LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. U
Umur : 22 Tahun
Agama : Islam
Suku : Tolaki
Pekerjaan : IRT
B. Anamnesis
1. Keluhan utama
Nyeri perut
nyeri perut sejak 2 jam sebelum masuk Rumah sakit. Nyeri perut di
dengan keluar air-air (+), lendir (+), dan darah (-) dari jalan lahir sejak
1
satu hari yang lalu. Keluhan lain seperti demam (-), pusing (-), sesak
nafas (+) kadang dirsakan pasien selama kehamilan, mual (-), muntah
(-), penglihatan kabur (-), BAB dan BAK lancar kesan normal.
pendarahan selama hamil (-). Riwayat haid : pasien haid tiap bulan
dengan interval waktu 28-30 hari dengan lama 4-5 hari. HPHT:
Tanda vital :
Nadi : 92x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Suhu : 36,7o c
Pemeriksaan Fisik :
2
Thorax :
batas normal
Jantung :
Palpasi : Nyeri tekan (-), massa (-), ictus kordis tidak teraba,
thrill (-)
Abdomen :
Pemeriksaan Obstetrik :
Pemeriksaan Luar :
3
L3 : Bagian terendah janin sulit dinilai
= 4.416 gram.
Vulva : DBN
Vagina : DBN
Penurunan : Hodge I
4
D. Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi (29/9/2017) :
Gravid tunggal hidup, usia kehamilan 32 minggu, AFI 25,23 cm, letak kepala,
Ultrasonografi (1/10/2017) :
5
E. Resume
Wanita 22 tahun datang dengan keluhan nyeri perut sejak 2 jam lalu
dengan intensitas sering. Keluhan disertai dengan keluar air-air (+), lendir
(+), dan darah (-) sejak satu hari yang lalu. Sesak nafas kadang dirasakan
hamil tidak pernah. Riwayat haid : Pasien haid tiap bulan dengan interval
waktu 28-30 hari dengan lama 4-5 hari. HPHT: 05/09/2017. TP:
14/06/2018.
Bagian terendah janin sulit dinilai, L4 : Bagian terendah janin belum masuk
PAP , his 3x10 (25”30”25”), DJJ 142x/menit, dan gerakan janin (+)
6
F. Diagnosa Kerja
G. Perencanaan
1. Rencana Diagnostik
- Observasi DJJ
- USG Obstetric
2. Rencana Terapi
H. Follow Up
Minggu, PH0
7
processus xypoideus
PAP
PDV :
darah.
Sabtu, PH2
8
P : 20 x / menit Ampul/12 jam/iv
duodenum
Minggu, PH3
S : 36,5ºC
: lendir (+)
BAB : belum
BAK : lancar
9
A : G1P0A0 gravid preterm (32-33
duodenum
10
14.00- His : 3x10 (30”,30”,35”) RL + oxytocin 5 IU 36
RL + drips oxytocin ½
ampul 40 tpm
Pembukaan : 8 cm
Penurunan : Hodge I
11
7/8, dengan BB : 1850 gram. - Inj. Ketorolac 1 Amp/8
jam/iv
- Inj.Ranitidin 1 Amp/8
jam/iv
N : 80 x/ menit jam/iv
P : 18 x / menit Mobilisasi
S : 36,6ºC
A : Post SC H1 + Polihidramnion +
Bayi : Sp. A :
P : 44 x/menit - Pasang O2
12
SpO2 : 78 % mg /iv
polihidramnion -
P : 18 x/menit SF 2x1
S : 36,5ºC
Verban : kering
A : Post SC H2 + Polihidramnion +
Bayi : Sp. A :
SPO2 : 60 % - Pasang O2
13
A : PH2 susp Atresia duodenum ec mg /iv
mg/iv
N : 80 x/menit SF 2x1
P : 20 x/menit
S : 36,6ºC
Verban : kering
BAK/BAB : dbn
A : Post SC H3 + Polihidramnion +
Bayi : Sp. A :
SPO2 : 80 % - Pasang O2
14
A: PH3 susp atresia duodenum ec mg /iv
mg/iv
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
ibupda awal trimester kedua cairan ini terutama terdiriatas cairan ektraseluler
difusi ini dan cairan amnion terdiri dari urin janin. Ginjal janin mulai
memproduksi urin pada usi gestasi 12 minggu dan pada usia 18 minggu
aterm. Jumlah normal cairan amnion pada kehamilan sekita 1000-1500 ml.
kehamilan.. Tidak ada variabel umur yang dikenali. Pada kehamilan yang
dari trauma. Cairan ini juga mempertahankan suhu dan memiliki fungsi nutrisi
16
sirkulasi air ketuban oleh karena beberapa sebab dapat menimbulkan
hidramnion, yaitu malformasi janin terutama sisitim saraf pusat dan saluran
maupun kronik.
B. Cairan Ketuban
1. Definisi
kantung janin. Cairan amnion diproduksi oleh buah kehamilan, yaitu sel-
yaitu air seni janin. Sejak usia kehamilan 12 minggu, janin mulai minum
air ketuban dan mengeluarkannya kembalidalam bentuk air seni. Jadi ada
normalnya berwarna putih, agak keruh serta mempunyai bau yang khas
agak amis dan manis. Cairan ini mempunyai berat jenis 1,008 yang seiring
Dua belas hari setelah ovum dibuahi, terbentuk suatu celah yang
17
dengan body stalk kemudian dengan korion yang akhirnya menbentuk
selaput.
utama dari membran khorion yang terdiri atas sel-sel fibroblast dan sel
sebagai makrofag.
18
f. Lapisan amnion, merupakan lapisan bagian dalam selaput ketuban serta
ini guna menyiapkan tempat untuk nidasi dari embrio. Sel yang mengalami
perubahan ini disebut Sel decidua. Setelah proses nidasi, bagian sel
desidua yang menutupi lapisan atas dari kantong khorionik disebut lapisan
pertama, kantong khorion akan memenuhi seluruh rongga kavum uteri dan
19
khorion amnion (selaput ketuban). Selaput ketuban merupakan membran
yang avaskuler tetapi secara aktif terlibat dalam pengaturan jumlah cairan
berasal dari lanugo, selepitel dan material sebasea. Volume cairan amnion
pada keadaan aterm adalah 800 ml, atau antara 400 ml-1500 ml dalam
ml, dan kehamilan 20 minggu 300 ml, 30 minggu 600 ml. Pada kehamilan
sendiri.6,7
awal, cairan amnion sebagian besar diproduksi oleh sekresi epitel selaput
didominasi oleh kulit janin dengan cara difusi membran. Pada kehamilan
20
Pada kehamilan aterm, sekitar 500 ml per hari cairan amnion
disekresikan dari urin janin dan 200 ml berasal dari cairan trakea. Pada
kehamilan posterm jumlah cairan amnion hanya 100 sampai 200 ml atau
kurang.7
Pada saat ini, batas normalnya adalah 400-2100 ml. Volume air ketuban
kemungkinan tali pusat terjepit antara bagan bayi dan dinding rahim
21
meningkat tatkala air ketuban sedikt.hal ini akan menimbulkan gawat janin
difusi dua arah antara janin dan cairan amnion. Pada usia kehamilan 8
ruang bagi janin yntuk bergerak, tumbuh meratakan tekanan uterus pada
patogen tertentu. Cairan amnion adalah 98% air dan elektrolit, protein,
Ada beragam fungsi cairan ketuban, antara lain sebagai bantalan atau
peredam atau pelindung yang menjaga janin terhadap benturan dari luar.
22
Cairan ketuban juga memungkinkan janin leluasa bergerak sekaligus
tumbuh bebas ke segala arah. Selain itu sebagai benteng terhadap kuman
dari luar tubuh ibu dan menjaga kestabilan suhu tubuh janin. Cairan
amniosintesis.7
a. Urin Janin
sekali, dam melaporkan bahwa produksi urin janin adalah sekitar 230
b. Cairan Paru
400 ml/hari, dimana 50% dari produksi tersebut ditelan kembali dan
23
dan keluar melalui trakea, paru-paru dan mulut. Jadi jelas bahwa paru-
c. Gerakan Menelan
glukosa aktif, sebagian cairan amnion yang ditelan diabsorbsi, dan yang
tidak diabsorbsi akan dikeluarkan melalui kolon bawah. Tidak jelas apa
diduga saraf janin yang analog dengan rasa haus, lambung yang kosong
penyebab.4
Proses menelan pada janin ini mempunyai efek yang sedikit terhadap
cairan amnion secara substansial diatur oleh proses menelan oleh janin
Pada janin yang aterm proses menelan berjumlah 200 – 760 ml per hari
24
Cairan amnion yang ditelan oleh janin memberikan kontribusi kalori
janin.4
d. Absorbsi Intramembran
ketuban, yaitu :
25
berpengalaman, tetapi metode ini telah terbukti tidak mungkin
dan Platt pada tahun 1981 sebagai bagian penilaian bioprofile janin.
cairan amnion yang bebas tali pusat dinilai dengan probe USG tegak
pool.
AFI disarankan oleh phelan pada tahun 1987, cara ini didasarkan
bahwa empat kantong lebih baik daripada satu kantong. AFI adalah
setiap kuadran, probe USG ditahan di aksis longitudinal ibu dan tegak
26
diklasifikasikan sebagai oligohidramnion dan AFI >25 cm
AFI :
3) Posisi probe sagital terhadap tubuh ibu dan tegak lurus terhadap
lantai
pengukuran area harus bebas tali pusat dan bagian organ janin.
didapatkan nilai AFI. Bila didapatkan nilai AFI kurang dari 8 cm,
C. Polihidramnion
1. Definisi
berupa kelebihan cairan ketuban dalam kantung ketuban. Hal ini biasanya
didiagnosis jika indeks cairan amnion (AFI) dari pemeriksaan USG lebih
27
besar dari 25 cm, atau satu kantung >8 cm atau lebih dari persentil 95%
sesuai dengan usia kehamilan. Di mana volume dari air ketuban > 2000
2. Epidemiologi
Sebuah studi retrospektif tentang hasil USG pasien yang datang ke klinik
polihidramnion.3,9
kehamilan. PMR pada pasien dengan volume cairan normal adalah 1,97
kematian per 1000 pasien. PMR meningkat menjadi 4,12 kematian per
1000 pasien dengan polihidramnion, dan 56,5 kematian per 1000 pasien
dengan oligohidramnion.3,9
yang terkait dalam bentuk yang lebih parah akibat polihidramnion. Dalam
28
kardiovaskular (22%), atau sistem genitourinaria (13%). Pada kasus-kasus
diabetes pada ibu, dan 8,5% sisanya karena penyebab lain. Namun,
setidaknya 50% dari pasien tidak memiliki faktor resiko yang terkait.3,9
3. Etiologi
amnion berlebihan bisa diketahui dalam beberapa kondisi klinis dan tidak
1. Idiopatik ,
menelan
8. Sindrom akinesia janin dengan tidak adanya proses menelan pada janin.
29
4. Patomekanisme
Integrasi dari aliran cairan yang masuk dan keluar dari kantung ketuban
bervariasi pada setiap kehamilan. Variasi dalam cairan tubuh janin atau
menelan, dan sekresi paru-paru. Selama trimester terakhir, output urin setara
sekitar 30 persen dari berat badan janin, proses menelan sekitar 20 sampai 25
kompartemen ibu) mewakili sekitar <1 persen dari berat badan janin. Janin
yang hampir cukup bulan mengeluarkan 500-1200 mLurin dan menelan 210-
760 ml cairan ketuban setiap hari. Jadi, perubahan harian yang relatif kecil
dalam produksi urin janin atau proses menelan dapat menyebabkan perubahan
urine janin.11
30
5. Gejala klinik
yang diberikan dalam uterus dan pada organ terdekat. Tanda-tanda yang
dilakukan
4. Gangguan pencernaan
5. Edema
sering berangsung secara akut dengan gejala nyeri abdomen akut dan rasa
7. Kulit abdomen mengkilat dan edematous disertai striae yang masih baru
31
Gambar 2.2: Abdomen ibu dengan polihidramnion
6. Diagnosis
1. Pemeriksaan Fisis4,11
trakeoesofageal).
32
2. Laboratorium4,11
a. Tes toleransi glukosa untuk ibu yang dengan diabetes mellitus tipe 2
b. Tes hidrops janin: Jika adanya hidrops janin, imunologi dan infeksi
sifilis
dan parvovirus
3. Ultrasonografi4,11
33
terbesar diukur dalam sentimeter dan volume total dihitung dengan
mengalikan tingkat ini dengan 4. Hal ini dikenal sebagai Amnion Fluid
Index (AFI). Polihidramnion didefinisikan sebagai AFI lebih dari 20cm atau
AFI adalah salah satu dari lima cara untuk menilai komponen dari
profil biofisik (tes non-invasif yang dapat mendeteksi ada atau tidak adanya
pada anencephaly, trisomi 18, trisomi 21, distrofi otot, dan displasia
tulang.
d. Lingkar perut besar yang abnormal dapat diamati dengan ascites dan
hidrop janin.
tidak terkontrol.
34
f. Menilai kecepatan aliran darah pada arteri serebral anterior janin untuk
7. Penatalaksanaan
pemeriksaan rahim dan bedrest sampai cukup bulan. Scan ultrasound serial
35
harus dipertahankan. Hal ini biasanya dilakukan dengan manipulasi diet
a. Terapi Medikamentosa
Mekanisme aksi menjadi efek pada produksi urin oleh ginjal janin,
ini.
36
harus dikontrol, dilakukan oleh dokter kandungan dan dengan
8. Komplikasi
a. Persalinan prematur
melahirkan
37
Semakin besar jumlah cairan ketuban yang berlebihan, semakin
9. Prognosis
D. Atresia Duodenum
1. Definisi
penyempitan usus terjadi secara parsial, maka kondisi ini disebut dengan
doudenal stenosis.13
2. Etiologi
38
anomali ini disebabkan karena gangguan yang dialami pada awal kehamilan.
3. Epidemiologi
Lebih dari 50 persen kasus disertai dengan kelainan bawaan lain, dan 30
jumlahnya lebih dari normal, atau disebut juga polihidramnion. Dari USG,
39
yaitu suatu gambaran yang memperlihatkan kondisi lambung dan duodenum
4. Patofisiologi
Duodenum dibentuk dari bagian akhir foregut dan bagian sefalik midgut.
Selama minggu ke 5-6 lumen tersumbat oleh proliferasi sel dindingnya dan
vakuolisasi. Pada proses ini sel akan mengalami proses apoptosis yang
40
Keadaan ini yang mempengaruhi proses menelan janin. Proses
menelan pada janin dimulai dari minggu ke 10 sampai minggu 12, dengan
sebagian cairan amnion yang ditelan diabsorbsi, dan yang tidak diabsorbsi
akan dikeluarkan melalui kolon bawah. Tidak jelas apa yang merangsang
janin untuk melakukan proses menelan ini, tetapi diduga saraf janin yang
analog dengan rasa haus, lambung yang kosong dan perubahan pada
5. Gejala Klinis
pasien dapat timbul gejala dalam beberapa jam hingga beberapa hari
(biliosa). Akan tetapi pada 15% kasus, muntah yang timbul yaitu non-
lokasi obstruksi. Jika atresia diatas papila, maka jarang terjadi. Apabila
obstruksi pada bagian usus yang tinggi, maka muntah akan berwarna
41
kuning atau seperti susu yang mengental. Apabila pada usus yang
lebih distal, maka muntah akan berbau dan nampak adanya fekal.
Apabila anak terus menerus muntah pada hari pertama kelahiran ketika
Apabila kondisi anak tidak ditangani dengan cepat, maka anak akan
bermakna.13,14
gastrik dengan ukuran lebih dari 30 ml. Pada neonatus sehat, biasanya
aspirasi gastrik berukuran kurang dari 5 ml. Aspirasi gastrik ini dapat
42
beberapa anak, mengalami demam. Kondisi ini disebabkan karena pasien
distensi ini tidak selalu ada, tergantung pada level atresia dan lamaya pasien
muntah. Pada kasus lain, distensi tidak nampak sampai neonatus berusia
24-48 jam, tergantung pada jumlah susu yang dikonsumsi neonatus dan
Pada beberapa neonatus, distensi bisa sangat besar setelah hari ke tiga
sampai hari ke empat, kondisi ini terjadi karena ruptur lambung atau usus
dinding perut.14
6. Pemeriksaan Penunjang
postnatal.
43
Prenatal
dengan melihat adanya struktur yang terisi dua cairan dengan gambaran
double bubble pada 44% kasus. Sebagian besar kasus atresia duodenum
Postnatal
umum.13
tanpa gas pada distal dari usus. Pada sisi kiri proksimal dari usus nampak
44
gambaran gambaran lambung yang terisi cairan dan udara dan terdapat
double-bubble.15,16
7. Terapi
preoperatif ini dilakukan mulai dari pasien lahir. Sebagian besar pasien
lahir yang sangat rendah, CHD, dan penyakit pada respirasi. Sebaiknya
45
Tata Laksana Intraoperatif
syndrome.13,15,16
secara tranversal dan distal secara longitudinal. Melalui teknik ini akan
46
Untuk open duodenoduodenostomi, dapat dilakukan insisi secara
dimulai kurang lebih 2 cm diatas umbilikus dari garis tengah dan meluas
diinsersikan dua instrument. Satu pada kuadran kanan bayi, dan satu pada
dengan jahitan secara interrupted, akan tetapi teknik ini memerlukan banyak
47
dengan menggunakan nitinol U-clips untuk membuat
konvensional.14,15
menetap.15
untuk memberi suplai nutrisi serta tidak ditoleransi oleh pasien. Semua
Kondisi ini terjadi karena peristaltik yang tidak efektif atau distensi
48
8. Prognosis
49
BAB III
PEMBAHASAN
bagian bawah sejak 4 hari SMR, di rasakan tembus ke belakang dengan intensitas
sering. Keluhan disertai dengan keluar air-air (+), lendir (+), dan darah (+) sejak
pukul 02.00 subuh. Sesak nafas kadang dirasakan pasien selama kehamilan.. Hal
ini sesuai dengan manifestasi klinis pasien hidramnion dimana gejala diakibatkan
oleh tekanan yangdikeluarkan dalam uterus yang overdistensi dan pada organ di
dekatnya sehingga pasienmengeluh perut terasa penuh dan merasa keulitan untk
bawah procesus xyphoideus dan sangat tegang, punggung janin, bagian terbawah
janin dan apakah bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggul sulit dinilai.
Hal ini sesuai dengan pemeriksaan yang ditemukan pada pasien dengan
identifikasi janin dan bagian janin melalui pemeriksaan palpasi sulit dilakukan,
minggu, AFI 25,23 cm, letak kepala, TBJ 2077 gram, polihidramnion , tampak
gambaran double bubble susp. Ateria duodenum. Hal ini sesuai dengan penegakan
diagnosis pada polihidramnion yaitu dengan mengukur Amnion Fluid Index (AFI)
50
yang lebih dari 20 cm. Selain itu pada pemeriksaan USG yang kedua didapatkan
adanya kesan atresia duodenum pada janin yang dapat mendukung penyebab
Pada kasus ini dilakukan tindakan induksi persalinan tapi tidak ada
kemajuan persalinan sehingga dilakukan tindakan sectio secarea. Pada saat sectio
secarea diperoleh kelebihan cairan amnion pada pasien dengan jumlah cairan yang
dikeluarkan sebanyak 2000 cc. Selain tu pasien juga mendapat injeksi steroid
yang berfungsi sebagai pematangan paru pada janin, dan diberikan agen tokolitik.
51
DAFTAR PUSTAKA
December 2008
3. Gibbs RS, Karlan BY, Haney AF, Nygrad I, editors. Danforth’s obstetrics and
Prawirohardjo. 2010
Obstetrics. Volume I edisi 23. Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC. 2013
52
10. Samyukta G, Uma N, Rani S. Polyhydramnios – Ultrasnographically detected
incidence and neonatal outcome. Journal of Dental and Medical Sciences Vol
patient.info/doctor/polyhydramnios
12. Hernandez JS, Twickler DM, McIntire DD, et al. Hydramnios in twin
13. Hayden CK, Marshall ZS, Michael D, Leonard ES. Combine Esophageal and
15. Richard FL, Benneth AL, Norman GB, Anthony JB, Brian RJ.
oentgenol.2001;131:701-702
16. Felicitas EW, Afu AJ, Sanjay K. Duidenal Atresia and Stenosis. 2009;p
936-938
53
54