Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN

PERILAKU AGRESI REMAJA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Diajukan oleh :

RINA SETIAWATI

F100110056

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN
PERILAKU AGRESI REMAJA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Disusun oleh :

RINA SETIAWATI

F100110056

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

ii
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PERILAKU
AGRESI REMAJA

Rina Setiawati
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAKSI

Remaja seringkali kurang mampu dalam mengontrol emosi sehingga sering


menyebabkan terjadinya perilaku agresi, namun dengan kecerdasan emosi diharapkan
remaja dapat menempatkan emosi secara tepat dan mengatur suasana hati sehingga
dapat mengurangi perilaku agresi pada remaja. Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi yang dilakukan peneliti, rendahnya kecerdasan emosi pada remaja dapat
mengakibatkan remaja melakukan perilaku agresi seperti, agresi fisik (memukul,
menampar) dan agresi verbal (berbicara menggunakan bahasa binatang). Penelitian
ini bertujuan untuk 1) mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan
perilaku agresi, 2) mengetahui peran kecerdasan emosi terhadap perilaku agresi, 3)
mengetahui tingkat kecerdasan emosi, 4) mengetahui tingkat perilaku agresi. Populasi
dalam penelitian ini adalah remaja didukuh pengkol dengan rentang usia antara 13-21
tahun.
Dalam penelitian ini menggunakan penelitian populasi, dengan jumlah subyek
sebanyak 50 orang. Metode dalam penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan alat ukur skala. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah korelasi Product Moment dari person.
Berdasarkan hasil analisi data diperoleh nilai (r) sebesar -0,618 dengan sig =
0,000; p <0,01, sehingga hipotesis yang diajukan diterima, dapat dikatakan ada
hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dengan perilaku
agresi. Sumbangan efektif kecerdasan emosi dengan perilaku agresi 38,1%, dan
sisanya 61,9% dipengaruhi oleh variabel lain. Kecerdasan emosi termasuk kedalam
kategori sedang dengan rerata empirik sebesar 82,54 dan rerata hipotetik sebesar
77,5. Tingkat perilaku agresi termasuk kedalam kategori rendah dengan rerata
empirik sebesar 45,36 dan rerata hipotetik sebesar 70.

Kata Kunci : kecerdasan emosi, perilaku agresi

v
PENDAHULUAN meluapkan kelebihan energinya ke arah

Remaja adalah masa peralihan dari yang negatif seperti perilaku agresi.

masa kanak-kanak ke masa dewasa. Sebagai generasi, masa depan bangsa

Berbagai perubahan terjadi pada remaja baik dan negara berada di pundaknya, remaja

itu perubahan fisik maupun psikis yang diharapkan dapat mengisi masa remajanya

menuntut remaja untuk bisa menyesuaikan dengan hal-hal yang menunjang masa

diri. Pada masa ini, remaja mengalami depannya dan tidak seharusnya melakukan

perkembangan mencapai kematangan fisik, tindakan-tindakan yang sebaliknya.

mental, sosial dan emosional. Berita-berita yang ditayangkan dan

Ciri-ciri masa remaja awal menurut dimuat dalam berbagai media memberikan

Al-Mighwar (2011), tidak stabilnya emosi, gambaran adanya peningkatan perilaku

lebih menonjolnya sikap dan moral, mulai agresi pada remaja. Berkowitz (Sarwono &

sempurnanya kemampuan mental dan Meinarno, 2009) menyatakan agresi

kecerdasan, membingungkannya status, merupakan suatu tindakan melukai yang

banyaknya masalah yang dihadapi dan masa disengaja oleh seseorang atau institusi

yang kritis. terhadap orang atau institusi lain yang

Remaja identik dengan energi yang disengaja.

berlebih. Energi ini harus disalurkan pada Goleman menjelaskan kecerdasan

jalur yang benar. Bila aktivitas-aktivitas di emosi (Emotional Intelligence) adalah

sekolah maupun lingkungan sosial tidak kemampuan untuk mengenali perasaan diri

memadai untuk memenuhi tuntutan gejolak sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan

energinya, maka sering kali remaja memotivasi diri sendiri dan kemampuan

mengelola emosi dengan baik pada diri

1
sendiri dan dalam hubungan dengan orang kontrol emosi dan memunculkan tindak

lain (Nggermanto, 2008). Apabila seseorang kekerasan. Di satu sisi kecerdasan emosional

pandai menyesuaikan diri dengan suasana dapat membantu seseorang dalam

hati individu yang lain, orang tersebut akan mengurangi munculnya tindak kekerasan.

memiliki tingkat emosionalitas yang baik Kemampuan untuk mengendalikan dan

dan akan lebih mudah menyesuaikan diri mengontrol emosi dengan baik serta adanya

dalam pergaulan sosial serta lingkungannya. rasa saling menghormati dan menghargai

Dengan kecerdasan emosional seseorang antara sesama manusia atau sesama warga

mampu menempatkan emosi secara tepat, negara, akan mewujudkan situasi yang

memilah kepuasan dan mengatur suasana aman, tertib, dan damai.

hati. Kecerdasan emosional diperlukan

Menurut Goleman koordinasi agar seseorang dalam menghadapi suatu

suasana hati adalah inti dari hubungan sosial masalah yang dapat menimbulkan tekanan,

yang baik (Tridhonanto, 2009). Sehingga dapat mengendalikan emosi. Kecerdasan

apabila seseorang pandai menyesuaikan diri emosional akan membuat perbedaan dalam

dengan suasana hati individu yang lain, memberikan tanggapan terhadap konflik,

orang tersebut akan memiliki tingkat ketidakpastian serta stres. Kecerdasan

emosional yang baik dan akan lebih mudah emosional diperlukan untuk mengatasi

menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial masalah kehidupan dan merupakan dasar

serta lingkungannya. penting untuk menjadi manusia yang penuh

Beberapa uraian di atas, bahwa tanggung jawab, penuh perhatian, penuh

dalam kondisi yang penuh tekanan, cinta kasih, produktif dan optimis dalam

kemungkinan seseorang dapat kehilangan menghadapi dan menyelesaikan masalah.

2
Seseorang yang memiliki kecerdasan agresi dalam bentuk kemarahan dan agresi

emosional yang tinggi mempunyai dalam bentuk kebencian.

kemampuan untuk menerima kelebihan dan a. Agresi fisik, merupakan komponen

kekurangan, mampu mengekspresikan perilaku motorik, seperti melukai dan

perasaan dengan tepat, mampu memahami menyakiti orang lain secara fisik.

diri sendiri, serta mampu mengelola emosi Misalnya memukul, menyerang,

dalam menghadapi peristiwa sehari-hari. menendang atau membakar.

Berdasarkan uraian di atas maka b. Agresi verbal, merupakan komponen

muncul pertanyaan ”Apakah ada hubungan motorik seperti melukai dan menyakiti

antara kecerdasan emosi dengan perilaku orang lain melalui verbalis, misalnya

agresi?”. berdebat menunjukkan ketidak sukaan

Berkowitz (Sarwono & Meinarno, atau ketidaksetujuan, menyebar gossip

2009) menyatakan bahwa agresi merupakan dan kadang bersikap sarkastis.

suatu tindakan melukai yang disengaja oleh c. Rasa marah, merupakan emosi atau

seseorang atau institusi terhadap orang atau afektif seperti keterbangkitan dan

institusi lain yang disengaja. Myers, (2012) kesiapan psikologis untuk bersikap

menyatakan bahwa agresi merupakan agresif. Misalkan mudah kesal, hilang

perilaku fisik maupun verbal yang bertujuan kesabaran dan tidak mampu mengontrol

untuk menyakiti orang lain. rasa marah

Buss dan Perry (1992) d. Sikap permusuhan, merupakan

mengelompokkan perilaku agresi kedalam perwakilan dari komponen perilaku

empat aspek yaitu agresi fisik, agresi verbal, kognitif seperti perasaan benci dan

curiga pada orang lain, merasa

3
kehidupan yang dialami tidak adil dan iri untuk memproduksi tingkah laku yang

hati. sifatnya melukai. Dorongan ini diarahkan

Krahe (1996, dalam Yudha & untuk menyerang target yang bermacam-

Christine, 2005) membagi tiga kelompok macam terutama sumber dari frustasinya

faktor yang mempengaruhi perilaku agresi. tersebut. Konsumsi alkohol juga

Tiga faktor tersebut adalah: berpengaruh pada munculnya perilaku

a. Faktor personal, agresi. Hal ini dibuktikan oleh penelitian

Meliputi gangguan pengamatan dan meta analisis dari Bushman dan Cooper

tanggapan remaja, gangguan berfikir dan yang dikutip Krahe (1996, dalam Yudha &

intelegency remaja, serta gangguan Christine, 2005).

perasaan/emosional remaja (Kartono, 2011 c. Faktor Lingkungan

dalam Trisnawati dkk, 2014). Gangguan Faktor lingkungan terdiri dari

perasaan/emosional bila disertai dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik.

frustasi dan provokasi, menyebabkan Faktor dari lingkungan sosial yang

terjadinya proses penyaluran energi negatif berpengaruh terhadap agresifitas seperti

berupa dorongan agresi yang akan kemiskinan, tinggal di lingkungan

mempengaruhi perilaku remaja (Guswani berbahaya, teman sebaya yang

& Kawuryan, 2011) menyimpang, kurangnya area rekreasi yang

b. Faktor situasional aman bagi anak-anak kekerasan pada media

Meliputi rasa frustasi dan konsumsi yang terlihat jelas, pengasuhan yang buruk

alkohol. Menurut Baron & Byrne (2004, dan kurangnya dukungan sosial.

dalam Yudha & Christine, 2005) adanya Lingkungan fisik yang berpengaruh

rasa frustasi mendorong sebuah motif kuat terhadap perilaku agresi antara lain suara

4
bising, kualitas udara, temperature, 2. Pengaturan diri, yaitu kemampuan

kerumunan, kepadatan dan kesesakan untuk menangani perasaan agar

(Yudha & Christine, 2005). perasaan dapat terungkap dengan tepat.

Goleman (Nggermanto, 2008) Seseorang yang pintar dalam

menjelaskan kecerdasan emosi (Emotional ketrampilan ini akan jauh lebih cepat

Intelligence) adalah kemampuan untuk bangkit dari kemerosotan dan kejatuhan

mengenali perasaan kita sendiri dan dalam kehidupan.

perasaan orang lain, kemampuan 3. Motivasi, kemampuan untuk memotivasi

memotivasi diri sendiri dan kemampuan diri sendiri dan menguasai diri sendiri,

mengelola emosi dengan baik pada diri dan untuk berkreasi. Seseorang yang

sendiri dan dalam hubungan dengan orang memiliki ketrampilan ini cenderung jauh

lain. lebih produktif dan efektif dalam

Goleman (2001) dalam risetnya mengerjakan sesuatu hal apa pun.

mengenai kecerdasan emosi menemukan 4. Empati, adalah kemampuan untuk

lima komponen pendukung kecerdasan memahami perasaan orang lain.

emosi ; Seseorang yang empati lebih mampu

1. Kesadaran diri, merupakan kemampuan menangkap sinyal-sinyal sosial yang

seseorang untuk mengenali perasaan tersembunyi yang mengisyaratkan apa-

diri sendiri dari waktu ke waktu. Orang apa yang dibutuhkan atau dikehendaki

yang memiliki keyakinan yang lebih orang lain.

tentang perasaannya merupakan 5. Keterampilan sosial, membina

pengemudi yang handal bagi kehidupan hubungan merupakan ketrampilan

mereka. mengelola emosi orang lain. Seseorang

5
yang hebat dalam ketrampilan ini akan langsung yaitu melalui perantara

sukses dalam bidang apa pun yang misalnya media massa baik cetak

mengandalkan pergaulan yang mulus maupun elektronik serta informasi yang

dengan orang lain. canggih lewat jasa internet.

Goleman (dalam Ifham & Helmi,


METODE PENELITIAN
2002) menyebutkan faktor-faktor yang
Populasi dalam penelitian ini adalah
mempengaruhi kecerdasan emosi adalah:
seluruh remaja perempuan dan laki-laki di
a. Faktor internal, merupakan faktor yang
dukuh Pengkol desa Wadunggetas, dengan
timbul dari dalam individu yang
rentang usia antara 13 sampai 21 tahun yang
dipengaruhi oleh keadaan otak
berjumlah 50 responden. Dalam penelitian
emosional seseorang, otak emosional
ini menggunakan penelitian populasi, karena
dipengaruhi oleh keadaan amigdala,
jumlah populasi kurang dari 100 orang.
neokorteks system limbic, lobus
Metode pengumpulan data menggunakan
prefrontal dan hal-hal lain yang berada
skala kecerdasan emosi dan perilaku agresi.
pada otak emosional.
Teknik analisis data menggunakan korelasi
b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang
product moment.
datang dari luar individu dan

mempengaruhi atau mengubah sikap. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh luar yang bersifat individu Berdasarkan hasil analisis product

dapat secara perorangan, secara moment diperoleh nilai (r) sebesar -0,618

kelompok, antara individu dengan sig = 0,000; p < 0,01, hasil tersebut

mempengaruhi kelompok atau menunjukkan ada hubungan negatif yang

sebaliknya, juga dapat bersifat tidak sangat signifikan antara kecerdasan emosi

6
dengan perilaku agresi. Nilai (r) negatif sama pula yaitu ada hubungan negatif antara

menunjukkan arah kedua variabel yang kecerdasan emosi dengan perilaku agresi

negatif, yaitu semakin tinggi kecerdasan pada remaja awal pendukung Persija.

emosi maka akan semakin rendah perilaku Hasil penelitian ini didukung dengan

agresi. Sebaliknya semakin rendah pendapat Goleman yang menjelaskan bahwa

kecerdasan emosi maka semakin tinggi kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk

perilaku agresi. Nilai signifikansi dibawah mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan

0,01 dalam penelitian ini menunjukkan orang lain, kemampuan memotivasi diri

hubungan antara variabel kecerdasan emosi sendiri dan kemampuan mengelola emosi

dan perilaku agresi adalah hubungan yang dengan baik pada diri sendiri dan dalam

signifikan. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan dengan orang lain (Nggermanto,

bahwa hipotesis yang berbunyi : “Ada 2008). Apabila seseorang pandai

hubungan negatif antara kecerdasan emosi menyesuaikan diri dengan suasana hati

dengan perilaku agresi remaja” dapat individu yang lain, orang tersebut akan

diterima. memiliki tingkat emosionalitas yang baik

Hasil ini sesuai dengan hasil dan akan lebih mudah menyesuaikan diri

penelitian dari Masoumeh dkk (2014) pada dalam pergaulan sosial serta lingkungannya.

remaja di Teheran, Iran yang hasilnya ada Dengan kecerdasan emosional seseorang

hubungan negatif antara kecerdasan emosi mampu menempatkan emosi secara tepat,

dengan perilaku agresi pada remaja di memilah kepuasan dan mengatur suasana

Teheran. Selain itu, Pratama (2010) yang hati. Selain itu Palmer (dalam Masum &

melakukan penelitian pada remaja awal Khan, 2014) mengatakan bahwa kecerdasan

pendukung Persija mendapatkan hasil yang emosional yang tinggi adalah salah satu

7
faktor penentu kepuasan hidup yang pada subyek terdapat 41 subyek dengan

akhirnya akan menekan tingkat perilaku prosentase 82% termasuk ke dalam kategori

agresi. sedang dan 9 subyek memiliki presentase

Dari hasil penelitian, kecerdasan 1,8% termasuk kedalam kategori tinggi.

emosi merupakan salah satu faktor yang Artinya 1,8% remaja di dukuh Pengkol yang

mempengaruhi perilaku agresi. Hal ini dapat memiliki kecerdasan emosi tinggi cenderung

dilihat dari hasil analisis diketahui koefisien lebih baik dalam menilai emosi diri sendiri

determinasi = 0,381 yang menunjukkan dan orang lain, serta mampu mengolah

bahwa variabel kecerdasan emosi perasaan untuk memotivasi dan meraih

mempengaruhi variabel perilaku agresi tujuan kehidupan.

sebesar 38,1%, dengan demikian masih Hal ini sesuai dengan dimensi

terdapat 61,9% faktor-faktor lain yang kecerdasan emosi yang dikembangkan oleh

mempengaruhi perilaku agresi remaja. Salovey & Mayer dalam Respati dkk (2007),

Faktor-faktor lainnya seperti jenis kelamin, bahwa kecerdasan emosional yang tinggi

rasa frustasi, konsumsi alkohol, dan faktor berarti memiliki kemampuan untuk merasa,

lingkungan yang terdiri dari lingkungan menilai, dan mengekspresikan emosi secara

sosial dan lingkungan fisik (Krahe 1996, akurat dan adaptif, memiliki kemampuan

dalam Yudha & Christine, 2005). untuk mengenal dan memahami emosi,

Berdasarkan hasil analisis diketahui memiliki kemampuan untuk mengakses

skor skala kecerdasan emosi memiliki rerata perasaan ketika aktivitas kognitif dan

empirik sebesar 82,54 dan rerata hipotetik melakukan penyesuaian serta memiliki

sebesar 77,5 yang berarti kecerdasan emosi kemampuan untuk mengatur emosi diri

pada subyek tergolong sedang. Dari 50 sendiri dan orang lain.

8
Sebagian besar remaja didukuh kategori rendah dan juga terdapat 23 subyek

pengkol berada pada kategori kecerdasan memiliki presentase 46% termasuk kedalam

emosi sedang yaitu sebesar 82%. kategori sangat rendah. Hal ini menunjukkan

Kecerdasan emosi sedang artinya sebagian bahwa sebagian dari remaja didukuh

besar remaja di dukuh Pengkol mampu dan Pengkol memiliki tingkat perilaku agresi

memiliki ketrampilan yang berhubungan yang rendah dan hampir sebagian lainnya

dengan keakuratan penilaian tentang emosi memiliki tingkat perilaku agresi yang sangat

diri sendiri dan orang lain serta mampu rendah sehingga hal ini menunjukkan bahwa

mengolah perasaan untuk memotivasi dan remaja di dukuh Pengkol mampu mengelola

meraih tujuan kehidupan namun tidak sebaik emosinya sehingga tindakan yang dilakukan

remaja yang memiliki kecerdasan emosi tidak menyakiti maupun melukai fisik

tinggi. Remaja yang memiliki kecerdasan ataupun psikis orang lain. Yusuf dalam

emosi sedang masih mengalami proses menyatakan bahwa, seseorang yang mampu

transisi atau dalam menilai emosi diri sendiri mengelola emosi yaitu 1) bersikap toleran

dan orang lain dalam situasi tertentu dapat terhadap frustasi dan mampu mengelola

akurat walaupun belum sepenuhnya baik amarah dengan baik, 2) lebih mampu

dibandingkan dengan remaja yang memiliki mengungkapkan amarah dengan tepat tanpa

kecerdasan emosi tinggi (Salovey & Mayer berkelahi, 3) dapat mengendalikan perilaku

dalam Respati dkk, 2007). agresif yang merusak diri sendiri dan orang

Adapun hasil penelitian mengenai lain, 4) memiliki perasaan yang positif

perilaku agresi remaja dukuh Pengkol tentang diri sendiri, sekolah dan keluarga, 5)

diketahui dari 50 subyek terdapat 27 subyek memiliki kemampuan untuk mengatasi

berprosentase 54% termasuk ke dalam ketegangan jiwa (stress), 6) dapat

9
mengurangi rasa kesepian dan cemas dalam dengan perilaku agresi. Semakin tinggi

pergaulan. kecerdasan emosi remaja maka akan

Kelemahan penelitian ini adalah semakin rendah perilaku agresinya.

jumlah populasi yang menjadi subyek Sebaliknya semakin rendah kecerdasan

penelitian terbatas sehingga diharapkan pada emosi remaja maka semakin tinggi

penelitian-penelitian selanjutnya jumlah perilaku agresi remaja.

populasi dapat menjadi pertimbangan. 2. Sumbangan efektif kecerdasan emosi

Disamping itu alat ukur atau alat terhadap perilaku sebesar 38,1%,

pengumpulan data yang digunakan hanya dengan demikian masih terdapat 61,9%

menggunakan skala sehingga belum mampu sisanya dipengaruhi oleh variabel lain

mengungkapkan aspek-aspek karakteristik yang dapat mempengaruhi perilaku

kepribadian secara mendalam. Oleh karena agresi selain variabel kecerdasan emosi.

itu untuk penelitian selanjutnya perlu Seperti kelamin, rasa frustasi, konsumsi

melengkapi dengan teknik pengumpulan alkohol, dan faktor lingkungan yang

data lain, misalnya wawancara secara terdiri dari lingkungan sosial dan

mendalam. lingkungan fisik.

KESIMPULAN DAN SARAN 3. Tingkat kecerdasan emosi masuk dalam

A. KESIMPULAN kategori sedang.

Berdasarkan hasil analisis data 4. Tingkat perilaku agresi masuk dalam

penelitian, maka dapat diambil kesimpulan kategori rendah.

sebagai berikut ini : B. SARAN

1. Ada hubungan negatif yang sangat Berdasarkan hasil penelitian,

signifikan antara kecerdasan emosi pembahasan dan kesimpulan yang telah

10
diuraikan, maka terdapat beberapa saran dengan anak dan selalu tenang dalam

sebagai berikut: menghadapi setiap masalah.

1. Bagi subyek 3. Bagi peneliti lain

Berdasarkan hasil penelitian ini, remaja Peneliti lain yang tertarik untuk

dapat menurunkan tingkat perilaku agresi mengadakan penelitian yang sama

dari kategori rendah menjadi kategori sangat diharapkan menyertakan variabel atau

rendah dengan cara lebih meningkatkan lagi faktor-faktor lain yang mempengaruhi

tingkat kecerdasan emosinya. Meningkatkan perilaku agresi, seperti jenis kelamin, rasa

kecerdasan emosi bisa dilakukan dengan frustasi, konsumsi alkohol, dan faktor

cara memahami apa penyebab dari lingkungan yang terdiri dari lingkungan

timbulnya emosi, berusaha mengendalikan sosial dan lingkungan fisik. Selain itu

emosi dalam situasi apapun, selalu optimis jumlah populasi yang menjadi subyek

dengan apa yang lakukan, peka terhadap penelitian ini terbatas sehingga diharapkan

perasaan orang lain dan bisa bekerja sama pada penelitian-penelitian selanjutnya

dalam kelompok. jumlah populasi dapat menjadi

2. Bagi orang tua pertimbangan.

Orang tua dapat membantu putra-putrinya

dalam upaya meningkatkan kecerdasan DAFTAR PUSTAKA

emosi dengan cara memberikan contoh Al-Mighwar, M. (2011). Psikologi Remaja.


Bandung: Pustaka Setia.
secara langsung kepada anak bagaimana
Buss, A. H., & Perry, M. P. (1992). The
cara mengelola emosi dengan baik. aggression questionnaire. Journal of
Personality and Social Psychology,
Misalnya tidak emosional ketika berhadapan
63, 452-459.

Goleman, D. (2001). Working with


Emotional Intelligence, Kecerdasan

11
Emosi untuk Mencapai Puncak Tridhonanto, A. (2009). Melejitkan
Prestasi. Jakarta: PT Gramedia Kecerdasan Emosi (EQ) Buah Hati.
Pustaka Utama.. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Ifham, A., & Helmi, F. A. (2002). Hubungan Trisnawati, J., Nauli, A. F., & Agrina.
Kecerdasan Emosi Dengan (2014). Faktor-Faktor yang
Kewirausahaan Pada Mahasiswa. Mempengaruhi Perilaku Agresif
Jurnal Psikologi No. 2, 89-111. Remaja di SMK Negeri 2 Pekanbaru.
Jom Psik Vol. 1 No. 2, 1-9.
Masoumeh, H., Mansor, M. B., Yaacob, S.
N., Abu Thalib, M., & Sara, G. Yudha, P. T., & Christine. (2005).
(2014). Emotional Intelligence and Hubungan Antara Kesesakan dan
Aggression Among Adolescents in Konsep Diri Dengan Intensi Perilaku
Teheran, Iran. Life Science Journal Agresi: Studi Pada Remaja di
11 (5), 506-511. Pemukiman Kumuh Kelurahan
Angke Jakarta Barat. Jurnal
Masum, R., & Khan, I. (2014). Examining Psikologi Vol. 3 No. 1, 24-43
the Relationship between Emotional
Intelligence and Aggression among
Undergraduate Students of Karachi.
Educational Research International
3(3), 36-41.

Nggermanto, A. (2008). Quantum Quotient,


Kecerdasan Quantum. Bandung:
Nuansa.

Pacheco, N. E., & Berrocal, P. F. (2004).


The Role of Student's Emotional
Intelligence: Emperical Evidence.
Revista Electronica de Investigacion
Educativa Vol. 6, No. 2.

Pratama, A. Y. (2010). Hubungan


Kecerdasan Emosi Dengan
Agresivitas Pada Remaja Awal
Pendukung Persija (The Jak Mania).
Jakarta: Skripsi tidak diterbitkan.

Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A. (2009).


Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.

12

Anda mungkin juga menyukai