NASKAH PUBLIKASI
Diajukan oleh :
RINA SETIAWATI
F100110056
FAKULTAS PSIKOLOGI
2015
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN
PERILAKU AGRESI REMAJA
NASKAH PUBLIKASI
Disusun oleh :
RINA SETIAWATI
F100110056
FAKULTAS PSIKOLOGI
2015
ii
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU
AGRESI REMAJA
Rina Setiawati
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAKSI
v
PENDAHULUAN meluapkan kelebihan energinya ke arah
Remaja adalah masa peralihan dari yang negatif seperti perilaku agresi.
Berbagai perubahan terjadi pada remaja baik dan negara berada di pundaknya, remaja
itu perubahan fisik maupun psikis yang diharapkan dapat mengisi masa remajanya
menuntut remaja untuk bisa menyesuaikan dengan hal-hal yang menunjang masa
diri. Pada masa ini, remaja mengalami depannya dan tidak seharusnya melakukan
Ciri-ciri masa remaja awal menurut dimuat dalam berbagai media memberikan
lebih menonjolnya sikap dan moral, mulai agresi pada remaja. Berkowitz (Sarwono &
banyaknya masalah yang dihadapi dan masa disengaja oleh seseorang atau institusi
sekolah maupun lingkungan sosial tidak kemampuan untuk mengenali perasaan diri
memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan
energinya, maka sering kali remaja memotivasi diri sendiri dan kemampuan
1
sendiri dan dalam hubungan dengan orang kontrol emosi dan memunculkan tindak
lain (Nggermanto, 2008). Apabila seseorang kekerasan. Di satu sisi kecerdasan emosional
hati individu yang lain, orang tersebut akan mengurangi munculnya tindak kekerasan.
dan akan lebih mudah menyesuaikan diri mengontrol emosi dengan baik serta adanya
dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. rasa saling menghormati dan menghargai
Dengan kecerdasan emosional seseorang antara sesama manusia atau sesama warga
mampu menempatkan emosi secara tepat, negara, akan mewujudkan situasi yang
suasana hati adalah inti dari hubungan sosial masalah yang dapat menimbulkan tekanan,
apabila seseorang pandai menyesuaikan diri emosional akan membuat perbedaan dalam
dengan suasana hati individu yang lain, memberikan tanggapan terhadap konflik,
emosional yang baik dan akan lebih mudah emosional diperlukan untuk mengatasi
menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial masalah kehidupan dan merupakan dasar
dalam kondisi yang penuh tekanan, cinta kasih, produktif dan optimis dalam
2
Seseorang yang memiliki kecerdasan agresi dalam bentuk kemarahan dan agresi
perasaan dengan tepat, mampu memahami menyakiti orang lain secara fisik.
muncul pertanyaan ”Apakah ada hubungan motorik seperti melukai dan menyakiti
antara kecerdasan emosi dengan perilaku orang lain melalui verbalis, misalnya
suatu tindakan melukai yang disengaja oleh c. Rasa marah, merupakan emosi atau
seseorang atau institusi terhadap orang atau afektif seperti keterbangkitan dan
institusi lain yang disengaja. Myers, (2012) kesiapan psikologis untuk bersikap
perilaku fisik maupun verbal yang bertujuan kesabaran dan tidak mampu mengontrol
empat aspek yaitu agresi fisik, agresi verbal, kognitif seperti perasaan benci dan
3
kehidupan yang dialami tidak adil dan iri untuk memproduksi tingkah laku yang
Krahe (1996, dalam Yudha & untuk menyerang target yang bermacam-
Christine, 2005) membagi tiga kelompok macam terutama sumber dari frustasinya
Meliputi gangguan pengamatan dan meta analisis dari Bushman dan Cooper
tanggapan remaja, gangguan berfikir dan yang dikutip Krahe (1996, dalam Yudha &
Meliputi rasa frustasi dan konsumsi yang terlihat jelas, pengasuhan yang buruk
alkohol. Menurut Baron & Byrne (2004, dan kurangnya dukungan sosial.
dalam Yudha & Christine, 2005) adanya Lingkungan fisik yang berpengaruh
rasa frustasi mendorong sebuah motif kuat terhadap perilaku agresi antara lain suara
4
bising, kualitas udara, temperature, 2. Pengaturan diri, yaitu kemampuan
menjelaskan kecerdasan emosi (Emotional ketrampilan ini akan jauh lebih cepat
memotivasi diri sendiri dan kemampuan diri sendiri dan menguasai diri sendiri,
mengelola emosi dengan baik pada diri dan untuk berkreasi. Seseorang yang
sendiri dan dalam hubungan dengan orang memiliki ketrampilan ini cenderung jauh
diri sendiri dari waktu ke waktu. Orang apa yang dibutuhkan atau dikehendaki
5
yang hebat dalam ketrampilan ini akan langsung yaitu melalui perantara
sukses dalam bidang apa pun yang misalnya media massa baik cetak
dapat secara perorangan, secara moment diperoleh nilai (r) sebesar -0,618
kelompok, antara individu dengan sig = 0,000; p < 0,01, hasil tersebut
sebaliknya, juga dapat bersifat tidak sangat signifikan antara kecerdasan emosi
6
dengan perilaku agresi. Nilai (r) negatif sama pula yaitu ada hubungan negatif antara
menunjukkan arah kedua variabel yang kecerdasan emosi dengan perilaku agresi
negatif, yaitu semakin tinggi kecerdasan pada remaja awal pendukung Persija.
emosi maka akan semakin rendah perilaku Hasil penelitian ini didukung dengan
kecerdasan emosi maka semakin tinggi kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk
perilaku agresi. Nilai signifikansi dibawah mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan
0,01 dalam penelitian ini menunjukkan orang lain, kemampuan memotivasi diri
hubungan antara variabel kecerdasan emosi sendiri dan kemampuan mengelola emosi
dan perilaku agresi adalah hubungan yang dengan baik pada diri sendiri dan dalam
signifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan dengan orang lain (Nggermanto,
hubungan negatif antara kecerdasan emosi menyesuaikan diri dengan suasana hati
dengan perilaku agresi remaja” dapat individu yang lain, orang tersebut akan
Hasil ini sesuai dengan hasil dan akan lebih mudah menyesuaikan diri
penelitian dari Masoumeh dkk (2014) pada dalam pergaulan sosial serta lingkungannya.
remaja di Teheran, Iran yang hasilnya ada Dengan kecerdasan emosional seseorang
hubungan negatif antara kecerdasan emosi mampu menempatkan emosi secara tepat,
dengan perilaku agresi pada remaja di memilah kepuasan dan mengatur suasana
Teheran. Selain itu, Pratama (2010) yang hati. Selain itu Palmer (dalam Masum &
melakukan penelitian pada remaja awal Khan, 2014) mengatakan bahwa kecerdasan
pendukung Persija mendapatkan hasil yang emosional yang tinggi adalah salah satu
7
faktor penentu kepuasan hidup yang pada subyek terdapat 41 subyek dengan
akhirnya akan menekan tingkat perilaku prosentase 82% termasuk ke dalam kategori
emosi merupakan salah satu faktor yang Artinya 1,8% remaja di dukuh Pengkol yang
mempengaruhi perilaku agresi. Hal ini dapat memiliki kecerdasan emosi tinggi cenderung
dilihat dari hasil analisis diketahui koefisien lebih baik dalam menilai emosi diri sendiri
determinasi = 0,381 yang menunjukkan dan orang lain, serta mampu mengolah
sebesar 38,1%, dengan demikian masih Hal ini sesuai dengan dimensi
terdapat 61,9% faktor-faktor lain yang kecerdasan emosi yang dikembangkan oleh
mempengaruhi perilaku agresi remaja. Salovey & Mayer dalam Respati dkk (2007),
Faktor-faktor lainnya seperti jenis kelamin, bahwa kecerdasan emosional yang tinggi
rasa frustasi, konsumsi alkohol, dan faktor berarti memiliki kemampuan untuk merasa,
lingkungan yang terdiri dari lingkungan menilai, dan mengekspresikan emosi secara
sosial dan lingkungan fisik (Krahe 1996, akurat dan adaptif, memiliki kemampuan
dalam Yudha & Christine, 2005). untuk mengenal dan memahami emosi,
skor skala kecerdasan emosi memiliki rerata perasaan ketika aktivitas kognitif dan
empirik sebesar 82,54 dan rerata hipotetik melakukan penyesuaian serta memiliki
sebesar 77,5 yang berarti kecerdasan emosi kemampuan untuk mengatur emosi diri
8
Sebagian besar remaja didukuh kategori rendah dan juga terdapat 23 subyek
pengkol berada pada kategori kecerdasan memiliki presentase 46% termasuk kedalam
emosi sedang yaitu sebesar 82%. kategori sangat rendah. Hal ini menunjukkan
Kecerdasan emosi sedang artinya sebagian bahwa sebagian dari remaja didukuh
besar remaja di dukuh Pengkol mampu dan Pengkol memiliki tingkat perilaku agresi
memiliki ketrampilan yang berhubungan yang rendah dan hampir sebagian lainnya
dengan keakuratan penilaian tentang emosi memiliki tingkat perilaku agresi yang sangat
diri sendiri dan orang lain serta mampu rendah sehingga hal ini menunjukkan bahwa
mengolah perasaan untuk memotivasi dan remaja di dukuh Pengkol mampu mengelola
meraih tujuan kehidupan namun tidak sebaik emosinya sehingga tindakan yang dilakukan
remaja yang memiliki kecerdasan emosi tidak menyakiti maupun melukai fisik
tinggi. Remaja yang memiliki kecerdasan ataupun psikis orang lain. Yusuf dalam
emosi sedang masih mengalami proses menyatakan bahwa, seseorang yang mampu
transisi atau dalam menilai emosi diri sendiri mengelola emosi yaitu 1) bersikap toleran
dan orang lain dalam situasi tertentu dapat terhadap frustasi dan mampu mengelola
akurat walaupun belum sepenuhnya baik amarah dengan baik, 2) lebih mampu
dibandingkan dengan remaja yang memiliki mengungkapkan amarah dengan tepat tanpa
kecerdasan emosi tinggi (Salovey & Mayer berkelahi, 3) dapat mengendalikan perilaku
dalam Respati dkk, 2007). agresif yang merusak diri sendiri dan orang
perilaku agresi remaja dukuh Pengkol tentang diri sendiri, sekolah dan keluarga, 5)
9
mengurangi rasa kesepian dan cemas dalam dengan perilaku agresi. Semakin tinggi
penelitian terbatas sehingga diharapkan pada emosi remaja maka semakin tinggi
Disamping itu alat ukur atau alat terhadap perilaku sebesar 38,1%,
pengumpulan data yang digunakan hanya dengan demikian masih terdapat 61,9%
menggunakan skala sehingga belum mampu sisanya dipengaruhi oleh variabel lain
kepribadian secara mendalam. Oleh karena agresi selain variabel kecerdasan emosi.
itu untuk penelitian selanjutnya perlu Seperti kelamin, rasa frustasi, konsumsi
data lain, misalnya wawancara secara terdiri dari lingkungan sosial dan
10
diuraikan, maka terdapat beberapa saran dengan anak dan selalu tenang dalam
Berdasarkan hasil penelitian ini, remaja Peneliti lain yang tertarik untuk
dari kategori rendah menjadi kategori sangat diharapkan menyertakan variabel atau
rendah dengan cara lebih meningkatkan lagi faktor-faktor lain yang mempengaruhi
tingkat kecerdasan emosinya. Meningkatkan perilaku agresi, seperti jenis kelamin, rasa
kecerdasan emosi bisa dilakukan dengan frustasi, konsumsi alkohol, dan faktor
cara memahami apa penyebab dari lingkungan yang terdiri dari lingkungan
timbulnya emosi, berusaha mengendalikan sosial dan lingkungan fisik. Selain itu
emosi dalam situasi apapun, selalu optimis jumlah populasi yang menjadi subyek
dengan apa yang lakukan, peka terhadap penelitian ini terbatas sehingga diharapkan
perasaan orang lain dan bisa bekerja sama pada penelitian-penelitian selanjutnya
11
Emosi untuk Mencapai Puncak Tridhonanto, A. (2009). Melejitkan
Prestasi. Jakarta: PT Gramedia Kecerdasan Emosi (EQ) Buah Hati.
Pustaka Utama.. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Ifham, A., & Helmi, F. A. (2002). Hubungan Trisnawati, J., Nauli, A. F., & Agrina.
Kecerdasan Emosi Dengan (2014). Faktor-Faktor yang
Kewirausahaan Pada Mahasiswa. Mempengaruhi Perilaku Agresif
Jurnal Psikologi No. 2, 89-111. Remaja di SMK Negeri 2 Pekanbaru.
Jom Psik Vol. 1 No. 2, 1-9.
Masoumeh, H., Mansor, M. B., Yaacob, S.
N., Abu Thalib, M., & Sara, G. Yudha, P. T., & Christine. (2005).
(2014). Emotional Intelligence and Hubungan Antara Kesesakan dan
Aggression Among Adolescents in Konsep Diri Dengan Intensi Perilaku
Teheran, Iran. Life Science Journal Agresi: Studi Pada Remaja di
11 (5), 506-511. Pemukiman Kumuh Kelurahan
Angke Jakarta Barat. Jurnal
Masum, R., & Khan, I. (2014). Examining Psikologi Vol. 3 No. 1, 24-43
the Relationship between Emotional
Intelligence and Aggression among
Undergraduate Students of Karachi.
Educational Research International
3(3), 36-41.
12