Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN

PRAKTIKUM KESETIMBANGAN UAP CAIR

KELOMPOK 6 : KELAS : 1F – D3 TEKNIK KIMIA

1. MAYANG SARI 1831410115


2. MOH. SYAFIUDIN MILENIO 1831410163
3. NOVITA DWI ANGGRAINI 1831410012

1. TUJUAN
1. Menunjukkan hubungan antara komposisi larutan, komposisi uap dengan suhu pada kondisi
kesetimbangan uap – cair sistem biner
2. Mempraktekkan percobaan distilasi sederhana
3. Menghitung kompisisi laruran berdasarkan indeks bias
4. SKEMA KERJA
(terlampir)
5. HASIL PERCOBAAN
a) Data hasil percobaan kurva kalibrasi

% Volume % Konsentrasi
No. Indeks bias
Air Etanol etanol

1 0 10 0% 1.337

2 1 9 10% 1.34

3 2 8 20% 1.343

4 3 7 30% 1.345

5 4 6 40% 1.346

6 5 5 50% 1.349

7 6 4 60% 1.35

8 7 3 70% 1.353

9 8 2 80% 1.354

10 9 1 90% 1.355

11 10 0 100% 1.356
KURVA STANDARD ALKOHOL-AIR
y = -0.0086x2 + 0.0275x + 1.3373
1.36 y = 0.0189x + 1.3385
R² = 0.9943
R² = 0.9784
1.355
INDEKS BIAS

1.35

1.345

1.34

1.335
0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%
% VOLUME

b) Data Pengamatan Indeks Bias dan Suhu

%
No. Indeks Pexp
Volume Texp(⁰C) xetanol xair yetanol yair
Sampel Bias (mmHg)
Etanol

1 1,359 741,5 0.690815 72.2 0,408527 0,591473 0,610563 0,389437

2 1,355 741,5 0.526219 80 0,25559 0,74441 0,436725 0,563275

3 1,352 741,5 0.418852 84.5 0,182205 0,817795 0,334076 0,665924

4 1,348 741,5 0.296967 86 0,115497 0,884503 0,226709 0,773291

5 1,343 741,5 0.178503 88.4 0,062943 0,937057 0,130766 0,869234

6 1,341 741,5 0.141578 92 0,048511 0,951489 0,102418 0,897582

7 1,338 741,5 0.097316 95.7 0,032252 0,967748 0,069356 0,930644

8 1,334 741,5 0.058933 98 0,018991 0,981009 0,041466 0,958534

9 1,333 741,5 0.052999 100.3 0,017006 0,982994 0,037218 0,962782

c) Data Teoritis VLE untuk sistem etanol (1) + air (2)

P(kPa) T (ᵒC) X1 X2 Y1 Y2
101,3 100 0,00 1,00 0,00 1,00
101,3 86,8 0,10 0,90 0,43 0,57
101,3 83,2 0,20 0,80 0,53 0,47
101,3 81,8 0,30 0,70 0,58 0,42
101,3 80,8 0,40 0,60 0,62 0,38
101,3 80,1 0,50 0,50 0,65 0,35
101,3 79,35 0,60 0,40 0,70 0,30
101,3 78,76 0,70 0,30 0,76 0,24
101,3 78,37 0,80 0,20 0,83 0,17
101,3 78,16 0,90 0,10 0,90 0,10
101,3 78,32 1,00 0,00 1,00 0,00

Kurva x,y etanol Terhadap Suhu


105

100

95 x perhitungan
y perhitungan
T (°C)

90
x teori
y teori
85

80

75
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
x,y etanol

6. PEMBAHASAN SINGKAT
Kesetimbangan memiliki pengertian bahwa suatu keadaan dimana tidak terjadi perubahan
sifat makroskopis dari sistem terhadap waktu. Untuk material dalam jumlah tertentu, hal tersebut
dapat diartikan tidak ada perubahan sifat material tersebut dengan waktu. Keadaan setimbang
yang sebenarnya barangkali tidak pernah tercapai. Suatu proses berlangsung karena ada gaya
penggerak dan selalu menuju ke titik kesetimbangan. Gaya ini merupakan selisih antara potensi
pada keadaan seketika dan keadaan setimbang. Semakin dekat keadaan sistem dengan titik
kesetimbangan, semakin kecil gaya penggerak proses semakin kecil pula laju proses dan akhirnya
sama dengan nol bila titik kesetimbangan sudah tercapai.
Titik kesetimbangan hanya bisa tercapai secara teoritis dalam waktu yang tak terhingga.
Pada prakteknya didalam pekerjaan ilmiah suatu kesetimbangan dianggap tercapai bila tidak ada
lagi perubahan sifat atau keadaan seperti yang ditunjukkan oleh alat pengukur yang digunakan.
Didalam masalah rekayasa kesetimbangan dianggap ada bilamana sifat yang ditunjukkan oleh
praktek sama dengan sifat yang di hitung berdasarkan metoda yang menggunakan anggapan
kesetimbangan. Contoh komposisi pada pelat distilasi dibanding dengan komposisi pelat teoritis.
Pada perhitungan stage wise contact konsep kesetimbangan memegang peran penting
selain neraca panas dan neraca massa. Konsep rate processes tidak diperhatikan pada alat kontak
jenis ini karena dianggap kontak pada alat ini berlangsung dengan baik sehingga arus-arus yang
keluar dari stage dalam keadaan kesetimbangan. Perubahan suhu (T), tekanan (P), konsentrasi (C),
dan entalpi (H) selama proses pemisahan dapat dianalisa berdasarkan konsep kesetimbangan
termodinamik. Korelasi fase menurut kaidah fase Gibbs:
F=C–P+2
dimana:
F = Variabel intensif/bebas
C = Jumlah spesies atau komponen dalam sistem
P = Jumlah fase dalam sistem
Jadi, untuk komposisi (konsentrasi) dan tekanan kesetimbangan tertentu, maka suhu
kesetimbangan tertentu pula. Untuk komposisi (konsentrasi) dan suhu kesetimbangan tertentu,
maka tekanan kesetimbangan akan tertentu pula. Jika dipilih suhu dan tekanan kesetimbangan
tertentu, maka konsentrasi kesetimbangan akan tertentu pula.
Pada praktikum ini, yang harus dilakukan pertama kali adalah kalibrasi refraktometer
menggunakan etanol dengan beberapa persen volume yang berbeda. Pada kalibrasi ini, konsentrasi
etanol yang digunakan adalah 0%, 10%, 20%, 30%, 40%. 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan 100%.
Hasil indeks bias yang didapat adalah 1,337; 1,34; 1,343; 1,345; 1,346; 1,349; 1,35; 1,353; 1,354;
1,355; 1,356. Dari percobaan ini, menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi etanol, maka
indeks bias akan semakin besar pula.
Prosedur selanjutnya adalah mengukur etanol menggunakan gelas ukur sebanyak 30 ml
dan dimasukkan pada RBF.Thermometer diletakkan pada lubang RBF dan lubang yang lain
ditutup menggunakan penyumbat, sebelum dipanaskan, pastikan kondensor menyala lalu
panaskan bahan. Suhu ketika bahan mendidih saat telah konstan kemudian dicatat. Setelah itu
sampel diambil sebanyak 5 ml saat suhu konstan untuk dicek indeks biasnya. Etanol yang tersisa
dalam RBF ditambahkan 30 ml aquades lalu lubang ditutup kembali. Langkah tersebut diulangi
hingga 9 kali. Setelah semua sampel diperoleh dan sudah dalam keadaan dingin, maka sampel bisa
diamati menggunakan alat refraktometer untuk melihat indeks biasnya. Dari percobaan tersebut
didapatkan data indeks bias 1,359; 1,355; 1,352; 1,348; 1,343; 1,341; 1,338; 1,334; 1,333 .Data ini
juga berbanding lurus dengan konsentrasi etanol. Sedangkan suhu konstan yang diperoleh selama
percobaan yaitu 72.2 0C; 80 0C; 84.5 0C; 86 0C; 98.4 0C; 92 0C; 95.7 0C; 98 0C; dan 100.3 0C.
Berdasarkan data ini dapat dilihat bahwa semakin kecil konsentrasi etanol dan semakin banyak
konsentrasi air, maka suhu konstan akan semakin besar. Hal ini disebabkan karena titik didih air
lebih besar daripada etanol.
Setelah dilakukan perhitungan, didapat pula hasil xetanol dan yetanol. Jika dilihat dari data
yang didapat, terdapat hubungan berbanding lurus antara konsentrasi etanol dengan harga x etanol
dan yetanol dan hubungan berbanding terbalik antara konsentrasi etanol dengan temperatur
kesetimbangan. Semakin besar konsentrasi etanol, maka hargaxetanol dan yetanol juga semakin
besar. Di samping itu, semakin besar harga xetanol dan yetanolmaka temperatur kesetimbangan akan
semakin kecil (menurun).
Berdasarkan grafik x,y etanol terhadap suhu , terlihat adanya hubungan berbanding
terbalik antara fraksi percobaan dan literatur, baik fasa uap maupun fasa cair , terhadap
temperatur. Semakin tinggi temperatur maka xetanolakan semakin berkurang. Berdasarkan grafik
x,y etanol terhadap suhu juga didapat hubungan bahwa hargaxetanol dan yetanol, baik percobaan
maupun literatur, selalu lebih besar di bandingkan dengan xetanol dan yetanol pada temperatur yang
sama.
7. KESIMPULAN
1. Pada percobaan ini menunjukkan hubungan berbanding terbalik, yaitu semakin rendah
konsentrasi etanol semakin tinggi titik didihnya. Semakin tinggi titik didihnya maka semakin
tinggi indeks biasnya.
2. Proses distilasi sederhana adalah salah satu pemurnian zat cair yang tercemar oleh zat padat/zat
cair lain dengan perbedaan titik didih cukup besar.
3. Berdasarkan percobaan tersebut didapatkan data komposisi larutan % volume berdasarkan
indeks biasnya, yaitu : 0,6908 (sampel 1); 0,5262 (sampel 2); 0,4188 (sampel 3); 0,2969
(sampel 4); 0,1785 (sampel 5); 0,1415 (sampel 6); 0,0973 (sampel 7); 0,0589 (sampel 8);
0,05299(sampel 9).
Tabel perhitungan:

No. Indeks %Volume Asumsi Volume (ml)


Total V
Sampel Bias Etanol Air Etanol Air
(ml)
1 1.359 0.690815 0.309185 30 20.724457 9.275543
2 1.355 0.526219 0.473781 60 31.57316 28.42684
3 1.352 0.418852 0.581148 90 37.696659 52.30334
4 1.348 0.296967 0.703033 120 35.635987 84.36401
5 1.343 0.178503 0.821497 150 26.775394 123.2246
6 1.341 0.141578 0.858422 180 25.483971 154.516
7 1.338 0.097316 0.902684 210 20.436406 189.5636
8 1.334 0.058933 0.941067 240 14.143836 225.8562
9 1.333 0.052999 0.947001 270 14.309788 255.6902

Densitas fraksi
Massa (gr) Mr Mol
(gr/ml) mol
Etanol Air Etanol Air Etanol Air Etanol Air xetanol xair
0.79 1 16.372321 9.275543 46 18 0.36 0.52 0.4085 0.5915
0.79 1 24.942796 28.42684 46 18 0.54 1.58 0.2556 0.7444
0.79 1 29.78036 52.30334 46 18 0.65 2.91 0.1822 0.8178
0.79 1 28.15243 84.36401 46 18 0.61 4.69 0.1155 0.8845
0.79 1 21.152562 123.2246 46 18 0.46 6.85 0.0629 0.9371
0.79 1 20.132337 154.516 46 18 0.44 8.58 0.0485 0.9515
0.79 1 16.144761 189.5636 46 18 0.35 10.5 0.0323 0.9677
0.79 1 11.173631 225.8562 46 18 0.24 12.5 0.019 0.981
0.79 1 11.304732 255.6902 46 18 0.25 14.2 0.017 0.983

Psat Selisih
Pexp Texp Tcalc Psat air Ptotal
etanol P yetanol yair
(mmHg) (mmHg) (mmHg) (mmHg) (mmHg) (mmHg) (mmHg)
741.2 72.2 88.080538 1107.7658 488.0153 741.2 -6E-05 0.6105667 0.389433
741.2 80 91.729482 1266.4949 560.8425 741.2 -6E-05 0.4367285 0.563272
741.2 84.5 93.688339 1359.0179 603.5502 741.2 -6E-05 0.3340792 0.665921
741.2 86 95.607857 1454.9137 648.0041 741.2 -6E-05 0.2267118 0.773288
741.2 88.4 97.225204 1539.8912 687.5514 741.2 -6E-05 0.1307678 0.869232
741.2 92 97.687001 1564.8755 699.2057 741.2 -6E-05 0.1024197 0.89758
741.2 95.7 98.216894 1593.9457 712.7809 741.2 -6E-05 0.0693572 0.930643
741.2 98 98.65685 1618.4111 724.2184 741.2 -7E-05 0.0414671 0.958533
741.2 100.3 98.723312 1622.1332 725.9594 741.2 -7E-05 0.0372188 0.962781

Anda mungkin juga menyukai