FOTOSINTESIS
Pengaruh Suhu dan Jenis Kelamin Terhadap Kecepatan Respirasi pada
Jangkrik (Gryllus bimaculatus)
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
1. Andriyanto 15312241026
2. Eka Sri Rahayu 15312241050
3. Nindiasari Agung P 15312241052
4. Hana Rahmawati 15312244009
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengaruh jenis kelamin terhadap kecepatan respirasi pada jangkrik?
2. Bagaiamana pengaruh suhu lingkungan terhadap kecepatan respirasi pada jangkrik
jantan dan betina?
C. Tujuan
1. Menyelidiki pengaruh jenis kelamin terhadap kecepatan respirasi pada jangkrik.
2. Menganalisis pengaruh suhu lingkungan terhadap kecepatan respirasi pada
jangkrik jantan dan betina.
D. Dasar Teori
Respirasi
Respirasi memiliki fungsi utama untuk memasok oksigen ke dalam tubuh serta
membuang CO2 dari dalam tubuh. Sebenarnya, hewan dapat menghasilkan ATP tanpa
oksigen. Proses semacam itu diebut dengan respirasi anaerob. Akan tetapi, proses
tersebut tidak dapat menghasilkan ATP dalam jumlah banyak. Respirasi yang dapat
menghasilkan ATP dalam jumlah banyak adalah respirasi aerob. Dalam respirasi
anaerob, sebuah molekul glukosa hanya menghasilkan dua molekul ATP. Dalam proses
aerob, molekul yang sama akan menghasilkan 36 atai 38 molekul ATP. Respirasi sel
akan menghasilkan zat sisaberupa CO2 dan air, yang harius dikeluarkan dari sel (Wiwi,
2006: 191-192).
Fungsi utama dari respirasi adalah untuk menyediakan oksigen bagi darah dan
mengambil karbon dioksida dari dalam darah. Fungsi lainnya adalah untuk mengatur
keasaman cairan tubuh, membantu pengendalian tubuh, ekaresi air dan fonasi
(pembentukan suara).
Faktor yang mempengaruhi konsumsi O2:
a. Ukuran tubuh : makin kecil ukuran tubuh, maka konsumsi 02 relatif meningkat,
metabolisme juga meningkat
b. Aktifitas : aktivitas meningkat maka, konsumsi 02 meningkat
c. Suhu lingkungan : suhu lingkungan tinggi maka konsumsi 02 meningkat
d. Sex : jantan > betina
e. Faktor lain : nutrisi, hormonal, ras, dll. (Anonim,-: 1)
Sumber:
http://www.enchantedlearning.com/subjects/insects/orthoptera/Cricket.shtml
Kingdom : Animalia
Filum : Arthopoda
Ordo : Orthoptera
Famili : Gryllidae
Genus : Gryllus
Jangkrik ini kebanyakan hidup didaerah panas dan berkeliaran di kebun kacang
kacangan seperti kacang kedelai dan kacang hijau. Di alam aslinya jangkrik hidup aktif
seperti makan, mengerik dan kawin di malam hari . Akan tetapi apabila di budidayakan
kegiatan tersebut dapat juga dilakukan pada siang hari . Jangkrik senang tinggal di
semaksemak, tumpukan batu, tanah kebun, dan sawah kering yang terbelah-belah pada
belahannya, atau di tempat sampah . Pakan utamanya adalah tanaman sayuran dan
palawija . Lama siklus hidup yang jantan±78 hari sedangkan yang betina dapat
mencapai umur + 105 hari . Ukuran tubuh yang betina lebih panjang dan besar di
bandingkan dengan yang jantan. Jangkrik betina bertelur di sela-sela tumpukan kayu
atau ranting yang lembab, pada lipatan padi/jerami, atau dapat juga pada gulungan daun-
daunan yang basah dan lembab (A. Udjianto, 1999:2)
Jangkrik termasuk serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna.
Siklus hidupnya dimulai dari telur kemudian menjadi jangkrik muda (nimfa) dan
melewati beberapa kali stadium instar terlebih dahulu sebelum menjadi jangkrik
dewasa(imago) yang ditandai dengan terbentuknya dua pasang sayap. Jangkrik dewasa
siap kawin pada usia ± 45 hari yang ditandai dengan telah lenyapnya sayap. Jangkrik
jantan akan ngengkrik dengan suara nyaring yang merupakan isyarat bahwa jangkrik
tersebut siap untuk membuahi betina, sedangkan jangkrik betina yang siap untuk
dibuahi dan mengetahui isyarat tersebut akan mencari sumber suara dan mendekatinya
(JE. Hasibuan, 2016:1)
Suara yang disebabkan gesekan sayap depan. Pada sayap depan terdapat alat
stridulasi yang terletak di bagian vena cubitus. Vena cubitus memilki paku-paku dawai
yang tersusun seperti gigi-gigi pada sisir. Jika penggaruk digerakkan, maka sayap akan
maju mundur pada permukaan paku-paku dawai dan mengeluarkan suara (Farry, 1999:
9).
Ciri fisik
a. Jangkrik jantan
Suara mengerik merupakan ciri khas bagi jangkrik jantan. Tubuh berbentuk
pendek dengan sepasang antenna yang panjang. Punggung jangkrik memiliki tekstur
kasar (Ade, 2016: 19). Jangkrik jantan memiliki bulu punggung cenderung kasar dan
bergelombang.
b. Jangkrik betina
Jangkrik betina memiliki ciri khas di bagian ekornya. Dibagian ekor jangkrik
betina terapat ovipositor atau alat kelamin betina yang berbentuk seperti jarum yang
tidak dimiliki oleh jangkrik jantan (Ade, 2016: 19). Bulu punggung dan sayap halus.
Gambar 2. Jangkrik jantan dan jangkrik betina
Respirometer
Sebuah respirometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur laju respirasi
dari organisme hidup dengan mengukur laju pertukaran oksigen dan / atau karbon
dioksida. Memunginkan penyelidikan bagaimana faktor-faktor seperti usia, bahan kimia
atau efek cahaya mempengaruhi laju respirasi. Respirometers dirancang untuk
mengukur respirasi baik pada tingkat hewan keseluruhan (tanaman) atau pada tingkat
sel.
1. Berat tubuh, semakin berat tubuh suatu organisme maka semakin banyak oksigen yang
dibutuhkan dan semakin cepat proses respirasinya
2. Ukuran tubuh, semakin besar ukuran tubuh maka keperluan oksigen akan semakin
banyak.
3. Kadar O2, apabila kadar O2 rendah maka keperluan oksigen semakin cepat
4. Aktivitas, semakin tinggi aktivitasnya banyak kebutuhan energinya, sehigga
pernafasannya semakin cepat.
E. Metode Percobaan
1. Waktu dan Tempat
a. Hari, tanggal : Rabu, 23 November 2016
b. Tempat : Laboratorium IPA 2 FMIPA UNY
c. Pukul : 11.00-12.50 WIB
2. Alat dan Bahan
a. Respirometer
b. Termometer
c. Vaselin
d. Pewarna makanan
e. Pipet
f. Neraca
g. Es batu
h. Air hangat
i. Kristal KOH
j. Kapas
k. Jangkrik
l. Mangkok
3. Variabel Percobaan
a. Variabel bebas : jenis kelamin, suhu lingkungan
b. Variabel kontrol : massa jangkrik, jenis jangkrik, volume air, massa KOH
c. Variabel terikat : kecepatan respirasi
4. Langkah Kerja
Menyiapkan alat dan bahan
Memberikan
Mengamati pergerakan eosin
eosin pada
pada ujung
skala pipa respirometer
respirometer dan mencatat hasilnya
7 11 7 4 3 10 35
1 Jantan 0,61
48 10 13 13 20 12 68
7 7 11 6 3 6 33
2 Betina 0,61
48 16 10 5 3 4 38
G. Analisis Data
1. Pengaruh Suhu Lingkungan pada Respirasi Jangkrik Jantan
30
25
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4 5 6
WAKTU ( menit )
jantan betina
4. Pengaruh Jenis Kelamin pada Respirasi Jangkrik di suhu hangat
70
60
50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6
waktu (menit)
jantan betina
H. Pembahasan
Percobaan ini berjudul Pengaruh Jenis Kelamin dan Suhu terhadap kecepatan
Respirasi pada jangkrik. Percobaan dilaksanakan pada hari rabu,23 November 2016 di
Laboratorium IPA 2 FMIPA UNY. Tujuan dari percobaan ini adalah menyelidiki
pengaruh jenis kelamin terhadap kecepatan respirasi pada jangkrik dan menganalisis
pengaruh suhu lingkungan terhadap kecepatan respirasi pada jangkrik jantan dan
betina. Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah jangkrik
jantan,dan jangkrik betina, alat respirometer, vaselin sebagai pelumas pada
respirometer untuk meminimalisir agar tidak bocor udara, kemudian eosin sebagai
indikator pewarna, pipet, wadah, air hangat dan air dingin, termometer untuk
mengukur suhu udara, dan neraca digital untuk mengukur massa jangkrik.
1. Faktor Jenis Kelamin pada Respirasi Jangkrik
Untuk mengukur kecpatan respirasi pada jangkrik jantan dan jangkrik betina.
Langkah yang dilakukan pertama yaitu dengan memasukan kristak KOH sebesar 1
gram, kemudian membungkusnya menggunakan kapas kedalam tabung respirometer.
Kristal KOH ini berfungsi sebagai pengikat CO2 yang dihasilkan dari proses respirasi
jangkrik dan KOH ini bertujuan agar tekanan dalam respirometer menurun. Jika tidak
diikat maka tekanan parsial gas dalam respirometer akan tetap dan eosin tidak dapat
bergerak. Akibatnya volume oksigen yang dihirup serangga tidak dapat diukur dan guna
pembungkusan dengan kapas agar kristal KOH tidak melukai jangkrik karena sifatnya
yang iritan.
35
30
25
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4 5 6
WAKTU ( menit )
jantan betina
Dari grafik kecepatan respirasi pada jangkrik jantan dan betina pada suhu 7°C
menunjukan hasil yang berbeda. Pada jangkrik jantan oksigen yang diserap sebanyak
35 ml, sedangkan pada jangkrik betina oksigen yang diserap sebanyak 33 ml. Jangkrik
jantan menyerap oksigen lebih banyak dari pada jangkrik betina. Salah satu
penyebabnya adalah jangkrik jantan lebih agresif dibanding jangkrik betina. Pada saat
percobaan jangkrik betina cenderung pasif diam ditempat sedangkan jangkrik laki-laki
lebih agresif dengan bergerak-gerak.Perbedaan aktifitas ini mengakibatkan konsumsi
oksigen yang berbeda. Semakin banyak dan tinggi aktivitasnya maka banyak energi yag
dibutuhan, sehigga pernafasannya semakin cepat dan membutuhkan oksigen yang
semakin banyak.
70
60
50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6
waktu (menit)
jantan betina
Dari grafik kecepatan respirasi pada jangkrik jantan dan betina pada suhu 48°C
menunjukan hasil yang berbeda. Pada jangkrik jantan oksigen yang diserap sebanyak
68 ml, sedangkan pada jangkrik betina oksigen yang diserap sebanyak 38 ml. Jangkrik
jantan menyerap oksigen lebih banyak dari pada jangkrik betina. Pada suhu 48°C ini
jangkrik menyerap oksigen lebih banyak dibandingan pada suhu 7°C. Pada suhu 48°C
jangkrik jantan menyerap oksigen sebanyak 68 ml, sedangkan pada suhu 7°C hanya 35
ml. Pada suhu 48°C jangkrik betina mnyerap oksigen sebanyak 38 ml,sedangkan pada
suhu 7°C hanya 33 ml. Hal ini menunjukan bahwa bila suhu lingkungan tinggi maka
konsumsi O2 akan meningkat. Dengan kata lain suhu berbanding lurus terhadap
konsumsi O2 makhluk hidup.
Suhu lingkungan 48°C merupakan suhu ekstream pada jangkrik, hal ini tidak
sesuai dengan suhu normal jangkrik di lingkungan. Akibat suhu ekstream ini jangkrik
lebih agresif dari sebelumnya, jangkrik akan berusaha menghindari suhu ekstream ini
dan berusaha untuk memepertahankan suhu tubuhnya. Terlihat pada aktivitas jangkrik
yang semakin agresif pada suhu 48°C , dan banyak bergerak dibandingkan kondisi
jangkrik pada suhu 7°C yag cenderung diam . Perbedaan aktifitas ini mengakibatkan
konsumsi oksigen yang berbeda. Semakin banyak dan tinggi aktivitasnya maka banyak
energi yag dibutuhan, sehigga pernafasannya semakin cepat dan membutuhkan oksigen
yang semakin banyak.
I. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Jumlah oksigen yang dibutuhkan jangkrik jantan melalui pengamatan
pergerakan eosin lebih banyak dibanding pada jangkrik betina baik di suhu
dingin maupun disuhu hangat karena jangkrik jantan menyerap oksigen lebih
banyak dari pada jangkrik betina.
2. Jangkrik jantan maupun betina yang berada di suhu hangat lebih banyak
menyerap oksigen dibanding jangkrik jantan maupun betina yang berada pada
suhu dingin karena semakin tinggi suhu maka semakin banyak pula oksigen
yang diserap untuk menyeimbangkan suhu tubuh makhluk hidup.
J. Daftar Pustaka
A. Udjianto. 1999. Ruang Lingkup Pemeliharaan Jangkrik Kalung Kuning. Bogor:
Balai Penelitian Ternak.
Anonim. -. Fisiologi Respirasi. Bandung: Universitas Padjadjaran. Diunduh dari
blogs.unpad.ac.id/novim/files/2011/03/RESPIRASI_120311.pdf pada
tanggal 28 November 2016 pukul 17:49 WIB.
Ade Yusdira. 2016. Budi Daya Jangkrik. Jakarta: Agro Media Pustaka.
Campbell, Neil A. 2004. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Farry B. Paimin. 1999. Sukses Beternak Jangkrik. Bogor: Penebar Swadaya.
J.E. Hasibuan. 2016. Tinjauan Pustaka. Sumatera Utara: Universitas Sumatera Utara.
Diunduh dari
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/56593/4/Chapter%20II.pdf tanggal
27 November 2016 pukul 17:58 WIB.
Tri Eko Susilorini, dkk. Budi Daya 22 Ternak Potensial. Bogor: Penebar Swadaya Grup.
Wiwi isnaeni. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
LAMPIRAN
30
25
20
15
10
5
0
0 1 2 3 4 5 6
WAKTU ( menit )
jantan betina
70
60
50
40
30
20
10
0
0 1 2 3 4 5 6
waktu (menit)
jantan betina
2) Bagaimana perbandingan kecepatan gerakan air dalam pipa respirometer pada setiap
botol percobaan?
Jawab : perbandingan kecepatan gerakan air dalam pipa respirometer pada botol
percobaan pengaruh suhu pada respirasi jangkrik yakni :
35
Jangkrik jantan suhu dingin (7° C), = 7 ml/menit
5
68
Jangkrik jantan suhu hangat (48° C), = 13,6 ml/menit
5
Perbandingan suhu dingin dan suhu hangat jangkrik jantan = 1 : 1,94285714
33
Jangkrik betina suhu dingin (7° C), = 6.6 ml/menit
5
38
Jangkrik betina suhu dingin (48° C), = 7,6 ml/menit
5
Perbandingan suhu dingin dan suhu hangat jangkrik betina = 1 : 1,15151515
Perbandingan kecepatan gerakan air dalam pipa respirometer pada botol percobaan
pengaruh jenis kelamin pada respirasi jangkrik yakni :
68
Jangkrik jantan suhu hangat (48° C), = 13,6 ml/menit
5
38
Jangkrik betina suhu hangat (48° C), = 7,6 ml/menit
5
Perbandingan suhu dingin dan suhu hangat jangkrik jantan = 1 : 1,78947368
35
Jangkrik jantan suhu dingin (7° C), = 7 ml/menit
5
33
Jangkrik betina suhu dingin (7° C), = 6.6 ml/menit
5
Perbandingan suhu dingin dan suhu hangat jangkrik betina = 1 : 1,06060606
3) Berdasarkan kegiatan dan data yang dihasilkan, bagaimana hasil analisis hubungan
antar variabel dalam perobaan di atas?
Jawab :
Jangkrik jantan lebih banyak menyerap oksigen dibanding jangkrik betina
ditandai dengan rata-rata pergerakan air dalam pipa respirometer yang lebih
besar daripada jangkrik betina
Semakin tinggi suhu maka semakin banyak pula oksigen yang diserap jangkrik
untuk menyeimbangkan suhu tubuh makhluk hidup.
4) Buatlah kesimpulan berdasarkan kegiatan kalian!
Jawab :
Jenis kelamin dan suhu mempengaruhi kecepatan respirasi pada jangkrik. Jangkrik
jantan lebih banyak menyerap oksigen dibanding jangkrik betina. Suhu tinggi
menyebabkan oksigen yang diserap jangkrik lebih banyak dibanding suhu rendah.