e) Member ikan Roemani Muhammadiyah Semarang.
pembinaan kepada perawat yang terindikasi Istijanto, M.M. 2005. Cara Praktis
mengalami stres pada fase kelelahan. (f) Mendeteksi Dimensi- dimensi Kerja
Menciptakan kondisi kerja yang Karyawan . Jakarta : PT. Gramedia
menyenangkan dengan berbagai hal seperti Pustaka Utama.
memperhatikan hak perawat, mengadakan Kidd Pamela Stinson. 2001. High Acuity
kegiatan olah raga, pembinaan Nursing. 3rd edition. New Jersey:
terhadapperawat dan adanya petunjuk kerja Prentice Hall.
yang jelas. (g) Membuat kotak saran untuk Leininger M. Madeline 1991. Culture Care
mengumpul informasi tentang kondisi dan Diversity and Universality: a theory
beban kerja perawat serta permasalahan yang of nursing. New York: National league
ada di ruang rawat inap sebagai bahan for nursing press.
masukan bagi rumah sakit. Mangkunegara, A. 2006. Evaluasi Kinerja
SDM Bandung PT. Refika aditama.
DAFTAR PUSTAKA Nursalam 2003. Riset dan Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu
Alwilsol. 2007. Psikologi Kepribadian. Keperawatan, Edisi 1. Salemba,
Malang : Penerbitan Universitas Jakarta.
Muhammadiyah Malang. Nursalam 2008. Konsep dan Penerapan
Canadian Nurse Association. 2002. CNA Metodologi Penelitian Ilmu
Involved in National Initiative on Keperawatan. Jakar ta : Salemba
Patient Safety. (Online) (www.cna- Medika.
aiic.ca, diakses tanggal 15 Januari 2011).

54 Januari 2013: 43 - 55
Versi online / URL:
Volume 4, Nomor 1 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/keperawatan/article/view/2380

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi


Penelitian Kesehatan. Jakarta.
Nurul, T. 2003. Jurnal Pengaruh Stres kerja
terhadap Prestasi Kerja dan
Identifikasi Manajemen stress yang
digunakan Perawat
National Safety Council. 2003. Manajemen
Stres. Alih Bahasa Widyastuti, P. Jakarta
: EGC
Nurachmah. 2001. How Nurse Express
Their Caring Behavior to Patients
with Special Need. Jurnal
Keperawatan In Indonesia.Volume 5.
Jakarta : FIK UI.
Perry & Potter. 2004. Fundamentals of
Nursing: Concepts, Process, and
Practice, 4th Edition. Missouri: Mosby-
Year Book Inc.
Porwadarminto. 2002. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Rasmun, 2004, Stres, Koping dan Adaptasi,
Teori dan Pohon Masalah
Keperawatan, Jakarta: CV. Sugeng
Seto.
Scholler, 2002. Penelitian Dampak Stres, E-
Psikologi. Com, Team E-Psikologi,
Informasi, Psikologi Jakarta.
Sedarmayanti. 2001. Sumberdaya Manusia
dan Produktivitas Kerja Mandar
Maju. Bandung.
Susilawati, dkk, 2004. Konsep Dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa, Buku
Kedokteran ECG, Jakarta,
Sudjana, 2002. Metode Statistika, Tarsito,
Bandung.
Sunaryo, 2002, Psikologi Untuk Perawat,
Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Wedho, U.M. 2000. Caring Essential
Dalam Praktek Keperawatan: Suatu
Tinjauan, Makalah Simposium
Keperawatan di RSUD Prof. Dr.
Johanes Kupang.
Wijono, D 2003. Manajeman Mutu
Pelayanan Kesehatan: Teori,
Strategi, dan Aplikasi. Vol.1, Surabaya
: Airlangga University Press.

Tingkat Stres Kerja Perawat Dengan Perilaku Caring Perawat 55

Anda mungkin juga menyukai