Anda di halaman 1dari 56

Laporan Kerja Praktek Bentuk 2

HALAMAN JUDUL
“PENGENDALIAN PWM BUCK CONVERTER PADA
CHARGE CONTROLLER DENGAN PID CONTROL DI
PT. LENTERA BUMI NUSANTARA(LBN) - CIHERAS”
(19 Juli 2019 s/d 19 Agustus 2019)

Yuli Mauliza
NRP. 02311640000111

PROGRAM STUDI S-1TEKNIK FISIKA


DEPARTEMEN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019
Halaman ini sengaja dikosongkan
LEMBAR PENGESAHAN

PENGENDALIAN PWM BUCK CONVERTER PADA


CHARGE CONTROLLER DENGAN PID CONTROL DI
PT. LENTERA BUMI NUSANTARA(LBN) - CIHERAS
(19 Juli 2019 s/d 19 Agustus 2019)

Yuli Mauliza NRP. 02311640000111

Telah menyelesaikan MK TF181701 Kerja Praktek sesuai


dengan silabus dalam kurikulum 2018/2023 – Program
Sarjana.

Tasikmalaya, 5 September 2019


Menyetujui,
Chairman Pembimbing lokasi
Lentera Bumi Nusantara (LBN) Kerja Praktek

Ricky Elson, B.Eng.,M.Eng M. Rinaldy Robiansyah


Halaman ini sengaja dikosongkan
LEMBAR PENGESAHAN

PENGENDALIAN PWM BUCK CONVERTER PADA


CHARGE CONTROLLER DENGAN PID CONTROL DI
PT. LENTERA BUMI NUSANTARA(LBN) - CIHERAS
(19 Juli 2019 s/d 19 Agustus 2019)

Yuli Mauliza NRP. 02311640000111

Telah menyelesaikan MK TF181701 Kerja Praktek sesuai


dengan silabus dalam kurikulum 2018/2023 – Program
Sarjana.

Surabaya, 5 September 2019


Mengetahui
KepalaDepartemen
Teknik Fisika Dosen Pembimbing

Agus M. Hatta, S.T, M.Si,Ph.D Dr. Ing Doty Dewi Risanti, ST, MT
NIPN. 19780902 200312 1 002 NIP. 19740903 199802 2 001
Halaman ini sengaja dikosongkan
PENGENDALIAN PWM BUCK CONVERTER PADA
CHARGE CONTROLLER DENGAN PID CONTROL DI
PT. LENTERA BUMI NUSANTARA(LBN) - CIHERAS

Nama Mahasiswa : Yuli Mauliza


NRP : 02311640000111
Departemen : Teknik Fisika
Dosen Pembimbing : Dr. Ing Doty Dewi Risanti, ST,
MT

ABSTRAK
Dalam proses perancangan turbin angin terdapat beberapa
komponen yang harus diperhatikan antaralain bilah, generator,
kontroler, data logger dan baterai. Controller merupakan salah
satu komponen penting dalam proses Pembangkit Listrik
Tenaga Bayu (PLTB). Controller berperan sebagai alat
konversi energi listrik dari AC menjadi DC dan pengatur
sistem tegangan masukan yang fluktuatif dari generator untuk
distabilkan sebelum disimpan ke baterai.
Kata Kunci: deaerator, level, PID,trial and error, Ziegler
Nichols
Halaman ini sengaja dikosongkan
STUDY OF CONTROL PROPORTIONAL
INTEGRAL DERIVATIVES APPLICATION TO
CONTROL SYSTEM LEVEL IN DEAERATOR
COAL-FIRED POWER UNIT 3 PT.PJB UP-GRESIK

Nama Mahasiswa : Yuli Mauliza


NRP : 02311640000111
Departemen : Teknik Fisika
Dosen Pembimbing : Dr. Ing Doty Dewi Risanti,
ST, MT

ABSTRACT

Keywords:
Halaman ini sengaja dikosongkan
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan kegiatan Kerja Praktek di PT.
Lentera Bumi Nusantar selama satu bulan mulai tanggal
19 Juli sampai dengan 19 Agustus 2019 dengan judul
laporan kerja praktek Pengendalian PWM Buck
Converter Pada Charge Controller Dengan PID
Control di Pt. Lentera Bumi Nusantara dapat
terlaksana dengan baik sampai akhirnya laporan Kerja
Praktek ini dapat disusun hingga selesai.
Kegiatan Kerja Praktek dan penyusunan laporan ini
tidak terlepas dari bantuan segala pihak. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Agus M. Hatta, S.T, M.Si, Ph.D selaku
Ketua Departemen TF-ITS.
2. Bapak Muhammad Rinaldy Robiansyah selaku
Pembimbing Pembantu di Lapangan.
3. Ibu Dr. Ing Doty Dewi Risanti, ST, MT selaku
dosen pembimbing dan dosen wali.
4. Teman-teman Kerja Praktek yang telah membantu
belajar Turbin Angin khususnya di bidang
Controller.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Akhir kata penulis mohon maaf atas setiap kesalahan
yang dilakukan selama pelaksanaan sampai penyusunan
laporan ini.
Surabaya, 23Oktober 2017
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Controller merupakan salah satu komponen penting
dalam proses Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).
Controller berperan sebagai alat konversi energi listrik
dari AC menjadi DC dan pengatur sistem tegangan
masukan yang fluktuatif dari generator untuk
distabilkan sebelum disimpan ke baterai. Pada Sistem
PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bayu) di PT Lentera
Bumi Nusantara menggunakan Controller TSD-500.
Controller tersebut secara umum berperan sebagai
pengkonversi tegangan listrik AC (Alternative Current)
menjadi tegangan listrik DC (Direct Current) dan juga
sebagai penstabil tegangan output controller (tegangan
pengisian baterai). Controller TSD-500 memiliki
beberapa bagian penting antara lain yaitu relay, rectifier
3 fasa, voltage detector, buck converter, voltage
regulator, dan sensor. Proses-proses yang terdapat pada
kontroler antara lain adalah pembacaan level tegangan
keluaran generator, penyearahan gelombang AC tiga
fasa, penyesuaian level tegangan dari rectifier dan
memaksimalkan energi listrik yang dapat diekstrak dari
energi angin.
Buck Converter pada rangkaian controller TSD-500
berfungsi sebagai pengolah/ menurunkan tegangan
output rectifier yang nilai nya fluktuatif menjadi
tegangan pengisian yang konstan. Buck converter dapat
menghasilkan tegangan keluaran yang lebih rendah dari
tegangan masukannya karena menggunakan metode
PWM sebagai kendali penyaklaran, dimana PWM ini
akan menghasilkan gelombang pulsa kotak dengan
frekuensi yang tetap dengan lebar pulsa kotak atau
siklus kerja (duty cycle) yang bervariasi. Besar siklus
kerja (duty cycle) ini akan dipengaruhi oleh lebar pulsa
tingginya, dan akan mempegaruhi besar tegangan
keluaran yang dihasilkan.
Secara umum ada dua permasalahan yang terjadi
pada buck converter. Pertama, sulitnya pengendalian
arus pada induktor yang memiliki riak (ripple) yang
cukup besar. Kedua adalah tegangan transien keluaran
yang muncul pada saat start up, yaitu timbulnya respon
maksimum (overshoot), waktu naik (rise time) dan
waktu menuju keadaan mantap (settling time) yang
lama. Gejala transien ini tidak dapat dihilangkan, tetapi
dapat diperkecil dampaknya dengan melakukan
pengendalian PWM pada buck converter. Pengendalian
PWM dengan kontrol PID diharapkan dapat mengatur
nilai arus pada induktor agar memiliki riak (ripple) yang
kecil, mengurangi gejala transien respon maksimum
(overshoot), waktu naik (rise time) dan waktu menuju
keadaan mantap (settling time) yang kecil.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana prinsip kerja buck converter?
b. Bagaimana pengaruh pengendalian PWM
terhadap tegangan keluaran buck converter?
c. Bagaimana penerapan tuning PID menggunakan
metode Ziegler-Nichols pada pengendalian
PWM buck converter pada charge controller?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari laporan kerja praktek ini adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui prinsip kerja buck converter
b. Untuk mengetahui pengaruh pengendalian
PWM terhadap tegangan keluaran buck
converter
c. Untuk mengetahui penerapan tuning PID
menggunakan metode Ziegler-Nichols pada
pengendalian PWM buck converter pada charge
controller

1.4 Waktu dan tempat pelaksanaan


Waktu dan tempat pelaksanaan kerja praktek adalah
sebagai berikut :
Waktu : 19 Juli 2019 – 19 Agustus 2019
Tempat : PT. Lentera Bumi Nusantara, Jl. Raya Ciheras,
Kp. Sindang Asih RT. 02/RW. 02 Dusun Lembur
Tengah, Desa Ciheras Kec. Cipatujah, Tasikmalaya

1.5 Metode Pelaksanaan


Metode yang digunakan dalam kegiatan kerja
praktek di PT. Lentera Bumi Nusantara Jawa Barat
adalah sebagai berikut.
1. Kegiatan Lapangan
Melakukan pengamatan langsung di lapangan,
pengenalan komponen yang ada di Control
Room dan melakukan tour site di PT. Lentera
Bumi Nusantara serta penjelasan secara umum
tentang proses yang terjadi.
2. Metode Observasi
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan
data dengan melakukan pengamatan langsung
terhadap alat dan proses yang dijadikan objek
permasalahan.
3. Metode Wawancara
Metode Wawancara adalah metode
pengumpulan data dengan mengadakan Tanya
jawab langsung kepada tenaga ahli yang terkait
dengan bidang objek yang diamati.
4. Metode Studi Literatur dan Studi Pustaka
Metode Studi Literatur dan Studi Pustaka
penulis lakukan dengan membaca buku-buku
manual operasional dan buku-buku pendukung
yang telah tersedia di perpustakaan perusahaan.

1.6 Sistematika Laporan


Sistematika penulisan laporan kerja praktek yang
dilaksanakan di Lentera Bumi Nusantara adalah sebagai
berikut.
1. BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan, waktu dan tempat
pelaksanaan, metode pelaksanaan, dan
sistematika penulisan laporan.
2. BAB 2 PROFIL PERUSAHAAN
Bab ini membahas tentang sejarah perusahaan,
profil perusahaan, struktur organisasi
perusahaan, dan lokasi perusahaan.
3. BAB 3 DASAR TEORI
Bab ini berisi tentang sistem serta keseluruhan
sistem pembangkitan listrik tenaga bayu di
Lentera Bumi Nusantara beserta komponen-
komponen lainnya.
4. BAB 4 ANALISA DATA
Bab ini berisi tentang analisa data dan
pembahasan dari hasil analisa.
5. BAB 5 PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Jejak langkah berdirinya perusahaan PT. Lentera
Bumi Nusantara dimulai sejak tahun 2011. Dimana
Ricky Elson selaku founder dan chairman PT. LBN
mengajak anak muda yang memiliki passion dan visi
untuk berkarya bersama membangun negeri melalui
energi baru terbarukan dan untuk kali pertama
melaksanakan penelitian turbin angin skala mikro di
Indonesia. Pada tahun 2012 dilakukan pembangunan
Site Ciheras dan sistem pembangkit listrik hybrid tenaga
bayu dan surya dan mendirikan Lentera Angin
Nusantara (LAN) di Ciheras,Tasikmalaya,Jawa Barat.
LAN berfokus pada beberapa kegiatan, yaitu:
a. Pengembangan diri anak-anak muda melalui
pengembangan teknologi.
b. Penelitian dan pengembangan teknologi
pemanfaatan energi baru dan terbarukan,
khususnya energi angin, dengan tujuan untuk
mengaplikasikannya di daerah tak berlistrik di
pelosok Nusantara.
Gambar 2.1 Penelitian Kincir Angin
c. Transfer teknologi pada akademisi muda dari
berbagai universitas di seluruh Indonesia
dengan menerima mahasiswa melalui program
kuliah praktek yang diselenggarakan secara
Cuma-Cuma.
d. Pengenalan sejak dini tentang pentingnya
pemanfaatan energi baru terbarukan seperti
angin dan surya pada adik-adik SD, SMP, dan
SMA dari berbagai daerah, baik dengan
berkunjung langsung ke sekolah maupun
menerima kunjungan.
Kincir angin (wind turbine) dipilih sebagai produk
utama yang dikembangkan untuk memecahkan
persoalan yang berkaitan dengan energi. Tujuannya
adalah untuk mengoptimalkan potensi energi angin di
Indonesia yang bisa dikonversi menjadi energi listrik
untuk memenuhi kebutuhan energi dari masyarakat.
Gambar 2.2 Implementasi Teknologi
“LAN” terus bergerak untuk menerangi setiap sudut
negeri sebagai rasa tanggung jawab sosial. Projek
pertama yang telah diwujudkan adalah membangun di
Pulau Sumba , Nusa Tenggara Timur. Setelah
melakukan uji coba dan pengamatan terhadap performa
dan kualitas kincir angin di Pulau Sumba selama 2
tahun dan di site research Ciheras selama 4 tahun.
“LAN” berlanjut untuk menaikkan kapasitas kincir
angin menjadi 2000W . Pada tahun 2013, LAN
membangun site kincir angin dengan 100 buah kincir
angin skala kecil TSD500(The Sky Dancer 500W) di 4
desa di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Dalam
perjalanan perkembangan LAN, tim LAN melihat
begitu banyak potensi hasil bumi masyarakat di sekitar
site Ciheras yang bermaslah dengan nilai jual yang
rendah. Sehingga LAN melakukan langkah awal terjun
dalam kegiataan sosial pengembangan masyarakat. Pada
tahun 2014, inisiasi berdirinya Lentera Bumi Nusantara
(LBN) yang berdiri atas cita-cita untuk berkontribusi
menyelesaikan permasalahan dan memanfaatkan potensi
hasil bumi di masyarakat, khususnya di bidang Energi,
Pangan, dan Air.
Pada tahun 2015 dengan tujuan untuk
memberikan manfaat ekonomi dan sosial dengan
berdampak pada perkembangan masyarakat, LBN
didirikan. LBN sebagai perusahaan induk dengan empat
divisi anak perusahaan diantaranya Lentera Agri
Nusantara "LAgN", Lentera Nano Nusantara "LNN",
Lentera EV Nusantara "LEVN", dan tentu saja Lentera
Angin Nusantara yang terkenal serta dua divisi
pendukung, Produk Kreatif Divisi dan Manajemen
Teknologi "Kemenhub".
Pada tahun 2016, LBN memulai
mengembangkan proyek genertator ambisius yang
mengkombinasikan kincir angin, arus laut, dan panel
surya.
LBN juga melakukan pengembangan teknologi
kendaraan listrik antara lain mobil listrik, sepeda listrik
dan becak listrik.

Gambar 2.3 Hasil Karya Mobil Listrik Gendhis


Gambar 2.4 Hasil Karya Selo

2.2 Logo Perusahaan

Gambar 2.5 Logo Perusahaan PT. LBN


Pada gambar di atas merupakan gambar logo
dari PT.LBN yang memiliki makna sebagai berikut :
Makna kata:
a. Lentera berarti Sumber cahaya, walaupun kecil
namun memberi dampak signifikan.
b. Bumi berarti Sumber kehidupan, menyediakan
segala bentuk Energi, Pangan, dan Air.
c. Nusantara berarati Seluruh wilayah Indonesia,
tanah air tempat kita
Makna logo:
a. Segienam berarti Bentuk geometri yang paling
kokoh ketika disatukan.
b. Segieman juga merupakan bentuk sarang lebah.
Dimana PT. LBN memiliki produk madu hutan
alami.
c. 6 segienam berarti Pada PT. LBN terdapat 6
divisi
d. Formasi segienam berarti Membentuk huruf L,
merujuk pada Lentera
e. Warna segienam berarti Biru, warna Bumi

2.3 Visi dan Misi PT. Lentera Bumi Nusantara


(LBN)
Visi PT. Lentera Bumi Nusantara (LBN) adalah
“menguasai teknologi dalam bidang energy, makanan,
dan air untuk digunakan dalam membangun
masyarakat.”

Adapun misi PT. Lentera Bumi Nusantara (LBN)


adalah sebagai berikut :
a. Melakukan penelitian dan pengembangan dalam
konteks penguasaan teknologi.
b. Mengimplementasikan teknologi dalam
memecahkan masalah energi, pangan, dan air di
masyarakat.
c. Mengembangkan teknologi menjadi lebih
efisien, bersih, dan berkelanjutan.
d. Melakukan proses transfer teknologi dalam
pengembangan sumber daya manusia.
2.4 Struktur Perusahaan
Gambar 2.6 Struktur Perusahaan PT. LBN
Pada Gambar 2.6 diatas dapat dilihat struktur
perusahan terbagi pada beberapa bagian, yaitu:

2.4.1 Lentera Angin Nusantara


Divisi yang bergerak di bidang penguasaan,
penerapan, dan pengembangan teknologi pemanfaatan
energi baru terbarukan untuk aplikasi di daerah
tertinggal. Spesifikasi turbin angin PT.LBN dapat
dilihat pada lampiran.
Tim Lentera Angin Nusantara (LAN) tengah
mengadakan pengujian potensi energi angin dan juga
turbin angin di Pantai Cipatujah, Tasikmalaya, Jawa
Barat sejak Januari 2012. Dan berdasarkan hasil
pengujian didapatkan bahwa kecepatan angin di atas 3
m/s pada ketinggian 5 meter berhembus selama 2510
jam atau sekitar 104 hari dengann rata-rata energi per
harinya sebesar 490 Wh.
Dalam menentukan energi angin di suatu daerah
bukanlah hanya dengan mengetahui kecepatan angin
rata-rata pada daerah tersebut karena kecepatan angin
sangat fluktuatif setiap waktunya maka yang terpenting
adalah perhitungan lama/durasi kecepatan angin
produktif tersebut berhembus setiap harinya diketahui
besar energinya. Misalkan saja dengan kecepatan angin
3 m/s bila konstan terjadi dalam 8 jam saja, maka
mampu menghasilkan energi 415 Wh/harinya (asumsi
jari-jari blade 1m dan densitas udara 1.225). Oleh sebab
itu, pengukuran angin dan pengkajian ini perlu
dilakukan langsung di tempat yang akan dijadikan
selama beberapa waktu/bulan ataupun tahun bila
diperlukan.

2.4.2 Lentera Agri Nusantara


Divisi yang bergerak dalam pemanfaatan
potensi dan pengembangan teknologi pertanian,
peternakan, dan perikanan serta pemberdayaan
masyarakat.
2.4.3 Lentera Ev Nusantara
Divisi yang bergerak di bidang pengembangan
teknologi kendaraan berpenggerak motor listrik.
2.4.4 Lentera Nano Nusantara
Divisi yang bergerak di bidang penelitian dan
pengembangan aplikasi nanoteknologi untuk
pengolahan air dan pangan.
2.4.5 Ciheras University
Sebuah ‘kampus’ universal di mana siapa saja
khususnya anak muda dapat belajar dan berkarya
dengan orientasi untuk mengenali permasalahan di
masyarakat dan menemukan solusinya. Merupakan
bentuk tanggung jawab korporat dari Lentera Bumi
Nusantara untuk kemajuan negeri dan generasi penerus
bangsa.

2.5 Kegiatan di PT. Lentera Bumi Nusantara (LBN)


PT. LBN terletak di Jalan Raya Ciheras
RT.02/RW.02 Dusun Lembur Tengah Desa Ciheras
Kecamatan Cipatujah Kabupaten Tasikmalaya, Jawa
Barat. Kegiatan dan Pemeliharaan wind turbine di LAN
sebagai berikut :
2.5.1 Kegiatan di PT. LBN
Kegiatan rutin setiap pagi dan malam pukul 08.00
WIB dan 20.00 WIB di Lentera Angin Nusantara yaitu
briefing kegiatan yang akan diaksanakan pada hari itu
kepada Ricky Elson. Dilanjutkan dengan kegiatan yang
sudah direncanakan saat briefing tersebut. Dalam
kegiatan tersebut Ricky Elson memberikan sedikit ilmu
mengenai generator dan juga kegiatan belajar lainnya
maupun cerita mengenai motivasi dari berbagai buku di
ruang belajar. Kegiatan sore hari yaitu kegiatan bersama
dengan anak kerja praktek maupun tim LAN sendiri
dengan bermain bola dan voli.
PT. LBN memiliki berbagai fasilitas untuk
menjalankan kegiatan belajar yaitu Ruang belajar,
Ruang perpustakaan, Ruang workshop, Ruang elektro,
Kamar tidur, Dapur, Ruang battery station dan Ruang
Staff.
2.5.2 Pemeliharaan wind turbine PT. LBN
Pemeliharaan sistem wind turbine ini dilakukan
supaya tidak ada kesalahan dalam pengambilan data dan
juga mengurangi eror dan kehilangan energi yang
dihasilkannya. Pemeliharaan tersebut dapat berupa
pengamatan sistem saat badai, pengecekan dan
perawatan rutin setiap bulan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Turbin Angin
Turbin angin merupakan alat konversi energi angin
menjadi energi mekanik. Energi angin sendiri
merupakan hasil dari setengah kali massa jenis udara (ρ)
dengan luas penampang cakupan dari turbin angin (A)
dan pangkat tiga dari kecepatan anginnya. Jadi, sedikit
saja selisih kecepatan anginnya, maka perbedaan energi
yang dihasilkannya dapat berkali lipat besarnya.
Misalkan, bila jari-jari turbin yang digunakan sebesar
1m dan densitas udaranya 1.225 maka pada kecepatan
angin 3m/s energinya 52 W dan pada kecepatan angin
6m/s energinya jauh lebih besar yaitu 415 W. Inilah
yang dinamakan Energi Angin (Pwind).
Setiap sistem pasti memiliki suatu tingkat efisiensi
kerja karena hampir tidak ada sistem yang mampu
bekerja sempurna, seperti halnya turbin angin Oleh
karena itu, untuk mendapatkan Energi Mekanik dari
hasil turbin ini maka perlu
diperhitungkan juga nilai efisiensi turbin (Cp). Nilai
efisiensi ini sudah ditentukan dari awal mula sistem
(turbin angin) ini didesain. dari turbin ini berupa
kecepatan putaran bilah turbin (ω) dan torsinya, T,
diberikan pada suatu panjang lengan beban/blade).
Figure 1 Skema aliran konversi energi angin menjadi
energi mekanik oleh turbin angin
3.2 Sistem Turbin angin

Figure 2 Skema sistem turbin angin


Putaran blade membuat generator berputar dan
menghasilkan tegangan AC 3 fasa yang mewakili vektor
arah angin, yaitu u, v, dan w. Kemudian dialirkan
menuju controller (teknologi pengamanan dan konversi
energi) dan hasil keluaran dari controller ini berupa
tegangan DC (telah dikonversi dari AC menjadi DC
karena media penyimpanan energi dalam bentuk DC).
Setelah itu, dialirkan kembali menuju data logger untuk
dilakukan perekaman data dan selanjutnya disimpan ke
dalam baterai/aki. Sebelum digunakan ke beban
(peralatan listrik AC), energi yang telah disimpan ini
harus dikonversi terlebih dahulu melalui inverter
(tegangan DC menjadi AC).
3.3 Komponen-komponen penyusun TSD-500
Turbin angin TSD – 500 yang digunakan di P.T
Lentera
Bumi Nusantara mempunyai spesifikasi sebagai berikut
:

System Name TSD – 500


Turbine Type HAWT
Maximum Output Power 500 WP
Start Up Wind Speed 2 m/s
Cut In Wind Speed 3 m/s
Survival Wind Speed 33 m/s
Generator Type 3 – phase permanent
magnet (Cogging – less
technology)
Blade Diameter 1.6 or 2 m
Number of Blades 3 blades
Blade Material Pinewood
Maximum RPM 1000 RPM
Storage System 24 V
Weight of System 25 kg
Height of Pole 4–6m
Manufactured by NIDEC Japan Corp.
TSD – 500 merupakan turbin angin horizontal
dengan 3 blade propeller yang memiliki tingkat efisiensi
40%. Turbin ini mulai berputar pada kecepatan angin
2.5 m/s dan mulai memproduksi listrik pada kecepatan
angin 3 m/s. Daya maksimal yang mampu dihasilkan
oleh turbin adalah 500 Wattpeak (Wp) pada kecepatan
angin 12 m/s dan di atasnya. Turbin ini bertahan sampai
pada kecepatan angin 33 m/s. Adapun komponen –
komponen penyusun turbin angin adalah sebagai berikut
:

3.4 Controller TSD-500


Pada Sistem PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga
Bayu) di PT Lentera Bumi Nusantara menggunakan
Controller TSD-500. Controller tersebut secara umum
berperan sebagai pengkonversi tegangan listrik AC
(Alternative Current) menjadi tegangan listrik DC
(Direct Current) dan juga sebagai penstabil tegangan
output controller (tegangan pengisian baterai).
Untuk dapat beroperasi, Controller TSD-500
mempunyai batas minimal tegangan input sebesar 36 V
dan batas maksimal sebesar 180 V. Fungsi lain dari
controller ini yaitu untuk membatasi arus pengisian
baterai dan akan menghentikan proses pengisian ketika
baterai sudah penuh.
Berikut ini adalah skematik rangkaian dari
controller TSD-500 :
Figure 3 Skematik rangkaian controller TSD-500 (1)

Figure 4 Skematik rangkaian controller TSD-500 (2)


3.4.1 Blok Diagram Controller TSD-500
Bagian ini berisi penjelasakn tentang blok
diagram hasil terjemahan kami Tim Sekawan
berdasarkan pemahanan skematik controller TSD-500.
Blok diagram ini bertujuan untuk mempermudah
memahami prinsip kerja dari controller TSD-500.
Berikut ini adalah blok diagram controller TSD-500 :
Figure 5 Blok diagram controller TSD-500
Pertama dari generator 3 fasa kemudian ke
rectifier 3 fasa dan voltage detector dimana output
voltage detektor diolah microcontroller untuk logika
penyalaan relay. Selanjutnya relay 3 fasa ke rectifier
untuk diubah tegangan AC ke DC kemudian diolah oleh
Buck Converter untuk menstabilkan tegangan pengisian
dan blocking diode untuk memblok arus balik.
Kemudian terdapat sensor arus dan tegangan yang
outputnya diolah ke mikro untuk feedback kontrol dari
buck converter. Kemudian dari sensor ke baterai,dari
baterai ke regulator 12V untuk supply driver mosfet dan
relay dari regulator 12V ke regulator 5V untuk supply
mikcrocontroller. Dapat diliat diatas bahwa
microcontroller memberi perintah ke driver relay untuk
kontrol relay dan ke driver mosfet berupa PWM untuk
switching mosfet pada buck converter.
3.5 Buck Converter
Buck converter merupakan konverter yang
berfungsi untuk mengubah tegangan masukan DC
menjadi tegangan keluaran DC lain yang lebih rendah.
Buck converter terdiri atas dua kondisi yaitu saat duty
cycle on (𝐷𝑜𝑛) dan duty cycle off (𝐷𝑜𝑓𝑓), yang pada
dasarnya memiliki persamaan diferensial yang berfungsi
untuk menetapkan arus pada induktor dan tegangan
keluaran. Untuk mendapatkan tegangan yang lebih
rendah daripada masukannya, buck converter
menggunakan komponen penyaklaran (switching) untuk
mengatur unjuk kerja (duty cycle). Komponen
penyaklaran (switching) tersebut dapat berupa Thyristor,
MOSFET, IGBT, dan lainnya.
Rangkaian sederhana buck converter dengan
pengaturan PWM ditunjukkan pada Gambar 2.1.

Figure 6 Rangkaian buck converter dengan pengaturan


PWM
Pada rangkaian ini terdapat beberapa komponen
antara lain:
a. Tegangan masukan (Vin), merupakan catu daya
DC yang ingin diubah tegangannya menjadi
lebih tinggi atau lebih rendah.
b. MOSFET, merupakan semiconductor switching
device yang keadaan membuka dan menutupnya
dapat dikendalikan dengan memberikan sinyal
pada gate switch. Beberapa contoh switch jenis
ini adalah BJT (Bipolar Junction Transistor),
IGBT (Insulated-gated Bipolar Transistor) dan
MOSFET (Metal Oxide Semiconductor Field
Effect Transistor).
c. Induktor (L), merupakan komponen yang
berfungsi untuk menyimpan arus.
d. Dioda (D), merupakan uncontrollable
semiconductor switching device, karena
membuka dan menutupnya dioda tergantung
dari tegangan dan arus yang mengalir pada
rangkaian.
e. Kapasitor (C), merupakan komponen yang
berfungsi sebagai low pass filter.
f. Resistor (R), merupakan beban sistem dan
berfungsi pula sebagai bagian low pass filter.
g. Tegangan keluaran (Vo), merupakan hasil
tegangan keluaran yang diinginkan.
Untuk keperluan analisis, rangkaian buck converter
dapat dibuat menjadi dua mode operasi. Kondisi
pertama ketika saklar dalam keadaan tertutup (T state-
on dan D state-off) dan tegangan masukan 𝑉𝑖𝑛 melewati
beban yang terlihat pada Gambar 2.3.
3.6 Mode Kontrol
Pada kontroler terdapat empat mode kontrol,
diantaranya adalah:
a. ON-OFF
Yaitu mode kontrol yang memanipulasi sinyal
error menjadi sinyal yang memiliki perintah on dan
sinyal kontrol yang bernilai off. Respon dari proses
akan berosilasi membentuk grafik sinusoidal.
Apabila error respon proses setelah dibandingkan
dengan set point kurang dari 5% dan 2% maka mode
ini dapat digunakan.
b. Proportional (P)
Yaitu mode kontrol yang digunakan untuk
memperkecil amplitudo dari osilasi respon proses.
Hibungan antara antara keluaran kontroler m(t) dan
sinyal sinyal kesalahan penggerak / error e(t) adalah
m(t )  Kp.e(t )
Dalam aplikasi-aplikasi dasar yang sederhana
kontrol P ini cukup mampu untuk memperbaiki
respon transien khususnya rise time dan settling time.

c. Proportional Integral (PI)


Apabila dinginkan respon proses tidak
berosilasi, maka dapat digunakan mode integral (I)
karena mode kontrol ini dapat membuat respon
proses menuju ke set point secara eksponensial.
Secara matematis mode kontrol ini dapat dituliskan
sebagai berikut :
1
m(t )  Kp.e(t )  . e(t ).dt
Ti
Kp menyatakan konstanta proposional dan Ti
menyatakan waktu integral.
d. Proportional Integral Derivative (PID)
Kontroller PID merupakan kombinasi dari 3
pengendali yaitu: Pengendali Proportional,
Pengendali Integral dan Pengendali Derivative
yang disusun secara paralel sebagaimana
ditunjukkan pada gambar 8. Ketiga jenis
pengendali ini memberikan respon yang berbeda –
beda pada proses orde satu, proses orde dua dan
proses orde banyak. Untuk mempercepat
kemampuan bereaksi maka diperlukan pengendali
derivative, sehingga kekurangan yang ada pada
pengendali integral dapat ditutupi. Jadi ketiga
mode pengendali Proportional, Integral dan
Derivative masing – masing berguna untuk
mempercepat reaksi sistem, menghilangkan offset
dan mendapatkan energi ekstra di saat – saat awal
perubahan load. Keluaran dari kontroller PID
merupakan penjumlahan dari keluaran kontroler P,
kontroler I dan kontroler D.

Figure 7 Diagram Blok Kontrol PID


Pemodelan secara matematis dari kontrol PID
adalah
 1 d 
Gc(t )  K p e(t )   e(t )dt  Td e(t )
 Ti dt 
Atau fungsi alihnya:
M ( s)  1 T 
 Kp 1   d 
E ( s)  Ti s s 

M ( s) K p 1  Ti s  Ti Td s

2

E ( s) Ti s
Karakteristik kontroller PID sangat dipengaruhi
oleh kontribusi besaran dari ketiga parameter P, I dan D.
Penyetelan konstanta Kp, Ti dan Td akan
mengakibatkan penonjolan sifat dari masing – masing
elemen. Satu atau dua dari ketiga konstanta tersebut
dapat diatur lebih menonjol dibandingkan dengan yang
lain, konstanta yang menonjol itulah yang akan
memberikan pengaruh pada respon sistem secara
keseluruhan.
Penggunaan mode kontrol baik P, PI, maupun
PID disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik
dari proses yang dikendalikan. Mode kontrol P
digunakan apabila adanya offset masih dapat ditolerir
oleh proses. Apabila tidak, maka mode kontrol PI dapat
digunakan untuk memperbaiki performasi sistem dan
sedangkan mode kontrol PID seringkali digunakan pada
sistem pengendalian yang memiliki karakteristik
pengendalian yang lambat seperti pengendalian
temperatur. Untuk mendapatkan performasi yang
optimal pada algoritma kontrol PID pada berbagai
perubahan daerah operasi, disturbance dan sesuai
dengan kebutuhan proses maka perlu dilakukan
penalaan terhadap nilai parameter kontrol PID (Kp, Ti,
Td)[5].

2.3 Metode Ziegler-Nichols


Ada beberapa metode untuk pemilihan konstanta
PID salah satunya adalah Metode Nichols-Ziegler.
Tabel 3.1 merupakan tabel parameter nilai konstanta
PID dan sebelumnya harus menentukan nilai 𝑇𝐶𝑟 ,
𝐾𝑃𝑚𝑎𝑥 dan 𝐾𝐶𝑟 untuk dapat menentukan nilai 𝐾𝑃, 𝐾𝐼
, dan 𝐾𝐷. Persamaan untuk menentukan kontstanta PID\
ditunjukkan persamaan:
1
𝐾𝑃 𝑚𝑎𝑥 =
𝑉𝑅𝑒𝑓𝑓
Setelah nilai 𝐾𝑃𝑚𝑎𝑥 ditentukan, nilai konstanta
krtitis dapat diperoleh dengan mengalikan siklus kerja
(duty cycle) dengan nilai 𝐾𝑃𝑚𝑎𝑥 ditunjukkan
persamaan:
𝑑
𝐾𝑐𝑟 = 𝑑 𝑥 𝐾𝑃 𝑚𝑎𝑥 =
𝑉𝑅𝑒𝑓𝑓
Kemudian periode osilasi kritis 𝑇𝐶𝑟 diperoleh
dengan mengukur periode osilasi yang terkait dengan
perolehan proporsional yang diijinkan 𝐾𝑃𝑚𝑎𝑥 yang
ditunjukkan persamaan:
𝑇𝑐𝑟 = 2𝜋√𝐿𝐶

Parameter Pengendali PID Metode Nichols Ziegler


Pengendali 𝐾𝑃 𝐾𝐼 𝑇𝐷
P 0.5𝐾𝑐𝑟 ∞ 0
PI 0.45𝐾𝑐𝑟 1.2𝐾𝑃 0
𝑇𝑐𝑟
PID 0.2𝐾𝑐𝑟 2𝐾𝑃 𝐾𝑃 𝑇𝑐𝑟
𝑇𝑐𝑟 3

2.5 Karakteristik Kinerja Sistem


Karakteristik kinerja suatu sitem pengendalian
dicirikan oleh tanggapan transien terhadap masukan
sinyal uji tangga satuan (step). Jika tanggapan terhadap
masukan sinyal uji tangga satuan diketahui, maka secara
matematis dapat dihitung tanggapan untuk sembarang
masukan. Tanggapan transien suatu sistem pengendalian
secara praktis selalu menunjukan osilasi teredam
sebelum mencapai keadaan tunaknya.
Indek kinerja dari suatu sistem pengendalian adalah
sebagai berikut :
1. Waktu tunda (delay time) td : adalah waktu
yang diperlukan oleh tanggapan untuk
mencapai setengah (50%) nilai akhir untuk
waktu yang pertama.
2. Waktu naik (rise time) tr : adalah waktu yang
diperlukan oleh tanggapan untuk naik dari 10%
menjadi 90%, 5% menjadi 95% atau 0%
menjadi 100% dari nilai akhir yang digunakan.
Untuk sistem atas redaman (overdamped) waktu
naik yang biasa digunakan 10% menjadi 90%.
3. Waktu puncak (peak time) tp : adalah waktu
yang diperlukan tanggapan untuk mecapai
puncak pertama overshoot.
4. Maksimum (persen) overshoot (Mp) : adalah
nilai puncak kurva tanggapan diukur dari
satuan. Apabial nilai akhir keadaan tunak
tanggapannya jauh dari satu, maka biasa
digunakan persen overshoot maksimum.
5. Waktu Turun (settling time) ts : waktu yang
diperlukan untuk tanggapan tangga satuan
masuk daerah kreteria 2% atau 5% dari nilai
akhir[6].

3.7 dfgvhnjm

BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Blok Diagram Simulasi Buck Converter
Buck Converter pada rangkaian controller berfungsi
sebagai pengolah/ menurunkan tegangan output
rectifier. Namun keluaran buck converter masih
memiliki riak (ripple) arus pada induktor yang tinggi
dan respon maksimum (overshoot) yang tinggi sehingga
sistem tidak stabil. Untuk mengurangi riak (ripple) arus
dan respon maksimum (overshoot) ini, buck converter
memerlukan filter induktor dan kapasitor. Selain
meggunakan filter, buck converter juga dapat
dikendalikan oleh pengendali PID. Gambar 4.1
menunjukkan blok diagram buck converter yang
menggunakan pengendali PID.

Blok diagram buck converter dengan pengendali

4.2 Rangkaian Simulasi Buck Converter


Rangkaian simulasi buck converter terdiri dari
sumber DC, MOSFET, PWM untuk mencacah arus,
dioda, induktor, kapasitor, beban serta PID untuk
mengendalikan PWM. Berikut rangkaian simulasi buck
converter pada simulink Matlab.

Rangkaian buck converter tanpa pengendali


Rangkaian buck converter dengan pengendali PID

4.3 Perhitungan Nilai Komponen Buck Converter


Jika tegangan masukan 36V, tegangan keluaran
yang diinginkan 24V, dan arus keluaran yang
diinginkan 2.5A, riak (ripple) arus adalah 30% dari nilai
arus maksimal keluaran, dan riak (ripple) tegangan
adalah 1% dari tegangan keluaran.
𝑉𝑖𝑛 = 36 𝑉
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 24𝑉
𝑉𝑜𝑢𝑡
𝑑=
𝑉𝑖𝑛
24
𝑑= = 0.667
36
𝑑 = 66.7%

∆𝑖 = 30% 𝑥 𝑖𝑚𝑎𝑥𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
∆𝑖 = 30% 𝑥 2.5
∆𝑖 = 0.75𝐴
∆𝑉 = 1% 𝑥 𝑉𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡
∆𝑉 = 1% 𝑥 24
∆𝑉 = 0.24𝑉
𝑉𝑖𝑛 − 𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐿=𝑑
∆𝑖 𝑥 𝑓𝑠
(36 − 24)
𝐿 = 0.667
0.75 𝑥 100000
𝐿 = 106.72 𝜇𝐻
𝑖𝑟𝑖𝑝𝑝𝑙𝑒
𝐶=
8 𝑥 𝑓𝑠 𝑥∆𝑉
0.75
𝐶=
8 𝑥 100000𝑥0.24
𝐶 = 39 𝜇𝐹
Parameter Nilai hasil Nilai yang
buck converter perhitungan divariasikan
𝑉𝑖𝑛 36 V -
𝑉𝑜𝑢𝑡 24 V -
𝑉𝑅𝑒𝑓𝑓 24 V -
𝑖𝑜𝑢𝑡 2.5 A -
𝑅 9.6 A -
𝑑 0.667 -
∆𝑖 0.75 A -
∆𝑉 0.24V -
𝐿 106.72 𝜇𝐻 300 𝜇𝐻
𝐶 39 𝜇𝐹 -
𝑓𝑠 100 kHz 500kHz

4.4 Perhitungan Konstanta Pengendali PID


Penentuan konstanta pengendali PID bertujuan
untuk mendapatkan nilai yang paling optimal pada
parameter P, I dan D. Terdapat banyak metode dalam
melakukan tuning PID, diantaranya adalah trial and
error, Ziegler–Nichols, Cohen-Coon, ITAE dan lain-
lain. Dalam penelitian ini, metode tuning PID yang
digunakan adalah metode Nichols – Ziegler.
1
𝐾𝑃 𝑚𝑎𝑥 =
𝑉𝑅𝑒𝑓𝑓
1
𝐾𝑃 𝑚𝑎𝑥 = = 0.0417
24
𝑑
𝐾𝑐𝑟 = 𝑑 𝑥 𝐾𝑃 𝑚𝑎𝑥 =
𝑉𝑅𝑒𝑓𝑓
0.667
𝐾𝑐𝑟 = = 15.9952
0.0417
𝑇𝑐𝑟 = 2𝜋√𝐿𝐶
𝑇𝑐𝑟 = 2𝜋√106.72𝑥39𝑥10−12
𝑇𝑐𝑟 = 0.000405
𝑑
𝐾𝑃 = 0.2
𝑉𝑅𝑒𝑓𝑓
0.667
𝐾𝑃 = 0.2 = 0.0055
24
2𝐾𝑃
𝐾𝐼 =
𝑇𝑐𝑟
2𝑥0.0055
𝐾𝐼 =
0.000405
𝐾𝐼 = 27.16
𝐾𝑃 𝑥 𝑇𝑐𝑟
𝑇𝐷 =
3
0.0055𝑥 0.000405
𝑇𝐷 =
3
𝑇𝐷 = 0.0000007425
Pengendali Nilai konstanta
Proportional 0.0055
Integral 27.16
Derivative 0.0000007425

4.5 Hasil Simulasi Pada Matlab-Simulink Dengan


Frekuensi 100 Khz

Kurva tegangan keluaran buck converter vs waktu tanpa


pengendali frekuensi 100 Khz
Parameter yang diamati
Tegangan keluaran 23.34 v
Overshoot 13.33 v
Rise time 0.000115 s
Settling time 2.5 s
Gambar 4.6 Kurva tegangan keluaran buck converter vs
waktu dengan pengendali frekuensi 100 Khz

Parameter yang diamati


Tegangan keluaran 24.01 v
Overshoot -
Rise time 0.003492 s
Settling time 0.005 s

4.6 Hasil Simulasi Pada Matlab-Simulink Dengan


Frekuensi 500 Khz
Kurva tegangan keluaran buck converter vs waktu tanpa
pengendali frekuensi 500 Khz
Parameter yang diamati
Tegangan keluaran 23.34 v
Overshoot 13.1
Rise time 0.000117
Settling time 0.003002

Kurva tegangan keluaran buck converter vs waktu


dengan pengendali frekuensi 500 Khz
Parameter yang diamati
Tegangan keluaran 24 v
Overshoot -
Rise time 0.003457 s
Settling time 0.005 s

4.7 Hasil Simulasi Pada Matlab-Simulink Dengan


variasi induktor
Kurva tegangan keluaran induktor vs waktu tanpa
pengendalidengan mengubah nilai induktor frekuensi
100 Khz
Parameter yang diamati
Tegangan keluaran 23.34 v
Overshoot 11.66 v
Rise time 0.000195 s
Settling time 0.003007 s
Kurva tegangan keluaran induktor vs waktu tanpa
pengendalidengan mengubah nilai induktor frekuensi
500 Khz
Parameter yang diamati
Tegangan keluaran 23.34 v
Overshoot 11.42 v
Rise time 0.000194 s
Settling time 0.002907 s

4.8 Analisis Perbandingan Hasil Simulasi


Perbandingan hasil keluaran buck converter
Para Nilai Nilai Nilai
meter induktor induktor induktor
yang sesuai sesuai diubah tanpa
diam perhitungan perhitungan pengendali
ati tanpa dengan
pengendali pengendali
Frek Frek Frek Frek Frek Frek
uensi uensi uensi uensi uensi uensi
100 500 100 500 100 500
Khz Khz Khz Khz Khz Khz
Tegan 23.34 23.34 24.01 24 v 23.34 23.34
gan v v v v v
keluar
an
overs 13.33 13.1 - - 11.66 11.42
hoot v v v
Rise 0.000 0.000 0.003 0.003 0.000 0.000
time 115 s 117 s 492 s 457 s 195 s 194 s
Settli 0.002 0.003 0.005 0.005 0.003 0.002
ng 5s 002 s s s 007 s 907 s
time

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat


perbedaan hasil keluaran buck converter yaitu:
a. Pada frekuensi 100 Khz, respon maksimum
(overshoot) tegangan keluaran buck converter
tanpa pengendali dengan nilai induktor sesuai
perhitungan adalah 23.34 V, buck converter
dengan pengendali PID adalah sebesar 0 V,
sedangkan buck converter tanpa pengendali
dengan mengubah nilai induktor adalah sebesar
23.34 V. Pada frekuensi 500 Khz, respon
maksimum (overshoot) tegangan keluaran pada
buck converter tanpa pengendali dengan nilai
induktor sesuai perhitungan adalah 23.34 V,
buck converter dengan pengendali PID adalah
sebesar 0 V, sedangkan buck converter tanpa
pengendali dengan mengubah nilai induktor
adalah sebesar 23.34 V. Nilai respon maksimum
tegangan keluaran yang paling kecil adalah
buck converter dengan pengendali PID yaitu
sebesar 0 V baik frekuensi 100 Khz maupun
500 Khz. Hal ini membuktikan bahwa
kombinasi yang tepat dari ketiga pengendali
PID dapat memberikan respon keluaran yang
diinginkan, dan masing-masing memiliki
kelebihan dan kekurangan. Pada percobaan ini
pengendali PID dapat menghilangkan respon
maksimum (overshoot) tegangan keluaran serta
memperbaiki eror tegangan keluaran.
b. Pada frekuensi 100 Khz, waktu naik (rise time)
pada keluaran buck converter tanpa pengendali
dengan nilai induktor sesuai perhitungan adalah
0.000115 detik, buck converter dengan
pengendali PID sebesar 0.003492 detik,
sedangkan buck converter tanpa pengendali
dengan mengubah nilai induktor adalah sebesar
0.000195 detik. Pada frekuensi 500 Khz, waktu
naik (rise time) pada keluaran buck converter
tanpa pengendali dengan nilai induktor sesuai
perhitungan adalah 0.000117detik, buck
converter dengan pengendali PID sebesar
0.003457 detik, sedangkan buck converter tanpa
pengendali dengan mengubah nilai induktor
adalah sebesar 0.000194 detik. Nilai waktu
naik (rise time) pada keluaran buck converter
yang paling kecil adalah buck converter tanpa
pengendali dengan nilai induktor sesuai
perhitungan dan frekuensi 100 Khz, yaitu
sebesar 0.000115 detik. Hal ini sesuai dengan
teori yang menyatakan bahwa semakin besar
nilai induktor maka waktu naik (rise time) akan
semakin lama. Pada percobaan ini,
memperbesar nilai induktor akan memperbesar
waktu naik (rise time) dan pengendali PID juga
belum bisa menghasilkan respon yang
diinginkan.
c. Pada frekuensi 100 Khz, waktu menuju keadaan
mantap (settling time) pada keluaran buck
converter tanpa pengendali dengan nilai
induktor sesuai perhitungan adalah 0.0025
detik, buck converter dengan pengendali PID
sebesar 0.005 detik, sedangkan buck converter
tanpa pengendali dengan mengubah nilai
induktor adalah sebesar 0.003007 detik. Pada
frekuensi 500 Khz, waktu menuju keadaan
mantap (settling time) pada keluaran buck
converter tanpa pengendali dengan nilai
induktor sesuai perhitungan adalah 0.003002
detik, buck converter dengan pengendali PID
sebesar 0.005 detik, sedangkan buck converter
tanpa pengendali dengan mengubah nilai
induktor adalah sebesar 0.002907 detik.
Semakin besar nilai induktor maka waktu naik
(rise time) akan semakin lama. Sehingga jika
waktu naik (rise time) lama, maka waktu
menuju keadaan mantap (settling time) juga
akan semakin lama. Pada percobaan ini,
memperbesar nilai induktor akan memperbesar
waktu menuju keadaan mantap (settling time)
dan pengendali PID juga belum mampu
menghasilkan respon yang diinginkan.

4.9 Fcvgbh
4.10

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil simulasi dan analisa yang dilakukan,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
a. Respon maksimum (overshoot) tegangan
keluaran yang paling bagus adalah buck
converter dengan PID karena kombinasi
ketiga pengendali dapat menghilangkan
respon maksimum (overshoot) menjadi 0 V.
Namun pengendali PID ini belum mampu
memperbaiki waktu naik (rise time) dan
waktu menuju keaadaan mantap (settling
time), sehingga pengendali PID ini hanya
dapat digunakan untuk memperbaiki respon
maksimum (overshoot) dan eror tegangan
keluaran.
b.

5.2 Saran
Adapun saran untuk percobaan ini adalah
sebagai berikut:
a.

Anda mungkin juga menyukai